Anda di halaman 1dari 38

LBM4

Anaku sangat Kurus

Step 1

 Crazy pavement dermatosis: kelainan kulit bercak merah muda yg meluas, dan berubah
warna menjadi coklat kehitaman dan bisa mengelupas

Kelainan kulit yg dimulai dari titik merah->bercak berubah jd warna hitam-> dg batas hitam ->
predileksi dipunggung,pantat

 Growth falthering: pertumbuhan dan permkebangan anak dilihat dari KMS, -> pertumbuhan
dan perkembangan anak lambat dilihat dari KMS

 Baggy pants: otot paha mengendor, seperti memakai cellana kedodoran


 Flag sign phenomena: kelaianan warna rambut seperti warna rambut jagung

Step 2

1. Mengapa pd anak didapatkan crazy pravement dermatosis. Growth falthering,baggy


pants, flag sign?
2. Mengapa anak tersebut nampak kurus, lemah, nafsu makan berkurang?
3. Apa yg dimaksud dg MPASI
4. Bagaimana tahapan pemberian makanan sapihan/MPASI?
5. Bagaimana cara menilai status gizi pada anak?
6. Klasifikasi gizi buruk dan bagaimana cara membedakanya?
7. Apakah MPASI YG DIBERikan usia 2 bulan mempengaruhi pertumbuhan? Dan berikan
penjelasanya
8. Apa hubungan kurang energi dan protein dg keadaan pasien?
9. Bagaimana alur penegakan diagnosis?
10. Apa saja komplikasi dari diagnosis di skenario?
11. Apa diagnosis dan dd dari skenario?
12. Apa saja penatalaksanaan dari kasus tersebut?
13. Mengapa anak sering diare dan batuk pilek?
14. Apa hubungan diet anak tersebut dengan sekenario?
15. Patofisiologi gizi buruk dan apa hubungan dengan sistem organ pada anak tersebut

Step3

1. Mengapa pd anak didapatkan crazy pravement dermatosis. Growth falthering,baggy


pants, flag sign?

Crazy pravement dermatosis:


Baggy pants: mengendor otot paha karna jarringan dibawah kulit yg seharusnya ada lemak
tetapi dipakai tubuh karna asupan kalori yang kurang . dalam keadaan hipoglikemi-
>glikogen(lipolisis merubah trigliserid jadi 3 asam lemak dan

Glukagon: memecah gula ke

Glukoneogenesis mengubah gula dari bahan selain gula-> pada siklus krebs

Cortisol memecah zat simpanan untuk diedarkan ke tubuh, padahal zat yg disimpanya
kurang (seperti protein hewani yg kurang )-> kurus

Flag sign: rambut mengandung vit a, c, protein, jika defisiensi maka akan menampakan
warna merah yg selang seling dan mudah rontok

Growth: gagal tumbuh karna defisiensi kalori dimana lemak diubah jadi KH, usia 3tahun
menggunakan rumus: umur(tahun)x 2 +8 : 2

2. Mengapa anak tersebut nampak kurus, lemah, nafsu makan berkurang?

Intake makanan kurang-> padahal tubuh butuh energ untuk metabolisme -> ahirnya karna
kekurangan energi-> di kompensasi dengan pemeacahan lemaka-> lama kelamaan
hipoglikemi-> tidak ada bahan untuk metabolisme-> energi turun dan berkurang-> lemah

3. Mengapa anak sering diare dan batuk pilek?

Kandungan asi seperti imun IG A-> yg berfungsi melindungi mukosa GIT-> pd bayi normal pd
asi sudah ada IGA-> ibu pernah diare-> IGA yg di asi sudah kuat-> pd bayi normal setelah
minum asi bisa melindungi mukosanya-> ketika tidak mendapat asi iga tidk ada dan di
tambah pengelohan mpasi tidak baik-> mukosa usus jadi tidak kebal

Batuk pilek-> disebabkan asupan makanan kurang/anak sering sakit:

Tidak adekuat persedian makanan,kurang gizi seimbang,pola makan yg salah-> infeksi dan
pola saling terkait

Defisiensi gizi-> kurang energi-> pd gaster yg mengeluarkan HCL-> ada kanal yg butuh ATP->
pdhal ATPnya kurang-> produksi HCL kurang-> ditambah flora normal di sal GIT yg mendapat
energi dari ATP,krna kEkurangan ATP-> DIARE

4. Apa hubungan kurang energi dan protein dg keadaan pasien?

Intake makanan kurang-> padahal tubuh butuh energ untuk metabolisme -> ahirnya karna
kekurangan energi-> di kompensasi dengan pemeacahan lemaka-> lama kelamaan
hipoglikemi-> tidak ada bahan untuk metabolisme-> energi turun dan berkurang-> lemah
5. Apa hubungan diet anak tersebut dengan sekenario?
6. Apa yg dimaksud dg MPASI

MAKANAN PENDAMPING ASI

Asi masih jadi menu utma bayi, mpasi diulai usia 6bulan, karna pd 6 bulan awal bayi cukup
asi saja

Panduan mpasi: umur, frekuensi,tekstur,aktif higne

Umur: sekurangkurangnya usia 6 blan

Frekuensi: 1-2x per hari usia 6 bln. 2-3x/hari usia >6 bln,

Jumlah makanan: mpasi pada umur 6 bln diberikan 2 sdm.tingkatkan ukuran mangkok 200ml
usia 6-9bln,

Usia 9-12 bulan sudah makan setengah uk mangkok 250 ml

Tekstur: 6-7bln perkenalkan makanan padat, 8-9bl tekstur semakin padat, 9-12 bln nasi tim,

Variasi: diberikan makanan yg bervariasi agar kebutuhan terpenuhi

Aktif: berikan dari tangan ibu

Higne: Jaga kebersihan makanan dan saat penyimpanan dan pembuatan harus cuci tangan
dulu

7. Apakah MPASI YG DIBERikan usia 2 bulan mempengaruhi pertumbuhan? Dan berikan


alasanya?

