Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit infeksi menjadi masalah yang perlu di waspadai bagi ibu
hamil. Ketika seorang ibu yang tengah mengandung terkena penyakit
infeksi, ada risiko anaknya juga bisa ikut terkena. Nah salah satu kondisi
yang patut diwaspadai adalah meningitis atau infeksi pada selaput otak
karena memiliki tingkat mortalitas cukup tinggi. Pada kasus meningitis
bakterial hampir selalu fatal bila tidak diobati. Sedangkan meningitis virus
sebaliknya, cenderung sembuh sendiri dan jarang fatal. Dengan
pengobatan, mortalitas (risiko kematian) meningitis bakterial bergantung
pada usia penderita dan penyebab yang mendasari. Penyakit ini terjadi pada
25% dari bayi yang baru lahir dengan infeksi aliran darah karena group B
streptokokus, fenomena ini kurang umum pada orang dewasa.
Kira-kira 5-30% ibu hamil memiliki kolonisasi asimtomatik
Streptokokus Grup B (SGB) pada traktus genital dan gastrointestinalnya
dan 29-72% bayi yang dilahirkannya akan mendapat kolonisasi yang sama
melalui transmisi vertikal baik in utero maupun ketika ia melewati jalan
lahir. Insidensi SGB pada ibu hamil di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan
Sadikin (RUSP-HS) Bandung dan Rumah Sakit Umum Palang Merah
Indonesia (RSU-PMI) Bogor sebanyak 10,09% (Hayati et al., 2004).
Sementara itu prevalensi kolonisasi asimtomatik SGB pada ibu hamil di
Luar Negeri antara lain dilaporkan di Israel 5,4%; Arab 1,6%; Jerman
prevalensi kolonisasi asimtomatik SGB pada ibu hamil di Luar Negeri
antara lain dilaporkan di Israel 5,4%; Arab 1,6%; Jerman 3,8%; Italia 7,5%
dan di Inggris sebanyak 28% (Hayati Z, 2010).
Ada dua pendekatan dasar yang perlu dipertimbangkan dalam
mencegah terjadinya infeksi neonatal SGB yaitu kemoprofilaksis dan
imunoprofilaksis. Pemberian kemoprofilaksis intrapartum (intrapartum
antibiotic prophylaxis/IAP) yang telah direkomendasikan oleh American

1
College of Obstetrics and Gynecology (ACOG), American Academy of
Pediatrics (AAP) dan Central for Disease Control and Prevention (CDC)
pada tahun 1996 adalah berdasarkan 2 strategi. Pertama adalah strategi
berdasarkan faktor resiko dan kedua adalah strategi berdasarkan skrining.
Pemberian IAP untuk strategi yang pertama ditujukan pada ibu
hamil yang disertai dengan faktor resiko. Strategi ini mempunyai banyak
kelemahan diantaranya adalah lebih dari 60% infan yang menderita
penyakit SGB, lahir dari ibu yang memiliki kolonisasi asimtomatik dan
tidak menunjukkan adanya faktor-faktor resiko. Strategi yang kedua adalah
dilakukan skrining yang universal pada semua ibu hamil pada usia
kehamilan 35-37 minggu. Namun strategi ini membutuhkan biaya yang
sangat besar dalam mengimplementasikan skrining. Pemberian IAP telah
terbukti dapat menurunkan angka kejadian infeksi neonatal SGB di
Amerika Serikat hingga 70% (Tumbaga and Philip, 2003).
Ibu yang terkolonisasi SGB, bila mendapat IAP maka hanya 10%
bayinya yang memperoleh kolonisasi yang sama, sedangkan bila tidak
mendapat IAP, 47% bayi akan mendapat kolonisasi yang sama (Hayati Z,
2010). Antibiotika yang dianjurkan sebagai kemoprofilaksis infeksi SGB
adalah ampisilin intravena intrapartum (2 gram dosis inisial, kemudian
dilanjutkan 1-2 gram setiap 4-6 jam) atau penisilin G 5 juta unit setiap 6
jam sampai melahirkan (Hayati Z, 2010).
Pemberian imunoprofilaksis melalui vaksinasi maternal diharapkan
dapat menstimulasi pembentukan antibodi IgG maternal anti kapsul
transplasental. Antibodi IgG anti kapsul polisakarida SGB telah terbukti
sangat protektif sehingga dapat melindungi neonatus dari penyakit SGB.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada Ny. P, sebagai ibu hamil dengan
riwayat meningitis, anggota keluarga dan anggota masyarakat dengan
memperhatikan faktor – faktor lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya
keluarga maupun masyarakat sekitar terhadap kesehatan ibu hamil.

2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada Ny. P, sebagai bumil dengan
riwayat meningitis, anggota keluarga dan anggota masyarakat dengan
memperhatikan faktor – faktor lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya
keluarga maupun masyarakat sekitar terhadap kesehatan bumil.

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah ibu hamil dengan riwayat
meningitis.
b. Mengidentifikasi metode penanganan/ manejemen pasien.
c. Mengidentifikasi fungsi faktor keluarga dan fungsi faktor
lingkungannya.
d. Menganalisis dan membahas ( memecahkan masalah/faktor
risiko) yang dihadapi pasien (diilustrasikan dengan diagram
Blum).
e. Menyimpulkan masalah pasien, keluarga dan
lingkungannya serta memberi saran terhadap pasien,
keluarga dan lingkungannya.

D. Manfaat Kegiatan
1. Bagi institusi pendidikan dan dokter muda
a. Meningkatkan pemahaman Mahasiswa dokter muda tentang penyakit
serta kehidupan keluarga dan masyarakat sekitarnya.
b. Meningkatkan ketrampilan dalam berkomunikasi antar mahasiswa
dengan pasien.
c. Mahasiswa dapat melatih diri dalam memenuhi kebutuhan dan
tuntutan kesehatan pasien
d. Mahasiswa memahami apa yang dibutuhkan untuk kepuasan pasien
2. Bagi Pasien dan keluarganya

3
Memberikan wawasan dan pemahaman kepada pasien dan keluarganya
mengenai penyakitnya dan penanganannya agar tidak menyebabkan
komplikasi yang berat/apabila penyakit menular, agar tidak menular
minimal kepada anggota keluarga.
3. Bagi institusi kesehatan/Puskesmas
Manfaat home visit ini bagi pelayan kesehatan adalah sebagai sumber
evaluasi dalam memberikan pelayanan kesehatan pada ibu hamil
sehingga bisa dicari solusi yang tepat dan efisien.

4
BAB II
HASIL PEMERIKSAAN KLINIK

A. Identitas Penderita
Nama : Ny. P
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Windurejo
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 30 September 2019

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama : Hamil pertama dengan UK 35-36
minggu
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Hamil pertama dengan UK 35-36 minggu (HPHT 28-2-2019).
Pasien mengeluhkan rasa tidak nyaman pada perut bagian bawah sejak
±1 bulan yang lalu. Pasien juga merasa sering tiba-tiba muncul
keinginan yang kuat ingin buang air kecil, yang sulit ditahan, terkadang
saat kencing anyang-anyangen (BAK hanya keluar sedikit) dan lebih
sering buang air kecil dalam sehari (>8x/hari). Selain itu pasien juga
mengeluhkan mual (+), muntah (+), demam (-), Pusing (-), kekakuan
otot leher (-), silau (-), nyeri pinggang (-), kencing berdarah (-), nafsu
makan menurun, BAB tidak ada keluhan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Riwayat meningitis : MRS di RS DR Soewandi SBY
dengan diagnosis meningitis pada tahun 2017, sebelum MRS
pasien demam, dan sempat kejang. Pada tanggal 28/11/2019 pasien
dari pukesmas pesanggrahan di rujuk ke RS Kartini.

