Step 1
Crazy pavement dermatosis: kelainan kulit bercak merah muda yg meluas, dan berubah
warna menjadi coklat kehitaman dan bisa mengelupas
Kelainan kulit yg dimulai dari titik merah->bercak berubah jd warna hitam-> dg batas hitam ->
predileksi dipunggung,pantat
Growth falthering: pertumbuhan dan permkebangan anak dilihat dari KMS, -> pertumbuhan
dan perkembangan anak lambat dilihat dari KMS
Step 2
Step3
Glukoneogenesis mengubah gula dari bahan selain gula-> pada siklus krebs
Cortisol memecah zat simpanan untuk diedarkan ke tubuh, padahal zat yg disimpanya
kurang (seperti protein hewani yg kurang )-> kurus
Flag sign: rambut mengandung vit a, c, protein, jika defisiensi maka akan menampakan
warna merah yg selang seling dan mudah rontok
Growth: gagal tumbuh karna defisiensi kalori dimana lemak diubah jadi KH, usia 3tahun
menggunakan rumus: umur(tahun)x 2 +8 : 2
Intake makanan kurang-> padahal tubuh butuh energ untuk metabolisme -> ahirnya karna
kekurangan energi-> di kompensasi dengan pemeacahan lemaka-> lama kelamaan
hipoglikemi-> tidak ada bahan untuk metabolisme-> energi turun dan berkurang-> lemah
Kandungan asi seperti imun IG A-> yg berfungsi melindungi mukosa GIT-> pd bayi normal pd
asi sudah ada IGA-> ibu pernah diare-> IGA yg di asi sudah kuat-> pd bayi normal setelah
minum asi bisa melindungi mukosanya-> ketika tidak mendapat asi iga tidk ada dan di
tambah pengelohan mpasi tidak baik-> mukosa usus jadi tidak kebal
Tidak adekuat persedian makanan,kurang gizi seimbang,pola makan yg salah-> infeksi dan
pola saling terkait
Defisiensi gizi-> kurang energi-> pd gaster yg mengeluarkan HCL-> ada kanal yg butuh ATP->
pdhal ATPnya kurang-> produksi HCL kurang-> ditambah flora normal di sal GIT yg mendapat
energi dari ATP,krna kEkurangan ATP-> DIARE
Intake makanan kurang-> padahal tubuh butuh energ untuk metabolisme -> ahirnya karna
kekurangan energi-> di kompensasi dengan pemeacahan lemaka-> lama kelamaan
hipoglikemi-> tidak ada bahan untuk metabolisme-> energi turun dan berkurang-> lemah
5. Apa hubungan diet anak tersebut dengan sekenario?
6. Apa yg dimaksud dg MPASI
Asi masih jadi menu utma bayi, mpasi diulai usia 6bulan, karna pd 6 bulan awal bayi cukup
asi saja
Frekuensi: 1-2x per hari usia 6 bln. 2-3x/hari usia >6 bln,
Jumlah makanan: mpasi pada umur 6 bln diberikan 2 sdm.tingkatkan ukuran mangkok 200ml
usia 6-9bln,
Tekstur: 6-7bln perkenalkan makanan padat, 8-9bl tekstur semakin padat, 9-12 bln nasi tim,
Higne: Jaga kebersihan makanan dan saat penyimpanan dan pembuatan harus cuci tangan
dulu
Mp asi diberikan usia 6 bulan, 2bln masih harus asi karna asi masih banyak kandungan yg
penting untuk pertumbuhan bayi. Jika mpasi diberikan 2 bln beum baik krna enzim belum
baik, enzim baik pada usia 6 bulan.
