Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN NSTEMI

DISUSUN OLEH :
Arie Dwi Kusfitriani
D3 KEPERAWATAN
(1701005)

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA


TAHUN 2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. DEFINISI
Non st elevasi miokard infark merupakan suatu keadaan pada
miokard yang disebabkan oleh tidak adanya aliran darah yang cukup pada
waktu yang berkelanjutan, sehingga terjadi kekurangan oksigen pada
jaringan tersebut yang mengakibatkan kematian jaringan miokard atau
dengan kata lain kematian sel miokard terjadi akibat kekurangan oksigen
yang berkepanjangan. hal ini merupakan respon letal terakhir terhadap
iskemia miokard yang tidak dapat teratasi. Jika aliran darah teputus atau
hantaran oksigen setelah sekitar 20 menit berkurang, maka sel miokard
mulai mati (nekrosisi miokard/infark) setelah periode ini, kemampuam sel
untuk menghasilkan ATP secara aerob akan lenyap, sehingga sel tidak dapat
memenuhi kebutuhan energi.

Anatomi jantung (sumber: Biology Learning Center)


2. EPIDEMIOLOGI
 Sakit dada sembuh dengan istirahat atau nitrogliserin, tidak seperti
angina
 Sakit yang menyebar ke lengan, dagu, punggung, dan atau leher
 Nafas pendek, trauma pada perempuan manula
 Mual atau muntah
 Asintomatik, dikenal sebagai silent MI, yang lebih umum pada
pasien diabetes
 Denyut jantung lebih dari 100x/menit (takikardia) karena stimulasi
simpatetik, sakit, atau keluaran jantung rendah
 Tekanan darah berubah-ubah
 Cemas
 Gelisah
 Pucat, dingin, kulit basah: berkeringat (diaphoresis)
 Kematian tiba-tiba karena aritmia biasanya terjadi dalam satu jam
pertama

3. ETIOLOGI
Suplai darah ke otot jantung (miokardium) terganggu dalam waktu
lama karena sumbatan pada arteri jantung. Ini mengakibatkan oksigen tidak
cukup mencapai otot jantung, menyebabkan otot jantung mati (nekrosis).
MI biasanya dikenal sebagai serangan jantung. area infarktus sering
berhubungan dengan terbentuknya plak dari waktu ke waktu
(atherosklerosis).mungkin juga terkait dengan suatu gumpalan yang
berkembang bersama-sama atherosclerosis didalam pembuluh darah. Pasien
biasanya (tidak selalu) menunjukkan gejala, tetapi beberapa pasien tidak
akan menyadari kejadian ini: mereka akan mengalami apa yang disebut
silent MI.
4. KLASIFIKASI
- Infark mioakard akut ST-Elevasi (STEMI)

Oklusi total dari arteri coroner yang menyebabkan area infark yang
lebih luas meliputi seluruh ketebalan miokardium, yang ditandai dengan
adanya elevasi segmen ST pada EKG

- Infark miokard akut non ST-Elevasi(NSTEMI)

Oklusi sebagian dari arteri coroner tanpa melibatkan seluruh


ketebalan miokardium, sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada EKG.

5. TANDA DAN GEJALA


Nyeri adalah manifestasi klasi MI. nyeri dada akibat MI lebih hebat
dibanding nyeri angina. Namun, bukan intensitas nyeri dada yang
membedakan MI dari angina atau sindrom koroner akut, tetapi durasi dan
sifat kesinambungannya. Awitan nyeri tiba-tiba dan biasanya tidak
dikaitkan dengan aktivitas. Pada kenyataannya, sebagian besar MI terjadi
pada pagi hari. Pasien yang mempunyai riwayat angina mungkin lebih
sering merasakan serangan angina pada beberapa hari atau minggu sebelum
MI (angina tidak stabil atau ACS). Nyeri dada dapat digambarkan sebagai
nyeri meremukan dan berat: dirasakan menekan, berat, atau meremas: atau
dada terasa ketat atau terbakar. nyeri seringkali dimulai ditengah dada
(substernum) dan dapat menjalar ke bahu, leher, rahang, atau lengan. nyeri
berlangsung lebih dari 15 hingga 20 menit dan tidak mereda dengan istirahat
atau nitrogliserin.

