“FILSAFAT ISLAM”
Disusun Oleh :
Kelas 2B
Kelompok VII :
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak dapat disangkal lagi bahwa sejarah perkembangan pemikiran baik
barat maupun islam memperlihatkan kesinambungan untuk itu dalam mempelajari
filsafat di dalam Islam, harus mengetahui perkembangan filsafat sebelumnya.
Kronologi historis inilh yang akan mengantarkan pemahaman akan hakekat
Filsafat Islam dan posisinya dalam konstelasi pemikiran dan peradaban manusia,
khususnya dalam sejarah islam.
Memang tidak mudah untuk menemukan jalan dalam menguraikan sejarah
dalam filsafat Islam secara singkat dan tepat, karena adanya rentang waktu yang
demikian panjang, dan juga adanya tradisi tradisi, kultur serta pemikiran. Oleh
karena itu kita dapat melihat beberapa kemungkinan di dalam cara penulisan
sejarah filsafat Islam. Pertama di dalam abad dua puluh ini, dalam mempelajari
filsafat harus mengenai aliran-alirannya. Kedua, dalam mempelajari filsafat harus
menurut tema yang di bicarakan.
Adapun jalan yang dipilih ialah dengan membentangkan beberapa filosof
Islam beserta aliran-alirannya, yang dianggap penting dalam sejarah
perkembangan filsafat dann bermaksud untuk memahami pokok dasar
pembicaraan filosofis.
Dan kiranya menarik juga untuk menerka alasan mengapa suatu gerakan
keagamaan merasa perlu meminjam setiap pemikiran teoritis dari luar. Gerakan
itu perlu tahu bahwa sistem pemikirannya sudah cukup untuk mengahadapi isu
dan masalah yang timbul di kemudian hari sehingga tidak mengejutkan bila ada
orang muslim yang menyebut bahwa sistem pengetahuannya adalah ilmu
keislaman (Oliver Leman, 2002:1).
Dengan demikin penulusuran historis ini selain akan melibatkan dimensi
waktu, juga tokoh dan peristiwa serta tema-tema dan peristiwa serta tema-tema
pokok yang terungkap dalam panggung ejarah. Juga di upayakan untuk menarik
hubungan antar peristiwa sejarah yang satu dengan yang lainnya dalam suatu alur
tertentu.
B. Tujuan Penulisan
I. Tujuan Umum
A. Definisi
Sebelum mengetahui secara clear dan distinc hakikat filsafat islam, maka
terlebih dahulu perlu diketahui hakikat islam secara umum. Pada prinsipnya
pengertian filsafat dalam sejarah peradaban mengalami evolusi.
Makna filsafat sebagai cara/proses berpikir inilah yang perlu ditekankan
dan sekaligus sebagai acuan untuk memaknai filsafat islam.
a) Filsafat tentang islam berarti usaha untuk memfilsafati/mengkonsepsikan hal-hal
yang berhubungan debgan islam secara ilmiah dan rasional. Islam disini dalam
artian luas, mulai islam sebagai makna subsansial Alquran, islam dalam Alquran
dan Alhadist, islam dalam arti apa yang dipraktekkan oleh Rasulullah
Muhammad, islam dalam makna apa yang dipraktekkan oleh para sahabat nabi,
islam yang dipikirkan para ulama dan pemikiran muslim terdahulu sebagimana
tertera dalm kitab-kitab dan islam yang dipikirkan oleh umat muslim zaman
sekarang sampai yang dipratekkan umat islam dewasa ini dimanpun berada.
b) Filsafat yang diislamkan
Istilah ini mengandung usaha ilmiah yang dilakukan secara sistematis untuk
mewarnai produk-produk penmikiran filsafat, terutama filsafat barat (mulai
filsafat Yunani sampai Eropa modern), dengan bingkai atau perspektif ajaran
islam. Dengan kata lain mencari legitimasi pemmikiran filsafat umum dengan
doktrin-doktrin ajaran islam yang ada, baik dengan Alquran, Hadist, maupum
pemikiran para tokoh terdahulu.