Dg diberikan asi Aspek kecerdasan ada interaksi padaanak ibu-> untuk perkembangan syaraf
otak-> menurut penelitian iq pada baayi akan meningkat lebih tinggi dibanding dg bayi yg
tdk diberi asi
Frekuensi: 1-2x per hari usia 6 bln. 2-3x/hari usia >6 bln,
Jumlah makanan: mpasi pada umur 6 bln diberikan 2 sdm.tingkatkan ukuran mangkok 200ml
usia 6-9bln,
Usia 9-12 bulan sudah makan setengah uk mangkok 250 ml
Tekstur: 6-7bln perkenalkan makanan padat, 8-9bl tekstur semakin padat, 9-12 bln nasi tim,
Higne: Jaga kebersihan makanan dan saat penyimpanan dan pembuatan harus cuci tangan
dulu
Mp asi diberikan usia 6 bulan, 2bln masih harus asi karna asi masih banyak kandungan yg
penting untuk pertumbuhan bayi. Jika mpasi diberikan 2 bln beum baik krna enzim belum
baik, enzim baik pada usia 6 bulan.
Dg diberikan asi Aspek kecerdasan ada interaksi padaanak ibu-> untuk perkembangan syaraf
otak-> menurut penelitian iq pada baayi akan meningkat lebih tinggi dibanding dg bayi yg
tdk diberi asi
Usiaa>2thn: bb per TB
1-3thn: 1000kkal,protein 25 g
11. Patofisiologi gizi buruk dan apa hubungan dengan sistem organ pada anak tersebut
Reflek patella turundegenerasi saraf karena defisiensi protein dan magnesium, aktin dan
miosin berkurang
Oragn mata ada sel batang-> sel batang disusun protein dan vit a-> pdahal sel batang untuk
mengatur adaptasi cahaya terang-> jika defisiensi ahirnya adaptasi sel batang kurang->
rabun senja
protein
Kwasorkor: edem bisa diseuruh tubuh,wajah sebam, mata sayu, rambut jagung, bayi
mengalami hepatomegali,hipotrofi, crazy dermatosis, infeksi akut,anemia,diare
Marasmus: sangat kurus, sampai kosta terlihat, tampak tulang terbungkus kulit,wajah
seperti orangtua, rewel, kulit keriput,perut cekung,bisa disertai infksi dan diare
Dilakukan di fasilitas kesehatan dg px klinis bb per pb atau lingkar lengan atas, anak jike
ditemukan tanda: sangat kurus, edem anasarka, delay pb atau bb, lla kurang dari 11,5 utuk
usia 5-9blm
Marasmik-khwashiokor
Dd : marasmus, khwashiokor
Mudah terkena infeksi karna lemah sistem imun. Iq kurang,def zat besi, diare,hipoglikemi,
Marasmus tanpa omplikasi: obati dg berobat jalan dg diberi penyuluhan pemberian makanan baik
dan seimbang
Marasmus komplikasi: tahap awal: 24-48jam beri cairan larutan darrow glukosa /cairan IV diber dg
sebanyak 200ml /kgbb/hari . mulamula 60 ml /kgbb pd 4-8jam140ml pd 16-18jam
Fase transisi: dg cara dieri makanan perlahan lahan,diberikan formula khusus berisi energi 75kkl dan
protein 0,9-1,0g48 jam lalu pantau rr,nadi,bb sudah terlampaui beri energi 150-220kkl dan
protein4-6g/hari
Fase rehn abilitasi: diberikan energi energi 150-220kkl dan protein4-6g/hari,beri asi perlahanlahan
dan MPASI
Step 4
Makanan Pendamping ASI (MPASI) adalah makanan peralihan dari ASI ke makanan
yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna
memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Pengenalan dan pemberian MPASI harus
dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk
menyesuaikan kemampuan alat pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI.
