Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang secara terus


menerus mengakibatkan tingkat pendidikan dan teknologi semakin maju. Orang
dengan mudah berobat dan tidak takut dengan penyakit berbahaya. Tapi hal ini
dipengaruhi oleh peningkatan biaya pengobatan sementara masyarakat, masih
banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan. Oleh karena itu masyarakat
Indonesia harus sudah mengenal kesehatan keluarga dari sekarang agar
masyarakat mengenal arti pentingnya kesehatan dan oleh sebab itu disini akan
dibahas tentang konsep keperawatan keluarga dalam keperawatan di Indonesia.
Agar masyarakat Indonesia hidup sehat keperawatan keluarga merupakan salah
satu area spesalis dalam keperawatan yang berfokus kepada keluarga sebagai
target pelayanan. Tujuan dari keperawatan keluarga adalah untuk meningkatkan
kesehatan keluarga secara menyeluruh dan setiap anggota keluarga.

Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga.


Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan
atau si penerima asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara
asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di
rumah sakit dapat menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan oleh keluarga. Secara
empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga dan kualitas
kehidupan keluarga menjadi sangat berhubungan atau signifikan.

Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga


dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua
keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan
individu, dan keuntungan yang kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dalam pemberian pelayanan kesehatan perawat harus memperhatikan nilai-nilai
dan budaya keluarga sehingga dapat menerima. Maka dari itu penulis akan
meninjau beberapa tinjauan kepustakaan untuk melengkapi teori teori dasar
mengenai kosep dasar keluarga.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dari transisi demografi ?


2. Bagaimana Masalah masalah kependudukan yang berdampak terhadap
kesehatan masyarakat ?
3. Bagaimana Ukuran frekuensi penyakit ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dari transisi demografi.


2. Untuk mengetahui Masalah masalah kependudukan yang berdampak
terhadap kesehatan masyarakat.
3. Untuk mengetahui Ukuran frekuensi penyakit.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Transisi Demografi


Transisi demografi adalah perubahan terhadap fertilitas dan mortalitas
yang besar. Perubahan atau transisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut
Pada gambar diatas terlihat transisi penduduk ada posisi stabil pada tingkat
kelahiran tinggi, menjadi turun ke stabil pada kelahiran dan kematian rendah.

a) Pada keadaan I
Tingkat kelahiran dan kematian tinggi antara 40 sampai 50.
Keadaan masih alami tingkat kelahiran tinggi/tidak terkendali dan tingkat
ekonomi yang rendah, sehingga kesehatan dan gizi lingkungan kurang
mendukung. Akibatnya kelaparan dan kejadian penyakit tinggi sehingga
tingkat kematian pun tinggi (kondisi pra intervensi/pembangunan).
b) Pada keadaan II
Angka kematian turun lebih dahulu akibat peningkatan
pembangunan dan tegnologi, misalnya dibidang kesehatan, lingkungan,
perumahan dan lain-lain. Kondisi ekonomi makin membaik akibat
pembangunan dan pendapatan penduduk meningkat sehingga kesehatan
semakin baik. Akibatnya tingkat kelahiran tetap tinggi (makin sehat) tetapi
angka kematian menurun (akibat kesehatan dan lain-lain). Pada kondisi ini
akan terasa tingginya laju pertumbuhan penduduk alami, seperti dialami
Indonesia pada periode tahun 1970 sampai 1980 dengan angka
pertumbuhan 2,32 % per tahun.

3
c) Pada keadaan III
Terjadi perubahan akibat pembangunan dan juga upaya
pengendalian penduduk, maka sikap terhadap fertilitas berubah menjadi
cenderung punya anak sedikit, maka turunnya tingkat kematian juga
diikuti turunnya tingkat kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk
menjadi tidak tinggi lagi. Keadaan tersebut dapat dilihat pada pertumbuhan
penduduk Indonesia periode 1980 sampai 1990 yang turun menjadi 1,85
%.
d) Pada keadaan IV
Bila penurunan tingkat kelahiran dan kematian berlangsung terus
menerus, maka akan mengakibatkan pertumbuhan yang stabil pada tingkat
yang rendah Indonesia sedang menuju/mengharap tercapainya kondisi lain
yaitu penduduk bertambah sangat rendah atau tanpa pertumbuhan.
Demikian lah gambaran transisi demografi yang dapat dipercepat dengan
peningkatan pembangunan terutama bidang ekonomi, kesehatan,
pendidikan, dan kb. Menurut blacker (1947) ada 5 phase dalam teori
transisi demografi, dimana khususnya phase 2 dan 3 adalah phase transisi.
Tahap-tahap dalam transisi demografi
1) Tahap stasioner tinggi
Tingkat kelahiran : tinggi
Tingkat kematian : tinggi
Pertumbuhan alami : nol/sangat rendah
Contoh : eropa abad 14
2) Tahap awal perkembangan
Tingkat kelahiran : tinggi (ada budaya pro natalis)
Tingkat kematian : lambat menurun
Pertumbuhan alami : lambat
Contoh : india sebelim PD II
3) Tahap akhir perkembangan
Tingkat kelahiran : menurun
Tingkat kematian : menurun lebih cepat dari tingkat kelahiran

