Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“DAKWAH BIL HAL MELALUI PENGEMBANGAN


DAN PENERAPAN IPTEKS”

Disusun Oleh : Kelompok 5

1. Ani Khomsa Oktaviani


2. Choirunisa
3. Dewi Sinta

4. Fara Triska Fandila

5. Fatihatun Nasiroh

6. Faza Illya

7. Kafita Kumala Dewi

8. M Agung Gumelar

9. Vellya Nurul Faelani

JURUSAN S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KESEHATAN MUHAMMADIYAH
2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan Memanjatkan puji syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, serta dukungan dari semua yang penulis cintai,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Dakwah Bil Hal Melalui
Pengembangan dan Penerapan IPTEKS”. Adapun salah satu maksud dan tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai tugas kami.
Keberhasilan penulis dalan menyelesaikan makalah ini tidaklah semata-mata karena
kemampuan sendiri, melainkan banyak pihak yang membantu penulis menyelesaikan
makalah ini. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Para teman
atau sahabat yang telah memberikan dukungan kepada penulis serta gagasan atau motivasi
bagi kami untuk menyelesaikan makalah ini dan semua pihak yang terlibat.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah, untuk itu
penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dalam hal menambah
ilmu dan wawasan para pembacanya.

Tim Penyusun

Kelompok 05

2
DAFTAR ISI
Halaman Judul .......................................................................................................... 1
Kata Pengantar .......................................................................................................... 2
Daftar Isi ................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 5
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 5
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 6
2.1 Dakwah Bil Hal Melalui Pengembangan Dan Penerapan IPTEKS ............. 7
2.2 Setiap Muslim Adalah Da’i ......................................................................... 8
2.3 Bekerja Adalah Dakwah .............................................................................. 9
2.4 Kewajiban Mengembangkan Dan Menyampaikan Iimu Perawat ............... 10
2.5 Ayat Dan Hadist Yang Relevan .................................................................. 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Islam merupakan agama terakhir yang di turunkan Allah kepada Nabi
MuhammadSAW, untuk membina ummat manusia supaya berpegang teguh kepada
ajaran-ajaran yangbenar dan diridai Allah serta untuk mencapai kebahagiaan
hidupmanusia, baik di duniamaupun di akhirat. Sebagai wahyu terakhir, Islam merupakan
agama penyempurna darikeberadaan agama-agama sebelumnya. Perkembangan agama
Islam yang disebarkan olehNabi Muhammad SAW, di Mekkah, kemudian di Madinah,
dan kemudian berkembang keseluruh penjuru dunia tidak lain adalah karena adanya proses
dakwah yang dilakukan olehpara tokoh Islam. Perkembangan dakwah Islamiah inilah yang
menyebabkan agama Islamsenantiasa berkembang dan disebarluaskan kepada masyarakat
luas.
Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa Arab, yaituda’a, yad’udak’wan,
du’a,yang diartikan sebagai mengajak atau menyeru, memanggil, seruan, permohonan, dan
permintaan. Kata “mengajak, mendorong, dan memotivasi” adalah kegiatan
dakwahyangberada dalam ruang lingkuptabligh.dakwah harus bersifatbashirah,
istiqomahdan harusberjuang di jalan Allah SWT.Kata “bashirah”untuk menunjukkan
bahwa dakwah harusdengan ilmu dan perencanaan yang baik. Kalimat “meniti jalan
Allah” untuk menunjukkantujuan dakwah, yaitumardhotillah.Kalimat “istiqomahdi jalan
Nya” untuk menunjukkanbahwa dakwah dilakukan secara berkesinambungan. Sedangkan
kalimat “berjuang bersamameninggikan agama Allah” untuk menunjukkan bahwa dakwah
bukan hanya untukmenciptakan kesalehan pribadi, tetapi juga harus menciptakan
kesalehan sosial. Untukmewujudkan masyarakat yang shaleh tidak bisa dilakukan secara
sendiri-sendiri, tetapi harusdilakukan secara bersama-sama
Menurut Toha Yahya Umar (Enjang, 2009) dakwah adalah mengajak manusia dengan
cara bijaksana pada jalan yang benar sebagaimana perintah Allah untuk kemaslahatan dan
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara
dan tuntunan untuk menarik perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti, menyetujui
atau melaksanakan suatu ideologi,pendapat atau pekerjaan tertentu

