Anda di halaman 1dari 3

Reklamasi.

Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki kegunaan lahan atau penataan
kembali daerah bekas tambang yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan,
agar dapat menjadi daerah yang bermanfaat dan berdaya guna sesuai dengan peruntukannya.
Reklamasi tidak berarti akan mengembalikan keadaan 100% sama dengan kondisi rona awal.
Sebuah lahan atau gunung yang dikupas untuk diambil isinya hingga kedalaman puluhan meter,
walaupun sistem gali timbun (back filling) diterapkan tetap tidak akan sama dengan keadaan
sebelum digali. Kondisi akhir reklamasi dapat diarahkan untuk mencapai kondisi seperti sebelum
ditambang atau kondisi lain yang telah disepakati. Kegiatan reklamasi dilakukan terus menerus
dan berlanjut sepanjang umur pertambangan sampai bekas tambang. Penentuan tata guna lahan
bekas tambang sangat tergantung pada berbagai faktor antara lain potensi ekologi lokasi tambang
dan keinginan masyarakat serta pemerintah. Bekas lokasi tambang yang telah direklamasi harus
dipertahankan agar tetap terintegrasi dengan ekosistem bentang alam sekitarnya. (Desyana,
2018).

Proses pelaksanaan reklamasi dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu pertama tahap
persiapan lahan yang terdiri dari pembersihan peralatan sarana-prasarana dan pembatasan akses
masuk lahan yang berstatus reklamasi. Yang kedua adalah penimbunan kembali (back filling)
dan perataan lahan reklamasi (regrading). Yang ketiga pengaturan bentuk lahan. Yang keempat
adalah penanaman lahan reklamasi (revegetasi). Dan yang kelima adalah perawatan lahan
reklamasi [5]. Perencanaan reklamasi yang efektif dan efisien diupayakan dapat menjaga
lingkungan dari kerusakan seperti hilangnya kesuburan tanah, lahan tandus, dan hilangnya
produksi oksigen oleh hutan yang berdampak pada kehidupan manusia yang berkaitan dengan
prinsip pembangunan berkelajutan yeng mengharuskan pembangunan di rancang dalam agenda
jangka panjang, prinsip ini mengharuskan untuk menggunakan sumberdaya alam secara hemat
dan mampu mensinkronkan konservasi dan pemanfaatan secara arif (Desyana, 2018).

Reklamasi Bauksit
Karakteristik umum yang paling me-nonjol pada lahan bekas tambang bauksit adalah
lahan rusak berat yang membuat terjadi erosi yang berat, lapisan tanah atas yang tipis atau
bahkan hilang. Tanah be-kas tambang bauksit biasanya padat dan sukar diolah; mempunyai
struktur, teks-tur, porositas, dan bulk density yang tidak mendukung mempengaruhi perkembang-
an sistem perakaran dan mengganggu pertumbuhan tanaman.
Kondisi tanah yang padat dapat me-nyebabkan buruknya sistem tata air dan aerasi
(peredaran udara) yang secara langsung dapat membawa dampak nega-tif terhadap fungsi dan
perkembangan akar. Akibatnya tanaman tidak dapat ber-kembang dengan normal, tumbuh kerdil,
merana, dan mati.
Rusaknya struktur tanah juga menye-babkan tanah tidak mampu menyimpan dan
meresapkan air pada musim hujan, sehingga aliran permukaan menjadi ting-gi dan berdampak
pada peningkatan laju erosi. Sebaliknya pada musim kering ta-nah menjadi padat dan keras
sehingga sa-ngat sulit diolah. Bekas tambang bauksit pada bagian lapisan atas didominasi batu
kerikil sisa tambang bauksit. ( Sembiring, 2008 )
Metode Reklamasi Tambang

1. Perencanaan Reklamasi Tambang


Sebelum memulai aktivitas penambangan, sudah seharusnya industri menyiapkan
perencanaan untuk melaksanakan metode reklamasi tambang. Perencanaannya harus disesuaikan
dengan kondisi dan tata ruang. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat
perencanaan reklamasi di antaranya.
 Menyiapkan rencana untuk metode reklamasi tambang
 Luas area reklamasi = luas area pertambangan
 Tanah pucuk ditempatkan di lokasi tertentu demi kepentingan vegetasi
 Memastikan untuk mengembalikan limbah pertambangan tidak mengandung racun dan
aman dibuang
 Lahan dikembalikan seperti sedia kala sesuai tujuan pemakaiannya
 Usai pelaksanaan reklamasi harus terukur penurunan kemungkinan erosi
 Semua alat yang tidak dipakai lagi untuk menambang harus dipindahkan
 Menggemburkan permukaan tanah yang padat atau jika mustahil, buatlah agar tanah
bisa ditanami pionir
 Mengawasi dan mengelola area reklamasi agar berfungsi sesuai dengan yang diinginkan
 Mengawasi dan mencegah hama serta gulma berbahaya agar tidak masuk ke area
reklamasi
 Lahan bekas tambang akan dipakai untuk vegetasi yang disesuaikan dengan
kesepakatan rencana rehabilitasi

