Dosen Pembimbing:
1. Ns. Seven Sitorus, M.Kep., S.Kep.MB
2. Ns. Martha K. Silalahi, M.Kep
3. Ns. Tri Mochhartini, M.Kep
Di Sususn Oleh:
Gek Ida Yanti Lestari
2019-2020
LAPORAN PENDAHULUAN:
A. Definisi
Acute Lung Oedema (Alo) Adalah Akumulasi Cairan Di Paru Yang Terjadi Secara
Mendadak. (Aru W Sudoyo, Buku Ajar Ilmu Penyaki Dalam, 2006)
Acute Lung Oedema (Alo) Adalah Terjadinya Penumpukan Cairan Secara Masif
DiRongga Alveoli Yang Menyebabkan Pasien Berada Dalam Kedaruratan Respirasi
dan Ancaman Gagal Napas.
Acute Lung Oedema (Alo) Adalah Terkumpulnya Cairan Ekstravaskuler yang
Patologis di Dalam Paru. (Soeparman)
C. PATOFISIOLOGI
Alo kardiogenik dicetuskan oleh peningkatan tekanan atau volume yang mendadak
tinggi di atrium kiri, vena pulmonalis dan diteruskan (peningkatan tekanannya) ke
kapiler dengan tekanan melebihi 25 mmhg. Mekanisme fisiologis tersebut gagal
mempertahankan keseimbangan sehingga cairan akan membanjiri alveoli dan terjadi
oedema paru. Jumlah cairan yang menumpuk di alveoli ini sebanding dengan beratnya
oedema paru. Penyakit jantung yang potensial mengalami alo adalah semua keadaan
yang menyebabkan peningkatan tekanan atrium kiri >25 mmhg.Sedangkan alo non-
kardiogenik timbul terutama disebabkan oleh kerusakan dinding kapiler paru yang
dapat mengganggu permeabilitas endotel kapiler paru sehingga menyebabkan
masuknya cairan dan protein ke alveoli. Proses tersebut akan mengakibatkan
terjadinya pengeluaran sekret encer berbuih dan berwarn pink froty. Adanya sekret ini
akan mengakibatkan gangguan pada alveolus dalam menjalankanfungsinya.
D. PATHWAY
GAGAL JANTUNG
KANAN/KONGESTIV
F. KOMPLIKASI
1. ARDS Accute Respiratory Distres Syndrome
Karena adanya timbunan cairan, paru menjadi kaku dan tidak dapat mengembang
dan udara tidak dapat masuk, akibatnya adalah hipoksia berat.
2. Gagal napas akut Tidak berfungsinya penapasan dengan derajat dimana
pertukaran gas tidak adekuat untuk mempertahankan gas darah arteri (GDA)
3. Atelektasis paru
4. Kematian
Kematian pada edema paru tidak dapat dihindari lagi. Pasien dapat mengalami
komlikasi jika tidak segera dilakukan tindakan yang tepat.
G. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya, edema paru terbagi menjadi 2, kardiogenik dan non-
kardiogenik. Hal ini penting diketahui oleh karena pengobatannya sangat
berbeda.Edema Paru Kardiogenik disebabkan oleh adanya Payah Jantung Kiri apapun
sebabnya.Edema Paru Kardiogenik yang akut disebabkan oleh adanya Payah
Jantung Kiri Akut.Tetapi dengan adanya faktor presipitasi, dapat terjadi pula pada
penderita Payah JantungKiri Kronik.
1. Cardiogenic pulmonary edema
Edema paru kardiogenik ialah edema yang disebabkan oleh adanya kelainan
padaorgan jantung. Misalnya, jantung tidak bekerja semestinya seperti jantung
memompatidak bagus atau jantung tidak kuat lagi memompa.Cardiogenic
pulmonary edema berakibat dari tekanan yang tinggi dalam pembuluh- pembuluh
darah dari paru yang disebabkan oleh fungsi jantung yang buruk. Gagal jantung
kongestif yang disebabkan oleh fungsi pompa jantung yang buruk (dating dari
beragam sebab-sebab seperti arrhythmias dan penyakit-penyakit atau kelemahan
dari otot jantung), serangan-serangan jantung, atau klep-klep jantung yang
abnormaldapat menjurus pada akumulasi dari lebih dari jumlah darah yang biasa
dalam pembuluh-pembuluh darah dari paru-paru. Ini dapat, pada gilirannya,
menyebabkan cairan dari pembuluh-pembuluh darah didorong keluar ke alveoli
ketika tekananmembesar.