- Nyeri dada: substernal atau prekordinal(melintasi seluruh dada);


dapat menjalar ke leher, rahang, bahu atau lengan kiri
- Takikardia, takipnea
- Dispnea, nafas pendek
- Mual muntah
- Kecemasan, rasa menjelang ajal
- Diaforesis
- Kulit dingin bercak-bercak; penurunan nadi perifer
- Hipotensi atau hipertensi
- Palpitasi, distrimia
- Tanda gagal jantung kiri
- Penurunan tingkat kesadaran

6. FAKTOR RESIKO
1. Faktor resiko yang dapat diubah

a. Mayor, seperti merokok, hipertensi, obesitas, hiperlipidemia,


hiperkolesterolemia, dan pola makan (diet tinggi lemak dan tinggi
kalori).

b. Minor, seperti stres, kepribadian tipe A (emosional, agresif,


ambivalen) dan kurang aktivitas fisik

2. Faktor resiko yang tidak dapat diubah

Faktor resiko ini meliputi hereditas atau keturunan. usia lebih dari
40 tahun, ras (insiden lebih tinggi pada orang berkulit hitam), wanita
post menoupose, dan secara umum pria lebih sering mengalami
penyakit ini dibandingkan wanita

7. PATOFISIOLOGI
Aterosklerosis merupakaan salah satu penyebab terjainya infark
miokard yang memepengaruhi lapisan intima dinding arteri dan ditandai
dengan adanya deposit lipoprotein pada area tersebut. penumpukan deposit
lipoprotein tersebut mengakibatkan terbentuknya trombus yang membuat
lumen menyempit, sehingga terjadi gangguan suplay darah dalam jangka
panjang. gangguan suplay darah melalui arteri korener akibat penyempitan
atau penyumbatan dapat mengakibatkan kekuatan kontraksi otot jantung
menurun/ gagal. hal ini disesebkan kurangnya pasokan oksigen yang di
butuhkan dan pada akhirnya akan terjadi iskemia pada sel otot jantung.
selain itu, juga akan terjadi iskemia miokard yang berkembang menjadi
nekrosis dan kematian miosit. jika trombus pecah sebelum terjadinya
nekrosis total jaringan distal, maka infark hannya terjadi pada miokardium.
namun, jika trombus menyumbat secara permanen pada pembuluh darah,
maka infrak akan meluas melalui miokardium sehingga dari endokardium
ke epikardium dan menyebabkan gangguan jantung berat.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik utama pada klien infark miokardium adalah
EKG dan pemeriksaan enzim jantung.

Table trias diagnostic infark mikardium

Gejala Gejala khas


1. Riwayat nyeri dada a. Lokasi nyeri dada di bagian dada depan
yang khas (bawah sternum) dengan/tanpa penjalaran,
kadang berupa nyeri dagu, leher, atau
seperti sakit gigi. Penderita tidak bisa
menunjukan lokasi nyeri dengan satu jari,
tetapi ditunjukan dengan telapak tangan.
b. Kualitas nyeri: rasa berat seperti ditekan
atau rasa panas seperti terbakar.
c. Lama nyeri bisa lebih dari 15-30 menit.
d. Penjalaran bisa ke dagu, leher, lengan kiri,
punggung, dan epigastrium.
e. Kadang disertai gejala penyerta berupa
keringat dingin, mual, berdebar, dan sesak.
f. Sering didapatkan factor pencetus berupa
aktivitas fisik, emosi/stress, atau dingin.
g. Nyeri tidak hilang dengan istirahat atau
dengan pemberian nitrogliserin sublingual.
Gejala Gejala khas
2. Adanya perubahan a. Gelombang Q (significant infark) atau Q
EKG patologis.
b. Segmen ST (elevensi)
c. Gelombang T (meninggi atau menurun)
Perubahan EKG pada infark miokardium.
Inversi gelombang T (kiri), elevasi segmen
ST (tengah), dan gelombang Q yang
menonjol (kanan). Gelombang Q
menunjukan nekrosis miokardium dan
bersifat ireversibel. Perubahan pada
segmen ST dan gelombang T diakibatkan
karena ikemia dan akan menghilang
sesudah jangka waktu tertentu.
3. Kenaikan enzim otot a. CKMB merupakan enzim yang spesifik
jantung untuk penanda kerusakan otot jantung,
enzim ini meningkat 6-10 jam setelah nyeri
dada dan kembali normal dalam 48-72 jam.
b. Walaupun kurang spesifik, aspartate amino
transerase (AST) dapat membantu bila
penderita datang ke rumah sakit sesudah
hari ke-3 nyeri dada atau laktat
dehydrogenase (LDH) akan meningkat
sesudah hari ke-4 dan menjadi normal
sesudah hari ke-10.
Pemeriksaan elektrokardiogram

EKG memberi informasi mengenai elektrofisiologi jantung. Melalui


pembacaan dari waktu ke waktu, dokter mampu memantau perkembangan
dan resolusi suatu infark miokardium (MI). lokasi dan ukuran relative infark
juga dapat ditentukan dengan EKG. Rincian gambaran gelombang EKG
yang berhubungan dengan daerah MI.