Mp asi diberikan usia 6 bulan, 2bln masih harus asi karna asi masih banyak kandungan yg
penting untuk pertumbuhan bayi. Jika mpasi diberikan 2 bln beum baik krna enzim belum
baik, enzim baik pada usia 6 bulan.

Dg diberikan asi Aspek kecerdasan ada interaksi padaanak ibu-> untuk perkembangan syaraf
otak-> menurut penelitian iq pada baayi akan meningkat lebih tinggi dibanding dg bayi yg
tdk diberi asi

8. Bagaimana tahapan pemberian makanan sapihan/MPASI?

Panduan mpasi: umur, frekuensi,tekstur,aktif higne

Umur: sekurangkurangnya usia 6 blan

Frekuensi: 1-2x per hari usia 6 bln. 2-3x/hari usia >6 bln,

Jumlah makanan: mpasi pada umur 6 bln diberikan 2 sdm.tingkatkan ukuran mangkok 200ml
usia 6-9bln,
Usia 9-12 bulan sudah makan setengah uk mangkok 250 ml

Tekstur: 6-7bln perkenalkan makanan padat, 8-9bl tekstur semakin padat, 9-12 bln nasi tim,

Variasi: diberikan makanan yg bervariasi agar kebutuhan terpenuhi

Aktif: berikan dari tangan ibu

Higne: Jaga kebersihan makanan dan saat penyimpanan dan pembuatan harus cuci tangan
dulu

9. Apakah MPASI YG DIBERikan usia 2 bulan mempengaruhi pertumbuhan? Dan berikan


alasanya?

Mp asi diberikan usia 6 bulan, 2bln masih harus asi karna asi masih banyak kandungan yg
penting untuk pertumbuhan bayi. Jika mpasi diberikan 2 bln beum baik krna enzim belum
baik, enzim baik pada usia 6 bulan.

Dg diberikan asi Aspek kecerdasan ada interaksi padaanak ibu-> untuk perkembangan syaraf
otak-> menurut penelitian iq pada baayi akan meningkat lebih tinggi dibanding dg bayi yg
tdk diberi asi

10. Bagaimana cara menilai status gizi pada anak?

Ukura natropometri: bb dan tb-> masukan ke klasifikasinya

Gizi buruk: tampak sangat kurus dan atau dg edema <-3SD

Gizi kurang: anak tampak kurus,-3 sampai kurang dari -2 SD

Gizi baik: anak tampak sehat antropometri -2SD SMPAI +2SD

Gizi lebih: tampak gemuk antropometri diatas +2SD

Usia <2thn : bb per PB

Usiaa>2thn: bb per TB

0-6bln: 550 kkal,protein 10g

7-12: energi 650kkal,protein 16 g

1-3thn: 1000kkal,protein 25 g

4-6 thn: 1500kkal,39 g

11. Patofisiologi gizi buruk dan apa hubungan dengan sistem organ pada anak tersebut

Defisiensi gizidisebabkan psikologis anak maupun pengaturan makan, anak2 biasanya


males makan, sosek rendahsulit memenuhi kebutuhan gizi
Karbohidrat

Defisiensi protein vit A C E nutrisi rambutkekuranganrambut mudah patah,


kemerahan (rambut jagung)

Turgor kulit turundehidrasi

Reflek patella turundegenerasi saraf karena defisiensi protein dan magnesium, aktin dan
miosin berkurang

Protein turunlipoprotein turunHDL dan LDL turunsulit ditransportlemak numpuk di


heparhepatomegali

Hemtologi->def fe dan mineral-> anemia

Oragn mata ada sel batang-> sel batang disusun protein dan vit a-> pdahal sel batang untuk
mengatur adaptasi cahaya terang-> jika defisiensi ahirnya adaptasi sel batang kurang->
rabun senja

Proses menjaga suhu berkurang-> hipotermi

Hipotermi->karna ketidak seimbangan 3makro nuterien

Pitting edemtekanan onkotik turuncairan masuk ke intersisial

protein

12. Klasifikasi gizi buruk dan bagaimana cara membedakanya?

Kwasorkor: edem bisa diseuruh tubuh,wajah sebam, mata sayu, rambut jagung, bayi
mengalami hepatomegali,hipotrofi, crazy dermatosis, infeksi akut,anemia,diare

Marasmus: sangat kurus, sampai kosta terlihat, tampak tulang terbungkus kulit,wajah
seperti orangtua, rewel, kulit keriput,perut cekung,bisa disertai infksi dan diare

Marasmik-khwashiokor: gejelanyaa keduanya

13. Bagaimana alur penegakan diagnosis?

Dilakukan di fasilitas kesehatan dg px klinis bb per pb atau lingkar lengan atas, anak jike
ditemukan tanda: sangat kurus, edem anasarka, delay pb atau bb, lla kurang dari 11,5 utuk
usia 5-9blm

Jika ada tanda komplikasi anoreksia,pnmeumona, punurunkesadaran, demam-> penialian


gizi buruk dg dirawat di rs

Anak dg 1/lebih tanda: kurus,edem,bb per bb <3SD

Lla usia 6-9 bln kurang drai , -> rawat jalan


Anak datang bbper tb <3SD lla 11,5 usia 6-59bln tdk ada edem nafsu makan baik, komplikasi
medis tdk ada-> pemulihan