5
b. Riwayat diabetes melitus : disangkal
a. Riwayat hipertensi : disangkal
b. Riwayat sakit jantung : disangkal
c. Riwayat alergi obat : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat Diabetes melitus : disangkal
b. Riwayat Hipertensi : disangkal
c. Riwayat penyakit jantung : disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok : sebelum hamil pasien sering
merokok
b. Riwayat olahraga : pasien jarang olahraga
c. Riwayat konsumsi alkohol : sebelum hamil pasien sering
konsumsi alkohol
d. Kebersihan badan : mandi 2x sehari
e. Pasien minum air putih sebanyak ±1800cc dalam sehari
f. Pasien sering menahan kencing
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Sebelumnya saat pasien terkena meningitis pertama kalinya, pasien
tinggal di Surabaya dengan orang tuanya. Lalu sekarang pindah ke
Mojokerto, pasien tinggal dengan suami dan mertuanya. Pekerjaan
suami hanya sebagai serabutan dengan pendapatan sekitar kurang dari 1
juta per bulan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari sedangkan pasien
tidak bekerja hanya menjadi ibu rumah tangga.
7. Riwayat Gizi
Penderita makan sehari biasanya 3-4 kali dengan nasi sepiring, lauk
seperti telur, tahu, tempe, sayur.
8. Riwayat Pengobatan
Pasien mengatakan rutin kontrol kehamilan di Pukesmas Pesanggrahan
9. Kondisi Lingkungan Rumah
Rumah terdiri dari 3 kamar tidur, satu kamar mandi, ruang tamu, dapur.
Rumah tampak kurang bersih dan kurang tertata.

6
10. Anamnesis Sistem
a. Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal tidak ada.
b. Kepala : sakit kepala tidak ada, rambut kepala tidak rontok,
luka pada kepala tidak ada, benjolan/borok di kepala
tidak ada.
c. Mata : pandangan mata tidak berkunang-kunang,
penglihatan kabur tidak ada, ketajaman baik.
d. Hidung : tersumbat tidak ada, mimisan tidak ada dan tidak
ada kelainan pada indera penciuman.
e. Telinga : pendengaran normal, berdengung tidak ada, keluar cairan
tidak ada.
f. Mulut : sariawan tidak ada, karies tidak ada
g. Tenggorokan : nyeri telan tidak ada dan pembesaran tonsil tidak
ada
h. Pernafasan :
Irama : teratur
Suara nafas : vesikuler, tidak ada stridor, wheezing dan ronchi
Sesak nafas : tidak ditemukan
i. Kadiovaskuler :
Irama jantung : reguler s1/s2 tunggal
Nyeri dada : tidak ada
Bunyi jantung : normal, tidak ada suara murmur, gallop
j. Gastrointestinal : ada mual, nafsu makan baik
k. Genitourinaria : frekuensi BAK meningkat >8 kali/hari, rasa tidak
nyaman saat BAK, urgensi, warna kuning
l. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang tidak ada, lumpuh tidak ada
Psikiatrik : tidak ada cemas dan stress
m. Muskuloskeletal dan integument:
Kemampuan pergerakan sendi : bebas, tidak terbatas
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit : lembab, tidak kering dan tidak eksoriasis

7
Warna kulit : normal, tidak ada icterus, sianosis, kemerahan, pucat
dan tidak ada hiperpigmentasi.
n. Ekstremitas: Atas : tidak ada kelainan dan pembengkakan
Bawah : tidak ada kelainan dan pembengkakan

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tanda Vital dan Status Gizi
a. Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 83 x/menit (reguler)
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5 °C (axila)
b. Status Gizi
TB : 148 cm
BB : 52 kg
IMT : BB/TB2 = 54/(1,48)2 = 24,65 kg/m2
BMI < 18,5 = Kurang
BMI 18,5 - 25 = Normal
BMI 25,1 – 26,9 = Gemuk (gizi lebih)
BMI ≥27 = Obesitas
Status Gizi : Gemuk (gizi lebih)
3. Kulit :
warna : Kulit sawo matang tidak ikterik dan sianosis
Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak
mudah dicabut, tidak ditemukan atrofi
m.temporalis, macula, papula, nodula, kelainan
mimik wajah/bells palsy.
4. Mata
Konjungtiva pucat tidak ada anemis, tidak ditemukan sclera ikterik,
pupil isokor (3mm/3mm) normal, reflek kornea kanan dan kiri baik,

8
warna kelopak (coklat kehitaman), tidak ada katarak dan tidak
ditemukan radang/ konjungtivitis/ uveitis.
5. Hidung
Nafas cuping hidung tidak ada, secret tidak ada, epistaksis tidak ada,
deformitas hidung tidak ada, hiperpigmentasi tidak ada, sadle nose
tidak ada
6. Mulut
Bibir tidak pucat, bibir tampak kering, lidah bersih, papil lidah tidak
mengalami natrofi, tepi lidah tidak hiperemis dan tidak tremor.
7. Telinga
Nyeri tekan pada mastoid tidak ditemukan, secret tidak ada,
pendengaran berkurang, cuping telinga dalam batas normal
8. Tenggorokan
Tonsil tidak mengalami pembesaran, pharing hiperemis tidak ada
9. Leher
Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, pembesaran
kelenjar limfe tidak ada, lesi pada kulit tidak ada
10. Thoraks
Simetris, tidak ditemukan retraksi interkostal dan retraksi subkostal.
a. Cor
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis tidak teraba
P : batas kiri atas : ICS II Parasternal line Sinistra
batas kanan atas : ICS II Parasternal line Dextra
batas kiri bawah : ICS V Midclavicular line Sinistra
batas kanan bawah : ICS IV Parasternal line Dextra
A : S1 tunggal,S2 tunggal, murmur tidak ada, bising tidak ada
b. Pulmo : statis (depan dan belakang)
I : Pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : Sonor/Sonor
A : Suara dasar vesikuler normal

9
Suara tambahan : Ronki tidak ada, whezing tidak ada
11. Abdomen :
I : Dinding perut tidak sejajar dengan dinding dada
A : Bising Usus (+) normal
P : Supel, nyeri tekan tidak ada, hepar dan lien tak teraba
P : Timpani seluruh lapang perut
12. Sistem Collumna Vertebralis
I : Deformitas tidak ada, scoliosis tidak ada, kyphosis tidak ada,
lordosis tidak ada.
P : Tidak ada nyeri tekan
P : Tidak ada nyeri ketok costovertebral (NKCV)
13. Ekstremitas: palmar eritema normal
akral dingin oedem

14. Sistem genetalia : Tidak dilakukan


15. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi Motorik :

16. Pemeriksaan Obstetri


Inspeksi : Bekas operasi tidak ada
TFU : 22 cm
Palpasi : Leopold I teraba bulat melenting keras (Kepala)
Leopold II teraba datar, memanjang, keras
Leopold III teraba bagian terendah janin masih mobile
Leopold IV konvergen
HIS tidak adekuat
Auskultasi : DJJ 140 x/menit

10
D. Pemeriksaan Penunjang
USG: (27/11/2019)
UK 34-35 minggu, tunggal hidup, letak sungsang.
Hasil laboratorium: (29/11/2019 di RS kartini)
Hb : 11,4
Hct : 31,9
Leukosit : 14000
Trombosit : 238
Urine lengkap : (28/11/2019 di PKM Pesanggrahan)
PH 6,0
SG 1,010
Leokosit (+)

E. Resume
Dari Anamnesis didapatkan pasien Ny. P datang ke puskesmas untuk
konsultasi kehamilan pertamanya dengan UK 35-36 minggu (HPHT 28-2-
2019). Pasien mengeluhkan rasa tidak nyaman pada perut bagian bawah sejak
±1 bulan yang lalu. Pasien juga merasa sering tiba-tiba muncul keinginan yang
kuat ingin buang air kecil, yang sulit ditahan, terkadang saat kencing anyang-
anyangen (BAK hanya keluar sedikit) dan lebih sering buang air kecil dalam
sehari (>8x/hari). Selain itu pasien juga mengeluhkan mual (+), muntah (+),
demam (-), Pusing (-), kekakuan otot leher (-), silau (-), nyeri pinggang (-),
kencing berdarah (-), nafsu makan menurun, BAB tidak ada keluhan.
Diketahui pasien memiliki riwayat pernah MRS di RS DR Soewandi
SBY dengan diagnosis meningitis pada tahun 2017, sebelum MRS pasien
demam, dan sempat kejang. Pada tanggal 28/11/2019 pasien dari pukesmas
pesanggrahan di rujuk ke RS Kartini. Riwayat kebiasaan pasien sebelum hamil
sering merokok dan konsumsi alcohol, riwayat kebiasaan sekarang minum air
putih sebanyak ±1800cc dalam sehari dan sering menahan kencing.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis,
status gizi normal. Tanda vital TD: 110/70 mmHg, N: 83 x/menit, RR: 20x/menit,
S: 36,5 0C. Pemeriksaan penunjang USG: (27/11/2019) UK 34-35 minggu,

