Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 pada alinea ke empat, telah disebutkan
bahwa tujuan bangsa Indonesia adalah “melindungi segenap bangsa
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia”. Untuk
mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas,
tentunya dapat mengelola dengan baik sumber daya alam dan
potensi-potensi yang ada di Indonesia. ASN yang profesional adalah
salah satu sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat
memberikan berbagai macam perubahan, yang akhirnya dapat
membawa bangsa Indonesia meraih cita-citanya.
Untuk menghasilkan ASN yang profesional LAN menerapkan
pola baru dalam pelaksanaan Pelatihan Dasar Calon Pegawai
Negeri Sipil pada tahun 2019. Sesuai dengan Peraturan Kepala LAN
(Perkalan) No. 12 tahun 2018 tentang Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil. Pelatihan Dasar CPNS tersebut lebih
ditekankan pada pengembangan karakter CPNS khususnya
bagaimana peserta dibekali kemampuan untuk menciptakan
birokrasi yang bebas dari korupsi, berintegritas dan berorientasi
sebagai pelayan publik. Dalam pola prajabatan ini, diharapkan Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dapat mengimplementasikan nilai-nilai
dasar profesi yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu dan Anti Korupsi yang biasanya disingkat (ANEKA)
dalam tugasnya sebagai seorang pelayan masyarakat. Dengan
memahami dan mengamalkan sendiri nilai ANEKA tersebut,
1
diharapkan dapat membentuk karakter PNS yang berintegritas dan
profesional.
Oleh karena itu, untuk menjalankan tugas dan peranannya
seorang sanitarian harus menerapkan nilai-nilai dasar ANEKA di
dalam setiap melaksanakan tugas dan kewajibannya. Dengan
mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ANEKA diharapkan dapat
meningkatkan kesehatan lingkungan rumah sakit, yang pada
akhirnya akan mendukung terciptanya sebuah kenyamanan dan
keamanan yang akan berdampak pada meningkatnya kepuasan
pelanggan.
Salah satu institusi pemerintah yang melayani masyarakat
umum adalah rumah sakit. Menurut UU No. 4 Tahun 2009 tentang
perumah sakitan, yang dimaksud dengan rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan dan rawat darurat.
Upaya Kesehatan Lingkungan rumah sakit meliputi kegiatan-
kegiatan yang kompleks sehingga memerlukan penanganan secara
lintas program dan lintas sektoral serta berdimensi multi disiplin
untuk itu diperlukan tenaga dan prasarana yang memadai dalam
kesehatan Lingkungan Rumah Sakit (Depkes RI 2004). Adapun
persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit berdasarkan
Kepmenkes No 1204/Menkes/SK/X/2004 adalah meliputi sanitasi
pengendalian berbagai faktor lingkungan fisik, kimia, biologi, dan
sosial psikologi, di rumah sakit. Program sanitasi di rumah sakit
terdiri dari penyehatan bangunan dan ruangan, penyehatan
makanan dan minuman, penyehatan air, penyehatan tempat
pencucian umum termasuk tempat pencucian linen, pengendalian
serangga dan tikus, sterilisasi/desinfeksi, perlindungan radiasi,
penyuluhan kesehatan lingkungan, pengendalian infeksi nosokomial,
dan pengelolaan sampah/ limbah (Depkes RI, 2004).
2
Penyelenggaraan makanan di rumah sakit sangat bergantung
dari higiene dan sanitasi agar makanan tersebut tidak menjadi
sumber penular penyakit bagi manusia yang mengkonsumsi
makanan tersebut. Pada kegiatan sanitasi rumah sakit salah satunya
pengedalian vektor di instalasi gizi rumah sakit harus selalu
diperhatikan agar higeiene sanitasi selalu terjaga.