4
Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di
dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah SWT. Nabi Muhammad SAW
mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara, baik melaluilisan, tulisan
dan perbuatan. Dimulai dari istrinya, keluarganya, para sohabatnya,dan teman-teman
karibnya
Adapun cara penyampaian dakwah dikelompokan menjadi tiga kategori, yakni
dakwah bial-lisan, dakwah bil-hal, dakwah bil-qolam. Dalam dakwah bil-Lisan,
Khitabahatau ceramah memegang peranan penting dan sangatmenentukan, untuk itulah
seorang da’I tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan, tetapi juga dituntut untuk
memiliki kemampuan dan kefasihan dalam menggunakan bahasa, agar mad’u dapat
mudah mencerna isi pesan dakwah nya, dan pesan yang disampaikan dapat diterima.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian Dakwah Bil Hal Melalui Pengembangan Dan Penerapan IPTEKS
b. Apa Yang Di Maksud Setiap Muslim Adalah Da’i
c. Apa Yang Di Maksud Bekerja Adalah Dakwah
d. Apa Yang Di Maksud Kewajiban Mengembangkan dan Menyampaikan Ilmu
Keperawatan
e. Apa Yang Di Maksud Ayat Dan Hadist Yang Relevan
5.3 Tujuan
a. Mengetahui Pengertian Dakwah Bil Hal Melalui Pengembangan Dan Penerapan
IPTEKS
b. Mengetahui Maksud Setiap Muslim Adalah Da’i
c. Mengetahui Maksud Bekerja Adalah Dakwah
d. Mengetahui Maksud Kewajiban Mengembangkan dan Menyampaikan Ilmu
Keperawatan
e. Mengetahui Maksud Ayat Dan Hadist Yang Relevan

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dakwah Bil Hal Melalui Pengembangan Dan Penenerapan IPTEKS


Dakwah boleh difahami sebagai usaha mengajak orang lain mendekati Allah
subhanahu wa ta’ala, menyeru mereka ke arah kebenaran dan seterusnya dapat
mengikut apa yang digariskan dalam ajaran Islam. Sedangkan, dakwah bi al-hal
merupakan aktivitas dakwah Islam yang dilakukan dengan tindakan nyata atau amal
nyata terhadap kebutuhan penerima dakwah , sehingga tindakan nyata tersebut sesuai
dengan apa yang dibutuhkan oleh penerima dakwah. Misalnya dakwah dengan
membangun rumah sakit untuk keperluan masyarakat sekitar yang membutuhkan
keberadaan rumah sakit. Tema utama dakwah ke lapisan bawah adalah dakwah bi al-
hal, yaitu dakwah yang diletakkan kepada perubahan dan perhatian kondisi material
lapisan masyarakat miskin. Dengan perbaikan kondisi material itu diharapkan dapat
mencegah kecenderungan ke arah kekufuran karena desakan ekonomi.
Kemajuan IPTEK pada era globalisasi ini pasti akan mewarnai pembangunan
yang membawa fenomena. Batas-batas system nasional disemua Negara hampir
hilang dan orang diseluruh dunia saling mempengaruhi meskipun tidak bertemu
muka. Globalisasi merupakan hasil dari kemajuan IPTEK sebagai kelanjutan dari
revolusi industri., memang telah banyak memberikan kemudahan dan kenyamanan
bagi kehidupan manusia. Namun disisi lain manusia semakin tidak tenteram dan tidak
ada kedamaian dalam kehidupannya akibat dari perasaan cemas dari dampak negative
yang ditimbulkan oleh globalisasi. Dimana bencana dan bahaya setiap saat dapat
mengancam kehidupan mereka.
Dari sekian gejala social yang ditimbulkan oleh globalisasi diatas, ada fenomena
umum yang dapat dirasakan atau dilihat dewasa ini apabila dikaitkan dengan dakwah,
maka hal tersebut merupakan tantangan dan juga “pekerjaan rumah” bagi para da’i
(juru dakwah). Artinya para da’i harus tampil dengan jurus-jurus jitu dalam
menyampaikan bahasa agama pada kehidupan masyarakat yang sudah terkontaminasi
dengan era globalisasi itu. Bila para da’i masih tampil dengan gaya lama, sementara
kondisi kekinian tampil dengan problema globalisasi yang serba menantang, maka