4
Pertumbuhan alami : cepat
Contoh : australia, selandia baru tahun ‘30an
4) Tahap stasioner rendah
Tingkat kelahiran : rendah
Tingkat kematian : rendah
Pertumbuhan alami : nol/sangat rendah
Contoh : perancis sebelum PD II
5) Tahap menurun
Tingkat kelahiran : rendah
Tingkat kematian : lebih tinggi dari tingkat kelahiran
Pertumbuhan alami : negatif
Contoh : jerman timur dan barat tahun ‘75
Ada beberapa masalah dalam mengaplikasikan teori transisi demografi bagi
negara-negara berkembang. Bila di eropa, penurunan mortalitas lebih dikarenakan
pembangunan sosio ekonomi, namun penurunan mortalitas dan fertilitas di
negara-negara berkembang lebih karena pengaruh faktor-faktor lain seperti :
peningkatan pemakaian kontrasepsi, peningkatan perhatian pemerintah,
modernisasi, pembangunan dll.
2.2 Masalah masalah kependudukan yang berdampak terhadap
kesehatan masyarakat
Kependudukan indonesia akhir-akhir ini mengalami peningkatan
yang cukup drastis dan dari tahun ke tahun tidak selalu menunjukan trend
peningkatan secara global di seluruh indonesia. Sebagai negara yang sedang
berkembang Indonesia memiliki masalah-masalah kependudukan yang cukup
serius dan harus segera diatasi.
Masalah-masalah kependudukan di Indonesia dapat kita simpulkan yaitu:
a. Jumlah penduduk besar
b. Pertumbuhan penduduk cepat.
c. Persebaran penduduk tidak merata.
d. Kualitas penduduk rendah.
e. Komposisi penduduk sebagian besar berusia muda.

5
Penduduk dalam suatu negara menjadi faktor terpenting dalam
pelaksanaan pembangunan karena menjadi subyek dan obyek pembangunan.
Jumlah penduduk yang besar bermanfaat dalam:
 Penyediaan tenaga kerja dalam masalah sumber daya alam.
 Mempertahankan keutuhan negara dari ancaman yang berasal dari bangsa
lain.
Selain manfaat yang diperoleh, ternyata negara Indonesia yang berpenduduk.
besar yaitu nomor 3 di dunia menghadapi masalah yang cukup rumit yaitu:
 Pemerintah harus dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan hidupnya.
Dengan kemampuan pemerintah yang masih terbatas masalah ini sulit
diatasi sehingga berakibat seperti masih banyaknya penduduk kekurangan
gizi makanan, timbulnya pemukiman kumuh.
 Penyediaan lapangan kerja, sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan
serta fasilitas sosial lainnya. Dengan kemampuan dana yang terbatas
masalah ini cukup sulit diatasi, oleh karena itu pemerintah menggalakkan
peran serta sektor swasta untuk mengatasi masalah ini. Peran serta swasta
yang telah dilakukan antara lain pembangunan pabrik/industri, sekolah
swasta, rumah sakit swasta dan lain-lain.
Cara mengatasi :
PHBK adalah pandangan, sikap dan perilaku yang responsif, rasional dan
bertanggung jawab terhadap pemecahan masalah kependudukan di suatu wilayah
atau negara untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan hidup masyarakat
yang adil, makmur, merata dan berkualitas. Ciri-ciri PHBK adalah :
1. Peduli terhadap manusia dan kebutuhan hidupnya
2. Peduli terhadap pertumbuhan penduduk dan kehidupan ekonominya
3. Peduli terhadap pertumbuhan penduduk dan kehidupan sosial, budaya dan
agama
4. Peduli terhadap pertumbuhan penduduk dan lingkingan hidup
Dalam operasionalnya PHBK yang harus dilakukan oleh seluruh penduduk
mencakup 10 perilaku hidup, yaitu :
1. Penundaan Usia Perkawinan: laki-laki 25 tahun, perempuan 20 tahun