11
tunggal hidup, letak sungsang. Hasil laboratorium: (29/11/2019 di RS kartini)
Leukosit 14.000/mm, Urine lengkap : (28/11/2019 di PKM Pesanggrahan) PH 6,0;
SG 1,010; Leokosit (+).
1. Diagnosis Biologis : G1 UK 34/35 minggu, Tunggal
Hidup, Letak Sungsang + Post meningitis + ISK
2. Diagnosa Psikologis : Afek emosi dalam batas normal

F.Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan penderita adalah :
1. Non Medika Mentosa
a. Jika ada keluhan, segera periksa kembali ke puskesmas/RS agar
segera mendapatkan penanganan.
b. Mengedukasi pasien untuk rutin kontrol dan minum obat sesuai
dengan anjuran dokter.
c. Edukasi mengenai rajin cuci tangan dan menjaga kebersihan diri
agar dapat menghindari paparan agen penyebab infeksi.
d. Edukasi mengenai konsumsi makanan harus dimasak hingga
matang, hindari mengkonsumsi makanan mentah dan produk susu
yang tidak dipasteurisasi.
e. Olahraga secara teratur
f. Minum air putih secukupnya, sesuai kebutuhan pasien ini adalah 2
liter/hari
g. Edukasi kepada pasien tentang kebutuhan nutrisi pada ibu hamil.
Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak, sesuai dengan
kecukupan gizi baik sebagai berikut :
1) Karbohidrat : misalnya nasi dan roti
2) Protein : misalnya tempe
3) Lemak : misalnya daging
4) Sayur seperti bayam, selada, lobak
5) Buah seperti apel dan papaya.

12
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur
dan kegiatan fisik. Dimana kebutuhan kalori pada pasien ini
1580.76 kalori.
2. Medikamentosa
Pendekatan terapeutik
a. Tab. Amoksisillin 500mg, pemberian 3x1, selama 7 hari
b. Tab. Asam folat 400 µg, pemberiaan 1x1
c. Tab. Antasida, pemberiaan 3x1

3. Follow Up
Tanggal 3 Desember 2019
S : Pasien mengatakan sudah tidak mual-muntah, tidak anyang-
anyangen
O : Keadaan umum : baik, compos mentis
T : 110/70 mmHg, Nadi 88x/m, RR 20x/m, S : 360C
A : G1 UK 34/35 minggu, Tunggal Hidup, Letak Sungsang + Post
meningitis + ISK
P : Planning terapi : pemeriksaan DL, UL, Kultur darah, Kultur urine
Non Medikamentosa
Edukasi tentang kepatuhan minum obat, menjaga kebersihan diri,
kontrol rutin dan olahraga.

Medikamentosa
a.Tab. Amoksisillin 500mg, pemberian 3x1, selama 3 hari
b.Tab. Asam folat 400 µg, pemberiaan 1x1
c.Tab. Antasida, pemberiaan 3x1

13
BAB III
PENGELOLAAN PASIEN
(PATIENT MANAGEMENT)

A. Patient Centered Management


Medikamentosa
Pendekatan terapeutik
Pada pasien ini diberikan antibiotik Amoksisillin 500mg (3x1) menjadi lini
pertama sebagai terapi empiris pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis
bakteri penyebabnya. antibiotik empiris diberikan untuk jangka waktu 48-72
jam. Selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarkan data mikrobiologis dan
kondisi klinis pasien serta data penunjang lainnya. (IFIC, 2010; Tim PPRA
Kemenkes RI, 2010).

Non medikamentosa
1. Rencana promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan kepada
keluarga
a. Memberikan edukasi mengenai rajin cuci tangan dan menjaga kebersihan
diri agar dapat menghindari paparan agen penyebab infeksi.
b. Memberikan edukasi mengenai konsumsi makanan harus dimasak hingga
matang, hindari konsumsi makanan mentah dan produk susu yang tidak
dipasteurisasi.
c. Memberikan motivasi kepada pasien untuk keteraturan meminum obat
d. Memberikan motivasi kepada pasien untuk rajin berolahraga
e. Baik dokter maupun keluarga harus memberikan motivasi sehingga
mental pasien menjadi lebih kuat dalam menghadapi penyakit dan
masalah ekonominya.

2. Rencana edukasi penyakit kepada pasien dan keluarga


a. Menjelaskan dan memberikan informasi kepada pasien tentang penyakit
Meningitis dan ISK.

14
b. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa untuk mencegah
penyakit ini dengan meghindari konsumsi makanan mentah, memasak
makanan hingga matang, dan mencuci tangan sebelum makan, rajin
berolahraga, minum air putih yang cukup, dan jangan membiasakan diri
menahan kencing.
c. Harus minum obat dengan teratur sesuai anjuran dokter.

B. Prevensi Bebas Penyakit untuk Keluarga Lainnya (Orangtua dan


Anggota Keluarga Lainnya )
Pada prinsipnya secara umum prevensi untuk bebas Meningitis dan
ISK adalah sama dengan prevensi bebas Meningitis dan ISK untuk pasien,
namun dalam hal ini diutamakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Dengan cara sebagai berikut :
1. Bagi keluarga diharapkan menjaga pola makan sehari-hari dengan
mengkonsumsi makanan bergizi.
2. Menjaga kebersihan diri.
3. Minum air putih sesuai kebutuhan.
4. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
5. Istirahat yang cukup 6-8 jam dalam sehari.
6. Olah raga teratur.
Semua ini merupakan langkah-langkah untuk mencegah terkena
penyakit Meningitis dan ISK yang sama dengan pasien serta meningkatkan
daya tahan tubuh bagi anggota keluarga yang tinggal serumah.

15
BAB IV
HASIL IDENTIFIKASI KELUARGA DAN FAKTOR LINGKUNGAN

A. Faktor Keluarga
1. Struktur Keluarga
Keluarga Ny. P termasuk keluarga patriakal dimana yang dominan dan
memegang kekuasaan dalam keluarga adalah suami Ny. P
2. Bentuk Keluarga
Alamat Lengkap : Dsn. Wonokerto, Desa Windurejo, Mojokerto
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Genogram Keluarga Ny. P (Gambar IV.2)
Ny. P adalah anak ke 2 dari 2 bersaudara. Kedua orang tuanya masih
hidup. Hidup dengan suami belum punya anak. Dalam satu rumah
tinggal 5 orang anggota keluarga yaitu suami, mertua, saudara ipar.
3. Pola interaksi keluarga
Pola interaksi antar anggota keluarga berjalan baik, interaksi antara
ayah dengan anak. Ibu dengan anak berjalan dengan baik dalam suatu
harmoni hubungan keluargga yang baik terbentuk karena kebiasaan,
sehingga terasa harmonis. Interaksi suami dengan istri juga baik dalam
penyelesaian masalah terkait keluarga.

16
Suami

2 1

Istri
(Pasien)

Keterangan :
: Hubungan baik
: Hubungan tidak baik

Gambar IV.1: Diagram Pola Hubungan Interaksi antara Ny. P dan


Anggota Keluarganya yang Lain (Sumber: Informasi dari Ny. P, 2019).
4. Siklus kehidupan manusia
Dalam kehidupan setiap keluarga terdapat tahap-tahap yang diprediksi.
seperti individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan
yang berturut-turut, keluarga sebagai sebuah unit yang juga mengalami tahap-
tahap perkembangan yang berturut-turut.
Delapan tahap siklus kehidupan keluarga:
1. Tahap I : Keluarga pemula (juga menunjukan pasangan menikah atau
tahap pernikahan).
2. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi
sampai umur 30 bulan)
3. Tahap III : Keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2
hingga 6 tahun)
4. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur 6
sampai 13 tahun).
5. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13 hingga
20 tahun)

17
6. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup
anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah).
7. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan).
8. Tahap VIII : Kelurga dalam masa pensiun dan lansia (juga menunjukan
kepada anggota keluarga yang berusia lanjut atau pensiun hingga
pasangan yang sudah meninggal dunia).
Berdasarkan teori delapan tahap siklus kehidupan diatas dapat
disimpulkan bahwa Ny. P pada saat ini berada pada siklus hidup tahap ke
VI .