6
mau tidak mau, suka tidak suka pasti gaya lama akan “tergusur”. Akibatnya upaya-
upaya untuk membumikan ajaran islam ditengah-tengah masyarakat, baik masyarakat
kota maupun masyarakat pedesaan pasti mengalamai hambatan.
Bila kita amatai dikawasan industri dan masyarakat perkotaan misalnya,
berdomisili banyak ilmuan dari berbagai disiplin ilmu serta para usahawan yang
sukses. Namun mereka haus ketenangan batin atau kertenangan jiwa. IPTEK yang
dimilikinya tidak mampu memberikan kepuasan batin dan ketenangan jiwa, sehingga
mereka berusaha menemukan itu melalui pendekatan ajaran spiritual keagamaan.
Mereka berusaha memadukan antara disiplin ilmu yang ditekuninya dengan ajaran
ajaranagama yang diyakininya , sehingga agama terasa dan terbukti semakin rasional
dan menyentuh. Oleh karena itu dibutuhkanlah dakwah al bil-hal ini.

2.2 Setiap Muslim Adalah Da’i


Kita adalah da’i sebelum menjadi apapun”. Dari kalimat tersebut dapat kita simpulkan
bahwa pada dasarnya, kita adalah seorang da’i sebelum kita menjabat suatu profesi
apapun. Perkataan Hassan Al-Banna tersebut dapat menjadi cerminan, bahwa pada
hakikatnya, seorang muslim adalah pendakwah. Ketika seseorang menuntut ilmu dan
memiliki pengetahuan, saat itu pula ia memiliki kewajiban untuk menyebarluaskan ilmu
yang dimilikinya tersebut. Ketika seseorang sadar bahwa ia telah memiliki bekal untuk
mengamalkan sunnah, saat itu pula ia berkewajiban menyeru orang lain kepada Islam.
Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mengaktualisasikan amanah dalam kita
menjadi seorang da’i, salah satunya adalah menjadi seorang murobby.
Murobby merupakan sumber atau penyalur ilmu dari sumber untuk disampaikan dan
dipahamkan kepada mad’u atau sang murobby. Sebab itulah peranan murobby sangat
mempengaruhi keberlangsungan serta output dari kegiatan tarbiyah. Sebagai simpul
dakwah terhadap jama’ah, seorang murobby dituntut memikirkan kegiatan dakwah
dengan segenap perhatiannya. Untuk menjadi seorang murobby idaman, kita hendaknya
memperhatikan beberapa hal, seperti ruhiyah. Ruhiyah adalah dasar keberhasilan dakwah.
Jika ruhiyah terabaikan, sebagus apapun retorika dakwah kita dan pemahaman kita
terhadap kondisi mad’u semuanya akan sia-sia.
Seorang murobby harus memiliki niat yang ikhlas. Ikhlas karena Allah Ta’ala semata,
membuang jauh-jauh tendensi untuk mencari popularitas atau pujian apalagi niatnya
adalah untuk mencari pengikut yang banyak. Niat yang ikhlas karena Allah Ta’ala
bermakna seorang murobby melakukan tarbiyah untuk mendekatkan diri (taqarrub)

7
kepada Allah subuhanahu wa ta’ala, memperbaiki hamba-Nya dan mengeluarkan mereka
dari kegelapan kebodohan dan kemaksiatan menuju cahaya ilmu ketaatan. Niat yang
ikhlas juga akan menggiring seorang murobby melahirkan dakwahnya dari dasar
kecintaan kepada Allah dan untuk agama-Nya, serta kecintaan kepada kebaikan untuk
semua manusia. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami
berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan
mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh
akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di
dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan?” (QS. Hud: 15-16)

2.3 Bekerja Adalah Dakwah


Di dalam dunia pekerjaan, seorang Muslim adalah bertanggungjawab untuk
berdakwah. Tidak kiralah apa kategori pekerjaan, sama ada bekerja di dalam pejabat yang
berhawa dingin, di tapak pembinaan ladang dan sawah sekalipun, tanggungjawab sebagai
Da’i itu terletak di bahu kita. Kita perlu dakwah di tempat kerja. Ia selaras dengan firman
Allah subhanahu wa ta’ala dalam Surah Ali Imran ayat 110 yang artinya:
‘Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma'ruf, dan mencegah daripada yang munkar, dan beriman kepada Allah.’
Usaha berdakwah di tempat kerja ini janganlah disalahartikan dengan pengertian yang
sempit. Dakwah bukan bermaksud untuk mengajak manusia melupakan tanggungjawab
bekerja dan melaksanakan amal ibadah yang spesifik semata-mata. Bekerja itu sendiri
merupakan satu ama libadah apa lagi jika ianya diniatkan kerana Allah subhanahu wa
ta’ala dan dilaksanakan dengan penuh amanah, fokus dan ikhlas. Usaha dakwah juga
jangan ditafsirkan sebagai ‘hendak tunjuk alim’ atau ‘hendak tunjuk pandai’. Jika begitu,
semua orang akan takut untuk berdakwah kerana seorang Da’i yang member dakwah
tidak mau dipandang sebagai penyibuk manakala yang menerima dakwah pula berasa
tidak selaras dan menganggap konteks dakwah itu sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat.
Adapun ganjaran usaha dakwah. Firman-Nya dalam surah Ali-Imran ayat104 yang
artinya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung."