2. Non-cardiogenic pulmonary edema
Non cardiogenic pulmonary edema ialah edema yang umumnya disebabkan oleh
hal berikut:
a. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)Pada ARDS, integritas dari
alveoli menjadi terkompromi sebagai akibat darirespon peradangan yang
mendasarinya, dan ini menurus pada alveoli yang bocor yang dapat dipenuhi
dengan cairan dari pembuluh-pembuluh darah.
b. Kondisi yang berpotensi serius yang disebabkan oleh infeksi-infeksi yang
parah, trauma, luka paru, penghirupan racun-racun, infeksi-infeksi paru,
merokok, kokain, atau radiasi pada paru-paru.
c. Gagal ginjal dan ketidak mampuan untuk mengeluarkan cairan dari tubuh
dapat menyebabkan penumpukan cairan dalam pembuluh-pembuluh darah,
berakibat pada pulmonary edema. Pada orang-orang dengan gagal ginjal yang
telah lanjut,dialysis mungkin perlu untuk mengeluarkan kelebihan cairan
tubuh.
d. High altitude pulmonary edema, yang dapat terjadi disebabkan oleh kenaikan
yang cepat ke ketinggian yang tinggi lebih dari 10,000 feet.
e. Trauma otak, perdarahan dalam otak (intracranial hemorrhage), seizure-
seizure yang parah, atau operasi otak dapat ada kalanya berakibat pada
akumulasi cairandi paru-paru, menyebabkan neurogenic pulmonary edema.
f. Paru yang mengembang secara cepat dapat adakalanya menyebabkan re-
expansion pulmonary edema. Ini mungkin terjadi pada kasus-kasus ketika
parumengempis (pneumothorax) atau jumlah yang besar dari cairan sekeliling
paru(pleural effusion) dikeluarkan, berakibat pada ekspansi yang cepat dari
paru. Inidapat berakibat pada pulmonary edema hanya pada sisi yang
terpengaruh (unilateral pulmonary edema).
g. Jarang, overdosis pada heroin atau methadone dapat menjurus pada pulmonary
edema. Overdosis aspirin atau penggunaan dosis aspirin tinggi yang kronis
dapat menjurus pada aspirin intoxication, terutama pada kaum tua, yang
mungkin menyebabkan pulmonary edema.
h. Penyebab-penyebab lain yang lebih jarang dari non-cardiogenic pulmonary
edema mungkin termasuk pulmonary embolism (gumpalan darah yang
telah berjalan ke paru paru), luka paru akut yang berhubungan dengan
transfuse atau transfusion-related acute lung injury (TRALI), beberapa infeksi-
infeksi virus,atau eclampsia pada wanita-wanita hamil
H. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer
a. Airways
1) Sumbatan atau penumpukan secret.
2) Wheezing atau krekles.
3) Kepatenan jalan nafas.
b. Breathing
1) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat.
2) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal.
3) Ronchi, krekles.
4) Ekspansi dada tidak penuh.
5) Penggunaan otot bantu nafas.
c. Circulation
1) Nadi lemah, tidak teratur.
2) Capillary refill.
3) Takikardi.
4) TD meningkat / menurun.
5) Edema.
6) Gelisah.
7) Akral dingin.
8) Kulit pucat, sianosis.
9) Output urine menurun.
d. Disability
Status mental : Tingkat kesadaran secara kualitatif dengan Glascow Coma
Scale (GCS) dan secara kwantitatif yaitu:
1) Compos mentis : Sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan sekelilingnya.
2) Apatis : keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
kehidupan sekitarnya,sikapnya acuh tak acuh.