Table hubungan perubahan EKG spesifik pada arteri koronaria

Daerah dinding Hantaran EKG (LEAD) Arteri koronaria yang


ventrikel biasanya terlibat
Inferior Lead II, III, dan aVF Koronaria kanan
Lateral Lead I dan aVL Sirkumfleksa kiri
Anterolateral Lead V4-V6, lead I, dan Desenden anterior kiri
Avl
Anterior luas Lead V1-V6, lead I dan Desenden anterior kiri
(ekstensif) Avl
Anteroseptal V1 sampai V4 Desenden anterior kiri
Anterior terbatas V3-V5 Desenden anterior kiri
Posterior murni Bayangan cermin dari Sirkumfleksa kiri
lead V1, V2, dan V3

Pemeriksaan laboratorium

Analisis enzim jantung dalam plasma merupakan bagian dari profil


diagnostic yang meliputi: riwayat, gejala, dan elektrikardi0gram untuk
mendiagnosis infark miokardium. Enzim dilepaskan dari sel bila sel
mengalami cedera dan membrannya pecah. Kebanyakan enzim tidak
spesifik dalam hubungannya dengan organ tertentu yang rusak. Seperti yang
telah diketahui, CKMB tidak terlalu spesifik untuk otot jantung (Andi
Wijaya, 2000).
Sepuluh tahun terakhir ini, troponin T (cTnT) dan troponin I (cTnT)
merupakan indicator yang sensitif dan spesifik untuk infark miokardium
(MI). Lebih pentingnya lagi dapat digunakan untuk stratifikasi roisiko klien
dengan infark miokardium.

Parameter biokimiawi diyakini akan terus berkembang sebagai


penunjang diagnosis infark miokardium, infarct sizing, stratifikasi risiko,
dan pemantauan reperfusi. Bahkan akan mempunyai peran pada continuum
dari ACS (acute coronary syndrome) dari hancurnya plak. Terdapat
inflamasi

Gambar perkembangan pertanda biokimiawi untuk pemeriksaan jantung


STEMI atau Infark miokard dengan gambaran ST elevasi pada ekg
adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung transmural yang
disebabkan oleh sumbatan pada pembuluh darah koroner yang
menghasilkan gambaran ST Elevasi pada EKG dan iskemia, sampai
manifestasi klinis berupa angina dan infark miokardium.

Evaluasi pertanda jantung generasi baru dibandingkan dengan CK-


MB yang selama ini telah menjadi gold standard. Kinetic pelepasan enzim
dan pertanda jantung lain akan meningkat bila klien MI berhasil diberikan
pengobatan tromolitik ataupun angioplasty yang dinyatakan dengan
terjadinya reperfusi dari arteri coroner yang tersumbat.

9. KOMPLIKASI

- Gagal jantung kongestif merupakan komplikasi yang sering terjadi


setelah serangan infark

- syok kardiogenik diakibatkan oleh disfungsi ventrikel kiri sesudah


mengalami infark yang masif, biasanya mengenai lebih dari 40%
ventrikel kiri

- edema paru akut adalah timbunan cairan abnormal dalam paru, baik di
rongga interstitial maupun dalam alveoli
- disfusi otot papilaris merupakan disfungsi iskemik atau reptur nekrotik
otot papilaris akan mengganggu fungsi katup mitralis, sehingga
memungkinkan efersi daun katup ke dalam atrium selama sistolik.

- defek septum ventrikel merupakan nekrosisi septum interventrikular


dapat menyebabkan ruptur dinding septum sehingga terjadi defek
septum ventrikel.

- ruptur jantung merupakan ruptur dinding ventrikel jantung yang bebas


dapat terjadi pada awal perjalanan infark selama fase pembuangan
jaringan nekrotik sebelum pembentukan parut.

- aneurisma ventrikel merupakan penonjolan miokardium paradoks


yang bersifat sementara pada iskemia miokardium sering terjadi, dan
pada sekitar 15% klien aneurisme ventrikel akan menetap.