8
Sebagai da’i di dalam konteks dunia pekerjaan, seseorang itu perlulah terlebih dahulu
memperlengkapkan dirinya supaya usaha dakwahnya akan menjadi sempurna.
2.4 Kewajiban Mengembangkan Dan enyampaikan Ilmu Keperawatan
Menyampaikan ilmu sangatlah penting untuk kemajuan Agama, Bangsa dan Negara, baik
dalam segi moral maupun material. Dan ilmulah yang memperbaiki semuanya. Memyampaikan
ilmu bermanfaat untuk kehidupan, kebahagian dunia dan akherat. Orang yang mendengarkan dan
menyampaikan ilmu bagaikan tanah yang terkena air hujan, mereka adalah orang alim yang
mengamalkan ilmunya dan mengajar. Seperti yang diterangkan dalam Al-Quran yang artinya
“Dan hendaklah ada di antara kalian segolong umat yang menyeru pada kebaikan, menyeru
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. “
(Ali Imran, 104).
Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah
laku dan perilaku kearah yang lebih baik, karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju
kebenaran dan meninggalkan kebodohan. Menuntut ilmu merupakan ibadah sebagaiman sabda
Nabi Muhammad salallahu alahi wassalam. Artinya :
“Menuntut Ilmu diwajibkan atas orang islam laki-laki dan perempuan”
Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak di bedakan antara laki-laki dan perempuan.
Hal yang paling di harapkan dari menuntut ilmu ialah terjadinya perubahan pada diri individu ke
arah yang lebih baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap dan perubahan aspek lain yang ada pada
setiap individu.
Adapun beberapa dasar hukum menuntut ilmu antara lain adalah sebagai berikut.
1. Hadits Rasullulah salallahu alaihi wassalam Yang berbunyi :”Menuntut ilmu itu hukumnya
wajib bagi setiap muslim, waktunya adalah dari buaian ibu (bayi), sampai masuk liang
kubur”. Hadits dari Rasullulah salallahu alaihi wassalam yang sangat jelas sekali
perintahnya, bahwa dalam Islam menuntut ilmu hukumnya adalah wajib yang artinya adalah
jika dikerjakan dan dilaksanakan kita akan mendapat pahala, jika diabaikan, disepelekan/tidak
dilaksanakan kita akan mendapat dosa. Jadi permasalahan yang mendesak sekarang adalah,
jika kita mengaku sebagai seorang Muslim, segeralah dan jangan ditunda-tunda lagi untuk
menuntut ilmu agama Islam yang benar, benar dalam artian yang sesuai dengan Alqur`an dan
Hadits Shahih dari Rasullulah salallahu alaihi wassalam, agar kita memperoleh petunjuk dan
kebenaran dalam Islam yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala melalui Rasulnya
Muhammad salallahu alaihi wassalam, sehingga kita dasar dalam beragama Islam tidak
hanya mendugaduga atau berprasangka saja.
2. Al-Qur’an Surat Al-Ashr
Yang berbunyi sebagai berikut: "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat

9
menasehati Supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran". Ingatlah Allah subhanahu wa ta’ala telah bersumpah dalam surat ini dengan
masa / waktu yang didalamnya terjadi peristiwa yang baik dan yang buruk, bersumpah bahwa
setiap manusia didunia ini, baik itu orang Islam atau di luar Islam pasti akan mengalami
kerugian, kecuali yang memiliki 4 (empat hal) yaitu : 1. Iman, 2. Amal Shaleh, 3. Saling
menasehati supaya mentaati kebenaran, 4. Saling menasehati supaya menetapi kesabaran.
Hadits-Hadits tentang Kewajiban Menuntut Ilmu
a. “Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.“ (QS. Al Mujadalah, 11)
b. “Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah).” (HR. Ibnu
Majah)
c. “Seseorang yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu niscaya Allah akan mudahkan
baginya jalan menuju Syurga.” (Shahih Al Jami)
d. Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke
syorga. (HR. Muslim).
e. “Barangsiapa melalui suatu jalan untuk mencari suatu pengetahuan (agama), Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.”(Bukhari)

