Anda di halaman 1dari 27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Diagram Alir Kegiatan Kerja Praktek

Mulai

Safety Induction

Koordinasi dengan satker HSE mengenai rencana penelitian

Pembuatan rencana observasi ke lapangan

Overview wilayah kerja PT. ANTAM Tbk-UBP Bauksit

Pemantauan lokasi penelitian di area Washing Plant

Pengambilan data penelitian kerja praktek

Penyusunan laporan kegiatan kerja praktek

Presentasi laporan kegiatan kerja praktek

Selesai

35
4.2 Uraian Kegiatan Selama Kerja Praktek
4.2.1 Tahap Pengurusan Kelengkapan Administrasi Kerja Praktek
Tahap ini merupakan tahap awal dalam memulai serangkaian
kerja praktek selama kurang lebih satu bulan di Departemen
Health, Safety and Environment (HSE). Pada tahap ini, mahasiswa
yang masih berstatus tamu/visitor wajib melapor/memasukkan
kelengkapan berkas yang telah dipersyaratkan sebelumya untuk
pelaksanaan kegiatan kerja praktek kepada bagian Human Capital
di Main Office PT. ANTAM Tbk-UBP Bauksit.

4.2.2 Tahap Safety Induction


Pada tahap ini, mahasiswa magang yang telah menyelesaikan
kelengkapan administrasi wajib mengikuti safety induction di
Health, Safety and Environment (HSE) Office sebelum
melaksanakan kerja praktek/magang. Pada safety induction ini
mahasiswa diberikan penjelasan mengenai pentingnya keselamatan
kerja bagi setiap karyawan perusahaan, aturan-aturan yang ada
dalam perusahaan, sertifikasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) yang didapatkan serta potensi bahaya dan cara
pencegahannya.

4.2.3 Tahap Kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD)


Dalam tahap ini seluruh mahasiswa yang akan magang di
perusahaan dalam waktu yang sudah ditentukan wajib memiliki
kelengkapan alat pelindung diri sebelum turun langsung ke
lapangan. Alat pelindung diri tersebut terdiri dari ID Card, rompi
reflector, safety shoes dan safety helmet. Hal ini guna melindungi
diri apabila terjadi kecelakaan kerja yang tidak diinginkan, baik
kecelakaan yang berskala kecil maupun besar.

36
4.2.4 Tahap Penempatan Satuan Kerja (Satker)
Setelah mendapatkan alat pelindung diri, mahasiswa
ditempatkan pada satuan kerja berdasarkan latar belakang jurusan.
Kami ditempatkan di Departemen Health, Safety and Environment
(HSE) tepatnya di Occupational Health and Safety. Pada tahap ini
pula kami melakukan diskusi mengenai kerja praktek yang akan
dilaksanakan dengan Asisten Manajer Occ. Health and Safety dan
Safety Senior Office selaku pembimbing kami selama
melaksanakan Kerja Praktek.

4.2.5 Kegiatan Safety Talk


Kegiatan safety talk merupakan rutinitas awal para karyawan
maupun mitra PT. ANTAM Tbk-UBP Bauksit, khususnya di satker
HSE pada pagi hari sebelum memulai aktivitas kerja. Safety Talk
dilaksanakan pada pukul 07.30-07.45 WIB berlaku untuk jam
kerja. Istilah safety talk ini berlaku di dunia pertambangan, atau
disebut apel pagi. Safety talk merupakan pertemuan rutin yang
dilakukan oleh para karyawan yang bertujuan untuk membicarakan
mengenai kesehatan dan keselamatan dalam bekerja serta laporan
aktivitas pertambangan pada malam hari.

4.2.6 Kegiatan Rapat Evaluasi Kegiatan Harian


Kegiatan ini dilakukan setelah kegiatan safety talk yang
merupakan kegiatan harian dari satker HSE sebelum melaksanakan
kegiatan. Pada kegiatan ini, akan dilakukan evaluasi mengenai
rencana kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya, apakah
semua yang direncanakan telah terlaksana ataukah memerlukan
tindak lanjut dari satker HSE dan juga akan membahas rencana
kegiatan yang akan dilakukan pada hari tersebut.

37
4.2.7 Wawancara pekerja di area Washing Plant
Wawancara kami lakukan sebanyak 2 kali yaitu pada operator
washing plant dan juga pengawas washing plant.
Melalui hasil wawancara, kami mendapatkan informasi dan
juga harapan yang diberikan oleh pekerja ke perusahaan. Dari hasil
wawancara yang kami lakukan didapatkan informasi sebagai
berikut :
1. Pekerja yang bekerja di area washing plant berjumlah 7 orang
dengan pembagian tugas yaitu 4 orang operator washing plant
dan 3 orang operator tromol.
2. Waktu kerja yang ada di area washing plant terdiri dari 2 shift,
yaitu pukul 07.00-18.00 untuk shift siang dan pukul 19.00-
06.00 untuk shift malam.
3. Untuk waktu kerja dari tiap operator washing plant dilakukan
pergantian setiap 1 jam karena tingginya nilai kebisingan di
tempat tersebut dan sebagai bentuk upaya untuk mengurangi
dampak negatif bagi kesehatan operator.
4. Upaya perusahaan untuk meminimalisasi terjadinya kecelakaan
kerja maka setiap pegawai diberikian alat pelindung diri yaitu
safety helmet, safety shoes, ear plug atau ear muff, masker serta
rompi reflector. Dan juga untuk menunjang proses produksi
yang baik maka pihak perusahaan telah memberika penerangan
yang baik bagi pekerja dan juga tempat duduk yang nyaman
bagi operator washing plant.
5. Pekerja memiliki beberapa keluhan, yaitu :
a. Kurang tingginya dinding penghalang di washing plant
sehingga kadang pekerja ada yang terkena percikan
material, pada saat hujan tampias air terkena pekerja
sehinggi pekerja basah dan apabila hujan deras bisa terjadi
pemberhentian produksi di lokasi kerja dan juga pekerja
yang bekerja pada shift malam memiliki keluhan kesehatan

