TRIMESTER III
DISUSUN OLEH :
RANDY SUTANTO
(102118192)
EPIDEMIOLOGI
Apendisitis akut dapat terjadi kapan saja selama kehamilan, meski penyakit ini terjadi
paling sering selama trimester kedua (45%) dan 30% selama trimester pertama dan
sisanya 25% pada trimester ketiga. Keseluruhan insiden 0,15 hingga 2,10 per 1000
kehamilan.2
DIAGNOSIS KLINIS
Selain itu, apendiks berpindah ke superior dan lateral dengan adanya perbesaran
uterus, dengan demikian menekan apendiks menjauh dari titik Mc Burneys.
Penelitian klinis telah menunjukan bahwa 84% wanita hamil yang mengalami
apendisitis mengalami nyeri pada kuadran kanan bawah tetapi dilaporkan bahwa
apendiks dapat pula berpinah ke kuadran kanan atas.3
Selain hal ini, nyeri tekan rebound dan tahanan pada dinding abdomen jarang tampak
selama pemeriksaan karena kelemahan otot dinding abdomen selama kehamilan;
dimana tanda tanda klasik seperti obturator, psoas, dan rovsing ditemukan positif
tetapi pada kurang dari sepertiga pasien. Demam, hipotensi, dan takikardia juga tidak
dapat diandalkan dan mungkin hadir selama kehamilan.
DIAGNOSIS BANDING
Baik itu kondisi obstetrical atau ginekologis dan kondisi non obstetrical atau non
ginekologis mungkin hadir dengan nyeri abdomen dan dapat menyerupai apendisitis.
Berikut merupakan diagnosis banding yang mungkin:3
• kehamilan Ectopic
• abruption Placenta
• Degenerating uterine leiomyoma
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah, khususnya hitung sel darah putih (WBC) biasanya dilakukan
untuk mengkonfirmasi atau mengeksklusi suspek apendisitis pada pasien dengan
nyeri kuadran kanan bawah. Namun, mungkin tidak membantu dan tidak dapat
diandalkan pada wanita hamil karena leukositosis (hitung WBS setinggi 16000/µL)
dan bandemia (WBC yang tidak matur) merupakan gangguan fisiologis normal
selama kehamilan. Selanjutnya, tidak semua wanita hamil dengan apendisitis
mengalami leukositosis. C reaktif protein (CRP) juga dapat digunakan tetapi tidak
dapat diandalkan.1
KOMPLIKASI
Dalam apendisitis akut, komplikasi yang paling parah adalah perforasi apendisitis.
Dalam kehamilan, persentase apendiks perforata bisa jadi setinggi 43%, dibandingkan
dengan 19% dalam populasi umum. Resiko perforasi juga meningkat dengan usia
gestasional, dimana insiden apendiks perforata lebih tinggi selama trimester ketiga.
Perforasi apendiks menyebabkan keluarnya isi apendiks ke dalam rongga abdomen.
Hal ini dapat mengakibatkan peritonitis, keguguran, persalinan preterm dan kematian
janin atau maternal. Berdasarkan berbagai penelitian apendiks perforata
meningkatkan angka kontraksi preterm dan persalinan preterm.
PENATALAKSANAAN
PEMBEDAHAN
Penempatan masukan port primer atau jarum Veress dapat juga menciderai janin dan
menyebabkan pneumoamnion. Namun, karena kemajuan terkini teknik laparoskopik,
terdapat beberapa keuntungan laparoskopi dibandingkan operasi terbuka. Diantaranya
adalah penurunan insiden infeksi luka, nyeri pasca operasi yang berkurang,
penggunaan narkotik yang rendah dan resiko ileus yang lebih rendah.2
KESIMPULAN
Apendisitis akut merupakan penyebab umum abdomen akut pada pasien hamil.
Akibat dari bahaya potensial terhadap janin dan ibu, apendisitis harus dieksklusi pada
wanita hamil yang muncul dengan episode nyeri abdomen. Diagnosis apendisitis
pada kehamilan terutama dilakukan secara klinis.
DAFTAR PUSTAKA
2. Cunningham, F Gary dkk. Obstetri Wiliams. Penerbit Buku EGC. Jakarta 2005. Ed 21.