2.5 Ayat Dan Hadist Yang Relevan


Berikut ini Surat Ar Rahman Ayat 33 dalam tulisan Arab, tulisan latin dan artinya
dalam bahasa Indonesia:

َ ‫س ْل‬
‫طان‬ ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
ُ ِ‫ض فَا ْنفُذُوا َل تَ ْنفُذُونَ إِ َّل ب‬ ِ ‫س َم َاوا‬
َّ ‫ار ال‬
ِ ‫ط‬َ ‫ط ْعت ُ ْم أ َ ْن ت َ ْنفُذُوا ِم ْن أ َ ْق‬ ِ ْ ‫يَا َم ْعش ََر ْال ِج ِِّن َو‬
َ َ ‫اْل ْن ِس إِ ِن ا ْست‬
Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit
dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.
(QS. Ar Rahman: 33)
Tafsiran Surat Ar Rahman
1. Seruan kepada jin dan manusia
Seruan Surat Ar Rahman ayat 33 ini ditujukan kepada jin dan manusia.

ِ ْ ‫َيا َم ْعش ََر ْال ِج ِِّن َو‬


‫اْل ْن ِس‬

Hai jama’ah jin dan manusia,

Kata ma’syar (‫ )معشر‬artinya adalah jamaah atau kelompok yang banyak.


Dalam Tafsir AlMisbah dijelaskan, agaknya ia diambil dari kata ‘asyrah (‫ )عشرة‬yang

10
berarti sepuluh, karena mereka tidak dihitung satu per satu melainkan sepuluh per
sepuluh. Dalam ayat ini, jin (‫ )الجن‬disebutkan lebih dulu daripada manusia (‫)اْلنس‬
karena jin memiliki kemampuan lebih besar dalam mengarungi angkasa. Sebagaimana
disebutkan dalam Surat Al Jin, bahwa mereka sejak dulu telah sanggup mengarungi
angkasa untuk mencuri berita langit. Namun kemudian Allah melempari mereka
dengan panah api, sebagaimana Surat Al Jin ayat 9:

َّ ‫َوأَنَّا ُكنَّا َن ْقعُد ُ ِم ْن َها َمقَا ِعدَ ِلل‬


َ ‫س ْمعِ فَ َم ْن يَ ْست َِمعِ ْاْلَنَ يَ ِجدْ لَهُ ِش َهابًا َر‬
‫صدًا‬

“dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit


itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa
yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api
yang mengintai (untuk membakarnya).” (QS. Al Jin: 9)

2. Jika mampu melintasi penjuru langit

ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
‫ض فَا ْنفُذُوا‬ ِ ‫س َم َاوا‬
َّ ‫ار ال‬
ِ ‫ط‬َ ‫ط ْعت ُ ْم أ َ ْن ت َ ْنفُذُوا ِم ْن أ َ ْق‬
َ َ ‫ِإ ِن ا ْست‬

jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah

Ada tiga pendapat mengenai ayat ini.


Pertama, berkaitan dengan ketidakmampuan manusia lari dari takdir Allah
dan lari dari kekuasaan-Nya.Ibnu Katsir menjelaskan, “Kalian tidak akan dapat
melarikan diri dari perintah Allah dan takdir-Nya, bahkan Dia meliputi kalian dan
kalian tidak akan mampu melepaskan diri dari hukum-Nya. Tidak pula membatalkan
hukum-Nya terhadap kalian. Ke mana pun kalian pergi selalu diliput.
Kedua, berkaitan dengan keadaan pada hari kiamat nanti, terutama di yaumul
mahsyar. Manusia tidak akan mampu meloloskan diri di saat itu.“Dan ini
menceritakan keadaan di Yaumul Mahsyar (hari manusia dihimpunkan); sedangkan
semua malaikat mengawasi semua makhluk sebanyak tujuh shaf dari semua penjuru,
maka tiada seorang pun yang dapat meloloskan diri,” kata Ibnu Katsir dalam
Tafsirnya.
Ketiga, berkaitan dengan kemampuan manusia menjelajah ruang angkasa.
Bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mempersilakan jika manusia hendak melintasi
langit dan bumi. Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menjelaskan, “Di antara