38
seperti demam dan meriang yang diakibatkan kurang
tingginya dinding penghalang sehingga pekerja terpapar
langsung oleh angin.
b. Pekerja merasa kurang aman karena dilepasnya penangkal
petir yang ada di area washing plant karena adanya
aktivitas upgrade area washing plant. Dan banyaknya kabel
terbuka yang membuat pekerja takut akan terjadinya
korsleting.
c. Lambatnya tindak lanjut perusahaan terhadap keluhan yang
disampaikan oleh pekerja seperti untuk permintaan masker
karena banyaknya debu yang ada di lokasi kerja mereka
dan juga permintaan penggantian APD apabila mereka
merasa APD yang mereka pakai sudah tidak layak untuk
digunakan.
6. Adapun harapan yang disampaikan pegawai untuk perusahaan
sebagai berikut :
a. Membuat dinding penghalang yang lebih tinggi sehingga
membantu pegawai agar bekerja lebih nyaman.
b. Segera memasang alat penangkal petir agar pekerja tidak
merasa takut terhadap bahaya yang akan mereka hadapi.
c. Lebih sering melakukan maintenance terhadap kabel-kabel
yang ada disekitar area kerja washing plant untuk
meminimalisasi terjadinya korsleting.
d. Mempercepat proses tindak lanjut terhadap keluhan yang
mereka laporkan kepada pihak perusahaan karena menurut
mekeka hal tersebut dapat mempengaruhi proses produksi
yang terjadi di area kerja mereka.

39
4.2.8 Faktor Bahaya Pada Aktivitas di Washing Plant
Pada proses di area Washing Plant PT. ANTAM Tbk-UBP
Bauksit terdapat faktor bahaya yang terdiri dari faktor fisik, faktor
kimia, faktor biologi, faktor psikologis dan faktor fisiologis. Di sini
hanya menjelaskan beberapa faktor yang disebabkan oleh aktivitas
di area Washing Plant yaitu debu, kebisingan, Intensitas Getaran,
dan emisi gas buangan kendaraan DT/ADT.
Berdasarkan aktivitas di area Washing Plant PT. ANTAM Tbk-
UBP Bauksit. Maka kami mengidentifikasi adanya faktor bahaya
antara lain :
1. Debu
Debu yang timbul sebagian besar dari kondisi jalan yang
berstruktur tanah kering, memungkinkan dapat mengganggu
kesehatan pada waktu menghirup udara pernafasan, juga dapat
menghalangi lapang pandang dari pamakai kendaraan yang
dapat menyebabkan kecelakaan.
Pengukuran debu dilaksanakan dengan mengidentifikasi
debu respirasi yang ada di area kerja. Pengukuran itu sendiri
dilakukan pada area kerja (ambient) dan juga pada pekerja
(personal). Dari hasil pengukuran debu respirasi, didapatkan
hasil sebagai berikut :

Tabel 1 Hasil Pengukuran Debu


Sample Regulatory
Time
No Customer Simple ID Date Sample Result Limit
Sampled
(mg/Nm3) (mg/Nm3)
Pensius Primus - Area
1 17 Juli 2017 9:00 1.1 3.0
Wasing Plant
Iskandar - Area
2 17 Juli 2017 9:10 3 3.0
Washing Plant
3 Yamin - Area Sample 17 Juli 2017 9:25 0.4 3.0
Syahbandi - Area
4 17 Juli 2017 9:35 0.7 3.0
Sample
Heri Maulana - Area
5 17 Juli 2017 9:50 1.1 3.0
Workshop
Hermansyah - Area
6 17 Juli 2017 13:30 3.5 3.0
Lab

40
Sample Regulatory
Time
No Customer Simple ID Date Sample Result Limit
Sampled
(mg/Nm3) (mg/Nm3)
Area Hauling
7 17 Juli 2017 8:10 0.4 3.0
(Gudang)
8 Area Workshop 17 Juli 2017 8:25 0.2 3.0
9 Area Lab 17 Juli 2017 9:15 2.3 3.0
10 Area Front 17 Juli 2017 10:00 0.2 3.0
Catatan :
- Nilai Ambang Batas mengacu pada TLV’s ACGIH tahun 2017
- Peraturan Menteri Kesehatan No. 70 Tahun 2016 tentang Standar
dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri

Dari hasil pengukuran debu yang telah dilakukan dapat


diketahui bahwa kadar debu yang ada hampir di setiap titik
pengambilan sampel tidak melebihi NAB, kecuali di Area Lab
yang memiliki kadar debu 3,5 mg/Nm3 yang telah melebihi
NAB yaitu 3,0 mg/Nm3.
Metode pengukuran debu dilakukan dengan mengukur
sample debu di titik-titik yang dianggap mewakili kadar debu
di area tersebut. Adapun upaya untuk meminimalisasi paparan
debu telah diterapkan dengan penggunaan masker dan
kacamata sesuai dengan jenis pekerjaan serta pihak perusahaan
menyediakan mobil water truck untuk melakukan penyiraman
pada jalan guna mereduksi debu.
2. Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki
dan dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan
yang dinyatakan dalam satuan decibel (dB).
Pengukuran kebisingan dilakukan pada area kerja peralatan
kerja. Dari hasil pengukuran kebisingan pada area kerja
didapatkan hasil sebagai berikut :