WHO Global Strategy for Feeding Infant and Young Children pada tahun 2003
merekomendasikan agar pemberian MPASI memenuhi 4 syarat, yaitu:
1. Tepat waktu (timely), artinya MPASI harus diberikan saat ASI eksklusif sudah tidak
dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
2. Adekuat, artinya MPASI memiliki kandungan energi, protein, dan mikronutrien yang
dapat memenuhi kebutuhan makronutrien dan mikronutrien bayi sesuai usianya
3. Aman, artinya MPASI disiapkan dan disimpan dengan cara cara yang higienis,
diberikan menggunakan tangan dan peralatan makan yang bersih
4. Diberikan dengan cara yang benar (properly fed), artinya MPASI diberikan dengan
memperhatikan sinyal rasa lapar dan kenyang seorang anak. Frekuensi makan dan
metode pemberian makan harus dapat mendorong anak untuk mengonsumsi makanan
secara aktif dalam jumlah yang cukup menggunakan tangan, sendok, atau makan sendiri
(disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan seorang anak).
Rekomendasi IDAI ,Diagnosis, Tatalaksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan
Remaja
Status gizi anak < 2 tahun ditentukan dengan menggunakan tabel Berat Badan menurut Panjang
Badan (BB/PB); sedangkan anak umur ≥ 2 tahun ditentukan dengan menggunakan tabel Berat Badan
menurut Tinggi Badan (BB/TB).
Anak didiagnosis gizi buruk apabila secara klinis “Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua
punggung kaki sampai seluruh tubuh” dan atau jika BB/PB atau BB/TB < - 3 SD atau 70% median.
Sedangkan anak didiagnosis gizi kurang jika “BB/PB atau BB/TB < - 2 SD atau 80% median”
10. Patofisiologi gizi buruk dan apa hubungan dengan sistem organ pada anak tersebut
Patofisiologi
a. Saluran Pencernaan
Malnutrisi berat menurunkan sekresi asam dan melambatkan gerak lambung. Mukosa usus
halus mengalami atrofi. Vili pada mukosa usus lenyap, permukaannya berubah menjadi datar dan
diinfiltrasi oleh sel-sel limfosit. Pembaruan sel-sel epitel, indeks mitosis, kegiatan disakarida
berurang. Pada hewan percobaan, kemampuan untuk mempertahankan kandungan normal mucin
dalam mukosa terganggu dan laju penyerapan asam amino serta lemak berkurang.
b. Pankreas
Malnutrisi menyebabkan atrofi dan fibrosis sel-sel asinar yang akan mengganggu fungsi
pankreas sebagi kelenjar eksokrin. Gangguan fungsi pankreas bersama dengan intoleransi
disakarida akan menimbulkan sindrom malabsorpsi, yang selanjutnya berlanjut sebagai diare.
c. Hati
Pengaruh malnutrisi pada hati bergantung pada lama, serta jenis zat gizi yang berkurang.
Glikogen pada penderita marasmus cepat sekali terkuras sehingga zat lemak kemudian tertumpuk
dalam sel-sel hati. Manakala kelaparan terus berlanjut, hati mengerut sementara kandungan lemak
menyusut dan protein habis meskipun jumlah hepatosit relative tidak berubah.
d. Sistem Hematologik
akantosit, serta hipoplasia sel-sel sumsum tulang yang berkaitan dengan transformasi substansi
dasa, tempat nekrosis sering terlihat. Derajat kelainan ini bergantung pada berat serta lamanya
Anemia pada kasus demikian biasanya bersifat normokromik dantidak disertai oleh
retikulositosis meskipun cadangan zat besi cukup adekuat. Penyebab anemia pasien yang asupan
proteinnya tidak adekuat ialah menurunnya sintesis eritropoietin, sementara anemia pada mereka
yang sama sekali tidak makan protein timbul karena stem cell dalam sumsum tulang tidak
Malnutrisi berat berkaitan dengan leucopenia dan hitung jenis yang normal. Morfologi
neutrofil juga kelihatan normal. Namun, jika infeksi terjadi, jumlah neutrofil biasanya (namun
tidak selalu) meningkat. Simpanan neutrofil yang dinyataan sebagai hitung neutrofil tertinggi
setelah 3-5 jam pemberian hidrokortison pada malnutrisi juga berkurang, dan fungsinya tidak
normal. Sebagai tambahan, jumlah trombosit turut pula menurun (Sunita Matsier, 2009).