2. Pemerian Lahan
Kegiatan ini krusial dalam metode reklamasi tambang. Harus diketahui pula, bahwa ada
beberapa faktor utama yang memengaruhi jenis perlakuan reklamasi, seperti (1) jenis tanah, (2)
kondisi iklim, (3) fauna dan flora, (4) geologi, (5) bentuk alam, (6) tata ruang, (7) pemakaian
lahan, (8) air tanah dan permukaan.
Semua data di atas bisa didapatkan melalui penelitian lapangan. Informasi tambahan, curah
hujan, kondisi iklim, serta jenis tanah merupakan 3 point terpenting yang harus didapatkan
datanya sevalid mungkin.

3. Pemetaan
Langkah selanjutnya dalam metode reklamasi tambang adalah pemetaan. Karena
pembuatan rencana reklamasi haru disesuaikan dengan kondisi lahan setempat serta rencana
kemajuan aktivitas pertambangan, maka pembuatan rencana reklamasi harus dilengkapi dengan
ketersediaan peta berskala 1:1000 (sesuai skala kesepakatan) dan gambar teknis bangunan untuk
reklamasi.
Pada peta juga disertai gambaran kondisi lingkungan dan penambangan meliputi kemajuan
aktivitas tambang, timbunan terak, timbunan tanah penutup, kolam untuk persediaan air
pemukiman, sungai jembatan, dan berbagai hal penting lainnya yang harus dicantumkan dengan
menyertakan waktu atau tanggal pembuatan.
Beberapa peralatan yang dibutuhkan dalam metode reklamasi tambang di antaranya: (1)
bulldozer, (2) dump truck, (3) tractor, (4) excavator, (5) tugal, (6) sekop, (7) back hoe, (8)
cangkul, (9) bangunan untuk mengendalikan erosi yang terbuat dari tanggul, jerami, karung
pasir, pagar keliling, bronjong, (10) beton dengan plat baja untuk meminimalisir resiko
kecelakaan.

4. Pelaksanaan Reklamasi
Metode reklamasi tambang harus dilaksanakan sesuai dengan RTKL yang telah disepakati
(Rencana Tahunan Pengelolaan Lingkungan) dan harus selesai tepat waktu sesuai tanggal yang
ditetapkan. Tentu saja kegiatan reklamasi harus diamati dengan cermat dan berada di bawah
tanggung jawab perusahaan pertambangan sampai dengan tahap akhir yang memperlihatkan
ketercapaian tujuan yang diharapkan.
Setiap lokasi tambang memiliki karakteristik dan kondisi lahan masing-masing. Keduanya saling
berkaitan dan memengaruhi proses pelaksanaan reklamasi. Oleh karena itu pelaksanaannya harus
dilakukan oleh para ahli yaitu kerja sama antara teknik vegetasi dan teknik sipil.
Teknik vegetasi yang dimaksud meliputi sistem penanaman (multiple cropping dan monokultur),
pola tanam, penyesuaian jenis tanaman dengan kondisi lahan, tanaman penutup (cover crop), dll.
Sementara untuk teknik sipil dengan penerapan ilmu check dam, pembuatan teras, SPA (saluran
pembuangan akhir), bangunan untuk pengendali lereng, penangkap oli bekas (oil catcher), dll.
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan reklamasi tambang yaitu:
 Mempersiapkan lahan, termasuk upaya mengamankan lahan bekas aktivitas
pertambangan, mengatur bentuk lahan tambang (landscaping), mengatur dan
menempatkan bahan galian dengan kadar rendah (low grade) yang masih belum
dimanfaatkan
 Sedimentasi dikendalikan sebaik mungkin
 Meminimalisir dan mengendalikan kemungkinan terjadinya erosi
 Tanah pucuk (top soil) harus dikelola dan ditempatkan di area lain untuk kebutuhan
vegetasi
 Menanam lahan kembali (revegatasi) untuk memanfaatkan lahan dari bekas aktivitas
tambang demi kepentingan lainnya.
Mengingat pentingnya aktivitas reklamasi, sudah seharusnya ditangani oleh tangan yang
tepat agar tidak mengganggu proyek tambang bahkan membantu kelancaran aktivitas
pertambangan. Juga dalam rangka upaya peduli terhadap lingkungan agar tidak tercemar akibat
galian. Karena memanfaatkan sumber daya alam harus tetap memperhatikan hal-hal dasar seperti
menjaga kelestariannya agar bisa berlangsung lama. ( Anonim A, 2019 )

Anda mungkin juga menyukai