41
Tabel 2 Hasil Pengukuran Kebisingan
Sample Regulatory
Time
No Customer Simple ID Date Sample Result Limit
Sampled
(dBA) (dBA)
Toni - Operator
1 18 Juli 2017 9:00 57.2 85
Dozer D7R
Donatus Aki - Area
2 18 Juli 2017 9:10 85.7 85
Washing Plant
V. Roy D - Area Lab
3 18 Juli 2017 9:25 82.3 85
Preparasi Kering
Hendra HN -
4 Operator Exa 14PS 18 Juli 2017 9:35 52.7 85
02
Donatus Aki - Area
5 18 Juli 2017 9:50 89.3 85
Pencucian
Rudiansyah - Area
6 18 Juli 2017 13:30 84.8 85
Sampel Stock
Catatan :
- Nilai Ambang Batas mengacu pada Peraturan Menteri Tenaga
Kerja RI No. 13 tahun 2011, tentang Baku Mutu Udara
Lingkungan Kerja.

Dari hasil pengukuran kebisingan total yang dilakukan pada


area kerja dapat diketahui bahwa terdapat dua area yang
memiliki nilai kebisingan melebihi NAB yaitu pada area
washing plant dan pencucian dengan nilai 85,7 dBA dan 89,3
dBA yang dimana telah NAB yaitu 85 dBA.
Meskipun kebisingan melebihi NAB namun upaya untuk
meminimalisasi kebisingan telah diterapkan oleh PT. ANTAM
Tbk-UBP Bauksit dengan penggunaan ear plug dan ear muff
sesuai dengan jenis pekerjaan dan menerapkan pembagian shift
kerja 2 kali sehari dengan masing-masing shift 8 jam kerja per
hari.
3. Emisi Gas Buang Kendaraan
Emisi gas buang kendaraan adalah zat atau bahan pencemar
yang dikeluarkan langsung dari pipa gas buang kendaraan
bermotor lama. Kendaraan bermotor lama adalah kendaraan

42
yang sudah diproduksi, dirakit atau diimpor dan sudah
beroperasi di wilayah Republik Indonesia.
Pengukuran emisi gas buang kendaraan dilakukan untuk
semua kendaraan yang beroperasi di area kerja pertambangan.
Dari hasil pengukuran emisi gas buang kendaraan didapatkan
hasil sebagai berikut :

Tabel 3 Hasil Pengukuran Emisi Kendaraan


Hasil
Nomor Bahan
No. Merk Parameter Uji Satuan Keterangan
Kendaraan Bakar
Emisi
1 1811 Toyota Bensin CO 0.02 % LULUS
HC 6 ppm LULUS
2 1205 Toyota Besin CO 0.02 % LULUS
HC 6 ppm LULUS
3 1493 Toyota Bensin CO 0.02 % LULUS
HC 23 ppm LULUS
4 KB 1996 MD Honda Bensin CO 0.01 % LULUS
HC 3 ppm LULUS
5 LV 02 Toyota Solar Opasitas 23.6 % LULUS
6 ADT 01 Volvo Solar Opasitas 10 % LULUS
7 BD 01 CAT Caterpillar Solar Opasitas 28.8 % LULUS
8 ADT 03 Volvo Solar Opasitas 14.4 % LULUS
TIDAK
9 DT 01 NIS Nissan Solar Opasitas 56.2 %
LULUS
10 LV 03 Toyota Solar Opasitas 20.3 % LULUS
11 DT 14 NIS Nissan Solar Opasitas 22.1 % LULUS
12 ADT 02 Volvo Solar Opasitas 17.3 % LULUS
13 EXC 22 Hitachi Solar Opasitas 17.8 % LULUS
14 LV 08 Toyota Solar Opasitas 13.1 % LULUS
15 DT 18 HI Hino Solar Opasitas 26.3 % LULUS
TIDAK
16 LV 10 Toyota Solar Opasitas 65.9 %
LULUS
TIDAK
17 LV 04 Toyota Solar Opasitas 80.4 %
LULUS
18 DT 10 NIS Nissan Solar Opasitas 14.9 % LULUS
19 DT 05 NIS Nissan Solar Opasitas 2.3 % LULUS
TIDAK
20 DT 08 NIS Nissan Solar Opasitas 69.5 %
LULUS
21 WL 02 LIU GONG Solar Opasitas 8.2 % LULUS

43
Hasil
Nomor Bahan
No. Merk Parameter Uji Satuan Keterangan
Kendaraan Bakar
Emisi
22 WL 04 LIU GONG Solar Opasitas 7.5 % LULUS
23 DT 02 NIS Nissan Solar Opasitas 7.2 % LULUS
24 DT 11 NIS Nissan Solar Opasitas 6.7 % LULUS
25 B 2736 LQ Toyota Solar Opasitas 54.9 % LULUS
TIDAK
26 LV SECURITY Toyota Solar Opasitas 74.5 %
LULUS
27 KB 1373 MD Mitsubuishi Solar Opasitas 7.3 % LULUS
TIDAK
28 KB 97 15 Toyota Solar Opasitas 44.8 %
LULUS
29 LV 06 Daihatsu Solar Opasitas 14.3 % LULUS
30 LV 07 Toyota Solar Opasitas 10 % LULUS
31 LV 11 Toyota Solar Opasitas 7 % LULUS
32 LV 09 Toyota Solar Opasitas 15.6 % LULUS
33 DT 01 NIS Hino Solar Opasitas 7 % LULUS
34 DT 02 HI Hino Solar Opasitas 13.3 % LULUS
35 EXC 03 Hitachi Solar Opasitas 8.9 % LULUS
36 EXC 05 Hitachi Solar Opasitas 15.3 % LULUS
37 WL 01 Komatsu Solar Opasitas 33.9 % LULUS
TIDAK
38 LV 01 Mitsubuishi Solar Opasitas 42.3 %
LULUS
Catatan :
- Nilai Ambang Batas mengacu pada PERMENLH No. 5 tahun 2006,
tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama.
Dimana NAB untuk Karbon Monoksida (CO) adalah 1,5%, Hidrokarbon
(HC) adalah 200 ppm dan Opositas adalah 40%.