3) Somnolen : keadaan kesadaran yang mau tidur saja.Dapat dibangunkan
dengan rangsang nyeri, tetapi jatuh tidur lagi.
4) Delirium :keadaan kacau motorik yang sangat, memberontak, berteriak-
teriak, dan tidak sadar terhadap orang lain, tempat, dan waktu.
5) Sopor/semi koma : keadaan kesadaran yang menyerupai koma,reaksi
hanya dapat ditimbulkan dengan rangsang nyeri.
6) Koma : keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidakdapat
dibangunkan dengan rangsang apapun.
e. Exposure
Keadaan kulit, seperti turgor / kelainan pada kulit dan keadaan ketidak
nyamanan (nyeri) dengan pengkajian PQRST
2. Pengkajian Sekunder
AMPLE
a. Alergi : Riwayat pasien tentang alergi yang dimungkinkan pemicuterjadinya
penyakitnya.
b. Medikasi : Berisi tentang pengobatan terakhir yang diminum sebelum
sakitterjadi (Pengobatan rutin maupun accidental)
c. Past Illness : Penyakit terakhir yang diderita klien, yang dimungkinkanmenjadi
penyebab atau pemicu terjadinya sakit sekarang.
d. Last Meal : Makanan terakhir yang dimakan klien.
e. Environment/ Event: Pengkajian environment digunakan jika pasien dengan
kasus Non Trauma dan Event untuk pasien Trauma.
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Elektrokardiografi.
Bisa sinus takikardia dengan hipertrofi atrium kiri atau fibrilasiatrium, tergantung
penyebab gagal jantung. Gambaran infark, hipertrofi ventrikel kiriatau aritmia
bisa ditemukan.
2. Laboratorium
a. Analisa gas darah pO2 rendah, pCO2 mula-mula rendah dan kemudian
hiperkapnia.
b. Enzim kardiospesifik meningkat jika penyebabnya infark miokard.
c. Darah rutin, ureum, kreatinin, , elektrolit, urinalisis, foto thoraks, EKG, enzim
jantung(CK-MB, Troponin T), angiografi koroner.
d. Foto thoraks Pulmonary edema secara khas didiagnosa dengan X-ray dada.
Radiograph (X-ray) dada yang normal terdiri dari area putih terpusat yang
menyinggung jantung dan pembuluh-pembuluh darah utamanya plus tulang-
tulang dari vertebral column, dengan bidang-bidang paru yang menunjukan
sebagai bidang-bidang yang lebih gelap pada setiap sisi, yang dilingkungi oleh
struktur-struktur tulang dari dinding dada. X-raydada yang khas dengan
pulmonary edema mungkin menunjukan lebih banyak tampakan putih pada
kedua bidang-bidang paru dari pada biasanya. Kasus-kasus yang lebih parah
dari pulmonary edema dapat menunjukan opacification (pemutihan) yang
signifikan pada paru-paru dengan visualisasi yang minimal dari bidang-bidang
paruyang normal. Pemutihan ini mewakili pengisian dari alveoli sebagai
akibat dari pulmonary edema, namun ia mungkin memberikan informasi yang
minimal tentang penyebab yang mungkin mendasarinya.
3. Gambaran Radiologi yang ditemukan :
a. Pelebaran atau penebalan hilus (dilatasi vaskular di hilus)
b. Corakan paru meningkat (lebih dari 1/3 lateral)
c. Kranialisasi vaskuler- Hilus suram (batas tidak jelas)
d. Interstitial fibrosis (gambaran seperti granuloma-granuloma kecil atau nodul
milier)» Ekokardiografi Gambaran penyebab gagal jantung : kelainan katup,
hipertrofi ventrikel(hipertensi), Segmental wall motion abnormally (Penyakit
Jantung Koroner), danumumnya ditemukan dilatasi ventrikel kiri dan atrium
kiri
4. Pengukuran plasma B-type natriuretic peptide (BNP)Alat-alat diagnostik lain yang
digunakan dalam menilai penyebab yang mendasari dari pulmonary edema
termasuk pengukuran dari plasma B-type natriuretic peptide (BNP)atau N-
terminal pro-BNP. Ini adalah penanda protein (hormon) yang akan timbul
dalamdarah yang disebabkan oleh peregangan dari kamar-kamar jantung.