11. Klasifikasi gizi buruk dan bagaimana cara membedakanya?
2. Klasifikasi KEP
Untuk tingkat puskesmas penentuan KEP yang dilakukan dengan menimbang
BB anak dibandingkan dengan umur dan menggunakan KMS dan Tabel BB/U
Baku Median WHO-NCHS (lampiran 1)
1.KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita
warna kuning
2.KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di Bawah
Garis Merah (BGM).
3.KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U <60% baku median WHO-
NCHS. Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat/Gizi buruk dan KEP
sedang, sehingga untuk menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan Tabel
BB/U Baku Median WHO-NCHS.
a. Kwashiorkor
b. Marasmus:
- Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
- Cengeng, rewel
- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada
(baggy pant/pakai celana longgar)
- Perut cekung
- Iga gambang
- Sering disertai: - penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
c. Marasmik-Kwashiorkor:
- Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor
dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai edema
yang tidak mencolok.
Pada setiap anak gizi buruk lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Anamnesis terdiri dari
anamnesis awal dan anamnesis lanjutan.
Anamnesis lanjutan (untuk mencari penyebab dan rencana tatalaksana selanjutnya, dilakukan
setelah kedaruratan ditangani):
Pemeriksaan fisis
Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung kaki. Tentukan status gizi
dengan menggunakan BB/TB-PB (lihat lampiran 5).
Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor buruk (hati-hati menentukan status dehidrasi
pada gizi buruk).
Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang lambat, nadi lemah dan cepat), kesadaran
menurun.
Demam (suhu aksilar ≥ 37.5° C) atau hipotermi (suhu aksilar < 35.5° C).
Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau gagal jantung
Sangat pucat
Pembesaran hati dan ikterus
Adakah perut kembung, bising usus melemah/meninggi, tanda asites, atau adanya suara seperti
pukulan pada permukaan air (abdominal splash)
Tanda defisiensi vitamin A pada mata:
o Konjungtiva atau kornea yang kering, bercak Bitot
o Ulkus kornea
o Keratomalasia
Ulkus pada mulut
Fokus infeksi: telinga, tenggorokan, paru, kulit
Lesi kulit pada kwashiorkor:
o hipo- atau hiper-pigmentasi
o deskuamasi
o ulserasi (kaki, paha, genital, lipatan paha, belakang telinga)
o lesi eksudatif (menyerupai luka bakar), seringkali dengan infeksi sekunder (termasuk jamur).
Tampilan tinja (konsistensi, darah, lendir).
Tanda dan gejala infeksi HIV (lihat bab 8).
Catatan:
Anak dengan defisiensi vitamin A seringkali fotofobia. Penting untuk memeriksa mata dengan hati-
hati untuk menghindari robeknya kornea.
Pemeriksaan laboratorium terhadap Hb dan atau Ht, jika didapatkan anak sangat pucat.
Pada buku Pedoman TAGB untuk memudahkan penanganan berdasarkan tanda bahaya dan tanda
penting (syok, letargis, dan muntah/diare/ dehidrasi), anak gizi buruk dikelompokkan menjadi 5
kondisi klinis dan diberikan rencana terapi cairan dan makanan yang sesuai.
DIAGNOSIS
Ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran antropometri. Anak didiagnosis gizi
buruk apabila:
Jika BB/TB atau BB/PB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa anak tampak sangat kurus
(visible severe wasting) dan tidak mempunyai jaringan lemak bawah kulit terutama pada kedua bahu,
lengan, pantat dan paha; tulang iga terlihat
jelas, dengan atau tanpa adanya edema (lihat gambar).
Anak-anak dengan BB/U < 60% belum tentu gizi buruk, karena mungkin anak tersebut pendek,
sehingga tidak terlihat sangat kurus.