Adapun upaya untuk meminimalisasi emisi gas buang


kendaraan yang melebihi NAB maka dilakukan maintenance
pada kendaraan secara berkala agar dapat mereduksi emisi gas
buang kendaraan agar tidak melebihi NAB yang ada.

4.2.9 Keselamatan Kerja


1. Kejatuhan Benda
Kewajiban mengenakan APD (Alat Pelindung Diri) yang
berupa safety helmet dan safety shoes untuk melindungi kepala
karyawan dari kejatuhan benda yang tidak diinginkan. Hal ini

44
telah sesuai dengan Kepmentamben No. 555.K/26/M.PE/1995
pasal 468 bahwa setiap orang yang harus memakai topi
pengaman apabila berada di dalam tambang bawah tanah atau
di sekitar tambang yang terdapat potensi bahaya kejatuhan
benda atau terbentur.
Berdasarkan hasil yang telah ditinjau kelokasi secara
langsung untuk mengatasi para pekerja dalam menjalankan
aktivitas di area Washing Plant diwajibkan mengenakan APD
(Alat Pelindung Diri) yang berupa safety helmet yang bisa
digunakan untuk melindungi kepala mereka dari kejatuhan
benda yang tidak diinginkan.
2. Terjatuh
Keadaan di area Washing Plant terdapat tempat-tempat
dengan beda ketinggian yang dapat mengakibatkan tenaga
kerja terjatuh apabila bekerja di tempat tersebut tidak
memahami Standard Operational Procedure (SOP) yang ada.
Untuk melindungi tenaga kerjanya digunakan APD berupa
safety harnees yang wajib dikenakan bagi pekerja yang bekerja
pada ketinggian yang berbeda.
Kewajiban mengenakan APD berupa safety harnees telah
sesuai dengan Kepmentamben No. 555.K/26/M.PE/1995 pasal
93 bahwa apabila seseorang bekerja pada tempat lebih tinggi
dari 2,5 meter dari lantai kerja, perlindungan terhadap
kemungkinan terjatuh harus disediakan dengan cara memberi
pagar, pegangan tangan atau tempat berpegang. Apabila cara
perlindungan tersebut tidak praktis, maka sabuk pengaman atau
pelana pengaman harus dipakai atau dipasang jaring pengaman.
3. Terjepit
Terjepit merupakan potensi bahaya yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja
pada pengolahan yaitu terjepit pada permesinan yang bergerak

45
yang tidak diberi pengaman.Untuk mencegah potensi terjepit
usaha yang dilakukan pada aktivitas di area Washing Plant
yaitu pemberian tanda bahaya dan pemberian pengaman pada
mesin-mesin yang bergerak.
Tindakan pencegahan yang dilakukan oleh PT. ANTAM
Tbk-UBP Bauksit dengan pemberian tanda bahaya dan
pengaman pada mesin yang bergerak telah sesuai dengan
Kepmentamben No. 555.K/26/M.PE/1995 pasal 209 bahwa
bagian yang bergerak dari semua permesinan harus dilengkapi
dengan pagar pengaman yang cukup kuat, serta pasal 212
bahwa pada tempat tertentu yang berdekatan dengan pesawat
atau alat yang bergerak harus dipasang tanda bahaya yang jelas
dan mudah dilihat.
4. Tertabrak, Tergilas dan Tabrakan
Kegiatan pertambangan bauksit mempunyai potensi bahaya
yang tinggi karena menggunakan alat-alat berat sehingga
berdampak pula terhadap tingginya angka kecelakaan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan hal yang penting
dalam dunia pertambangan. Perusahaan telah menyadari akan
hal tersebut dan berkomitmen bahwa keselamatan kerja sebagai
landasan utama dalam setiap kegiatan operasinya. Upaya-upaya
yang telah dilakukan pada prinsipnya adalah untuk mencegah
terjadinya kecelakaan sedini mungkin serta untuk
meminimalisasi kerugian yang diderita apablia kecelakaan
terjadi. Kecelakaan lalu lintas tambang merupakan jenis potensi
bahaya yang sering terjadi.
Berbagai upaya telah dilakukan manajemen berupa aturan-
aturan yang harus dipatuhi semua operator. Perusahaan telah
sesuai dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
No. 555.K/26/M.PE/ 1995 tentang Pertambangan Umum pasal
136 ayat 1 sampai dengan ayat 4 yaitu pada ayat 1

46
menyebutkan bahwa, “Pada setiap persimpangan dengan jalan
raya atau jalan orang harus dilengkapi dengan rambu-rambu
atau pengaman lainnya yang harus ditutup apabila angkutan
sedang melintas dan tanda peringatan bunyi atau visual harus
dibunyikan selama melintas”. Ayat 2 menyebutkan, “Setiap
angkutan yang beroperasi di permukaan maupun sebagian di
bawah tanah dari suatu usaha pertambangan harus memenuhi
ketentuan dan persyaratan dalam peraturan tambang permukaan
dan setiap aturan sinyal harus konsisten pada keseluruhan
sistem”. Ayat 3 menyebutkan bahwa, “Setiap sistem harus
dikendalikan hanya dengan sinyal bunyi atau visual yang
dikirim ke ruang masinis pada bagian permesinan dan pada
waktu yang bersamaan diulang lagi pada setiap stasiun antara
atau stasiun terminal. Salinan dari peraturan sinyal tersebut
harus di tempelkan pada setiap darimana biasanya sinyal
dikirimkan”. Ayat 4 menyebutkan bahwa, “Alat pengaman
untuk lori yang berjalan tak terkendali harus dapat bekerja
secara otomatis.” Dengan demikian usaha yang telah dilakukan
untuk mengendalikan kecelakaan lalu lintas di area tambang
telah memenuhi Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
No. 555.K/26/M.PE/ 1995 pasal 136 ayat 1 sampai dengan ayat
4. Karena perusahaan telah menerapkan pengaman,
menyalakan lampu, pemasangan lampu rotari pada setiap unit
sarana yang digunakan di area kerja, monitoring dengan radio,
pengaturan batas maksimum kecepatan, rambu-rambu lalu
lintas dan pemasang bendera sebagai upaya pengendalian.
Perusahaan juga telah sesuai dengan Undang-undang No. 1
Tahun 1970 tentang keselamatan kerja pasal 14 ayat 2 yang
menyebutkan bahwa ”Memasang dalam tempat kerja yang
dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang
diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-

47
tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli Keselamatan Kerja”. Dengan
demikian upaya yang dilakukan oleh perusahaan telah
memenuhi Undang–undang No.1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja pasal 14 ayat 2 tentang keselamatan kerja
karena perusahaan telah memasangan rambu dan poster-poster
K3 di jalan-jalan hauling, Washing Plant office, area tambang,
workshop dan area diluar tambang telah sesuai.

4.2.10 Kesehatan Kerja


Upaya perusahaan untuk menjaga derajat kesehatan para tenaga
kerja agar dapat optimal baik kesehatan fisik, mental maupun
sosial diadakan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap
penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor
pekerjaan, lingkungan dan penyakit umum, maka perusahaan
memberikan pelayanan perawatan kesehatan bagi seluruh tenaga
kerja. Hal ini telah memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor Per 03/ MEN/ 1982 tentang Pelayanan
Kesehatan Tenaga Kerja pada pasal 3 ayat 1 yang menerangkan
bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan kerja, dalam ayat 2 juga disebutkan bahwa pengurus
perusahaan wajib memberikan pelayanan kesehatan kerja sesuai
dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
1. Organisasi dan Penanggungjawab Kegiatan Pelayanan
Kesehatan
Perusahaan sudah memenuhi Peraturan Menteri Tenaga
Kerja nomor 3 tahun 1982 pasal 4 ayat1 yang berisi “
Penyelenggara pelayanan kesehatan kerja dapat
diselenggarakan sendiri oleh pengurus”. Hal ini diwujudkan
dengan keberadaan tenaga ahli medis di site. Namun
perusahaan belum memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja

48
dan Transmigrasi No. Per-01/MEN/1976 tentang wajib latihan
hyperkes bagi dokter perusahaan karena belum mempunyai
dokter perusahaan yang bersertifikasi hiperkes.
2. Tugas Pokok Pelayanan Kesehatan Kerja
Adapun pelayanan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh
perusahaan antara lain meliputi :
a. Pemeriksaan Kesehatan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
No. Per-03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja
pasal 2 dalam aplikasinya perusahaan telah melaksanakan
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja meliputi :
1) Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja telah dilakukan
oleh perusahaan. Sebelum tenaga kerja mulai masuk
kerja perusahaan melakukan pemeriksaan terlebih
dahulu. Perusahaan telah sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.
02/MEN/1980 tentang Pemeriksaaan Kesehatan Tenaga
Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja pasal
2 ayat (1) yang berbunyi “Pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja ditujukan agar tenaga kerja yang
diterima berada dalam kondisi kesehatan yang setingi-
tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang
akan mengenai tenaga kerja lainya, dan cocok untuk
pekerjaan yang akan dilakukan sehingga keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan dan
tenaga kerja lain-lainnya yang dapat dijamin”
2) Pemeriksaan kesehatan berkala dilaksanakan 1 tahun
sekali. Pemeriksaan kesehatan berkala dimaksudkan
untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja
sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai
kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan

49
seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha
pencegahan. Dalam implementasinya perusahaan untuk
pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja telah
memenuhi standar Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No.: Per.02/MEN/1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1)
yang berbunyi “Pemeriksaan kesehatan berkala
dimaksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan
tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaanya, serta
menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari
pekerjaanya, serta menilai kemungkinan adanya
pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu
dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan” ayat (2)
yang berbunyi “Semua perusahaan sebagaimana
dimaksud pasal 2 ayat (2) tersebut diatas harus
melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga
kerja sekurang-kurangnya 1 tahun sekali kecuali
ditentukan lain oleh Direktur Jenderal Pembinaan
Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja”
3) Pemeriksaan Khusus, pemeriksaan kesehatan untuk
tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan khusus dimaksudkan
untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dalam dari
pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-
golongan tertentu. Dalam hal ini perusahaan telah
memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No: Per.02/MEN/1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja pasal 5 ayat
Pemeriksaan Kesehatan Khusus dimaksudkan untuk
menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan

50
tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan
tenaga kerja tertentu”.
b. Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyesuaian Pekerjaan
Terhadap Tenaga Kerja
Pembinaan bagi tenaga kerja dilakukan dengan training
yang merupakan pemberian materi tentang safety, health &
environment kepada tenaga kerja. Perusahaan telah
memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 3 tahun 1982 tentang Pelayanan
Kesehatan Tenaga Kerja pasal 2 huruf (b).
c. Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Lingkungan Kerja
Dalam hal Pembinaan dan pengawasan terhadap kondisi
lingkungan kerja dilakukan training HIRA agar tenaga
kerja dapat mengidentifikasi potensi bahaya fisika, kimia,
dan biologi yang dapat mengganggu kesehatan tenaga kerja
di tempat kerja. Perusahaan telah sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 3 tahun
1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja pasal 2
huruf (c).
d. Pembinaan dan Pengawasan Perlengkapan Sanitair
Perlengkapan sanitair di tempat kerja sudah disediakan
dengan baik, mulai dari tempat pengolahan makanan,
wastafel, kamar mandi, dan toilet. Perusahaan telah sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal
2 mengenai tugas pokok pelayanan kesehatan kerja huruf d
yang berbunyi “Pembinaan dan pengawasan perlengkapan
sanitair”.

51
e. Pembinaan dan Pengawasan Perlengkapan Untuk
Kesehatan Tenaga Kerja
Perlengkapan kesehatan kerja yang ada di perusahaan
adalah paramedis dan dokter perusahaan yang berserfitikasi
hiperkes, hal ini telah memenuhi Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor 3 tahun 1982 tentang
Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja pasal 2 huruf (e).
Perusahaan juga telah sesuai dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No.1 tahun 1976
tentang Kewajiban Latihan Hiperkes bagi Dokter
Perusahaan pasal 1 yang berisi “Setiap perusahaan
diwajibkan untuk mengirimkan setiap dokter
perusahaannya untuk mendapatkan latihan dalam bidang
Hygiene perusahaan. Kesehatan dan Keselamatan Kerja”.
Paramedis yang ada di perusahaan juga telah sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi No.1
tahun 1979 tentang Kewajiban Latihan Higiene Perusahaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi Tenaga Paramedis
Perusahaan pasal 1 yang berisi “Setiap perusahaan yang
mempekerjakan tenaga para medis diwajibkan untuk
mengirimkan setiap tenaga tersebut untuk mendapatkan
latihan dalam bidang Hygiene Perusahaan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja”.
f. Pencegahan dan Pengobatan Terhadap Penyakit Umum dan
Penyakit Akibat Kerja
Perusahaan telah melakukan upaya pencegahan dan
pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat
kerja berupa pemeriksaan/pengobatan penyakit ringan dan
Tindakan penanggulangan luka, perawatan lanjutan dan
rawat jalan. Hal tersebut telah sesuai dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 3 tahun

52
1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja pasal 2
huruf (f).
g. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Perusahaan dalam penyelenggaraan pertolongan
pertama pada kecelakaan dilakukan oleh tim ERG dan tim
volunteer yang ada pada setiap unit kerja yang dilengkapi
dengan sarana P3K, hal ini telah sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982
tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 2 mengenai tugas
pokok pelayanan kesehatan kerja huruf g yang berbunyi
“Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan”. Peraturan menteri
tenaga kerja dan transmigrasi republik indonesia nomor :
PER.15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan pertama pada
kecelakaan di tempat kerja pasal Pasal 2 yaitu :
1) Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K dan
fasilitas P3K di tempat kerja.
2) Pengurus wajib melaksanakan P3K di tempat kerja.
Bahan, isi dan penempatan kotak P3K di perusahaan
sudah sesuai dengan pasal 10 PER.15/MEN/VIII/2008
dimana bahan telah terbuat dari bahan yang kuat, isi
telah lengkap dan disesuaikan dengan kebutuhan dan
penempatan telah diatur di tempat yang mudah
dijangkau dan mudah terlihat.
h. Pendidikan Kesehatan Untuk Tenaga Kerja dan Latihan
Untuk Petugas Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Perusahaan sudah mengadakan pelatihan tentang P3K,
ini semua sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor 3 tahun 1982 tentang
Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja pasal 2 huruf (h).

53
i. Memberikan Nasehat Mengenai Perencanaan dan
Pembuatan Tempat Kerja, Pemilihan Alat Pelindung Diri
yang Diperlukan dan Gizi Serta Penyelenggaraan Makanan
di Tempat Kerja
1) Menu Makanan
Perusahaan sudah menyediakan makanan dengan
menu yang beragam dan sehat. Hal tersebut telah
memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 3 tahun 1982 tentang Pelayanan
Kesehatan Tenaga Kerja pasal 2 huruf (i).
2) Pemeliharaan Peralatan Makan
Perusahaan sudah memiliki dapur yang cukup luas
dan kebersihan yang terjaga. Hal tersebut telah sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 3 tahun 1982 tentang Pelayanan
Kesehatan Tenaga Kerja pasal 2 huruf (i).
j. Membantu Usaha Rehabilitasi Akibat Kecelakaan atau
Penyakit Akibat Kerja
Setiap tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja
ataupun penyakit akibat kerja mendapat pelayanan
rehabilitasi dari perusahaan, hal ini telah memenuhi
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 3
tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
pasal 2 huruf (j).
k. Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Tenaga Kerja Yang
Mempunyai Kelainan Tertentu Dalam Kesehatannya
Perusahaan selalu melakukan pemeriksaan berkala
untuk mengetahui keadaan tenaga kerja, hal ini telah
memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi
No. Per 03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan
Tenaga Kerja pasal 2 huruf (k).

54
l. Memberikan Laporan Berkala Tentang Pelayanan
Kesehatan Kerja Kepada Pengurus
Tenaga medis telah membuat laporan pelayanan
kesehatan kerja setiap bulannya dan dikirim kepada dokter
perusahaan yang berada di head office, disamping dokter
pun mengawasi jalannya pelayanan kesehatan kerja. Hal ini
sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja &
Transmigrasi No. Per 03/MEN/1982 tentang Pelayanan
Kesehatan Tenaga Kerja pasal 2 huruf (l).
3. Fasilitas, sarana, dan prasarana kegiatan pelayanan kesehatan
kerja
Penyediaan fasilitas, sarana dan prasarana kegiatan
pelayanan kesehatan kerja di Perusahaan telah sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor: 15/MEN/VIII/2008 tentang P3K di tempat
kerja Bab III pasal 8 yaitu “Fasilitas P3K sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) meliputi : a. Ruang P3K, b.
Kotak P3K, c. Alat Evakuasi dan alat transportasi, d. Fasilitas
tambahan berupa alat pelindung diri dan atau peralatan khusus
di tempat kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat
khusus”.
4. Gizi Kerja
Perusahaan sudah memiliki kantin untuk menyediakan
makan pagi, siang maupun malam bagi pekerjanya. Akan tetapi
telah bekerjasama dengan perusahaan catering atau perusahaan
jasa boga dalam hal penyelenggaraan gizi kerja untuk
memberikan menu makanan. Perusahaan catering Kohama
telah memiliki sertifikat hygiene sanitasi jasaboga. Perusahaan
telah memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1096
tahun 2011 tentang persyaratan higiene sanitasi jasaboga pada
pasal 8 yang berisi ”Untuk memperoleh izin usaha

55
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, jasaboga harus memiliki
Sertifikat Layak Higiene Sanitasi Jasaboga yang dikeluarkan
oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota”.
Perusahaan catering yang di tunjuk oleh perusahaan telah
bersertifikasi hygiene sanitasi makanan atau jasa boga.
Perusahaan belum sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang
Higiene Sanitasi Jasaboga Bab III mengenai Penyelenggaraan
pasal 6 ayat (1) yang berbunyi “ setiap tenaga penjamah
makanan yang bekerja pada jasaboga harus memiliki sertifikat
kursus hygiene sanitasi makanan, berbadan sehat, dan tidak
menderita penyakit menular”, karena belum memiliki ahli
hygiene sanitasi makanan yang bertanggung jawab mengelola
gizi kerja seluruh pekerja.
5. Jaminan Kesehatan
Perusahaan telah mengikutsertakan semua tenaga kerjanya
dalam program BPJS Ketenagakerjaan. Adapun program yang
diikuti oleh perusahaan antara lain; program Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JK).
Perusahaan telah sesuai dengan Undang–undang Republik
Indonesia No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Bab V pasal 15 ayat (1) yang berbunyi
“Pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan
pekerjanya sebagai Peserta kepada BPJS sesuai dengan
program jaminan sosial yang diikuti”.

4.2.11 Pengelolaan Lingkungan


Jenis penambangan PT. ANTAM Tbk-UBP Bauksit adalah
penambangan terbuka. Hal ini tentu mempunyai dampak terhadap
lingkungan karena prinsip dari jenis penambangan ini adalah
memindahkan tanah dari satu lokasi ke lokasi lain, sehingga lahan

56
yang dikerjakan sangat luas. Tujuan dari pengelolaan ini adalah
untuk mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan dari
kegiatan penambangan seperti tanah bekas penambangan menjadi
tandus.
Pada area pertambangan, tanah yang telah diambil bauksitnya
dilakukan program penghijauan atau reklamasi yang dikerjakan
oleh pihak ketiga dari kelompok petani warga sejumlah 11 orang.
Reklamasi dilakukan dengan cara memberikan bibit tanaman
kemudian diberi Tangkos atau bekas dari buah sawit yang berguna
sebagai pupuk. Penghijauan ini menjadi tanggung jawab PT.
ANTAM Tbk-UBP Bauksit selaku pihak pemegang hak lahan.
Perusahaan selalu memastikan bahwa setiap operasi yang
dilaksanakan dengan cara yang ramah lingkungan melalui
pengelolaan sampah secara benar dan menjalankan program-
program rehabilitasi.
Pengelolaan lingkungan juga dilaksanakan pada seluruh area
yang terkena dampak aktivitas perusahaan. Namun, untuk
pengolahan limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) maupun
limbah yang tidak berbahaya (non B3) PT. ANTAM Tbk-UBP
Bauksit mengumpulkan ke Tempat Penyimpanan Sementara (TPS)
B3 kemudian bekerja sama dengan pihak ketiga untuk pengolahan
selanjutnya.
1. Organisasi dan Tanggungjawab Kegiatan Pengelolaan
Lingkungan
PT. ANTAM Tbk-UBP Bauksit telah memiliki organisasi
untuk kegiatan pengelolaan lingkungan. Pihak Departemen
HSE yang bekerjasama dengan bagian maintenance
bertanggungjawab langsung kepada General Manager.
Terdapat petugas khusus yang terdapat di TPS untuk menjaga
kebersihan dan kerapian dari TPS. General Manager adalah
penanggungjawab utama dari kegiatan pengelolaan lingkungan.

57
2. Pengelolaan limbah
a. Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan oleh perusahaan berasal
dari penggunaan air untuk keperluan Mandi Cuci Kakus
(MCK) dan kontaminasi air hujan dan/atau air kolam pada
area pit dengan material batuan-batuan dan lapisan tanah
yang terbuka hasil proses penambangan. Pengelolaan
limbah cair meliputi pembuatan sediment pond atau kolam
pengendapan. Sediment pond atau kolam pengendapan
bertujuan sebagai salah satu cara dalam hal pengelolaan air
asam tambang agar tidak mencemari lingkungan.
Pemantauan dan pengukuran dilakukan secara rutin oleh
PT. ANTAM Tbk-UBP Bauksit.
Sediment pond utama merupakan tampungan sementara
air bekas pencucian bauksit yang nantinya akan digunakan
kembali untuk proses pencucian selanjutnya. Pada sediment
pond tersebut selalu dilakukan pengecekan pH supaya tidak
mencemari lingkungan.
Limbah cair yang termasuk ke dalam B3 berasal dari air
bekas pencucian tangan di area workshop, limbah cair
tersebut terkontaminasi dengan oli ataupun bahan kimia
lain dari pekerja. Pembuangan limbah cair tersebut tidak
dikendalikan dan hanya dibuang begitu saja pada lahan
kosong di sekitar area workshop.
b. Limbah Udara
Limbah udara berasal dari asap dan debu yang
dihasilkan oleh alat-alat berat yang beroperasi di area
tambang. Pemantauan asap kendaraan dan debu telah
dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan pengecekan
rutin setiap hari ke area tambang dengan memantau asap
yang keluar dari alat-alat berat dan debu yang ada di area