Peningkatan dariBNP nanogram (sepermilyar gram) per liter lebih besar dari
beberapa ratus (300 ataulebih) adalah sangat tinggi menyarankan cardiac
pulmonary edema. Pada sisi lain, nilai-nilai yang kurang dari 100 pada dasarnya
menyampingkan gagal jantung sebagai penyebabnya.
5. Pulmonary artery catheter (Swan-Ganz)
Pulmonary artery catheter (Swan-Ganz) adalah tabung yang panjang dan tipis
(kateter)yang disisipkan kedalam vena-vena besar dari dada atau leher dan
dimajukan melalui ruang ruang sisi kanan dari jantung dan diletakkan kedalam
kapiler-kapiler paru atau pulmonary capillaries (cabang cabang yang kecil dari
pembuluh-pembuluhm darah dari paru-paru). Alat ini mempunyai kemampuan
secara langsung mengukur tekanan dalam pembuluh-pembuluh paru, disebut
pulmonary artery wedge pressure. Wedge pressuredari 18 mmHg atau lebih tinggi
adalah konsisten dengan cardiogenic pulmonary edema,sementara wedge pressure
yang kurang dari 18 mmHg biasanya menyokong non-cardiogenic cause of
pulmonary edema. Penempatan kateter Swan-Ganz dan interpretasi data dilakukan
hanya pada intensive care unit (ICU).
J. PEMERIKSAAN FISIK
1. Integumen
Subyektif : -
Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasisekunder),
banyak keringat , suhu kulit meningkat,kemerahan
2. Sistem Pulmonal
Subyektif : sesak nafas, dada tertekan
Obyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif/
nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan
diafragma dan perutmeningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor,
ronchii pada lapang paru,
3. Siste Cardiovaskuler
Subyektif : sakit dada
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi,kualitas darah
menurun, Denyut jantung tidak teratur, suara jantung tambahand.
4. Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargie.
5. Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan
otot aksesoris pernafasan
6. Sistem genitourinaria
Subyektif : -
Obyektif : produksi urine menurun,
7. Sistem digestif
Subyektif : mual, kadang muntah
Obyektif : konsistensi feses normal/diareh.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2 Gangguan pertukaran Pertukaran gas efektif, selama 3x 1. Auskultasi suara nafas, 1. Menunjukkan adanya bendungan
catat adanya krekels pulmonal/penumpukan secret yang
gas berhubungan 24 jam, dengan Kriteria Hasil: 2. Atur posisi fowler dan bed membutuhkan penanganan lebih
dengan perubahan menunjukkan ventilasi dan rest lanjut
3. Pantau/gambarkan seri 2. merangsang pengembangan paru
membran kapiler- oksigenasi jaringan yang adekuat GDA, nadi oksimetri secara maksimal.
4. Collaborative pemberian 3. hipoksemia dapat menjadi berat
alveolus (perpindahan pada jringan di tunjukkan oleh
O2 sesuai indikasi selama edema paru.
cairan ke dalam area GDA/oksimetri dalam rentang 5. Collaborative pemberian 4. meningkatkan konsenterasi O2
intertitial/alveoli) obat Diuretic alveolar yang akan mengurangi
normal dan bebas gejala distress
6. Bronkodilator hypoxemia jaringan
pernafasan . 5. Mengurangi bendungan alveolar
sehingga meningkatkan pertukaran
gas
6. Meningkatkan pemasukan O2 dengan
jalan dilatasi saluran nafas
4 Cemas sehubungan Pasien mampu memahami dan 1. Berikan posisi yang 1. Biasanya dengan semi fowler.
menerima keadaannya sehingga menyenangkan bagi 2. pasien mampu menerima keadaan dan
dengan adanya tidak terjadi kecemasan. pasien. mengerti sehingga dapat diajak
ancaman kematian yang Kriteria hasil: Pasien mampu 2. Jelaskan mengenai kerjasama dalam perawatan.