14. Apa diagnosis dan dd dari skenaripero?

Marasmik-khwashiokor

Dd : marasmus, khwashiokor

15. Apa saja komplikasi dari diagnosis di skenario?

Mudah terkena infeksi karna lemah sistem imun. Iq kurang,def zat besi, diare,hipoglikemi,

Buta senja: krna def vit a

Osteomalasia : kekurangan vit b-> pembengkakan sendii dan deformitas tulang

Def vit k: perdarahan, berak darah

Def fosfor-> nafsu makan turun,lemes

Def iodium: pembesraran kelenjar gondok, gangguan fisik mental

16. Apa saja penatalaksanaan dari kasus tersebut?

Marasmus tanpa omplikasi: obati dg berobat jalan dg diberi penyuluhan pemberian makanan baik
dan seimbang

Marasmus komplikasi: tahap awal: 24-48jam beri cairan larutan darrow glukosa /cairan IV diber dg
sebanyak 200ml /kgbb/hari . mulamula 60 ml /kgbb pd 4-8jam140ml pd 16-18jam

Tahap kedua: sesuai dg penyusuaianya: tdk memerlukan cairan,tp perlu kalori,protein


,vit,karbohidrat

Fase transisi: dg cara dieri makanan perlahan lahan,diberikan formula khusus berisi energi 75kkl dan
protein 0,9-1,0g48 jam lalu pantau rr,nadi,bb sudah terlampaui beri energi 150-220kkl dan
protein4-6g/hari

Fase rehn abilitasi: diberikan energi energi 150-220kkl dan protein4-6g/hari,beri asi perlahanlahan
dan MPASI

Step 4

GROWTH FATHERINGevaluasi pertumbuhanKMSnilai status giziABNORMAL: / normal


lakukan penatalaksanan
STEP 7

1. Mengapa pd anak didapatkan crazy pravement dermatosis. Growth falthering,baggy


pants, flag sign?
- Kekurangan bahan makanan , tahu tempe mempunyai kandungan protein as. Amino tdk
sesuai dengan kebutuhaan manusia  defisiensi protein  bahan tranporter untuk
mengangkut fe  defisiensi zat besi  anemi  rambut jagung  kekurangan
pigmen (eumelanin dan feomalanin)
Eumelanin  gelap pada rambut  dibentuk as. Amino tirosin berkurang (kekurangan
ATP)  pudar  kemerahan
- Kering, pecah2  def. Protein,zinc,niasin/vit. B atrofi kel.keringat dan seasea  kulit
kering kekurangan zinc mudah terkelupas
- hiperpigmentasi  kekurangan niasin/vit.b
- MPASI duluan  saluran cerna tdk berkembang sesuai dengan usia  absorbsi kurang
 kekurangan energi (glukosa rendah) hormon glukagon (mempertahankan gula
darah dengan memecah glikogen (hati dan otot) lama dipecah masa otot turun
hipoglikemi (gula darah turun) dan
Kortisol (mempertahankan  menyetop intake glukosa dalam sel kecuali otak
 Lipolisis (glukoneogenesis)  sel adiposa lemakk
dikeluarin  baggy pants
 Proteolisis  masa otot berkurang  BB lemak
turun  di hati diubah menadi gula ATP lama2
habis  tdk bs pembelahan sel  tdk ada
pertumbuhan  growth falthering
- Kekurangan protein  albumin  tekanan osmotik  cairan merembes  edema
ansarka, kalo parah bisa asites (perut buncit)  penumpukn cairan karena kekurangan
ATP  cairan tertumpuk tdk bisa dibuang
- Hipotermia  tdk ada bahan yg diubah menjadi panas (didlm tubuh ad metab utk
memperthankan tubuh ) tdk ad yg dibakar
- Diare Pertahan sal. Cerna menurun  ATP menurun  asam lambung menurun
(mencegah bakteri yg masuk)  ecoli bertahan infeksi

2. Mengapa anak tersebut nampak kurus, lemah, nafsu makan berkurang?


3. Mengapa anak sering diare dan batuk pilek?
4. Apa hubungan kurang energi dan protein dg keadaan pasien?
5. Apa hubungan diet anak tersebut dengan sekenario?

6. Apa yg dimaksud dg MPASI alasanya?

Makanan Pendamping ASI (MPASI) adalah makanan peralihan dari ASI ke makanan
yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna
memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Pengenalan dan pemberian MPASI harus
dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk
menyesuaikan kemampuan alat pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI.
WHO Global Strategy for Feeding Infant and Young Children pada tahun 2003
merekomendasikan agar pemberian MPASI memenuhi 4 syarat, yaitu:

1. Tepat waktu (timely), artinya MPASI harus diberikan saat ASI eksklusif sudah tidak
dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi

2. Adekuat, artinya MPASI memiliki kandungan energi, protein, dan mikronutrien yang
dapat memenuhi kebutuhan makronutrien dan mikronutrien bayi sesuai usianya

3. Aman, artinya MPASI disiapkan dan disimpan dengan cara cara yang higienis,
diberikan menggunakan tangan dan peralatan makan yang bersih

4. Diberikan dengan cara yang benar (properly fed), artinya MPASI diberikan dengan
memperhatikan sinyal rasa lapar dan kenyang seorang anak. Frekuensi makan dan
metode pemberian makan harus dapat mendorong anak untuk mengonsumsi makanan
secara aktif dalam jumlah yang cukup menggunakan tangan, sendok, atau makan sendiri
(disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan seorang anak).