3
c. Belum optimalnya pengelolaan air bersih di RSUD
Majenang
d. Belum optimalnya pengelolaan limbah cair di RSUD
Majenang
e. Belum optimalnya sanitasi ruang bangunan di RSUD
Majenang
4
2 Belum - Manajemen Pemantauan Dilakukannya
optimalnya ASN limbah B3 di pemantauan limbah
pemantauan - Pelayanan RSUD Majenang B3 di RSUD
limbah B3 di Publik belum dilakukan Majenang secara
RSUD - WoG secara rutin rutin sesuai dengan
Majenang sesuai dengan Kepmenkes
Kepmenkes 1204/MENKES/SK/
1204/MENKES/S
X/2004
K/X/2004
3 Belum - Manajemen - Pemantauan Dilakukannya
optimalnya ASN air bersih di pemantauan air
pemantauan - Pelayanan RSUD bersih di RSUD
air bersih di Publik Majenang Majenang secara
RSUD - WoG belum rutin sesuai dengan
Majenang dilakukan Kepmenkes
secara rutin 1204/MENKES/SK/
sesuai dengan X/2004
Kepmenkes
1204/MENKE
S/SK/X/2004
- Pemeriksaan
air bersih
dilakukan oleh
Dinas
Lingkungan
Hidup selama
6 bulan sekali
5
S/SK/X/2004
- Pemeriksaan
limbah cair
dilakukan oleh
Dinas
Lingkungan
Hidup selama
1 bulan sekali
2. Penetapan Isu
a. Penetapan Kualitas Isu Menggunakan Metode APKL
Analisis APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan
dan Layak) digunakan untuk menentukan kelayakan suatu
isu dengan indikator sebagai berikut (Modul Pendidikan
dan Pelatihan Golongan III, 2015) :
6
No Indikator Keterangan
1 2 3
2 Problematik (P) Isu yang menyimpang dari harapan standar,
ketentutan yang menimbulkan kegelisahan yang
perlu segera dicari penyebab dan
pemecahannya.
3 Kekhalayakan (K) Isu yang secara langsung menyangkut hajat
hidup orang banyak, masyarakat pelanggan pada
umumnya, dan bukan hanya untuk kepentingan
seseorang atau sekelompok kecil orang tertentu
saja.
4 Layak (L) Isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis, dan
dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak,
wewenang, dan tanggung jawab.
Berikut beberapa isu yang ada di RSUD Majenang, yang
akan ditentukan kelayakannya menggunakan metode APKL,
untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini :
Indikator Keterangan
No Identifikasi Isu
A P K L
3 4 5 6 7 8
1. Belum optimalnya pengendalian
vektor “tikus” secara mandiri di + + + + Memenuhi (M)
Instalasi Gizi RSUD Majenang
2. Belum optimalnya pemantauan
limbah B3 di RSUD Majenang Tidak
- + + +
Memenuhi (TM)
7
b. Identifikasi Kualitas Isu Menggunakan Analisis USG
Analisis USG (Urgency, Seriousness, Growth) adalah
analisis yang digunakan untuk memprioritaskan isu yang akan
ditindak lanjuti. Adapun indikator analisis USG adalah sebagai
berikut :
Tabel 1.4 Penjelasan USG
No Komponen Keterangan
1 2 3
1 Urgency Seberapa mendesak isu tersebut dibahas dikaitkan
demgan waktu yang tersedia serta seberapa keras
tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah
yang menyebabkan isu
2 Seriousness Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan
U dengan akibat yang timbul dengan penundaan
n pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut
t atau akibat yang ditimbulkan masalah-masalah lain
kalu masalah penyebab isu tidak dipecahkan (bisa
u
mengakibatkan masalah lain)
k3 Growth Seberapa kemungkinan isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah
penyebab isu akan semakin memburuk jika
m
dibiarkan.
e
Memberikan skor pada isu terpilih maka diberikan parameter
pada tabel berikut :
Tabel 1.5 Parameter USG
PARAMETER
Skor
Urgency Seriousness Growth
1 2 3 4
Isu tidak begitu
Isu tidak mendesak serius untuk di bahas
Isu lamban
1 untuk segera karena tidak
berkembang
diselesaikan berdampak ke hal
yang lain
Isu kurang serius
Isu kurang untuk segera dibahas
Isu kurang cepat
2 mendesak untuk karena tidak kurang
berkembang
segera diselesaiakn berdampak ke hal
yang lain
8
PARAMETER
Skor
Urgency Seriousness Growth
1 2 3 4
Isu cukup serius
untuk segera dibahas
Isu cukup Isu cukup cepat
karena akan
3 mendesak untuk berkembang,
berdampak ke hal
segera diselesaikan segera dicegah
yang lain
9
3. Penetapan Isu yang Terpilih
Dari hasil analisis APKL dan USG, ditetapkan isu
yang dipilih dan ditindaklanjuti dengan gagasan rencana
kegiatan yang akan dilakukan untuk mengatasi isu tersebut.
Langkah yang dilakukan dalam tahap ini merumuskan isu
yang memuat focus dan locus, menentukan gagasan
kegiatan yang akan dilakukan, mengidentifikasi sumber isu,
aktor yang terlibat dan peran dari setiap aktor, dan
mendeskripsikan keterkaitannya dengan mata pelatihan yang
relevan (secara langsung maupun tidak langsung) dengan
konteks isu.
Hasil perumusan isu yang terpilih adalah Belum
optimalnya pengendalian vektor “tikus” secara mandiri di
Instalasi Gizi RSUD Majenang Penjabaran secara rinci
disajikan dalam tabel 1.7 berikut ini :
10