8 1

7 2

6 3

5 4

Gambar IV.2: Siklus Kehidupan


Berdasarkan teori delapan tahap siklus kehidupan diatas dapat disimpulkan
bahwa Ny. P pada saat ini berada pada siklus hidup tahap ke VI.
7. Tingkat Kesejahteraan Keluarga
Keluarga Ny. P termasuk dalam keluarga prasejahtera.
8. Perilaku pasien dan anggota keluarga (metode pertanyaan sirkuler)
Metode menggunakan pertanyaan sirkuler ini berfungsi untuk
mengetahui siapa secara individual anggota keluarga yang mendukung
atau menentang pasien (Ny. P ) apabila yang bersangkutan berbuat sesuatu
baik yang merugikan atau menguntungkan kesembuhan penyakitnya.

a. Ketika pasien jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh


keluarganya ?

18
Jawab :
keluarga pasien langsung mengantarkan pasien berobat ke
puskesmas dan rutin melakukan kontrol terhadap kesehatan
pasien
b. Ketika pasien seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga
yang lain ?
Jawab :
Ikut mendukung dan membantu apa yang telah diputuskan. Bila
perlu ikut ke puskesmas menemani dan menjaga pasien.
c. Jika butuh dirawat inap, izin siapa yang dibutuhkan ?
Jawab :
Dibutuhkan izin dari orang tuanya. Jika tidak ada, suami pasien
sebagai kepala keluarga dapat menggantikan untuk memberikan
izin.
d. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan pasien ?
Jawab :
Anggota keluarga yang terdekat dengan pasien adalah orang
tuanya.
e. Selanjutnya siapa ?
Jawab :
Selanjutnya adalah suami.
f. Siapa yang secara emosional jauh dari pasien ?
Jawab : tidak ada.
g. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien ?
Jawab :
Suami dan anak pasien selalu tidak setuju dengan pasien apabila
hal tersebut dapat mengganggu kesehatan pasien.
h. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga
lainnya?
Jawab : Tidak ada.
Kesimpulan : Keluarga pasien selalu mendukung semua hal
yang positif dan tidak setuju apabila hal tersebut negatif dan

19
mengganggu kesehatan keluarganya. Hubungan antara Ny. P dan
keluarganya terasa baik dan dekat.

B. Penyakit karena Faktor genetik


Dari informasi Ny.P tidak diperoleh keterangan bahwa tidak ada anggota
keluarga atau famili terdekat (orang tua ) yang menderita Meningitis (Lihat
Gambar IV.2)

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien (Ibu hamil riwayat Meningitis.)


Gambar IV.2 Genogram Keluarga Ny.P (22tahun) (Sumber: Keterangan Ny.P,
2019)

C. Fungsi Keluarga
1. Fisiologi keluarga (identifikasi dengan metode APGAR score)
APGAR score (disesuaikan dengan Supriana, 2010)
Metode penilaian fisiologis keluarga adalah metode untuk mengetahui
fungsi keluarga secara kualitatif dalam menanggapi, menerima atau
menilai kehadiran penderita (Ny. P ) sebagai anggota keluarga tentang:
1) Adaptation (adaptasi) yaitu kualitas penerimaan anggota
keluarga dalam menerima kenyataan bahwa yang bersangkutan
(Ny. P) sedang hamil dengan memiliki riwayat penyakit
meningitis sebelumnya. Kualitas tersebut menyangkut : tingkat

20
penerimaan keluhan dan tingkat dukungan/ motivasi anggota
keluarga dalam mengatasi penyakitnya dan menjaga kesehatan
kehamilannya.

Tabel IV.1: APGAR tentang Adaptation (Pernyataan Anggota


Keluarga terhadap Keadaan dan Perilaku Ny. P)
No. Pernyataan anggota keluarga thd keadaan dan Ya Ka- Tdk
perilaku Ny. P. dang2
1. Ikhlas menerima atas beban akibat Ny P sakit √
Meningitis
2 Memotivasi Ny P dalam hal menjaga √
kebersihan minum dan makan.
3 Memotivasi Ny.P dalam hal minum air putih √
yang cukup.
4 Memotivasi Ny. P dalam beraktivitas fisik. √
5 Mengingatkan Ny. P untuk rutin minum obat √
6 Memotivasi Ny. P bila waktunya kontrol ke √
yankes.
7 Bersedia mengantar Ny. P untuk kontrol ke √
yankes
8 Menerima bila Ny.P memasak makanan √
hingga matang.
9 Tidak menerima keluhan bila Ny.P bosan √
minum obat.
10 Tidak menerima keluhan saat Ny. P malas √
beraktivitas fisik
Skor total 6 7
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 skor = 1 dan tidak skor = 0.
Berilah nilai :
- Nilai 2 (menerima) bila nilai pernyataan keluarga > 15
- Nilai 1 (kurang menerima) bila nilai pernyataan keluarga 12 -15
- Nilai 0 (tidak menerima) bila nilai pernyataan keluarga < 12

21
Skor total =13 diberi nilai 1 artinya anggota keluarga kurang
menerima keluhan Ny. P (Nilai Adaptation = 1 pada Tabel IV.1)

2) Partnership (kerjasama) yaitu kualitas kerjasama (harmonisasi)


antara anggota keluarga dalam mengatasi setiap masalah
penyakit Ny. P
Tabel IV.2: APGAR tentang Partnership (Pernyataan Kesepakatan
Bersama antar Anggota Keluarga terhadap Perilaku Ny. P).
No Pernyataan harmonisasi (kesepakatan bersama) Ya Ka- Td
. antar anggota keluarga terhadap perilaku Ny. P dang k
2
1. Keluarga sepakat atas beban akibat Ny P sakit √
Meningitis
2 Kesepakatan bila Ny P tidak mampu mengurangi √
konsumsi makanan mentah
3 Kesepakatan bila Ny.P tidak bisa mengatur √
frekuensi makan.
4 Kesepakatan bila Ny. P tidak rajin beraktivitas √
fisik.
5 Kesepakatan bila Ny. P tidak rutin minum obat √
6 Kesepakatan bila Ny. P malas kontrol ke yankes. √
7 Kesepakatan bila Ny. P tidak kontrol ke yankes √
8 Kesepakatan bila Ny. P mengeluh karena makanan √
dibatasi
9 Kesepakatan bila Ny. P bosan minum obat. √
10 Kesepakatan bila Ny. P malas beraktivitas fisik √
Skor total 12 4
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 diberi skor = 1 dan tidak diberi
skor = 0.
Kemudian berilah nilai :
- Nilai 2 bila skor pernyataan keluarga > 15 (harmonis)
- Nilai 1 bila skor pernyataan keluarga 10 -15 (kurang harmonis)

22
- Nilai 0 bila skor pernyataan keluarga < 10 (tidak harmonis)
Skor total = 16 diberi nilai = 2 artinya keluarga tetap harmonis
menghadapi perilaku Ny. P. (Nilai partnership = 2 pada Tabel IV.2)

3) Growth (tingkat kedewasaan/kesabaran) menunjukkan tingkat


kesabaran anggota keluarga Ny.P dalam menghadapi
penyakitnya walaupun kadang menganggu terutama dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari guna mengurus kehidupan
keluarganya.

Tabel IV.3: APGAR tentang Growth (Pernyataan Kedewasaan/


kesabaran Anggota Keluarga terhadap Perilaku Ny. P).
No Pernyataan kedewasaan/kesabaran anggota Ya Ka- Tdk
. keluarga terhadap perilaku Ny. P dang
2
1. Tidak terganggu atas beban akibat Ny P sakit √
Meningitis
2 Memahami saat Ny. P tidak mampu mengurangi √
konsumsi makanan mentah
3 Memahami saat Ny.P tidak bisa mengatur √
frekuensi makan.
4 Memahami saat Ny. P tidak rajin beraktivitas fisik. √
5 Memahami saat Ny. P tidak rutin minum obat √
6 Memahami saat Ny. P malas kontrol ke yankes. √
7 Memahami saat Ny. P tidak kontrol ke yankes √
8 Memahami saat Ny. P mengeluh karena makanan √
dibatasi
9 Memahami saat Ny. P bosan minum obat. √
10 Memahami saat Ny. P menolak anjuran √
beraktivitas fisik
Skor total 4 8

23
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 diberi skor = 1 dan tidak diberi
skor = 0.
Kemudian berilah nilai :
- Nilai 2 bila skor pernyataan keluarga > 15 (sabar)
- Nilai 1 bila skor pernyataan keluarga 10 -15 (kurang sabar)
- Nilai 0 bila skor pernyataan keluarga < 10 (tidak sabar)
Skor total = 12 diberi nilai = 1 artinya keluarga kurang sabar
menghadapi perilaku Ny.P (nilai Growth = 1 pada Tabel IV.3)