Rekomendasi IDAI ,Diagnosis, Tatalaksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan
Remaja

7. Bagaimana tahapan pemberian makanan sapihan/MPASI?


WHO, 2010
8. Apakah MPASI YG DIBERikan usia 2 bulan mempengaruhi pertumbuhan? Dan berikan
alasanya?
 Masalah dalam pemberian MP-ASI pada bayi adalah meliputi
pemberian makanan prelaktal (makanan sebelum ASI keluar). Hal ini
sangat berbahaya bagi kesehatan bayi dan menggangu keberhasilan
menyusui serta kebiasaan membuang kolostrum padahal kolostrum
mengandung zat-zat kekebalan yang dapat melindungi bayi dari
penyakit dan mengandung zat gizi yang tinggi.
 Selain itu pemberian MP-ASI yang terlalu dini (sebelum bayi berumur
6 bulan) dapat menurunkan konsumsi ASI dan meningkatkan
terjadinya gangguan pencernaan/diare, dengan memberikan MP-ASI
terlebih dahulu berarti kemampuan bayi untuk mengkonsumsi ASI
berkurang yang berakibat menurunnya produksi ASI. Hal ini dapat
mengakibatkan anak menderita kurrang gizi, seharusnya ASI
diberikan dahulu baru MP-ASI.
 Pemberiaan MP-ASI yang terlalu dini dapat menyebabkan penurunan
produksi ASI. Karena insting bayi untuk mengisap akan menurun
sehingga jumlah ASI yang dikonsumsi juga menurun sehingga
kebutuhan bayi tidak tercukupi. Kekurangan gizi banyak terjadi
karena pemberian MPASI yang terlalu dini. MP-ASI dini dan makanan
pralaktal akan berisiko diare dan ISPA pada bayi. Dengan terjadinya
infeksi tubuh akan mengalami demam sehingga kebutuhan zat gizi
dan energi semakin meningkat sedangkan asupan makanan akan
menurun yang berdampak pada penurunan daya tahan tubuh.
 Selain itu dapat menyebabkan ganguan pencernaan karena lambung
dan usus belum berfungi secara sempurna sehingga bayi menderita
diare, yang apabila terus berlanjut dapat berakibat buruk berupa
status gizi yang kurang atau buruk bahkan tidak jarang menyebabkan
kematian.
 Kekurangan gizi menyebabkan bayi mudah terserang penyakit infeksi
 Menurut WHO (2000), bayi yang diberi susu selain ASI, mempunyai
risiko 17 kali lebih mengalami diare, dan tiga sampai empat kali lebih
besar kemungkinan terkena ISPA dibandingkan dengan bayi yang
mendapat ASI Kekebalan bayi yang diperoleh melalui plasenta
diperkirakan hilang 75% pada usia 3 bulan. Pada saat yang sama,
tubuh belum aktif membentuk imunitas sehingga resiko infeksi karena
pemberian makanan botol sangat besar terutama pada masyarakat
miskin
 Pemberian MP-ASI dini sama halnya dengan membuka gerbang
masuknya berbagai jenis penyakit. Hasil riset menunjukan bahwa bayi
yang mendapatkan MPASI sebelum berumur 6 bulan lebih banyak
terserang diare, sembelit, batuk, pilek dan panas dibandingkan bayi
yang mendapat ASI eksklusif. Pada bayi < 6 bulan beberapa enzim
pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, amilase belum
diproduksi secara sempurna. Sel-sel disekitar usus belum siap
menerima kandungan dalam makanan sehingga makanan yang masuk
dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadinya alergi. Bahkan pada
kasus ekstrim pemberian MP-ASI dini dapat menyebabkan
penyumbatan saluran cerna dan harus dilakukan pembedahan
(Depkes RI,2005).

9. Bagaimana cara menilai status gizi pada anak?

MELAKUKAN PENILAIAN STATUS GIZI ANAK


Penilaian status gizi anak di fasilitas kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit dll), tidak didasarkan pada
Berat Badan anak menurut Umur (BB/U). Pemeriksaan BB/U dilakukan untuk memantau berat badan
anak, sekaligus untuk melakukan deteksi dini anak yang kurang gizi (gizi kurang dan gizi buruk).
Pemantauan berat badan anak dapat dilakukan di masyarakat (misalnya posyandu) atau di sarana
pelayanan kesehatan (misalnya puskesmas dan Klinik Tumbuh Kembang Rumah Sakit), dalam
bentuk kegiatan pemantauan Tumbuh Kembang Anak dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju
Sehat), yang dibedakan antara anak laki-laki dan perempuan.

Status gizi anak < 2 tahun ditentukan dengan menggunakan tabel Berat Badan menurut Panjang
Badan (BB/PB); sedangkan anak umur ≥ 2 tahun ditentukan dengan menggunakan tabel Berat Badan
menurut Tinggi Badan (BB/TB).
Anak didiagnosis gizi buruk apabila secara klinis “Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua
punggung kaki sampai seluruh tubuh” dan atau jika BB/PB atau BB/TB < - 3 SD atau 70% median.
Sedangkan anak didiagnosis gizi kurang jika “BB/PB atau BB/TB < - 2 SD atau 80% median”

Standart antopometri penilaian status gizi anak oleh kementrian kesehatan RI

10. Patofisiologi gizi buruk dan apa hubungan dengan sistem organ pada anak tersebut

Patofisiologi

Adapun energi dan protein yang diperoleh dari makanan kurang,

padahal untuk kelangsungan hidup jaringan, tubuh memerlukan energi


yang didapat, dipengaruhi oleh makanan yang diberikan sehingga harus
didapat dari tubuh sendiri, sehingga cadangan protein digunakan juga
untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut.

Kekurangan energi protein dalam makanan yang dikonsumsi akan

menimbulkan kekurangan berbagai asam amino essensial yang


dibutuhkan untuk sintesis, oleh karena dalam diet terdapat cukup
karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagai asam
amino di dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan
disalurkan ke otot.

Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan penyebab


kurangnya pembentukan alkomin oleh heper, sehingga kemudian timbul
edema perlemahan hati terjadi karena gangguan pembentukan lipo
protein beta sehingga transport lemak dari hati ke hati dapat lemak juga
terganggu dan akibatnya terjadi akumulasi lemak dalam hepar. (Ilmu
kesehatan anak, 1998).

Pengaruh KEP Terhadap Beberapa Organ

a. Saluran Pencernaan

Malnutrisi berat menurunkan sekresi asam dan melambatkan gerak lambung. Mukosa usus

halus mengalami atrofi. Vili pada mukosa usus lenyap, permukaannya berubah menjadi datar dan

diinfiltrasi oleh sel-sel limfosit. Pembaruan sel-sel epitel, indeks mitosis, kegiatan disakarida

berurang. Pada hewan percobaan, kemampuan untuk mempertahankan kandungan normal mucin

dalam mukosa terganggu dan laju penyerapan asam amino serta lemak berkurang.

b. Pankreas

Malnutrisi menyebabkan atrofi dan fibrosis sel-sel asinar yang akan mengganggu fungsi

pankreas sebagi kelenjar eksokrin. Gangguan fungsi pankreas bersama dengan intoleransi

disakarida akan menimbulkan sindrom malabsorpsi, yang selanjutnya berlanjut sebagai diare.

c. Hati

Pengaruh malnutrisi pada hati bergantung pada lama, serta jenis zat gizi yang berkurang.

Glikogen pada penderita marasmus cepat sekali terkuras sehingga zat lemak kemudian tertumpuk

dalam sel-sel hati. Manakala kelaparan terus berlanjut, hati mengerut sementara kandungan lemak

menyusut dan protein habis meskipun jumlah hepatosit relative tidak berubah.

d. Sistem Hematologik

Perubahan pada sistem hematologic meliputi anemia, leucopenia, trombotopenia, pembentuan

akantosit, serta hipoplasia sel-sel sumsum tulang yang berkaitan dengan transformasi substansi

dasa, tempat nekrosis sering terlihat. Derajat kelainan ini bergantung pada berat serta lamanya

kekurangan energy berlangsung (Sunita Matsier, 2009)

Anemia pada kasus demikian biasanya bersifat normokromik dantidak disertai oleh

retikulositosis meskipun cadangan zat besi cukup adekuat. Penyebab anemia pasien yang asupan

proteinnya tidak adekuat ialah menurunnya sintesis eritropoietin, sementara anemia pada mereka
yang sama sekali tidak makan protein timbul karena stem cell dalam sumsum tulang tidak

berkembang, di samping sintesis eritropoietin juga menurun (Sunita Matsier, 2009).

Malnutrisi berat berkaitan dengan leucopenia dan hitung jenis yang normal. Morfologi

neutrofil juga kelihatan normal. Namun, jika infeksi terjadi, jumlah neutrofil biasanya (namun

tidak selalu) meningkat. Simpanan neutrofil yang dinyataan sebagai hitung neutrofil tertinggi

setelah 3-5 jam pemberian hidrokortison pada malnutrisi juga berkurang, dan fungsinya tidak

normal. Sebagai tambahan, jumlah trombosit turut pula menurun (Sunita Matsier, 2009).
11. Klasifikasi gizi buruk dan bagaimana cara membedakanya?

1. Pengertian Kurang Energi Protein (KEP)


KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi
Angka Kecukupan Gizi (AKG).

2. Klasifikasi KEP
Untuk tingkat puskesmas penentuan KEP yang dilakukan dengan menimbang
BB anak dibandingkan dengan umur dan menggunakan KMS dan Tabel BB/U
Baku Median WHO-NCHS (lampiran 1)

1.KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita
warna kuning

2.KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di Bawah
Garis Merah (BGM).

3.KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U <60% baku median WHO-
NCHS. Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat/Gizi buruk dan KEP
sedang, sehingga untuk menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan Tabel
BB/U Baku Median WHO-NCHS.

3. Gejala klinis Balita KEP berat/Gizi buruk


Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak
tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat
dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor.
Tanpa mengukur/melihat BB bila disertai edema yang bukan karena
penyakit lain adalah KEP berat/Gizi buruk tipe kwasiorkor.

a. Kwashiorkor

- Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum


pedis)
- Wajah membulat dan sembab
- Pandangan mata sayu
- Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut
tanpa rasa sakit, rontok
- Perubahan status mental, apatis, dan rewel
- Pembesaran hati
- Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri
atau duduk
- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)
- Sering disertai : • penyakit infeksi, umumnya akut
 anemia
 diare.

b. Marasmus:
- Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit

- Wajah seperti orang tua

- Cengeng, rewel

- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada
(baggy pant/pakai celana longgar)
- Perut cekung
- Iga gambang
- Sering disertai: - penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)

- diare kronik atau konstipasi/susah buang air

c. Marasmik-Kwashiorkor:
- Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor
dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai edema
yang tidak mencolok.

SEMUA PENDERITA KEP BERAT


UMUMNYA
DISERTAI DENGAN ANEMIA DAN DEFISIENSI MIKRONUTRIEN
LAIN
12. Bagaimana alur penegakan diagnosis?

Pada setiap anak gizi buruk lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Anamnesis terdiri dari
anamnesis awal dan anamnesis lanjutan.

Anamnesis awal (untuk kedaruratan):

 Kejadian mata cekung yang baru saja muncul


 Lama dan frekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan muntah dan diare
(encer/darah/lendir)
 Kapan terakhir berkemih
 Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin.
 Bila didapatkan hal tersebut di atas, sangat mungkin anak mengalami dehidrasi dan/atau syok, serta
harus diatasi segera.