- tromormbolisme merupakan nekrosis endotel ventrikel akan membuat


permukaan endotel menjadi kasar yang merupakan predisposisi
pembentukan trombus.

- perikarditis merupakan infark transmural dapat membuat lapisan


epikardium yang langsung berkontak dan menjadi kasar, sehingga
merangsang permukaan perikardium dan menimbulkan reaksi
peradangan.

- aritmia merupakan henti jantung terjadi bila jantung tiba- tiba berhenti
berdenyut

10. PENATALAKSANAAN
Tujuan awal tata laksana infark miokard akut yaitu mengembalikan
perfusi miokard sesegera mungkin, meredakan nyeri, serta mencegah dan
tata laksana komplikasi. Tata laksana awal meliputi:

1. Pemberian oksigen tambahan melalui sungkup/kanula hidung dan


pemantauan saturasi oksigen.
2. Mengurangi nyeri dada dengan
a. Nitrat merupakan vasodilator paten yang berguna untuk vasodilatasi
sistemik, sehingga mengurangi aliran balik vena ke jantung untuk
menurunkan kerja jantung.
b. Morfin.
c. NSAID.
3. Terapi fibrinolitik dengan pemberian rissue-type plasminogen activator
(t-PA), serta aspirin dan heparin dalam waktu 90 menit sejak onset gejala.
4. Modifikasi pola hidup
a. Keseimbangan antara istirahat, olahraga, dan modifikasi gaya hidup
untuk mengurangi risiko aterosklerosis dan hipertensi.
b. Menghentikan kebiasaan merokok.
c. Menurunkan berat badan.
d. Mengurangi stress.

Setelah tata laksana awal dan stabilitas klien, tujuan berikutnya yaitu
mengembalikan aktivitas normal dan mencegah komplikasi jangka
panjang.

1. Obat penghambat enzim pengonversi angiotensin (ACE inhibitor)


untuk mengurangi preload dan afterload.
2. Beta bloker untuk menurunkan kecepatan denyut jantung, sehingga
kerja jantung menjadi berkurang.
3. Statin untuk menurunkan kolesterol yang merupakan penyebab
aterosklerosis.
4. Pembedahan
a. Coronary artery bypass grafting (CABG).
b. Percutaneous coronary intervention (PCL).
11. PENCEGAHAN

Tindakan pengobatan yang paling penting pada arterosklerosis adalah


pencegahan primer. Penceghan tersebut karna berbagai alasan, antara lain:

1. Pada penyakit arterosklerosis secara klinis baru dapat terliht setelah


masa laten yang lama. Perkembangan penyakit ini bergejala pada awal
masa dewasa. Lesi yang dianggap sebagai prekuser penyakit
arterosklerosis ditemukan pada dinding arteri koronaria anak-anak dan
dewasa muda.

2. Tidak ada pengobatan kuratif untuk peyakit arterosklerosis begitu


diketehui secara klinis terapi hannya diberikan bersifat paliatif untuk
mengurangi atau memeperlambat perkembangan penyakit.

3. Akibat penyakit arterosklerosis koronenr dapat sangat berbahaya,


miokardium sering terjadi tanpa tanda peringatan lebih dahulu. Insiden
kemendadak tinggi.

Karna patogenesis yang tepat belum diketahui, maka pengendalian faktor


resioko dari penyakit anterosklerosis adalah pencegahan. Faktor faktor
resiko yang dapat di ubah hiperlipidemi, diet kalori, lemak total, lemak
jenuh, hipertensi, kolesterol, dan garam, merokok, obesitas, gaya hidup
yang krang gerak dan stress. Pada orang dewasa yang cenderung menderita
peyakit koroer adalah mereka yang memiliki faktor resiko dan yang jelas
menderita penyakit. Tetapi pengendalian faktor resioko sedini mungkin
agaknya dapat mencegah anterogenesis atau memperlambat perkembangan
penyakit sedemikian rupa sehingga jumlah mortalitas atau mobilitas dapat
di kurangi. Dalam hal ini yang penting adalah pendidikan kesehatan sedini
mungkin. Serta pengendalian faktor resiko. Pengobatan klinis pada penyakit
yang sudah terjadi. Pengobatan ditunjukan untuk sedapat mungkin
memperbaiki kembali aliran pembuluh koroner sehinga reperfusi dapat
mencegah kerusakan miokard lebih lanjut, serta mencegah kematian
mendadak, tata laksana awal berupa :
1. Morphin. Obat ini mengurangi atau menghilangkan nyeri dengan
menurunkanpreload. Morfin diberian dengan dosis 2-4 mg dan dapat
diulang dengan interval5-15 menit sampai dosis total 20 mg.