4) Affection (hubungan kasih sayang) yaitu tingkat hubungan kasih


sayang dalam berinteraksi antara anggota keluarga dalam
menghadapi perilaku Ny. P

Tabel IV.4: APGAR tentang Affection (Pernyataan Kasih Sayang


Anggota Keluarga terhadap Perilaku Ny. P).
No. Pernyataan kasih sayang anggota keluarga Ya Ka- Tdk
terhadap perilaku Ny. P dang2
1. Sering menghibur atas keluhan akibat Ny P √
sakit Meningitis
2 Sering menasihati bila Ny P tidak mampu √
mengurangi konsumsi makanan mentah.
3 Sering menasihati bila Ny. P tidak bisa √
mengatur frekuensi makan.
4 Sering mengingatkan dan mendorong bila Ny. √
P tidak rajin beraktivitas fisik.
5 Sering mengingatkan bila Ny. P tidak rutin √
minum obat
6 Sering mengingatkan bila Ny. P malas kontrol √
ke yankes.
7 Sering mengingatkan Ny. P bila sudah √
waktunya kontrol ke yankes
8 Sering menasihati bila Ny. P mengeluh karena √

24
makanan dibatasi
9 Sering mengingatkan bila Ny. P bosan minum √
obat.
10 Sering memotivasi dan mendorong saat Ny. P √
malas beraktivitas fisik
Skor total 12 4
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 diberi skor = 1 dan tidak
diberi skor = 0.
Kemudian berilah nilai :
- Nilai 2 bila skor pernyataan keluarga > 15 (kasih sayang)
- Nilai 1 bila skor pernyataan keluarga 10 -15 (kurang kasih
sayang)
- Nilai 0 bila skor pernyataan keluarga < 10 (tidak sayang)
Skor total = 16 diberi nilai = 2 artinya keluarga tetap kasih dan
sayang menghadapi perilaku Ny. P (nilai affection = 2 pada
Tabel IV.4)

5) Resolve (kebersamaan) yaitu tingkat keterlibatan/kebersamaan


anggota keluarga Ny.S dalam mengambil bagian pada setiap
kesempatan untuk menghadapi setiap masalah keluarga.
Tabel IV.5: APGAR tentang Resolve (Pernyataan Anggota Keluarga
tentang Kebersamaan dalam Membantu Mengatasi Penyakit Ny. P).

No. Pernyataan anggota keluarga tentang Ya Ka- Tdk


kebersamaan dalam membantu mengatasi dang2
penyakit Ny. P
1. Saling membantu dalam mengatasi beban √
akibat Ny P sakit Meningitis
2 Saling mengingatkan bila Ny tidak mampu √
mengurangi konsumsi makanan mentah
3 Saling mengingatkan bila Ny. P tidak bisa √
mengatur frekuensi makan.

25
4 Saling mengingatkan dan mendorong bila Ny. √
P tidak rajin beraktivitas fisik.
5 Saling mengingatkan bila Ny. P. tidak rutin √
minum obat
6 Saling mengingatkan bila Ny. P malas kontrol √
ke yankes.
7 Saling mengingatkan bila Ny. P sudah √
waktunya kontrol ke yankes
8 Saling menasihati bila Ny. P mengeluh karena √
makanan dibatasi
9 Saling mengingatkan bila Ny.P bosan minum √
obat.
10 Saling mendorong bila Ny. P malas √
beraktivitas fisik
Skor total 12 4
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 diberi skor = 1 dan tidak
diberi skor = 0.
Kemudian berilah nilai :
- Nilai 2 bila skor pernyataan keluarga > 15 (harmonis)
- Nilai 1 bila skor pernyataan keluarga 10 -15 (kurang harmonis)
- Nilai 0 bila skor pernyataan keluarga < 10 (tidak harmonis)
Skor total = 16 diberi nilai = 2 artinya keluarga tetap harmonis
menghadapi perilaku Ny. P (nilai Resolve = 2 pada Tabel IV.5)

Mengevaluasi nilai APGAR (Fisiologi keluarga dalam menghadapi Ny.


P sebagai bumil dengan riwayat meningitis)
Untuk mengevaluasi fungsi keluarga dalam menghadapi Ny. P sebagai
pasien diabetes melitus dapat digunakan Tabel IV.6 untuk membantunya.
Kriterian nilai APGAR mempunya maksud sebagaimana kriteria sebagai
berikut:
Kriteria nilai APGAR:

26
Nilai < 5 : Ada permasalahan peranan keluarga dalam menghadapi
pasien Ny. P yang memerlukan intervensi (dipandang
keluarga perlu bantuan dari pihak luar dalam mengatasi
masalah Ny. P ).
Nilai 6 – 7 : Permasalahan keluarga lebih ringan dan memerlukan
intervensi
Nilai 8 – 10 : fungsi keluarga dalam keadaan baik dan tidak
memerlukan intervensi

Tabel IV.6: Temuan dan Nilai Fungsi Keluarga Ny. P menurut Metode
APGAR.
Skor
FAKTOR TEORI TEMUAN
2 1 0
Bagaimana dukungan
dari keluarga apabila
ada salah seorang
anggota keluarga
mengalami masalah, Anggota keluarga
terutama untuk kurang menerima
Adaptation √
masalah kesehatan. keluhan Ny. P
Adakah saling
keterbukaan di dalam
keluarga tersebut
(Notoatmodjo, 2003).

Komunikasi yang
terjalin antara anggota Dalam menghadapi
keluarga. Apakah pada persoalan yang
Partnership saat salah satu anggota menyangkut Penyakit √
keluarga memiliki Ny. P komunikasi
masalah, terutama antar anggota
untuk masalah keluarga tingkat

27
kesehatan, kebersamaannya
didiskusikan bersama harmonis
bagaimana
pemecahannya
(Notoatmodjo, 2003).

Apakah keluarga Anggota keluarga


tersebut dapat kurang sabar terhadap
memenuhi kebutuhan- sikap Ny. P yang
kebutuhannya tidak mau mengerti
Growth √
(Notoatmodjo,2003). cara mencegah
penyakitnya agar
tidak mengalami
komplikasi.
Hubungan kasih Saya puas dengan
sayang dan interaksi cara keluarga saya
antar anggota keluarga mengekspresikan
Affection (Notoatmodjo, 2003). kasih sayangnya dan
merespon emosi yang

disebabkan penyakit
saya.
Kepuasan di dalam Saya puas dengan
keluarga akan waktu cara keluarga saya
dan kebersamaan yang membagi waktu
diluangkan oleh dengan
masing-masing mementingkan
Resolve √
anggota keluarga bagi kebersamaan.
keluarganya
(Notoatmodjo, 2003). Kebersamaan
keluarga baik/
memuaskan Ny. P
Total Skor 8

28
Hasil Analisis dan temuan:
Total dari nilai APGAR keluarga Ny. P adalah 8. Hal ini menunjukkan
bahwa fungsi fisiologis keluarga Ny. P dalam keadaan baik dan tidak perlu
intervensi. Namun ada beberapa catatan yang terkait dengan perilaku Pasien
Ny. P sebagai berikut:
1) APGAR yang menyangkut adaptation, anggota keluarga kurang
menerima keluhan Ny. P yaitu terkait dengan kebiasaan atau pola
makan dan pola hidup yang tidak sesuai dengan anjuran kesehatan

2) APGAR tentang growth anggota keluarga kurang sabar terhadap sikap


Ny. P yang tidak mau mengerti cara mencegah penyakitnya agar tidak
mengalami komplikasi yang secara rinci adalah:

a) Tidak teratur kontrol dan minum obat

b) Pola makan yang tidak baik

c) Aktivitas fisik yang sangat kurang

2. Patologi lingkungan keluarga (identifikasi dengan metode SCREEM)

Metode screem digunakan untuk mengindentifikasi adanya kendala


yang dihadapi keluarga penderita (Ny. P) yang menyangkut persoalan
interaksi sosial, budaya (cultural), agama (Religious), tingkat ekonomi,
tingkat pendidikan (education) serta tingkat pelayanan medis (medical).

a. Social (sosial) yaitu kualitas keterlibatan Ny. P berserta keluarga pada


beberapa kegiatan masyarakat sekitar yang ditunjukan dengan
intensitas partisipasi terhadap beberapa kegiatan tersebut.

b. Cultural (budaya) yaitu kualitas kebanggaan Ny. P dan keluarga


terhadap budaya yang ditunjukkan dengan sikap dan perilaku sesuai
tata karma adat dan budaya yang berlaku di masyarakat sekitar.

c. Relgious (Agama) yaitu kualitas ibadah pda keluarga Ny. P


ditunjukkan dengan intensitas peribadatan utama (wajib) yang
dilakukan baik dalam keluarga maupun bersama masyarakat (Jemaah)

29
d. Economi (ekonomi) yaitu penggolongan masyarakat menurut derajat
ekonomi (tingkat penghasilan keluarga) yang secara kualitatif
dikelompokkan menjadi tingkat atas, menengah dan bawah.

e. Education (pendidikan) yaitu penggolongan masyarakat secara


kualitatif menurut tingkat pendidikan terakhir yang umum diraih oleh
kepala keluarga.

f. Medical (medis) yaitu derajat pelayanan kesehatan yang diberikan


kepada Ny. P dan keluarganya.