Anamnesis lanjutan (untuk mencari penyebab dan rencana tatalaksana selanjutnya, dilakukan
setelah kedaruratan ditangani):

 Diet (pola makan)/kebiasaan makan sebelum sakit


 Riwayat pemberian ASI
 Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa hari terakhir
 Hilangnya nafsu makan
 Kontak dengan pasien campak atau tuberkulosis paru
 Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir
 Batuk kronik
 Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung
 Berat badan lahir
 Riwayat tumbuh kembang: duduk, berdiri, bicara dan lain-lain
 Riwayat imunisasi
 Apakah ditimbang setiap bulan
 Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang sosial anak)
 Diketahui atau tersangka infeksi HIV

Pemeriksaan fisis

 Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung kaki. Tentukan status gizi
dengan menggunakan BB/TB-PB (lihat lampiran 5).
 Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor buruk (hati-hati menentukan status dehidrasi
pada gizi buruk).
 Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang lambat, nadi lemah dan cepat), kesadaran
menurun.
 Demam (suhu aksilar ≥ 37.5° C) atau hipotermi (suhu aksilar < 35.5° C).
 Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau gagal jantung
 Sangat pucat
 Pembesaran hati dan ikterus
 Adakah perut kembung, bising usus melemah/meninggi, tanda asites, atau adanya suara seperti
pukulan pada permukaan air (abdominal splash)
 Tanda defisiensi vitamin A pada mata:
o Konjungtiva atau kornea yang kering, bercak Bitot
o Ulkus kornea
o Keratomalasia
 Ulkus pada mulut
 Fokus infeksi: telinga, tenggorokan, paru, kulit
 Lesi kulit pada kwashiorkor:
o hipo- atau hiper-pigmentasi
o deskuamasi
o ulserasi (kaki, paha, genital, lipatan paha, belakang telinga)
o lesi eksudatif (menyerupai luka bakar), seringkali dengan infeksi sekunder (termasuk jamur).
 Tampilan tinja (konsistensi, darah, lendir).
 Tanda dan gejala infeksi HIV (lihat bab 8).

Catatan:

 Anak dengan defisiensi vitamin A seringkali fotofobia. Penting untuk memeriksa mata dengan hati-
hati untuk menghindari robeknya kornea.
 Pemeriksaan laboratorium terhadap Hb dan atau Ht, jika didapatkan anak sangat pucat.
 Pada buku Pedoman TAGB untuk memudahkan penanganan berdasarkan tanda bahaya dan tanda
penting (syok, letargis, dan muntah/diare/ dehidrasi), anak gizi buruk dikelompokkan menjadi 5
kondisi klinis dan diberikan rencana terapi cairan dan makanan yang sesuai.
DIAGNOSIS
Ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran antropometri. Anak didiagnosis gizi
buruk apabila:

 BB/TB < -3 SD atau <70% dari median (marasmus)


 Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor: BB/TB >-3SD atau marasmik-
kwashiorkor: BB/TB <-3SD

Jika BB/TB atau BB/PB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa anak tampak sangat kurus
(visible severe wasting) dan tidak mempunyai jaringan lemak bawah kulit terutama pada kedua bahu,
lengan, pantat dan paha; tulang iga terlihat
jelas, dengan atau tanpa adanya edema (lihat gambar).
Anak-anak dengan BB/U < 60% belum tentu gizi buruk, karena mungkin anak tersebut pendek,
sehingga tidak terlihat sangat kurus.
Anak seperti itu tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit, kecuali jika ditemukan penyakit lain
yang berat.

Sumber : International Child Health

13. Apa diagnosis dan dd dari skenaripero?

a. Kwashiorkor

- Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum


pedis)
- Wajah membulat dan sembab
- Pandangan mata sayu
- Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut
tanpa rasa sakit, rontok
- Perubahan status mental, apatis, dan rewel
- Pembesaran hati
- Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri
atau duduk
- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)
- Sering disertai : • penyakit infeksi, umumnya akut
 anemia

 diare.

d. Marasmus:
- Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
- Wajah seperti orang tua

- Cengeng, rewel

- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada
(baggy pant/pakai celana longgar)
- Perut cekung
- Iga gambang
- Sering disertai: - penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)

- diare kronik atau konstipasi/susah buang air

e. Marasmik-Kwashiorkor:
- Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor
dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai edema
yang tidak mencolok.

SEMUA PENDERITA KEP BERAT


UMUMNYA
DISERTAI DENGAN ANEMIA DAN DEFISIENSI MIKRONUTRIEN
LAIN

14. Apa saja komplikasi dari diagnosis di skenario?


15. Apa saja penatalaksanaan dari kasus tersebut?

TATA LAKSANA

PELAYANAN KEP BERAT/GIZI BURUK


DI PUSKESMAS

A. PRINSIP DASAR PELAYANAN RUTIN KEP BERAT/GIZI BURUK

Pelayanan rutin yang dilakukan di puskesmas berupa 10 langkah penting

yaitu:

1. Atasi/cegah hipoglikemia

2. Atasi/cegah hipotermia

3. Atasi/cegah dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

5. Obati/cegah infeksi

6. Mulai pemberian makanan


7. Fasilitasi tumbuh-kejar (catch up growth)
8. Koreksi defisiensi nutrien mikro
9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental

10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.

Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase stabilisasi,
fase transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih
langkah mana yang sesuai untuk setiap fase.

Tata laksana ini digunakan pada pasien Kwashiorkor, Marasmus maupun Marasmik-
Kwashiorkor.