c) Filsafat yang islami
Makna istilah ini adalah cara berpikir yang menganut prinsip-prinsip filsafat
(ilmiah, rasional, mendalam, radiks, sistematis, holistic dan komprehensif) tentang
masalah hidup dan kehidupan manusia. Tuhan dan alam secara islami; menganut
prinsip tauhid dengan mendasarkan pada Alquran dan hadist serta menjadikan
Nabi Muhammad SAW swbagi aswah teladan dalam pemikiran tersebut.
d) Filsafatnya orang-orang islam
Istilah ini maksudnya bahwa pemikiran yang dilakukan dengan menganut prinsip
filsafat tentang masalah apapun yang dilakukan oleh manusia muslimah, maka
hsil pemikirannya adalah filsafat islam. Jadi pemikiran tersebut disebut filsafat
islam lebih karena pemikirnya adalah seorang muslim. Kemusliman disini tidak
asal muslim namun kemusliman seseorang yang diyakini secara mendalam dan
komprehensif akan keberislaman, sehingga dia merasa terikat dengan nilai-nilai
islam yang harus diaplikasikan dengan setiap pemikiran yang dia lakukan.
e) Filsafat yang tumbuh diwilayah Islam
Pengertian filsafat ini menisbahkan filsafat islam pada tempat atau wilayah
dimana pemikiran tersebut tumbuh dan berkembang, yaitu mendasarkan pada
wilayah Arab, yang dihuni mayoritas muslim, atau bahkan disebut wilayah islam.
Faktor eksternal
a. Pertemuan budaya
Seiring dengan perluasan wilayah Islam, maka Islam dan umat Islam
dihadapkan pada berbagai macam budaya dari daerah-daerah yang
dikuasainya maupun budaya dari luar wilayah yang bertemu sebagai suatu
proses sosial yang alamiah. Diantara budaya luar yang dimaksu adalah
budaya negeri Syam, Irak, Mesir, Yunani, India, Afrika dan sebagainya yang
masing-masing juga memiliki keragamannya.
b. Konsekuensi budaya plural
Dengan bertemunya berbagai budaya, maka pluralisme tidak dapat di hindari
oleh masyarakat muslim. Budaya plural tersebut akan menuntut umat islam
dapat bersikap yang bijak untuk dapat hidup bersama dengan masyarakat
yang berbeda dengan masyarakat yang menjadi rujukan dasar islam, yaitu
masyarakat arab yang terkonsentrasi di Madinah dan Makkah.
Sudah barang tentu permasalahan yang dihadapi paa masyarakat plural-
heterogen berbeda dengan masyarakat yang relatif homogen, sehingga banyak
persoalan yang harus dikonsultasikan kepada otoritas keagamaan berkaitan
dengan hukum syar’i nya, demikian juga tantangan pengembangan
masyarakat kedepan. Dalam rangka inilah berpikir filosofis menjadi
kebutuhan untuk dapat mengambil keputusan yang bijak berdasarkan
pertimbangan akal dan naqal sekaligus. Dengan kata lain kebutuhan islam
adalah mengkontruksi problem solving ang dapat diterima oleh komunitas
yang semakin plural dengan mengakomodir berbagai pertimbangan baik yang
bersifat teks-normatif-teologis maupun konteks-sosial-historis-antropologis.
c. Tantangan terhadap islam
Sebagai masyarakat plural, maka umat islam harus siap menghadapi berbagai
persoalan dan pertanyaan yang muncul dari manapun, yang mempertanyakan
beberapa aspek keislaman. Apalagi pertanyaan dan masalah tersebut berasa
dari masyarakat non islam yang sengaja mempertanyakan konsep-konsep
islam berhubungan dengan suatu masalah pokok yang menjadi konsern atau
tema besar dalam kerangka keagamaan maupun pengembangan imu
pengetahuan secara umumnya. Mereka bisa mempersoalkan, mengkonfirmasi
atau minta penjelasan tentang konsep ketuhanan, kenabian, kejiwaan,
kemanusiaan, fenomena alam, hubungan sosial, etika, eskatologi dan
sebagainya.