2. Oksigen. Terapi diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen arteri <
90%.Oksigen sebaiknya di berikan dengan masker oksigen atau nasal
prong

3. Nitrat. Obat ini untung mananggulangi spasme arteri koroner dan


menurunkanmiokard akan oksigen dengan menurunkan tekanan baik preload
maupunafterload. Menyebabkan relaksasi dari otot polos pembuluh darah
melaluistimulasi dari prosuk cyclic guanosine monophosphate
intraseluler,mengakibatkan penurunan tekanan darah. Nitrat sublingual
dapat di berikandengan aman dengan dosis 0,4 md dan dapat di berikan sampai 3
dosis denganinterval 5 menit.

4. Aspirin. Menghambat sisitem cyclooxygenase, menurunkan level


daritromboxane A2, yang merupakan aktifator platelet yang poten.
Diberikan aspirindengan dosis 160 atau 325 mg setiap hari,Komplikasi
AMI dapat berupa aritmia (ekstra sistol, bradikardia, AVblock,
takikardia, dan fibrilasi ventrikel), gagal jantung dan edema paru,
shock,ruptur miokard, Cardio Pulmonary Arrest
B. KONSEP KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Aktivitas/istirahat
a. Gejala:
 Kelemahan, kelelahan
 Tidak dapat tidur
 Pola hidup menetap, olahraga tidak teratur.
b. Tanda: Takikardia, dispnea pada istirahat atau aktivitas.
2. Sirkulasi
a. Gejala: Riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, gagal
jantung kongestif, masalah tekanan darah dan diabetes melitus.
b. Tanda:
 Tekanan darah dapat normal atau naik turun; perubahan dicatat
dari posisi tidur hingga duduk atau berdiri.
 Nadi: dapat normal; penuh/tidak kuat, atau lemah/kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat; tidak teratur
(disritmia) mungkin terjadi.
 Bunyi jantung: S3/S4 mungkin menunjukan gagal jantung atau
penurunan kontraktivitas atau keluhan ventrikel.
 Murmur: bila ada menunjukan gagal katup atau disfungsi otot
papilaris
 Edema: distensi vena jugular, edema dependen/perifer, edema
umum, crackles mungkin ada dengan gagal jantung atau
ventrikel.
 Warna: pucat atau sianosis atau kulit abu-abu, kuku datar, pada
membran mukosa atau bibir.
 Irama jantung: dapat teratur atau tidak teratur.
3. Integritas ego
a. Gejala: menyangkal, takut mati, marah pada penyakit atau
perawatan yang “tak perlu”, khawatir tentang keluarga, karier, dan
keuangan.
b. Tanda: menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,
marah, perilaku meyerang. Fokus pada diri sendiri/nyeri.
4. Eliminasi
Tanda: Normal atau bunyi usus menurun.
5. Makanan/Cairan
a. Gejala: Mual, kehilangan nafsu makan nyeri ulu hati, bersendawa.
b. Tanda: penurunan tugor kulit; kulit kering/berkeringat, muntah,
perubahan berat badan.
6. Higiene
Gejala/Tanda: Kesulitan melakukan tugas perawatan.
7. Neurosensori
a. Gejala: Pusing
b. Tanda: Perubahan mental dan kelemahan.
8. Nyeri/ketidaknyamanan
a. Gejala:
 Nyeri dada yang timbulnya mendadak, tidak hilang dengan
istirahat atau nitrogliserin.
 Lokasi tipikal pada dada anterior, substernal, dapat menyebar ke
tangan, rahang, wajah. Lokasi tidak selalu terjadi di epigastrium,
siku, rahang, abdomen, punggung, dan leher.
 Kualitas: menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat
terlihat.
 Intensitas: Nilai nyeri biasanya 10 pada skala 1-10; mungkin
pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
b. Tanda:
 Wajah meringis
 Perubahan postur tubuh
 Menangis, merintih, meregang, menggeliat, menarik diri,
kehilangan kontak mata.
9. Pernafasan
a. Gejala: Dipsnea, dipsnea nokturnal, batuk dengan/tanpa riwayat
merokok, penyakit pernafasan kronis.
b. Tanda: peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak, bunyi nafas
bersih atau crackle atau mengi, sputum bersih, merah muda kental.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan penurunan aliran darah koroner,


iskemia jaringan jantung.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen ditandai dengan sesak nafas.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hilangnya kontraktilitas
miokard.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen akibat iskemia jantung, imobilitas lama.
5. Cemas berhubungan dengan situasi yang tidak dikenal yang tidak
dapat diperkirakan, takut akan kematian.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


1. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
penurunan aliran darah koroner, ... x 24 jam klien dapat:
iskemia jaringan jantung. 1. Mengontrol nyeri, dengan kriteria: Managemen Nyeri
a. Mengenal faktor penyebab dan a. Kaji nyeri secara komprehensif, meliputi
tindakan untuk mencegah nyeri. lokasi, karakteristik dan awitan, durasi,
b. Menunjukan teknik relaksasi yang frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya
efektif untuk meningkatkan nyeri, dan faktor presipitasi.
kenyamanan. b. Observasi isyarat non verbal dari
c. Menggunakan tindakan mengurangi ketidaknyamanan, khususnya dalam
nyeri dengan analgesik dan ketidakmampuan untuk komunikasi
nonanalgesik secara tepat. secara efektif.
d. Mengenal tanda pencetus nyeri c. Berikan analgetik sesuai dengan anjuran.
untuk mencari pertolongan. d. Gunakan komunikasi terapeutik agar
e. Melaporkan gejala kepada tenaga klien dapat mengekspresikan nyeri.
kesehatan (perawat/dokter) e. Kaji latar belakang budaya klien.
2. Menunjukan tingkat nyeri, dengan f. Tentukan dampak nyeri terhadap
kriteria: kualitas hidup, seperti pola tidur, nafsu
a. Melaporkan nyeri berkurang. makan, aktivitas kognisi, mood,
b. Klien tidak menunjukan posisi tubuh hubungan, pekerjaan, tanggung jawab
melindungi. peran.
c. Tidak ada kegelisahan dan g. Kaji pengalaman individu terhadap
ketegangan otot. nyeri.
d. Klien tidak menunjukkan perubahan h. Evaluasi efektivitas tindakan mengontrol
dalam kecepatan pernafasan, denyut nyeri yang telah digunakan.
jantung tau tekanan darah. i. Berikan dukungan terhadap klien dan
keluarga.
j. Berikan pendidikan kesehatan tentang
nyeri, seperti penyebab, berapa lama
terjadi, dan tindakan pencegahan.
k. Kontrol faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respons pasien terhadap
ketidaknyamanan (mis., temperatur
ruangan, penyinaran, dll).
l. Ajarkan klien untuk memonitor nyerinya
sendiri.
m. Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.
n. Ajarkan penggunaan teknik non-
farmakologi (mis., relaksasi, imajinasi
terbimbing, terapi musik, distraksi,
masase).
o. Evaluasi efektivitas tindakan mengontrol
nyeri.
p. Modifikasi tindakan mengontrol nyeri
berdasarkan respon klien.
q. Anjurkan klien berdiskusi tentang
pengalaman nyeri secara tepat.
r. Beritahu dokter jika tindakan tidak
berhasil atau terjadi keluhan.
s. Informasikan kepada tim kesehatan
lainnya/anggota keluarga saat tindakan
non-farmakologi dilakukan, untuk
pendekatan preventif.
t. Observasi kenyamanan klien terhadap
managemen nyeri.