Bagan dan jadwal pengobatan sebagai berikut:

No FASE STABILISASI TRANSISI REHABILITASI

Hari ke 1-2 Hari ke 2-7 Minggu ke-2 Minggu ke 3-7

1 Hipoglikemia

2 Hipotermia

3 Dehidrasi

4 Elektrolit

5 Infeksi
6 MulaiPemberian

makanan

7 Tumbuh kejar

(Meningkatkan

Pemberian Makanan)

8 Mikronutrien Tanpa Fe dengan Fe

9 Stimulasi

10 Tindak lanjut

B. SEPULUH LANGKAH UTAMA PADA TATA LAKSANA KEP BERAT/GIZI BURUK

1. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia (kadar gula dalam darah rendah)

Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak dengan KEP
berat/Gizi buruk. Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah.
Jika anak sadar dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan
saring/cair 2-3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat
minum) berikan air gula dengan sendok. Jika anak mengalami gangguan kesadaran,
berikan infus cairan glukosa dan segera rujuk ke RSU kabupaten.

2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia (suhu tubuh rendah)

Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 360 C. Pada
keadaan ini anak harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah ibu
atau orang dewasa lain mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut
(Metode Kanguru). Perlu dijaga agar anak tetap dapat bernafas.

Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut tebal, dan
meletakkan lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak boleh terlalu dekat
apalagi sampai menyentuh anak. Selama masa penghangatan ini dilakukan
pengukuran suhu anak pada dubur (bukan ketiak) setiap setengah jam
sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil, tetap dibungkus dengan
selimut atau pakaian rangkap agar anak tidak jatuh kembali pada keadaan
hipothermia.

3. Pengobatan dan Pencegahan kekurangan cairan

Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk
dengan dehidrasi adalah :

 Ada riwayat diare sebelumnya

 Anak sangat kehausan

 Mata cekung

 Nadi lemah

 Tangan dan kaki teraba dingin

 Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.

Tindakan yang dapat dilakukan adalah :

 Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam
sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan
rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30
menit dengan sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut
ReSoMal (lampiran 4).
 Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat
menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum,
lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % dan
NaCL dengan perbandingan 1:1.

KEP BERAT/GIZI BURUK YANG DIRUJUK KE RSU HARUS DILAKUKAN TINDAKAN PRA
RUJUKAN UNTUK

MENGATASI HIPOGLIKEMI, HIPOTERMIA, DAN DEHIDRASI

4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit


Pada semua KEP berat/Gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan
elektrolit diantaranya :

 Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.


 Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)
Ketidakseimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan, untuk
pemulihan keseimbangan elektrolit diperlukan waktu paling sedikit 2
minggu.

JANGAN OBATI EDEMA DENGAN PEMBERIAN DIURETIKA

Berikan :

- Makanan tanpa diberi garam/rendah garam


- Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2 X (dengan
penambahan 1 liter air) ditambah 4 gr KCL dan 50 gr gula atau bila balita KEP
bisa makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral ( Zn,
Cuprum, Mangan, Magnesium, Kalium) dalam bentuk makanan lumat/lunak

Contoh bahan makanan sumber mineral

Sumber Zink : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah,


telur ayam
Sumber Cuprum : daging, hati.

Sumber Mangan : beras, kacang tanah, kedelai.


Sumber Magnesium : kacang-kacangan, bayam.

Sumber Kalium : jus tomat, pisang, kacang2an, apel, alpukat,

bayam, daging tanpa lemak.

5. Lakukan Pengobatan dan pencegahan infeksi

Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan adanya


infeksi seperti demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu pada
semua KEP berat/Gizi buruk secara rutin diberikan antibiotik spektrum
luas dengan dosis sebagai berikut :
UMUR KOTRIMOKSASOL AMOKSISILIN
ATAU (Trimetoprim + Sulfametoksazol)  Beri 3 kali
BERAT BADAN  Beri 2 kali sehari selama 5 hari sehari untuk
5 hari
Tablet dewasa Tablet Anak Sirup/5ml Sirup
80 mg trimeto 20 mg trimeto 40 mg trimeto
prim + 400 mg prim + 100 mg prim + 200 mg
125 mg
sulfametok sulfametok sulfametok
sazol sazol sazol per 5 ml
2 sampai 4 bulan
(4 - < 6 kg) ¼ 1 2,5 ml 2,5 ml
4 sampai 12 bulan
(6 - < 10 Kg) ½ 2 5 ml 5 ml
12 bln s/d 5 thn
(10 - < 19 Kg) 1 3 7,5 ml 10 ml

Vaksinasi Campak bila anak belum diimunisasi dan umur sudah mencapai 9
bulan

Catatan :

 Mengingat pasien KEP berat/Gizi buruk umumnya juga menderita


penyakit infeksi, maka lakukan pengobatan untuk mencegah agar infeksi
tidak menjadi lebih parah. Bila tidak ada perbaikan atau terjadi
komplikasi rujuk ke Rumah Sakit Umum.

 Diare biasanya menyertai KEP berat/Gizi buruk, akan tetapi akan berkurang
dengan sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati. Berikan
metronidasol 7,5 mg/Kgbb setiap 8 jam selama 7 hari. Bila diare berlanjut
segera rujuk ke rumah sakit

BILA DIARE BERLANJUT ATAU MEMBURUK


ANAK SEGERA DIRUJUK KE RUMAH SAKIT

6. Pemberian makanan balita KEP berat/Gizi buruk

Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3 fase, yaitu :

Fase Stabilisasi, Fase Transisi, Fase Rehabilitasi


Fase Stabilisasi ( 1-2 hari)

Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena
keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.

Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan


dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk
memenuhi metabolisma basal saja.