11
Rahman-Nya Allah kepada manusia dan jin adalah kebebasan yang diberikan kepada
kita untuk melintasi alam ini dengan sepenuh tenaga yang ada pada kita, dengan
segenap akal dan budi kita, karena mendalamnya pengetahuan. Namun di akhir ayat,
Allah mengingatkan bahwa kekuatanmu itu tetap terbatas.” Buya Hamka
mencontohkan, di zamannya sudah ada Apollo yang mampu membawa manusia ke
bulan. Dan sejak saat itu dikembangkan usaha menuju tempat yang lebih jauh sep erti
Venus. Kalaulah manusia bisa sampai ke Venus, Buya Hamka mengajak kita berfikir,
bisakah manusia mengetahui keadaan seluruh bintang. Padahal ada bintang yang
jaraknya 100.000 tahun cahaya. Bahkan ada bintang yang jaraknya 1.000.000 tahun
cahaya. Cahayanya masih bisa dilihat saat ini tapi bintangnya sendiri telah
meninggalkan tempatnya sejak sekian ratus tahun ribu yang lalu.
3. Tak bisa kecuali dengan sulthan

َ ‫س ْل‬
‫طان‬ ُ ِ‫َل ت َ ْنفُذُونَ إِ َّل ب‬

kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.

Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Quran mengatakan, sulthan di sini adalah
kekuatan dan tidak ada yang memiliki kekuatan kecuali Pemilik kekuatan. Ayat ini,
menurut Sayyid Qutb, terkait pembalasan Allah kepada jin dan manusia. Allah
menantang keduanya untuk menembus penjuru langit dan bumi. Dan mereka tidak
akan dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan dari Allah. Buya Hamka
menjelaskan bahwa kekuatan manusia sangat terbatas. Dan kekuatan itu juga
pemberian dari Allah, Sang Pemilik kekuatan. Sedangkan Syaikh Wahbah Az Zuhaili
dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, “Wahai manusia dan jin, jika memang kalian
mampu untuk keluar menerobos dari sisi-sisi langit dan bumi untuk lari melepaskan
diri dari qadha’ dan qadar Allah, dari kuasa dan kekuasaan-Nya, silakan kalian coba
lakukan itu dan selamatkan diri kalian. Kamu sekalian takkan sanggup untuk
menerobos dan melarikan diri dari putusan dan kekuasaan-Nya kecuali dengan
kekuatan dan kekuasaan. Sementara kalian tiada sedikitpun memiliki kekuatan dan
kemampuan untuk melakukannya.”

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Islam merupakan agama terakhir yang di turunkan Allah kepada Nabi
MuhammadSAW, untuk membina ummat manusia supaya berpegang teguh kepada
ajaran-ajaran yangbenar dan diridai Allah serta untuk mencapai kebahagiaan
hidupmanusia, baik di duniamaupun di akhirat. Sebagai wahyu terakhir, Islam merupakan
agama penyempurna darikeberadaan agama-agama sebelumnya. Secara etimologis,
dakwah berasal dari bahasa Arab, yaituda’a, yad’udak’wan, du’a,yang diartikan sebagai
mengajak atau menyeru, memanggil, seruan, permohonan, dan permintaan.
Menurut Toha Yahya Umar (Enjang, 2009) dakwah adalah mengajak manusia dengan
cara bijaksana pada jalan yang benar sebagaimana perintah Allah untuk kemaslahatan dan
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan
dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah SWT. Nabi
Muhammad SAW mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara, baik
melaluilisan, tulisan dan perbuatan. Dimulai dari istrinya, keluarganya, para
sohabatnya,dan teman-teman karibnya
Adapun cara penyampaian dakwah dikelompokan menjadi tiga kategori, yakni
dakwah bial-lisan, dakwah bil-hal, dakwah bil-qolam. Dalam dakwah bil-Lisan,

13
DAFTAR PUSTAKA

Enjang, AS. 2009. Komunikasi Konseling. Bandung: Nuansa.


http://inafauzia95.blogspot.com/2015/05/dakwah-bil-hal-melalui-pengembangan-dan.html
https://www.slideshare.net/MaswanulDwiM/dakwah-bil-hal

14

Anda mungkin juga menyukai