Tabel IV.7: Temuan dan Tekanan Patologi Sosial Keluarga Ny. P


menurut Faktor SCREEM di Desa Windurejo, Kecamatan Kutorejo,
Mojokerto.

FAKTOR TEMUAN PATHOLOGi SOSIAL TPS*)


Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga _
dengan saudara partisipasi mereka dalam masyarakat
Sosial cukup meskipun banyak keterbatasan. Empati
tetangga cukup baik apabila ada tetangga yang sakit
seperti berkunjung untuk menengok sewaktu di
Rumah Sakit.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal _
ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam
Cultural keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi
budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-
acara yang bersifat hajatan, sunatan, dll.
Menggunakan bahasa Jawa dan menjaga tata krama
dan kesopanan
Pemahaman agama cukup baik. Sholat 5 waktu di -
jalani dengan baik. Dan setiap sholat sebisa mungkin
Religius mereka sholat bersama. Umumnya masyarakat di
sekitar beragama Islam. Tidak pernah terjadi konflik

30
FAKTOR TEMUAN PATHOLOGi SOSIAL TPS*)
dengan pemeluk agama lain.
Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah +
Ekonomi sehingga dalam pemenuhan kebutuhan masih
diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan primer.
Pendidikan anggota keluarga yang masih rendah +
Edukasi karena pendidikan tertinggi dalam keluarga adalah
lulusan SMP
Pasien memiliki kartu BPJS tetapi tidak membayar -
Medical iuran karena keterbatasan biaya untuk membayar
iuran 1 keluarga. Dalam mencari pelayanan
kesehatan, keluarga ini biasanya pergi ke Puskesmas
karena letaknya dekat dan mudah dijangkau.

Keterangan:
Patologi : - artinya tidak ada tekanan (masalah) antara Ny. P dan keluarga
menyangkut SCREEM di masyarakat Desa Peterongan.
Patologi : + artinya Ny. P dan keluarga ada hambatan/tekanan/masalah
menyangkut SCREEM di masyarakat Desa Peterongan.

Hasil Analisis
Pasien dan keluarga mempunyai masalah dalam fungsi patologis yang
meliputi: ekonomi (pasien dan keluarganya memiliki kesulitan ekonomi),
edukasi (pendidikan pasien dan keluarga kurang). Keterbatasan ekonomi,
edukasi, medical berpengaruh dalam menghadapi penyakit.

D. Faktor Lingkungan
1. Lingkungan fisik/sanitasi rumah
Desa Windurejo Windurejo adalah sebuah desa di wilayah
Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 10 x 5m .Terdiri dari
ruang tamu yang digunakan untuk menerima tamu, 3 kamar tidur, 1 dapur,

31
dan 1 kamar mandi. Terdiri dari 1 pintu keluar, yaitu pintu depan. Jendela
ada 2 buah, yaitu di ruang tamu, dapur. Lantai rumah terbuat dari ubin.
Ventilasi dan penerangan rumah kurang. Atap rumah tersusun dari genteng
dan ditutup langit-langit. Kamar memiliki satu kasur dan terlihat kurang
dibersihan dan dirapikan. Dinding rumah terbuat dari batubata dan sudah
dilapisi semen dan di cat. Perabotan rumah tangga kurang tertata. Sumber air
untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan air kran. Secara
keseluruhan kebersihan rumah kurang. Sehari-hari keluarga memasak
menggunakan kompor gas.

Kamar T. Cuci
Mandi piring
Denah Rumah

Dapur

Kamar 3
L 10 m
o S
Kamar 2 r
o
n
Kamar 1 g U

Ruang Tamu

5m

Gambar IV.5: Denah Rumah Ny. P sumber hasil kunjungan


Keterangan :

: Tembok beton
: Tembok pembatas
: Pintu

32
2. Lingkungan sosial, ekonomi dan budaya
a. Lingkungan sosial
Dipandang dari segi ekonomi, pasien ini termasuk keluarga
ekonomi menengah ke bawah. Pasien ini memiliki sumber penghasilan
per bulan dari suaminya yang bekerja sebagai serabutan, sebesar Rp
1.000.000,00- untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan
Upah Minimum Kabupaten (UMK) Kabupaten Mojokerto sesuai
dengan keputusan Gubernur Jawa Timur tahun 2019, yaitu
Rp3.851.983,38-, sehingga pendapatan keluarga tersebut tergolong
dibawah UMK. Tingkat pendidikan yang rendah, dimana Ny. P hanya
tamatan Sekolah Dasar, menjadi penyebab kurangnya akses informasi
yang diperoleh Ny. P sehingga tidak mampu memahami lebih banyak
tentang penyakit meningitis dan ISK, serta komplikasinya.
b. Lingkungan ekonomi
Dari kondisi perumahan dan permukiman dan fasilitas umum yang
tersedia lingkungan kehidupan masyarakat di sekitar keluarga Ny. P
tergolong kelas menengah ke bawah.

E. Faktor Perilaku Keluarga


Ny. P sehari-hari hanya di rumah saja. Suami pasien bekerja sebagai
serabutan. Hubungan pasien dalam keluarga cukup baik. Suami selalu
memberikan perhatian. Ny. P jarang sekali melakukan olah raga dan tidak
teratur dalam minum obat, dan kebersihan diri sendiri masih belum dijaga.
Boleh disimpulkan bahwa pola hidup Ny. P tidak teratur, karena tidak
memahami tentang penyakit Meningitis dan ISK, serta apa komplikasi yang
mungkin terjadi.
Keluarga ini berusaha menjaga kebersihan lingkungan rumahnya
misalnya dengan menyapu rumah dan halaman paling tidak sehari dua kali,
pagi dan sore.

33
F. Pelayanan Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit
adalah Puskesmas Bangsal
1. Aspek pelayanan
Tentang aspek pelayanan kesehatan, Ny. P masih menemui beberapa
kendala diantaranya adalah:
a. Kurangnya edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga
pasien.
b. Kurangnya monitoring dan evaluasi terhadap pasien.
2. Kepesertaan BPJS Kesehatan
Ny. P memiliki kartu BPJS

34
BAB V

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dari hasil analisis mengenai karakteristik perilaku pasien dan


keluarga yang terdapat dalam “bentuk keluarga”, pola interaksi, pertanyaan
sirkuler, identifikasi informasi penyakit genetik, fisiologi keluarga
(motode APGAR) patologi lingkungan keluarga (metode SCREEM)
maupun faktor-faktor risiko tentang pelayanan kesehatan, maka dapat
dirumuskan sebagai temuan masalah yang terkait dengan Ny. P dan keluarga
serta masyarakat sekitar yang kemudian divisualisasikan dalam bentuk
diagram blum ( Lihat Gambar IV.1).

A. Temuan masalah
1. Masalah aktif (individu pasien):
a. Ny P ibu hamil dengan riwayat meningitis
b. Ny P tidak memahami tentang penyakit meningitis
c. Pola hidup tidak teratur
d. Minum obat tidak teratur
2. Faktor Perilaku :
a. Minum obat yang tidak teratur
b. Kurangnya berolahraga
c. Masih kurangnya kesadaran tentang pentingnya menjaga kebersihan
makan & minum

d. Kurangnya pengetahuan tentang meningitis dan komplikasinya


3. Faktor Lingkungan :
a. Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah untuk menjaga pola
hidup sehat
b. Kondisi sosial ekonomi menengah ke bawah

4. Faktor Pelayanan Kesehatan


a. Terhambatnya fasilitas kesehatan dari BPJS yaitu Prolanis dan rujukan
ke Rumah sakit.