Pemberian Analgetik
a. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik,
kualitas, dan keparahan sebelum
pengobatan.
b. Berikan obat dengan prinsip 5 benar.
c. Cek riwayat alergi obat.
d. Libatkan klien dalam pemilihan
analgetik yang akan digunakan.
e. Pilih analgetik secara tepat/kombinasi
lebih dari satu analgetik jika telah
diresepkan.
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
2. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
berhubungan dengan penurunan ... x 24 jam klien dapat menunjukan
suplai oksigen ditandai dengan pertukaran gas adekuat, dengan kriteria: Managemen Jalan Nafas
sesak nafas. a. Status mental dalam rentang normal. a. Atur posisi klien untuk memaksimalkan
b. Klien bernafas dengan mudah. ventilasi dan mengurangi dispnea.
c. Tidak ada dispnea. b. Lakukan fisioterapi dada sesuai
d. Tidak ada kegelisahan. kebutuhan.
e. Tidak ada sianosis. c. Anjurkan klien untuk bernafas pelan dan
f. Tidak ada somnolen. dalam.
g. PaO2 dalam batas normal. d. Auskultasi bunyi nafas, area penurunan
h. PaCO2 dalam batas normal. ventilasi atau tidak adanya ventilasi dan
i. pH arteri dalam batas normal adanya bunyi nafas tambahan.
j. Saturasi O2 dalam batas normal. e. Observasi status respirasi dan oksigenasi
k. Ventilasi perfusi seimbang. sesuai kebutuhan.
Terapi Oksigen
a. Pertahankan kepatenan jalan nafas.
b. Observasi aliran oksigen.
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
Observasi Respirasi
a. Observasi kecepatan, irama, kedalaman
respirasi.
b. Catat pergerakan dada, kesimetrisan,
penggunaan otot nafas tambahan dan
adanya retraksi otot intrakosta.
c. Obsesvasi pola nafas, seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi, pernafasan
kusmaul, cheynes strokes, dan apnea.
d. Palpasi ekspansi paru.
e. Perkusi toraks anterior dan posterior
bagian apeks dan dasar kedua paru.
f. Auskultasi bunyi paru setelah pemberian
pengobatan.
g. Observasi peningkatan kegelisahan dan
kecemasan.
h. Observasi kemampuan klien untuk batuk
efektif.
i. Observasi hasil pemeriksaan foto toraks.
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
3. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
berhubungan dengan hilangnya .... x 24 jam klien menunjukan curah jantung
kontraktilitas miokard. adekuat dengan kriteria: Perawatan Jantung
a. Tekanan darah dalam rentang normal. a. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas,
b. Toleransi terhadap aktivitas. lokasi, radiasi, durasi, dan faktor
c. Nadi perifer kuat. pencetus nyeri).
d. Ukuran jantung normal. b. Lakukan penilaian sirkulasi perifer
e. Tidak ada distensi vena jugularis. secara komprehensif (mis., cek nadi
f. Tidak ada disritmia. perifer, edema, pengisian kapiler, dan
g. Tidak ada bunyi jantung abnormal. suhu ekstrimitas).
h. Tidak ada angina. c. Dokumentasikan adanya disritmia
i. Tidak ada edema perifer. jantung.
j. Tidak ada edema pulmonal. d. Catat tanda dan gejala penurunan curah
k. Tidak ada diaporesis. jantung.
l. Tidak ada mual. e. Observasi tanda-tanda vital.
m. Tidak ada kelelahan. f. Observasi status kardiovaskuler.
g. Observasi disritmia jantung termasuk
gangguan irama dan konduksi.
h. Observasi status respirasi terhadap gejala
gagal jantung.
i. Observasi keseimbangan cairan (asupan-
haluaran dan berat badan harian).
j. Kenali adanya perubahan tekanan darah.
k. Kenali pengaruh psikologs yang
mendasari kondisi klien.
l. Evaluasi respons klien terhadap
disritmia.
m. Kalaborasikan dalam pemberian terapi
antiaritmia sesuai kebutuhan.
n. Observasi respons klien terhadap
pemberian terapi antiaritmia.
o. Instruksikan klien dan keluarga tentang
pembatasan aktivitas
p. Tentukan periode latihan dan istirahat
untuk menghindari kelelahan.
q. Observasi toleransi klien terhadap
aktivitas.
r. Observasi adanya dispnea, kelelahan,
takipnea, dan ortopnea.
s. Anjurkan untuk mengurangi setres.
t. Ciptakan hubungan yang saling
mendukung antara klien dan keluarga.
u. Anjurkan klien untuk melaporkan
adanya ketidaknyamanan dada.
v. Tawarkan dukungan spiritual untuk klien
dan keluarganya.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
dengan ketidakseimbangan suplai .... x 24 jam klien menunjukan toleransi
dan kebutuhan oksigen akibat terhadap aktivitas dengan kriteria: Managemen Energi
iskemia jantung, imobilitas lama. a. Klien dapat menentukan aktivitas a. Tentukan keterbatasan klien terhadap