Formula khusus seperti Formula WHO 75/modifikasi/Modisco ½ yang


dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus disusun sedemikian rupa
agar dapat mencapai prinsip tersebut diatas dengan persyaratan diet
sebagai berikut :

- Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa


- Energi : 100 kkal/kg/hari
- Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari
- Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari)
- Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi Formula WHO
75/pengganti/Modisco ½ dengan menggunakan cangkir/gelas, bila anak terlalu
lemah berikan dengan sendok/pipet
- Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ atau pengganti dan jadwal
pemberian makanan harus disusun sesuai dengan kebutuhan anak

Keterangan :

 Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan
pemberian formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2
jam)
 Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO
75/pengganti/Modisco ½ dalam sehari, maka berikan sisa formula
tersebut melalui pipa nasogastrik ( dibutuhkan ketrampilan petugas )
 Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari
 Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi
setiap jam dan pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4
jam
 Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)

Pantau dan catat :

- Jumlah yang diberikan dan sisanya


- Banyaknya muntah
- Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja
- Berat badan (harian)
- selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada penderita
dengan edema , mula-mula berat badannya akan berkurang kemudian
berat badan naik

7. Perhatikan masa tumbuh kejar balita (catch- up growth)

Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase rehabilitasi :

Fase Transisi (minggu ke 2)

 Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-lahan untuk


menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi
makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.
 Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml)
dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per
100 ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga
dapat digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama.
 Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula
tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian (200
ml/kgbb/hari).

Pemantauan pada fase transisi:

1. frekwensi nafas

2. frekwensi denyut nadi

Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25 kali
/menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian
formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.

3. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan

Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi:

- Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan


sering.
- Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari
- Protein 4-6 gram/kg bb/hari
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO
100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi
untuk tumbuh-kejar.

Setelah fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi :

- Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1½ dengan jumlah tidak terbatas dan


sering
- Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari
- Protein 4-6 g/kgbb/hari
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan Formula
( lampiran 2 ) karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk
tumbuh-kejar.
- Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga

Pemantauan fase rehabilitasi

Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan badan :

- Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.


- Setiap minggu kenaikan bb dihitung.
 Baik bila kenaikan bb  50 g/Kg bb/minggu.
 Kurang bila kenaikan bb < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-evaluasi menyeluruh.

TAHAPAN PEMBERIAN DIET

FASE STABILISASI : FORMULA WHO 75 ATAU PENGGANTI

FASE TRANSISI : FORMULA WHO 75  FORMULA WHO 100


ATAU PENGGANTI

FASE REHABILITASI : FORMULA WHO 135 (ATAU PENGGANTI)

MAKANAN KELUARGA

8. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro


Semua pasien KEP berat/Gizi buruk, mengalami kurang vitamin dan
mineral. Walaupun anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan
preparat besi (Fe). Tunggu sampai anak mau makan dan berat badannya
mulai naik (biasanya pada minggu ke 2). Pemberian besi pada masa
stabilisasi dapat memperburuk keadaan infeksinya.
Berikan setiap hari :
 Tambahan multivitamin lain
 Bila berat badan mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat
atau sirup besi dengan dosis sebagai berikut :

Dosis Pemberian Tablet Besi Folat dan Sirup Besi

UMUR
TABLET BESI/FOLAT SIRUP BESI
DAN Sulfas ferosus 200 mg + Sulfas ferosus 150 ml
0,25 mg Asam Folat
BERAT BADAN  Berikan 3 kali sehari
 Berikan 3 kali sehari
6 sampai 12 bulan ¼ tablet 2,5 ml (1/2 sendok teh)

(7 - < 10 Kg)

12 bulan sampai 5 ½ tablet 5 ml (1 sendok teh)


tahun

 Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan dosis
tunggal sebagai berikut :

UMUR ATAU BERAT BADAN PIRANTEL PAMOAT


(125mg/tablet)

(DOSIS TUNGGAL)

4 bulan sampai 9 bulan (6-<8 Kg) ½ tablet

9 bulan sampai 1 tahun (8-<10 Kg) ¾ tablet

1 tahun sampai 3 tahun (10-<14 Kg) 1 tablet

3 Tahun sampai 5 tahun (14-<19 Kg) 1 ½ tablet

 Vitamin A oral berikan 1 kali dengan dosis

Umur Kapsul Vitamin A Kapsul Vitamin A


200.000 IU 100.000 IU

6 bln sampai 12 bln - 1 kapsul

12 bln sampai 5 Thn 1 kapsul -

Dosis tambahan disesuaikan dengan baku pedoman pemberian kapsul Vitamin


A

9. Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional

Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental


dan perilaku, karenanya berikan :
- Kasih sayang
- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
- Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari
- Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh
- Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb)

10.Persiapan untuk tindak lanjut di rumah


Bila berat badan anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat
dirawat di rumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas atau
bidan di desa.

Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah
setelah pasien dipulangkan dan ikuti pemberian makanan seperti pada lampiran 5,
dan aktifitas bermain.

Nasehatkan kepada orang tua untuk :

- Melakukan kunjungan ulang setiap minggu, periksa secara teratur di


Puskesmas
- Pelayanan di PPG (lihat bagian pelayanan PPG) untuk memperoleh PMT-
Pemulihan selama 90 hari. Ikuti nasehat pemberian makanan (lihat lampiran 5)
dan berat badan anak selalu ditimbang setiap bulan secara teratur di
posyandu/puskesmas.
- pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang
padat
- penerapan terapi bermain dengan kelompok bermain atau Posyandu
- Pemberian suntikan imunisasi sesuai jadwal
- Anjurkan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau
100.000 SI ) sesuai umur anak setiap Bulan Februari dan Agustus.

Anda mungkin juga menyukai