dibayangkan bernafas secara normal, pasien penyakit dan diagnosanya 3. Mengurangi ketegangan otot dan
mampu beradaptasi dengan 3. Ajarkan teknik relaksasi. kecemasan
(ketidakmampuan
keadaannya. Respon non verbal 4. Bantu dalam 4. Pemanfaatan sumber koping yang ada
untuk bernafas). klien tampak lebih rileks dan menggunakan sumber secara konstruktif sangat bermanfaat
santai, nafas teratur dengan koping yang ada dalam mengatasi stress.
frekuensi 16-24 kali permenit, 5. Pertahankan hubungan 5. Hubungan saling percaya membantu
nadi 80-90 kali permenit. saling percaya antara proses terapeutik
perawat dan pasien 6. Tindakan yang tepat diperlukan dalam
6. Kaji faktor yang mengatasi masalah yang dihadapi
menyebabkan timbulnya klien dan membangun kepercayaan
rasa cemas dalam mengurangi kecemasan
7. Bantu pasien mengenali 7. Rasa cemas merupakan efek emosi
dan mengakui rasa sehingga apabila sudah teridentifikasi
cemasnya dengan baik, perasaan yang
mengganggu dapat diketahui.
5 Ketidakmampuan Pasien mampu melaksanakan 1. Evaluasi respon pasien 1. Mengetahui sejauh mana kemampuan
aktivitas seoptimal mungkin. saat beraktivitas, catat pasien dalam melakukan aktivitas.
melakukan aktivitasKriteria hasil: Terpenuhinya keluhan dan tingkat 2. Memacu pasien untuk berlatih secara
sehari-hari sehubungan aktivitas secara optimal, pasien aktivitas serta adanya aktif dan mandiri
dengan keletihan kelihatan segar dan bersemangat, perubahan tanda-tanda 3. Memberi pendidikan pada Px dan
(keadaan fisik yang personel hygiene pasien cukup vital keluarga dalam perawatan
2. Bantu Px memenuhi selanjutnya.
lemah). kebutuhannya 4. Kelemahan suatu tanda Px belum
3. Awasi Px saat melakukan mampu beraktivitas secara penuh.
aktivitas 5. Istirahat perlu untuk menurunkan
4. Libatkan keluarga dalam kebutuhan metabolisme
perawatan pasien 6. Aktivitas yang teratur dan bertahap
5. Jelaskan pada pasien akan membantu mengembalikan
tentang perlunya pasien pada kondisi normal
keseimbangan antara
aktivitas dan istirahat
6. Motivasi dan awasi pasien
untuk melakukan aktivitas
secara bertahap
6 Ketidakmampuan Pasien dan keluarga tahu 1. Kaji patologi masalah 1. Informasi menurunkan takut karena
mengenai kondisi dan aturan individu. ketidaktahuan. Memberikan
melakukan aktivitas pengobatan 2. Kaji ulang tanda atau pengetahuan dasar untuk pemahaman
sehari-hari sehubungan Kriteria hasil: gejala yang memerlukan kondisi dinamik dan pentingnya
dengan keletihan 1. Px dan keluarga menyatakan evaluasi medik cepat intervensi terapeutik
pemahaman penyebab (contoh, nyeri dada tiba- 2. Berulangnya proses penyakit
(keadaan fisik yang
masalah tiba, dispena, distress memerlukan intervensi medik untuk
lemah). 2. PX dan keluarga mampu pernafasan) mencegah, menurunkan potensial
mengidentifikasi tanda dan 3. Kaji ulang praktik komplikasi
gejala yang memerlukan kesehatan yang baik 3. Mempertahankan kesehatan umum
evaluasi medik (contoh, nutrisi baik, meningkatkan penyembuhan dan
3. Px dan keluarga mengikuti istirahat, latihan). dapat mencegah kekambuhan.
program pengobatan dan
menunjukkan perubahan pola
hidup yang perlu untuk
mencegah terulangnya
masalah
DAFTAR PUSTAKA