35
b. Kurang optimalnya edukasi dan konseling terhadap keluarga dan
pasien.
c. Kurang optimalnya komunikasi nakes dan pasien.
d. Kurangnya media informasi dan promosi kesehatan.
5. Faktor Genetik
Tidak ada

B. Analisis
Yang dimaksud analisis di sini adalah bagaimana penjelasan mengenai
pasien (Meningitis yang diderita Ny.P) terjadi dan kemungkinan berkembang
mengarah terjadi komplikasi. Untuk membantu mempermudah analisis
permasalahan yang dihadapi pasien Ny.P ini digunakan alat bantu. H.L. Blum
(1987) menyatakan bahwa derajat kesehatan atau kejadian suatu penyakit di
masyarakat dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yaitu faktor lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan faktor keturunan (Gambar V.1). Apabila kasus Ny.P,
beserta keluarga dan masyarakat di sekitar dipandang sebagai kesatuan sosial
maka dapat dinyatakan bahwa kejadian Meningitis Ny.P dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, pelaku, pelayanan kesehatan dan keturunan dari keluarga Ny.P.

36
Faktor Genetik
Faktor Perilaku Faktor Pelayanan
Tidak Ditemukan
Kesehatan
- Kurangnya
pengetahuan ibu a. Terhambatnya fasilitas
tentang Meningitis kesehatan dari BPJS,
Ny. P yaitu Prolanis dan
dan komplikasinya
22 tahun rujukan ke Rumah
- Ketidak teraturan
(Bumil dengan Sakit
minum obat
riwayat b. Kurang optimalnya
- Masih kurangnya
meningitis) edukasi dan
kesadaran tentang
pentingnya konseling terhadap
menjaga keluarga dan pasien.
kebersihan makan c. Kurang optimalnya
& minum komunikasi nakes
- Kurangnya dan pasien.
berolahraga d. Kurangnya media
informasi dan
Faktor Lingkungan promosi kesehatan.
- Kondisi sosial ekonomi
menengah ke bawah
- Tingkat pendidikan
masyarakat yang rendah
- Kurangnya pengetahuan
keluarga dan masyarakat
tentang penyakit Meningitis
dan komplikasinya
- Dukungan dari keluarga dan
masyarakat yang masih belum
optimal untuk menjaga pola
hidup sehat.

Gambar V.1: Diagram Faktor Risiko Penyakit Meningitis Pada Kehamilan


dari Ny. P (Modifikasi Diagram Blum).
1. Faktor lingkungan
a. Kondisi sosial ekonomi Keluarga Ny.P termasuk kelompok
menengah kebawah, dimana jumlah pendapatan per bulan di bawah
UMK Mojokerto Kondisi masyarakat demikian akan berpengaruh
terhadap perilaku yang dinilai kurang produktif, seperti kebiasaan
tidak berolah raga, mengurus BPJS dan sebagainya yang pada

37
gilirannya akan berpengaruh terhadap perkembangan yang tidak
baik terhadap Meningitis.
b. Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah. Masyarakat dengan
tingkat pendidikan yang umumnya masih rendah membawa
pengaruh yang tidak menguntungkan pada pasien Meningitis karena
tingkat pendidikan umum yang rendah dapat dikatakan analog
dengan tingkat pengetahuan yang rendah pula tentang suatu
penyakit termasuk Meningitis.
c. Kurangnya pengetahuan keluarga dan masyarakat tentang penyakit
Meningitis dan komplikasinya. Pemahaman keluarga yang kurang
mengenai Meningitis tidak akan memberi motivasi kepada pasien
untuk berbuat menghindar dari komplikasi.
d. Dukungan dari lingkungan internal/keluarga dan masyarakat yang
masih belum optimal untuk menjaga pola hidup sehat. Pola hidup
dan perilaku dalam keseharian dari masyarakat akan menjadi arus
yang membawa kebiasaan pasien dimana dia tinggal, pola hidup
masyarakat sekitar pasien yang kurang sehat juga tidak mendukung
terjadinya pasien terhindar dari komplikasi Meningitis.
2. Faktor Perilaku
a. Faktor perilaku dilatar belakangi oleh faktor pendidikan pasien yang
kurang. Pendidian Ny.P dan keluarga rata – rata hanya hingga
Sekolah Menengah Pertama, hal ini menyebabkan kurangnya
informasi terkait dengan ilmu kesehatan yang didapatkan oleh
pasien dan keluarga.
b. Pengetahuan yang rendah tentang penyakit Meningitis dan
komplikasinya ditunjukkan dengan perilaku pasien yang tidak
teratur minum obat dan gaya hidup yang tidak sehat seperti tidak
rajin berolah raga. Hal demikian akan membawa pasien kepada
resiko terjadinya komplikasi terhadap penyakitnya.
c. Dengan tingkat sosial ekonomi rendah,penghasilan per bulan
kurang lebih 1.000.000 rupiah, cenderung memanfaatkan
penghasilannya pada keperluan – keperluan primer yang dianggap

38
sangat menentukan dalam kehidupan keluarganya, sehingga
terhadap kepentingan pembiayaan kesehatan seperti mengurus
BPJS.
d. Motivasi diri untuk sehat yang kurang. Motivasi terhadap
kepentingan kesehatan apalagi apabila mengetahui resiko yang
sangat membahayakan jiwanya apabila terjadi komplikasi yang
rendah menjadi tanggung jawab fasilitas pelayanan kesehatan
karena komplikasi Menintgitis akan memerlukan dana yang sangat
besar.
e. Pola hidup yang tidak sehat seperti kurangnya berolah raga,
menyebabkan daya tahan tubuh rendah sehingga lebih berisiko
terserang infeksi.
3. Faktor pelayanan kesehatan
a. Kurangnya intensitas edukasi dan konseling terhadap pasien yang
hanya terbatas pada saat kunjungan ke fasilitas kesehatan /
puskesmas, maka masalah perilaku pasien yang kurang bisa
menahan diri terhadap kebiasaan yang merugikan perkembangan
penyakitnya menjadi sulit terkendali dan memperbesar risiko
terjadinya komplikasi.
b. Kurangnya komunikasi nakes dan pasien. Komunikasi tenaga
kesehatan dan pasien terbatas pada waktu pelayanan kesehatan di
Puskesmas, Apalagi ditunjang dengan kebiasaan pasien yang tidak
rutin memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan sehingga akan
memperburuk perkembangan penyakitnya.
c. Kurangnya media informasi/promosi kesehatan. Media informasi
umumnya masih bersifat umum.

C. Pembahasan
Dalam mengatasi masalah Ny.P (22) dengan status sebagai pasien ibu hamil
dengan riwayat meningitis yang tinggal di tengah – tengah masyarakat Desa
Windurejo, Kabupaten Mojokerto dapat ditempuh dengan langkah – langkah
sebagai berikut:

39
1. Mengatur pola hidup untuk mencegah Meningitis
Pola hidup yang sehat dimaksudkan disini meliputi pola makan, pola
mengalokasikan waktu, dan pola melakukan kegiatan fisik.
a. Pola Makan
Pola makan disini berkenaan dengan jenis makanan yang
setengah matang harus dihindari, dianjurkan untuk memasak
makanan hingga matang dan mencuci sayuran dan buah-buahan
sebelum dikomsumsi. Hindari juga mengkonsumsi semua jenis
susu yang tidak di pasteurisasi.
b. Aktifitas fisik
Memberi tahu pasien pasien bahwa menyelesaikan
pekerjaan ibu rumah tangga juga merupakan aktifitas fisik yang
cukup untuk membakar kalori, namun dibutuhkan pula tambahan
seperti olahraga minimal 30 menit 2x seminggu. Bertujuan untuk
menjaga kebugaran tubuh dan mengendalikan IMT sehingga
kecenderungan terkena infeksi berkurang.
2. Mengendalikan penyakit Meningitis
Ibu hamil dengan riwayat meningitis seperti Ny. P harus mampu
mengendalikan penyakitnya. Pengendalian penyakit meningitis ada dua
pendekatan dasar yang perlu dipertimbangkan yaitu kemoprofilaksis dan
imunoprofilaksis.
a. Pemberian kemoprofilaksis intrapartum (intrapartum antibiotic
prophylaxis/IAP) berdasarkan 2 strategi. Pertama adalah strategi
berdasarkan faktor resiko dan kedua adalah strategi berdasarkan
skrining. Pemberian IAP untuk strategi yang pertama ditujukan pada
ibu hamil yang disertai dengan faktor resiko. Strategi yang kedua
adalah dilakukan skrining yang universal pada semua ibu hamil pada
usia kehamilan 35-37 minggu. Antibiotik yang dianjurkan sebagai
kemoprofilaksis infeksi SGB adalah ampisilin intravena intrapartum (2
gram dosis inisial, kemudian dilanjutkan 1-2 gram setiap 4-6 jam) atau