yang sesuai dengan peningkatan nadi, aktivitas.
tekanan darah, dan frekuensi nafas; b. Tentukan penyebab lain kelelahan.
mempertahankan irama dalam batas c. Motivasi klien untuk mengungkapkan
normal. perasaan tentang keterbatasannya.
b. Mempertahankan warna dan d. Observasi asupan nutrisi sebagai sumber
kehangatan kulit dengan aktivitas. energi yang adekuat.
c. EKG dalam batas normal. e. Observasi respons jantung-paru terhadap
d. Melaporkan peningkatan aktivitas aktivitas (mis., takikardia, disritmia,
harian. dispnea, diaporesis, pucat, tekanan
hemodinamik, dan frekuensi
pernafasan).
f. Batasi stimulus lingkungan (mis.,
pencahayaan dan kegaduhan).
g. Dorong untuk melakukan periode
istirahat dan aktivitas.
h. Rencanakan periode aktivitas saat klien
memiliki banyak tenaga.
i. Hindari aktivitas selama periode
istirahat.
j. Bantu klien untuk bangun dari tempat
tidur dari tempat tidur atau duduk di
samping tempat tidur atau berjalan.
k. Dorong klien untuk melakukan aktivitas
harian sesuai sumber energi.
l. Ajarkan klien dan keluarga teknik untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari yang
dapat meminimalkan penggunaan
oksigen.
m. Intruksikan klien atau keluarga untuk
mengenal tanda dan gejala kelelahan
yang memerlukan pengurangan aktivitas.
n. Bantu klien atau keluarga untuk
menentukan tujuan aktivitas yang
realistis.
o. Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang lebih disukai.
p. Dorong klien untuk memilih aktivitas
yang sesuai dengan daya tahan tubuh.
q. Evaluasi program peningkatan tingkat
aktivitas.
Terapi Aktivitas
a. Tentukan komitmen klien untuk
peningkatan frekuensi atau rentang
untuk aktivitas.
b. Bantu klien untuk mengungkapkan
kebiasaan aktivitas yang paling berarti
dan atau aktivitas favorit di waktu luang.
c. Bantu klien untuk memilih aktivitas
yang konsisten dengan kemampuan
fisik, psikologis, dan sosial.
d. Bantu klien untuk memfokuskan apa
yang akan dilakukan daripada apa
kekurangannya.
e. Bantu klien mendapatkan transportasi
untuk beraktivitas yang sesuai.
f. Bantu klien untuk mengidentifikasi
pilihan aktivitas.
g. Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang berarti.
h. Bantu klien untuk menjadwalkan periode
khusus untuk hiburan di luar aktivitas
rutin.
i. Bantu klien atau keluarga untuk
menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasi keinginan beraktivitas.
j. Berikan penguatan positif terhadap
partisipasi klien dalam beraktivitas.
k. Observasi respons emosi, fisik, sosial,
dan spiritual terhadap aktivitas.
5. Cemas berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Menurunkan Cemas
situasi yang tidak dikenal yang .... x 24 jam klien mampu mengontrol cemas, a. Tenangkan pasien
tidak dapat diperkirakan, takut dengan kriteria: b. Jelaskan seluruh prosedur tindakan
akan kematian. a. Observasi intensitas cemas. kepada pasiem dan perasaan yang
b. Menurunkan stimulus lingkungan mungkin muncul pada saat melakukan
ketika cemas. tindakan.
c. Mencari informasi yang menurunkan c. Berusaha memahami keadaan pasien.
cemas. d. Berikan informasi tentang diagnosa,
d. Menggunakan strategi koping efektif. prognosis dan tindakan.
e. Menggunakan teknik relaksasi untuk e. Dampingi pasien untuk mengurangi
menurunkan cemas. kecemasan dan meningkatan
f. Mempertahankan hubungan sosial. kenyamanan.
g. Mempertahankan konsentrasi. f. Motivasi klien untuk menyampaikan isi
h. Melaporkan tidur adekuat. perasaannya.
i. Respons untuk mengontrol cemas. g. Kaji tingkat kecemasan.
j. Tenang. h. Dengarkan dengan penuh perhatian.
i. Ciptakan hubungan saling percaya.
j. Bantu pasien menjelaskan keadaan yang
dapat menimbulkan kecemasan.
k. Bantu pasien untuk mengungkapkan hal
yang membuat cemas.
l. Ajarkan pasien teknik relaksasi.
m. Berikan obat obat yang mengurangi
cemas.
BAB II

DAFTAR PUSTAKA

Internasional, NANDA.2015-2017.Diagnosis Keperawatan Definisi &


Klasifikasi.Jakarta: EGC

Lemone, Priscilla.2012.Keperawatan medikal bedah;gangguang kardiovaskuler


edisi 5.Jakarta:Buku kedokteran EGC

Mutaqin, Arif.2014.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler Dan Hematolog:Jakarta:Salemba Medika

Susaldi.2016.Keperawatan Medikal Bedah Sistem


Kardiovaskuler.Jakarta:Erlangga

Aspiani, Reny Yuli.2014.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskuler Aplikasi NIC Dan NOC.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai