F. Nurrochmad
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, INDONESIA
fatchan.nurrochmad@gmail.com
J. Sujono
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, INDONESIA
jsujono@ugm.ac.id
INTISARI
Perubahan tata guna lahan yang tidak terencana dengan baik dapat mempengaruhi proses terjadinya erosi sebagai salah
satu permasalahan yang sering terjadi di daerah aliran sungai (DAS). Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan
pengaruh perubahan tata guna lahan terhadap pendugaan hasil sedimen di DAS Progo menggunakan Metode Modified
Universal Soil Loss Equation (MUSLE). Metode MUSLE menggunakan faktor limpasan sebagai energi yang
digunakan untuk penghancuran dan pengangkutan sedimen. Hasil penelitian didapat nilai faktor erodibilitas tanah (K)
sebesar 0,45, faktor panjang dan kemiringan lereng (LS) sebesar 0,16, faktor penutupan vegetasi (C) untuk tata guna
lahan tahun 2011 sebesar 0,24 dan tata guna lahan tahun 2015 sebesar 0,30, dan faktor konservasi lahan (P) untuk tata
guna lahan tahun 2011 sebesar 0,40 dan tata guna lahan tahun 2015 sebesar 0,42. Perbedaan tata guna lahan
berpengaruh terhadap pendugaan hasil sedimen di DAS Progo. Perkiraan hasil sedimen menggunakan tata guna lahan
tahun 2011 dibanding tata guna lahan tahun 2015 menunjukkan adanya peningkatan perkiraan hasil sedimen sebesar
30%. Pada saat terjadinya banjir, diharapkan para operator pintu untuk menutup pintu intake agar sedimen saat banjir
tidak ikut masuk ke saluran irigasi.
Kata kunci: debit banjir, hasil sedimen, volume limpasan, musle
Hujan Rerata Daerah Aliran Sungai (DAS) Alihragam Hujan menjadi Aliran
Perhitungan hujan rerata DAS menggunakan HSS Gama I dikembangkan oleh Sri Harto (2009)
metode Poligon Thiessen. Persamaan hujan rerata berdasar perilaku hidrologik 30 DAS di Pulau
DAS metode Poligon Thiessen ditunjukkan pada Jawa. HSS Gama I terdiri dari empat variabel
Persamaan 1 dan Persamaan 2. pokok, yaitu waktu naik (time of rise, TR), debit
𝐻𝑑 = ∑𝑛𝑖=1 𝛼𝑖 𝐻𝑖 (1) puncak (Qp), waktu dasar (Tb), dan resesi-resesi
𝐿𝑖 yang ditentukan oleh nilai koefisien tampungan
𝛼𝑖 = 𝐿 (2)
(storage coefficient, K). Persamaan yang
dengan: digunakan pada metode HSS Gama I seperti pada
Hd : hujan rerata DAS (mm) Persamaan 4 sampai Persamaan 8.
Hi : hujan masing masing stasiun (mm) TR = 0,43 (L/100 SF)3 + 1,0665 SIM+1,2775 (4)
αi : koefien Thiessen stasiun i QP = 0,1836 A0,5886 TR-0,4008 JN0,2574 (5)
Li : luas masing-masing poligon (km2) TB = 27,4132 TR0,1457 S-0,0986 SN0,7344 RUA0,2574 (6)
L : luas DAS (km2) K = 0,5617 A0,1798 S-0,1446 SF-1,0897 D0,0452 (7)
n : jumlah stasiun berpengaruh QB = 0,4715 A0,6444 D 0,9430 (8)
dengan:
Analisis Frekuensi A : luas DAS (km2)
Hujan rerata DAS perlu ditentukan kemungkinan L : panjang sungai utama (km)
terulangnya curah hujan dengan periode tertentu S : kemiringan dasar sungai
untuk menentukan debit banjir. Hujan rerata DAS SF : faktor sumber
dianalisis dengan distribusi Normal, Log Normal, SN : frekuensi sumber
E.J. Gumbel, dan Log Pearson Tipe III. Penentuan WF : faktor lebar
distribusi yang sesuai berdasarkan dengan JN : jumlah pertemuan sungai
parameter statistik yaitu koefisien skewness (Cs) SIM : faktor simetri
dan koefisien kurtosis (Ck). Distribusi terpilih RUA : luas relatif DAS sebelah hulu
dilakukan uji kesesuaian menggunakan uji Chi D : kerapatan jaringan kuras
Kuadrat dan uji Smirnov Kolmogorof.
Tahapan Analisis Data
Modified Universal Soil Loss Equation (MUSLE) Tahapan analisis data pada penelitian ini adalah
Perhitungan hasil sedimen (sedimen yield) perhitungan debit banjir, perhitungan volume
menggunakan metode Modified Universal Soil limpasan, dan perhitungan hasil sedimen di DAS
Loss Equation (MUSLE). Metode MUSLE tidak Progo.
Civil Engineering, Environmental, Disaster and Risk Management Symposium 2020 Yogyakarta, 15 April 2020
Tabel 3. Hasil Analsis Hujan Rancangan Tabel 4 menunjukkan bahwa DAS Progo
mempunyai nilai CN sebesar 80,28 dan Tabel 5
Periode Curah Hujan menunjukkan bahwa DAS Progo mempunyai nilai
No. Kala Ulang Rancangan CN sebesar 80,06.
(Tahun) (mm)
1 2 54,6
2 5 63,7
3 10 67,8
Nilai CN 80,06
Tabel 9. Hasil Analisis Sebaran Jenis Tanah dan Nilai Faktor Erodibilitas Tanah (K) DAS Progo
No. Jenis Tanah Nilai K Luas (km2) Nilai K Total
1 Latosol coklat kemerahan dan litosol 0,43 891,06 383,15
2 Latosol kuning kemerahan dan litosol 0,36 27,52 9,91
3 Komplek mediteran dan litosol 0,46 131,27 60,38
4 Latosol kuning kemerahan 0,56 535,78 300,04
5 Grumusol dan Andasol 0,20 46,20 9,24
6 Aluvial 0,47 218,68 102,78
7 Regasol 0,40 628,84 251,4
Total 2371,39 1070,61
Nilai K rerata 0,45
Tabel 10. Tata Guna Lahan Tahun 2011 dan Nilai Faktor Penutupan Vegetasi (C) DAS Progo
No. Tata Guna Lahan Nilai C Luas (km2) Nilai C Total
1 Sawah 0,05 1172,37 58,62
2 Perkampungan 0,70 361,61 253,13
3 Tegalan / Ladang 0,60 234,87 140,92
4 Rumput /Semak Belukar 0,02 214,82 4,30
5 Hutan 0,01 71,50 0,71
6 Kebun buah / Perkebunan 0,30 424,18 127,25
Civil Engineering, Environmental, Disaster and Risk Management Symposium 2020 Yogyakarta, 15 April 2020
Tabel 11. Tata Guna Lahan Tahun 2015 dan Nilai Faktor Penutupan Vegetasi (C) DAS Progo
No Ttaa Guna Lahan Nilai C Luas (km2) Nilai C Total
1 Sawah 0,05 912,63 45,63
2 Perkampungan 0,70 413,82 289,67
3 Tegalan / Ladang 0,60 302,18 181,31
4 Rumput /Semak Belukar 0,02 122,27 2,45
5 Hutan 0,01 9,68 0,10
6 Kebun buah / Perkebunan 0,30 718,76 215,63
Total 2479,35 734,78
Nilai C Rerata 0,30
Tabel 12. Tata Guna Lahan tahun 2015 dan Faktor Konservasi Praktis (P) DAS Progo
No. Penggunaan Lahan Nilai P Luas (km2) Nilai P Total
1 Sawah 0,02 1172,37 23,45
2 Perkampungan 1,00 361,61 361,61
3 Tegalan / Ladang 0,65 234,87 152,67
4 Rumput /Semak Belukar 1,00 214,82 214,82
5 Hutan 1,00 71,50 71,50
6 Kebun buah / Perkebunan 0,40 424,18 169,67
Total 2479,35 993,72
Nilai P Rerata 0,40
Tabel 13. Tata Guna Lahan tahun 2015 dan Faktor Konservasi Praktis (P) DAS Progo
No Penggunaan Lahan Nilai P Luas (km2) Nilai P Total
1 Sawah 0,02 912,63 18,25
2 Perkampungan 1,00 413,82 413,82
3 Tegalan / Ladang 0,65 302,18 196,42
4 Rumput /Semak Belukar 1,00 122,27 122,27
5 Hutan 1,00 9,68 9,68
6 Kebun buah / Perkebunan 0,40 718,76 287,50
Total 2479,35 1047,95
Civil Engineering, Environmental, Disaster and Risk Management Symposium 2020 Yogyakarta, 15 April 2020
Perubahan tata guna lahan yang tidak material terangkut menuju daerah tangkapan
terencana dengan baik dapat mempengaruhi sungai yang akhirnya terendapkan.
proses terjadinya erosi dan sedimentasi
sebagai salah satu permasalahan yang sering Perubahan tata guna lahan akan
terjadi di daerah aliran sungai (DAS). Salah mempengaruhi debit aliran apabila hujan
satu faktor yang menyebabkan erosi adalah datang, curah hujan yang tinggi akan
hujan, aliran hujan akan membawa material berasosiasi dengan hidrograf aliran yang
terangkut menuju hilir sungai. Erosi dapat tentunya akan berpengaruh terhadap debit
mempengaruhi produktivitas lahan yang sedimen di daerah tangkapan air.
biasanya terjadi DAS bagian hulu dan dapat
memberikan dampak pada DAS bagian hilir Sementara itu, apabila dalam prakteknya
berupa hasil sedimen (sediment yield). Tujuan pengelolaan DAS dan penerapan tata guna
penelitian ini adalah mendapatkan pendugaan lahan yang tidak dilakukan secara terpadu
hasil sedimen yang berasal dari erosi di DAS dan tidak terencana dengan baik, maka dapat
Progo menggunakan Metode Modified Universal mempengaruhi proses terjadinya erosi dan
Soil Loss Equation (MUSLE). Metode MUSLE sedimentasi sebagai salah satu permasalahan
menggunakan faktor limpasan sebagai energi yang sering terjadi selain dari
yang digunakan untuk penghancuran dan
masalah banjir yang melanda kota-kota besar
pengangkutan sedimen.
di Indonesia akhir-akhir ini. Dilain
pihak permasalahan banjir umumnya
disebabkan karena tingginya intensitas hujan
Salah satu faktor yang menyebabkan erosi yang terjadi dan sistem DAS yang telah rusak
adalah hujan, aliran hujan akan membawa sehingga menyebabkan respon DAS menjadi
berkurang dan juga terjadinya pendangkalan
Civil Engineering, Environmental, Disaster and Risk Management Symposium 2020 Yogyakarta, 15 April 2020
sungai akibat sedimentasi. Sedimentasi selain didapat koefisien determinasi yang tinggi
menyebabkan pendangkalan sungai, juga nilai (0,99), sehingga menunjukkan bahwa
dapat menyebakan pendangkalan di muara hasil sedimen model MUSLE prediksi baik
pantai dan perubahan garis pantai. untuk tujuan praktis.
Erosi dapat mempengaruhi produktivitas Arekhi, S., Shabani, A., dan Rostamizad., 2012.
lahan yang biasanya mendominasi DAS Application of the modified universal soil loss
bagian hulu dan dapat memberikan dampak equation (MUSLE) in prediction of sediment yield
negatif pada DAS bagian hilir (sekitar (Case study: Kengir Watershed, Iran). Arabian
Journal of Geosciences, Vol. 6, No. 6 : 1259-
muara sungai) berupa hasil sedimen, untuk 1267.
melihat kondisi yang terjadi, maka studi erosi
dan sedimentasi dilakukan guna untuk Saleh Arekhi & Afshin Shabani & Ghobad Rostamizad
mengetahui daerah-daerah yang telah
mengalami lahan kritis akibat erosi dan juga Application of the modified universal soil loss
pemantauan sedimentasi yang terjadi di equation (MUSLE) in prediction of sediment
sungai sebagai yield sedimen akibat erosi. yield (Case study: Kengir Watershed, Iran)
Arabian Journal of Geosciences · November 2011
Modified Universal Soil Loss Equation Arabian Journal of Geosciences, 5(6), 1259-
(MUSLE) studi aplikasi dilakukan untuk 1267, November 2012
memperkirakan hasil sedimen DAS Kengir di
Arabian Journal of Geosciences
Kota Iyvan, Provinsi Ilam, Iran. Faktor November 2012, Volume 5, Issue 6, pp
limpasan MUSLE adalah dihitung dengan 1259–1267
menggunakan nilai limpasan dan puncak
yang diukur tingkat limpasan di outlet DAS.
Topografi faktor (LS) dan faktor pengelolaan
tanaman (C) ditentukan menggunakan sistem
informasi geografis (SIG) dan berbasis
lapangan survei penggunaan lahan / tutupan
lahan. Praktek konservasi Faktor (P)
diperoleh dari literatur. Hasil sedimen dari
DAS Kengir disimulasikan untuk enam badai
peristiwa yang menyebar sepanjang tahun
2000 dan divalidasi dengan nilai yang diukur.
Koefisien determinasi yang tinggi nilai (0,99)
menunjukkan bahwa hasil sedimen model
MUSLE prediksi memuaskan untuk tujuan
praktis.
Arekhi, dkk (2012) memperkirakan hasil
sedimen menggunakan metode Modified
Universal Soil Loss Equation (MUSLE) di DAS
Kengir di Kota Iyvan, Provinsi Ilam, Iran.
Hasil sedimen di DAS Kengir disimulasikan
untuk enam peristiwa badai yang menyebar
sepanjang tahun 2000 dan divalidasi dengan
nilai hasil sedimen observasi. Hasil penelitian