40
penisilin G 5 juta unit setiap 6 jam sampai melahirkan (Hayati Z,
2010).
b. Pemberian imunoprofilaksis dapat dilakukan pada ibu hamil terdapat
kolonisasi Streptokokus Grub B melalui vaksinasi maternal diharapkan
dapat menstimulasi pembentukan antibodi IgG maternal anti kapsul
transplasental (Hayati Z, 2010).

3. Edukasi pasien (Ny.P) dan keluarga tentang penyakit Meningitis


Adapun permasalahan yang ditemukan dalam diri pasien dan
keluarganya sebagai berikut menjadi pendorong pentingnya pemberian
edukasi yang menyangkut tingkat pendidikan yang rendah, tingkat
pemahaman tentang penyakit Meningitis yang masih rendah, pola makan
yang tidak mendukung pengendalian penyakitnya, kurangnya motivasi
untuk cek kesehatan ke puskesmas.
a. Mengubah tingkat pengetahuan /pemahaman
Pemahaman tentang penyakit Meningitis perlu diberikan
kepada pasien dan keluarga secara baik dan sederhana akibat
tingkat pendidikan yang rendah. Memberi tahu Ny.P dan keluarga
bahwa Meningitis merupakan penyakit infeksi yang menyerang
selaput otak yang pada dasarnya disebabkan oleh karena kurangnya
motivasi untuk menjaga kebersihan diri, lingkunganya dan
menjaga kebersihan makanan yang akan dikonsumsi sehingga hal
ini sangat perlu ditangani segera agar dapat mengurangi adanya
paparan agen-agen infeksi. Selain itu kurangnya aktivitas fisik
seperti olahraga teratur perlu diperhatikan untuk menjaga
kebugaran tubuh sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap serangan infeksi suatu penyakit.
b. Mengubah sikap
Perlunya diberikan edukasi kepada keluarga agar
mendukung pasien dalam menjalani pengobatannya sangat penting
untuk permasalahan rendahnya motivasi untuk cek kesehatan ke
puskesmas. Dengan meningkatkan motivasi untuk cek kesehatan
ke pukesmas, maka masalah yang ditimbulkan dari penyakit

41
meningitis ini bisa ditangani lebih awal dan tidak sampai
menimbulkan masalah baru yang lebih serius lagi.
4. Edukasi kepada masyarakat sekitar mengenai penyakit
Meningitis.
Perilaku negatif dari Ny.P dan keluarga kemungkinan juga terjadi
pada warga di sekitarnya. Kebiasaan olahraga yang belum menjadi
kebutuhan hidup, pola makan yang tidak sehat, serta belum
terbiasanya menjaga kesehatan sebelum sakit adalah kebiasaan tidak
baik yang masih terjadi di masyarakat..
Oleh karena itu perlu dilakukan sosialisasi berupa edukasi mengenai
penyakit meningitis, gejala yang dapat timbul, penatalaksanaan
termasuk pengobatan, motivasi menjaga kebersihan, kebiasan
olahraga, serta komplikasi yang bisa terjadi.
Sosialisasi dapat dilakukan untuk warga satu wilayah RT dimana
waktu dan tempat menyesuaikan dengan jadwal warga. Untuk
sosialisasi ini, petugas kesehatan terutama dokter dapat turun
langsung sehingga menambah antusias masyakat.

42
BAB VI
PENUTUP

1. Kesimpulan
1. Hasil anamnesis penyakit pasien

Hasil resume anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang


sampai pada kesimpulan bahwa Ny. P (22th) G1 UK 34/35 minggu,
Tunggal Hidup, Letak Sungsang + Post meningitis + ISK

2. Hasil identifikasi metode manajemen pasien

Penanganan pasien dilakukan secara patient centered oriented.

3. Hasil identifikasi fungsi faktor keluarga dan lingkungannya:

a. Faktor keluarga: Keluarga Ny. P termasuk keluarga patriarkal,


berbentuk nuclear family, dengan interaksi antar anggota keluarga
cukup baik dan dalam menghadapi permasalahan penyakit Ny. P setiap
anggota keluarga menunjukkan dukungan terhadap pasien agar tidak
berpengaruh buruk terhadap perkembangan penyakitnya.

b. Hasil analisis metode APGAR menunjukkan bahwa fungsi anggota


keluarga khususnya penerimaan anggota keluarga Ny. P sebagai ibu
hamil dengan riwayat meningitis baik-baik saja. Sedangkan analisis
patologi lingkungan metode SCREEM menunjukkan bahwa keluarga
Ny. P merasa ada tekanan secara finansial (ekonomi) dan kurangnya
edukasi membatasi interaksi pasien dan keluarga dengan lingkungan.

c. Secara umum kondisi fisik tempat tinggal keluarga pasien belum


memenuhi syarat sanitasi sepenuhnya. Lingkungan sosial ekonomi
keluarga Ny. P termasuk lingkungan klas menengah ke bawah.

4. Hasil analisis faktor risiko

Faktor risiko dari pasien (Ny. P) sebagai ibu hamildengan riwayat


meningitis adalah sebagai berikut:
a. Pasien (Ny. P) ibu hamil dengan riwayat meningitis.
b. Perilaku pasien: pola hidup cenderung mempermudah terserang agen-
agen infeksi.

43
c. Faktor lingkungan: secara fisik sanitasi tempat tinggal belum
sepenuhnya baik, lingkungan sosial belum mendukung pola hidup
sehat karena masih tergolong pada tingkat ekonomI menengah ke
bawah.

2. Saran
a. Promotif
Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit
Meningitis, pencegahan, dan pengobatan.
b. Preventif
1) Upayakan agar Pasien mendapat BPJS PBI sehingga pasien
termotivsi dalam melakukan pemeriksaan kesehatan dan
meringankan beban pasien sehingga pasien lebih bijak dalam
memperioritaskan kebutuhan kehidupan.
2) Pasien dianjurkan untuk hidup bersih dengan menghindari
konsumsi makanan setengah matang, hindari minum semua
jenis susu yang tidak di pasteurisasi dan mencuci tangan serta
mencuci sayur dan buah-buahan hingga bersih sebelum
dikonsumsi.
3) Pasien dianjurkan untuk olahraga atau latihan fisik ringan teratur
setiap hari.
4) Tidak stres fisik maupun psikologis (banyak pikiran) dalam
menghadapi suatu masalah.
5) Mengedukasi tentang pentingnya memeriksakan diri ke
pukesmas untuk cek kesehatan dan berobat.
6) Edukasi mengenai pengenalan tanda-tanda awal serangan
infeksi meningitis.
c. Kuratif
Pemberiaan peroral tablet amoksisillin 500mg, pemberian
tiap 8 jam selama 3 hari. Selanjutnya harus dilakukan evaluasi
berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta data
penunjang lainnya.
d. Rehabilitatif

44
1) Menyakinkan kepercayaan pasien, sehingga tetap memiliki
semangat untuk meningkatkan kualitas hidup dan dapat
beraktifitas seperti biasa lagi.
2) Menganjurkan pasien untuk rutin kontrol ke puskesmas atau
faskes lainnya.

45
DAFTAR PUSTAKA

Riset Kesehatan Dasar.2013.Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan,Kementrian Kesehatan,Republik Indonesia
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth (8 ed., Vol. 2). Jakarta: EKG.

46
LAMPIRAN FOTO
Foto di depan rumah

Foto bersama Ny. P di ruang tamu

Tempat tidur pasien

47
Dapur dan alat masak

48

Anda mungkin juga menyukai