Untuk memberikan jawaban yanng memenuhi selera rasio-akal, diterima
secara ilmiah dan manusiawi, maka disinilah islam membutuhkan cara
berpikir yang sistematis-rasional-fundamental berdasarkan nilai-nilai
keislaman.
Yang perlu disadari adalah bahwa faktor eksternal, banyak dipengaruhi
pemikiran Yunani yang diformulasikan dalam buku-buku yang sudah cukup
baik.
d. Fase Kegelapan
Setelah dinasti Abbasiyyah berakhir dengan serangan tentara
Mongol (1258 M) yang sangat bengis sehingga menghancurkan
puluhan ribu hasil karya pemikiran para tokoh islam, banyak
ahli sejarah yang kemudian menyatakan masa ini menandai
masa kegelapan umat islam. Pemikiran filsafat islam dianggap
juga telah mengalami kematian. Hal nini ditandai dengan
kehancuran peradaban islam, ketertutupan piintu ijtihad dan
umat islam kemudian mengalihkan perhatiannya kedalam dunia
mistis-praktis.
e. Fase Kebangkitan (abad 20-sekarang)
Pada awal abad 20, umat islam tersadarkan oleh keadaannya
yang terpuruk dalam seluruh aspek kehidupan, sehingga
mengalami kemiskinan, kebodohan dan menjadi sasaran
penjajahan asing Eropa. Kesadaran akan pentingnya pemikiran
islam bangkit ini dimulai dari pemikiran Jamaluddin al-Afghani,
Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.
Dengan modal ilmu pengetahuan modern dari barat, muncullah
beberapa pembaharu pemikiran diberbagai Negara muslim
diantara tokoh-tokoh yang patut disebut sebagai filsuf muslim
modern adalah Fazlur Rahman, Ahmaad Amin, Qosim Amin,
Mahmud Syaltut, Muhammad Iqbal, HAMKA, Nur Kholis
Majdid, Harun Nasution, Mukti Ali, Abdurrahman Wahid dan
sebagainya. Dalam konteks Indonesia, kelahiran IAIN atau UIN
dan STAIN tidak dapat dilepaskan dari semangat kebangkitan
pemikiran filsafat islam ini.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kajian filsafat islam yang secara garis besarnya akan
meliputi bahasan tentang Tuhan, manusia dan alam.
Secara khusus atau objek kajian tersebut dapat dirinci menjadi :
a) Ontologi, berhubungan dengan bahasan apa yang ada, mana atau apa
yang sebenarnya ada yang menjadi landasan/sumber keberadaan yang
lainnya, ada berada sesuatu yang sds itu, mengapa sesuatu ada dan
bagaimana mengadanya. Dalam konteks islam berkaitan dengan apa dan
siapa yang benar-benar wujud (hakiki/mutlak/”bakau”)? Apa sifat yang
hakiki dan sebaliknya.
b) Teologi, yaitu pembahasan tentang ketuhanan yang akan meliputi
eksistensi,esensi,sifat,nama dan perbuatan-Nya.
c) Epistemologi, yaitu pembahasan tentang sumber asal segala sesuatu, dan
metode mengada atau cara mendapatkan sesuatu. Bila berhubungan
dengan ilmu,maka berarti sumber-sumber ilmu dan metode
memperolehnya.
d) Aksiologi, yaitu pembahasan tentang nilai, kegunaan dan manfaat segala
sesuatu.
e) Etika, pembahasan tentang baik buruknya perilaku manusia berdasarkan
dalil-dalil tertentu. Bila dalil naqli (qur’an hadist) namanya akhlaq, bila
berdalil aqli namanya etika dan bila bersandar pada budaya masyarakat
maka moral namanya.
f) Estetika, yaitu pembahasan tentang keindahan, seni dari berbagai dimensi
dan cabangnya. Keindahan tersebut mencakup keindahan haqiqi,
keindahan natural dan artifisial.
g) Logika, berhubungan dengan pembahasan benar salahnya suatu
pemikiran resiko atau akal berdasarkan sistem tertentu atau berkaitan
dengan cara atau metode berfikir yang dapat dipertanggungjawabkan dan
menghasilkan kebenaran yang sesungguhnya.
h) Metafisika, yaitu pembahasan tentang sesuatu yang berada diluar
jangkauan mata fisik atau material yang tidak nampak, yang dalam
bahasa agama disebut pembahasan yang ghaib.
i) Antropologi, membahas masalah hakekat manusia dan hubungannya
dengan fungsi dan perannyadari berbagai sudut pandang.
j) Psikologi, membahas masalah aspek kejiwaan manusia, hakekatnya,
sifat-sifatnya dan relasi dengan realitas yang lainnya serta pengaruhnya
pada perilaku lahir dan batinnya manusia.
k) Kosmologi, membahas hakekat alam, dari mana asal dan bagaimana
penciptaannya serta jenis dan cakupannya.
l) Eskatologi, membahas tentang masalah kehidupan setelah kematian.
m) Dll.
E. Hubungan Dengan Ilmu-ilmu Lainnya
1. Filsafat islam merupakan ilmu alat berpikir mendalam dan merenungkan
secara serius atas persoalan keislaman kemudian mengformulasikannya
dalam suatu disiplin tertentu yang akhirnya melahirkan berbaai ilmu-ilmu
keislaman lainnya (fikih, sejarah, tasawuf, dll)
2. Islam merupakan suatu sejarah yang syamil dan kamil serta kaffah yang
bagian dari bagiannya tidak dapat dipisahkan. Kerangka untuk
membingkai berbagai ilmu-ilmu dalam satu kesatuan islam inilah tugas
filsafat islam.
3. Filsafat islam dengan tumpuan utama epistemologisnya pada akal/rasio
menjadi partner bagi keilmuwan lain yang tumpuan landasan utamanya
pada waktu maupun dzaug/qolbu dan juga fakta empiric.
4. Filsafat islam berusaha agar semua aspek ajaran keislaman dengan
berbagai problematika dapat mudah diterima oleh mainstream manusia.
F. Sumber dan Landasan
Sumber asal yang dipakai dalam filsafat islam adalah:
a. Al-qur’an
b. Al-hadis
c. Praktek berfikirnya para sahabat
d. Pemikiran para tokoh muslim termasyhur dari masa ke masa
e. Pemikiran tradisi dan tokoh dari Yunani, Mesir Kuno, India,Jjawa, dan
sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada pertanyaan yang cukup mendasar yang perlu dijawab dalam
masalah ini, yaitu mengapa Islam membutuhkan filsafat? Bagaimana konteks
pertemuan antara filafat Yunani dengan Islam dan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhinnya? Untuk menjawab ini, berikut di paparkan penjelasannya,
baik latar historis secara internal maupun internalnya. Faktor eksternal
meliputi karakteristik al-quran,krisis kepemimpinan, kompleksitas persoalan,
sedangkan factor internal meliputi pertemuan budaya, konsekwensi budaya
plural, dan tantangan terhadap islam.
Sebelum mengetahui secara clear dan distinc hakikat filsafat islam,
maka terlebih dahulu perlu diketahui hakikat islam secara umum. Pada
prinsipnya pengertian filsafat dalam sejarah peradaban mengalami evolusi.
B. Saran
Saran yang dapat kita berikan yaitu untuk dapat memahami filsafat Islam
sehingga tidak menimbulkan kesalah pahaman terhadap perkembangan
filsafat Islam baik sekarang maupun masa depan.
DAFTAR PUSTAKA