Anak seperti itu tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit, kecuali jika ditemukan penyakit lain
yang berat.
a. Kwashiorkor
diare.
d. Marasmus:
- Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
- Wajah seperti orang tua
- Cengeng, rewel
- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada
(baggy pant/pakai celana longgar)
- Perut cekung
- Iga gambang
- Sering disertai: - penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
e. Marasmik-Kwashiorkor:
- Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor
dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai edema
yang tidak mencolok.
TATA LAKSANA
yaitu:
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Obati/cegah infeksi
Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase stabilisasi,
fase transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih
langkah mana yang sesuai untuk setiap fase.
Tata laksana ini digunakan pada pasien Kwashiorkor, Marasmus maupun Marasmik-
Kwashiorkor.
1 Hipoglikemia
2 Hipotermia
3 Dehidrasi
4 Elektrolit
5 Infeksi
6 MulaiPemberian
makanan
7 Tumbuh kejar
(Meningkatkan
Pemberian Makanan)
9 Stimulasi
10 Tindak lanjut
Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak dengan KEP
berat/Gizi buruk. Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah.
Jika anak sadar dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan
saring/cair 2-3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat
minum) berikan air gula dengan sendok. Jika anak mengalami gangguan kesadaran,
berikan infus cairan glukosa dan segera rujuk ke RSU kabupaten.
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 360 C. Pada
keadaan ini anak harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah ibu
atau orang dewasa lain mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut
(Metode Kanguru). Perlu dijaga agar anak tetap dapat bernafas.
Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut tebal, dan
meletakkan lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak boleh terlalu dekat
apalagi sampai menyentuh anak. Selama masa penghangatan ini dilakukan
pengukuran suhu anak pada dubur (bukan ketiak) setiap setengah jam
sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil, tetap dibungkus dengan
selimut atau pakaian rangkap agar anak tidak jatuh kembali pada keadaan
hipothermia.
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk
dengan dehidrasi adalah :
Mata cekung
Nadi lemah
Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam
sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan
rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30
menit dengan sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut
ReSoMal (lampiran 4).
Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat
menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum,
lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % dan
NaCL dengan perbandingan 1:1.
KEP BERAT/GIZI BURUK YANG DIRUJUK KE RSU HARUS DILAKUKAN TINDAKAN PRA
RUJUKAN UNTUK
Berikan :
Vaksinasi Campak bila anak belum diimunisasi dan umur sudah mencapai 9
bulan
Catatan :
Diare biasanya menyertai KEP berat/Gizi buruk, akan tetapi akan berkurang
dengan sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati. Berikan
metronidasol 7,5 mg/Kgbb setiap 8 jam selama 7 hari. Bila diare berlanjut
segera rujuk ke rumah sakit
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena
keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.
Keterangan :
Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan
pemberian formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2
jam)
Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO
75/pengganti/Modisco ½ dalam sehari, maka berikan sisa formula
tersebut melalui pipa nasogastrik ( dibutuhkan ketrampilan petugas )
Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari
Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi
setiap jam dan pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4
jam
Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)
Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase rehabilitasi :
1. frekwensi nafas
Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25 kali
/menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian
formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.
MAKANAN KELUARGA
UMUR
TABLET BESI/FOLAT SIRUP BESI
DAN Sulfas ferosus 200 mg + Sulfas ferosus 150 ml
0,25 mg Asam Folat
BERAT BADAN Berikan 3 kali sehari
Berikan 3 kali sehari
6 sampai 12 bulan ¼ tablet 2,5 ml (1/2 sendok teh)
(7 - < 10 Kg)
Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan dosis
tunggal sebagai berikut :
(DOSIS TUNGGAL)
Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah
setelah pasien dipulangkan dan ikuti pemberian makanan seperti pada lampiran 5,
dan aktifitas bermain.