58
pertambangan. Perusahaan telah melakukan pengendalian
dengan penyiraman putus-putus yang dilakukan oleh water
truck.
Limbah udara perusahaan dihasilkan juga dari sumber
emisi tidak bergerak yaitu genset, untuk mengurangi
paparan limbah udara terhadap pekerja perusahaan
melakukan pengendalian terhadap saluran emisi yang
dibuat menjauhi tempat kerja. Selain itu terdapat rumah
khusus yang melindungi genset di dalamnya.
c. Limbah Padat (Sampah)
Limbah padat yang dihasilkan oleh perusahaan berasal
dari besi-besi yang merupakan komponen bekas dari unit
alat-alat berat yang ada di perusahaan. Limbah padat juga
berupa limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang
dihasilkan oleh perusahaan berasal dari oli dan grease
bekas, hose bekas, kain majun bekas yang terkontaminasi
dengan solar, oli dan grease, filter bekas, accu bekas.
Limbah domestik yang dihasilkan oleh perusahaan berasal
dari sampah selain yang tergolong B3 seperti plastik,
kertas, dedaunan, logam, karet dan sebagainya juga terdapat
di area office, tambang, workshop atau werehouse.
Limbah padat yang dihasilkan oleh perusahaan juga
berasal dari kantin atau yang sering disebut limbah
domestik berupa sampah anorganik dan organik. Sampah
tersebut selalu dibuang pada tempat pembuangan akhir di
sekitar PT. Indonesia Chemical Alumina (ICA), untuk
sampah organik perusahaan menetapkan tempat
pembuangan di dalam area reklamasi pertambangan. Hal ini
diharapkan sampah organik menjadi pupuk alami bagi
tanah bekas pertambangan.

59
Pembuangan limbah padat selain limbah padat B3
menjadi tanggung jawab bagian Environment bekerja sama
dengan departemen General Affair, External Relationship,
Company Social Responsebility. Limbah padat dibuang ke
tempat pembuangan sampah yang berada di PT. ICA.
d. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Limbah yang diketegorikan kedalam limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) adalah yang timbul akibat dari
kegiatan penunjang penambangan bauksit antara lain oli
bekas dari alat berat, sisa gemuk, accu bekas, atau barang
lainnya yang telah terkontaminasi oleh Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3).
Limbah B3 cair yang terdapat pada perusahaan berasal
dari bahan bakar minyak serta oli yang digunakan untuk
operasional pertambangan. Perusahaan telah menyediakan
tempat khusus untuk menyimpan bahan bakar minyak, pada
tempat tersebut telah diatur sedemikian rupa untuk
menhindarkan terjadinya ledakan maupun kebakaran.
Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) setiap
harinya dicatat dan dilaporkan ke dinas lingkungan hidup
daerah, Selain tanda keselamatan yang telah terpasang pada
setiap kemasan limbah B3 yang dihasilkan, juga telah
menyediakan Material Safety Data Sheet (MSDS) yang
ditempatkan di tempat yang mudah dijangkau dan dibaca
oleh semua pekerja.
Pembuangan limbah B3 dilakukan dengan cara
menimbun terlebih dahulu pada tempat pembuangan
sementara B3 yang telah tersedia di dalam area
pertambangan. Jangka waktu 3 bulan sekali limbah B3
tersebut diambil oleh pihak ketiga yang bekerjasama

60
dengan perusahaan untuk mengolah limbah B3 tersebut
secara aman dan ramah lingkungan.
3. Program Lingkungan Hidup
Salah satu dari kebijakan lingkungan perusahaan
menyatakan bahwa akan mencegah kecelakaan kerja, penyakit
akibat kerja, dan pencemaran lingkungan melalui kepatuhan
terhadap Standard Operating Procedure (SOP) dan
penggunaan alat pelindung diri. Hal ini dimaksudkan bahwa
perusahaan akan menangani, menyimpan dan membuang
semua limbah dengan cara-cara yang sesuai dengan SOP atau
peraturan yang berlaku.
Perusahaan telah membentuk tempat pembibitan dan
persemaian tanaman dengan mandiri. Nantinya bibit tanaman
yang dihasilkan disini akan digunakan untuk reklamasi lahan
pertambangan serta digunakan untuk penanaman lingkungan
sekitar office dan mess perusahaan. Selain itu program ini
bertujuan untuk menyerap pekerja yang lebih banyak dari
masyarakat sekitar tentunya masyarakat sekitar mendapatkan
penyuluhan serta pendidikan terlebih dahulu.
4. Penghargaan dan Sertifikasi Hasil Pengelolaan Lingkungan
Perusahaan telah melalui Enviro Awards yang menjadi
program dari Kementrian ESDM setiap setahun sekali.
Perusahaan telah mendapatkan pemenuhan kriteria PROPER
dan memperoleh bendera hijau dari Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan. Perusahaan berusaha untuk terus
meningkatkan sistem manajemen lingkungan secara konsisten
guna mencapai target maksimal untuk menjadi perusahaan
yang peduli akan lingkungan hidup.

61

Anda mungkin juga menyukai