6
UU No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan
untuk membentuk satu rumah tangga atau keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Berdasarkan undang-undang tersebut terlihat bahwa seseorang yang
melangsungkan perkawinan harus mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan.
Untuk mencapai itu, syarat minimal yang harus dimiliki oleh pasangan suami istri
adalah sehat dalam artian sehat secara jasmani, mental, ekonomi dan sosial
sehingga memungkinan keluarga tersebut dapat melakukan hal-hal yang
produktif.Kondisi sehat secara jasmani, mental, ekonomi dan sosial bagi pasangan
suami istri diyakini dicapai oleh laki-laki pada usia 25 tahun dan perempuan 20
tahun. Dari sisi fertilitas, semakin dewasa seorang wanita melangsungkan
perkawinan maka kesempatan untuk hamil dan melahirkan akan semakin pendek,
sebaliknya semakin muda seorang perempuan melangsungkan perkawinan maka
akan semakin panjang bagi perempuan untuk dapat hamil dan melahirkan.
Pendewasaan usia perkawinan harus terus digelorakan kepada penduduk
khususnya perempuan, karena perkawinan muda masih banyak terjadi. Memiliki 2
anak lebih baik.
Salah satu fungsi perkawinan adalah untuk meneruskan keturunan.
Dalam pelaksanaannya fungsi tersebut harus bisa dikontrol dengan baik, dalam
artian pasangan suami istri harus betul-betul dapat merencanakan berapa jumlah
anak yang dinginkan sesuai dengan kemampuannya. Dalam merencanakan berapa
jumlah anak, secara teori dapat dilihat dari sisi apa pasangan suami istri menilai
tentang anak, yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Anak dilihat dari sisi pembiayaan (cost) yang harus dikeluarkan
Bila pasangan suami istri menilai kepemilikan anak dari sisi pembiayaan
yang harus dikeluarkan, ada kecenderungan pasangan suami istri untuk
memiliki anak sedikit.
2. Anak dinilai sebagai investasi untuk masa depan
Bila anak dinilai sebagai investasi masa depan tempat di mana anak
akan dijadikan tempat berlindung pada saat pasangan memasuki hari tua,
biasanya ada kecenderungan pasangan suami istri untuk mempunyai anak
banyak. Sering terlontar dari ucapan seorang ibu pada anakanya “nak, kalau

7
sudah tua aku tinggal keliling ke rumah anak, satu bulan di kamu, satu bulan di
adikmu satu bulan di kakakmu dan seterusnya”. Ucapan ini tentu
mengindikasikan bahwa anak dijadikan sebagai investasi orang tua di masa
depan.Untuk melihat berapa sebaiknya jumlah anak dimiliki oleh pasangan
suami istri, sebaiknya kepada para keluarga disosialisakan tentang Reproduksi
Sehat.
Melalui pola reproduksi sehat dapat diketahui bahwa umur yang paling
aman untuk melahirkan adalah pada saat perempuan berusia 20-30 tahun
dengan jarak melahirkan yang paling bagus adalah 5 tahun. Dengan pola
tersebut maka pasangan suami istri akan mempunyai anak sesuai dengan
program yang dilaksanakan pemerintah mempunyai 2 anak lebih baik.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian pada Rumah-rumah Sakit Pendidikan
di Indonesia sekitar tahun 1980-1981 dapat disimpulkan, antara lain :
1. resiko melahirkan dua anak saja relatif lebih kecil dari pada melahirkan
anak lebih dari dua;
2. jarak antara tiap kehamilan yang dianggap cukup aman adalah 3 sampai 4
tahun;
3. usia terbaik danpaling aman bagi ibu untuk melahirkan ialah 20 s.d 30
tahun; dan
4. resikofbahaya kematian perinatal (bayi lahir) sangat kecil bila ibu
melahirkan pada usia antara 20 sampai 30 tahun (PKMI, 1992).
Penelitian Surapaty dan Prayitno, 1995 menyebutkan resiko kematian
maternal di Sumatera Selatan dan Jawa Timur lebih tinggi pada mereka yang
tidak ikut KB. Penelitian Setiawan dan Dasuki (1995) menyebutkan bahwa
kehamilan pada usia remajamemberikan tambahan resiko terjadinya BBLR 4
kali, dibandingkan dengan kehamilan pada usia reproduksi sehat (Setiawan
dan Dasuki, 1995). Sedangkan hasil penelitian Sangian dan Rattu di RSUP
Manado pada tahun 1997 menyebutkan bahwa secara keseluruhan penyulit
kehamilan pada wanita yang berusia di bawah 20 tahun (primi muda) lebih
tinggi dibandingkan primi usia reproduksi sehat pada usia 20 – 30 tahun

8
3. Mengatur Jarak Kelahiran
Dalam pola reproduksi sehat dijelaskan, disamping pasangan suami istri
diupayakan untuk mempunyai anak 2 orang saja, juga harus diupayakan agar
jarak kelahiran anak yang satu dengan anak yang lainnya dapat diatur dengan
baik, kalau memungkinkan 5 tahun.Graef dkk (1996) mengemukakan bahwa
makin muda atau makin tua usia ibu, maka makin tinggi resiko ibu beserta
anaknya. Bila seorang ibu telah melahirkan lebih dari empat orang anak, maka
resiko bagi ibu dan anaknya makin besar pada setiap kel2hiran berikutnya.
Meskipun demikian, resiko tertinggi ada pada kelahiran yangberjarak kurang
dari 2 tahun. Pendapat Graef dkk., ini didukung oleh temuanUnited Stated
Agency for International Development (USAID) yang menyebutkan bahwa
angka mortalitas bayi yang mempunyai jarak kelahiran kurang dari 2 tahun
menunjukkan 71 % lebih tinggi dibandingkan yang berjarak dua sampai tiga
tahun (Graef dkk., 1996).
4. Menggunakan alat kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi bertujuan untuk menjarangkan kelahiran.
Banyak cara kontrasepsi yang dapat dipakai oleh pasangan suami istri, baik
yang bersifat hormonal, seperti suntik KB, pil, implan maupun yang bersifat
non hormonal seperti IUD, Kondom maupun media operasi. Setiap kontrasepsi
yang dipakai apapun jenisnya mempunyai keefektifan dalam mencegah
kehamilan.
5. Meningkatkan usaha ekonomi keluarga
Salah satu fungsi keluarga yang harus dilaksanakan oleh setiap keluarga
adalah fungsi ekonomi. Dalam hal ini kepada para istri dapat diberi peluang
untuk melakukan usaha ekonomi produktif dalam rangka meningkatkan
ekonomi keluarga. Untuk kepentingan ini sejak dekade tahun 1980-an BKKBN
telah mengembangkan program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
Sejahtera (UPPKS), di mana kepada keluarga-keluarga diberikan peluang untuk
dapat melakukan usaha dengan pemberian bantuan modal dan bimbingan usaha
bekerjasama dengan sektor-sektor terkait.

9
6. Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan
Salah satu permasalahan kualitas penduduk Indonesia saat ini adalah
masih tinggi angka kematian ibu karena hamil dan melahirkan, yaitu masih
berkisar 228/100.000 kelahiran hidup. Salah satu upaya untuk menekan angka
kematian ibu adalah melalui persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.
Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007 angka persalinan yang ditolong oleh tenaga non kesehatan, seperti dukun
bayi masih cukup tinggi, yaitu sekitar 24 %. Untuk Sumatera Selatan
persalinan yang ditolong oleh tenaga non kesehatan (dukun) lebih tinggi dari
angka nasional, yaitu sekitar 28,6 %. Dalam upaya mencapai derajat kesehatan
ibu perlu terus disosialisasikan tentang pentingnya persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan.
7. Melaporkan setiap kelahiran, kematian, dan perpindahan
Untuk kepentingan perencanaan program pembangunan data merupakan
hal yang sangat vital. Salah satu hal yang perlu dilakukan untuk mendapatkan
data registrasi vital yang akurat sehingga bisa dimanfaatkan dalam perencanaan
program pembangunan yang tepat guna dan berhasil guna, masyarakat
diharapkan mempunyai kesadaran tertib administrasi kependudukan, artinya
melaporkan setiap kejadian vital (kelahiran, kematian dan perpindahan
penduduk) kepada petugas. Hasil uji coba kegiatan PHBK yang dilakukan di 4
propinsi terpilih yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Bali, Jawa Barat dan Nusa
Tenggara Barat pada umumnya masalah pelaporan kelahiran menjadi hal yang
patut menjadi perhatian. Perlu kerjasama yang dikembangkan oleh petugas
terkait dengan tertib adminstrasi, masyarakat perlu difasilitasi dalam
membiasakan diri melaporkan kejadian vital, seperti untuk pembuatan akta
kelahiran. Bidan atau siapapun yang menolong persalinan harus berupaya
memberi bantuan masyarakat untuk mendapatkan akte kelahiran anaknya.
Begitu tenaga kesehatan menolong persalinan mungkin bisa langsung membantu
masyarakat untuk melaporkan persalinannya melalui surat keterangan lahir
kepada petugas kelurahan untuk selanjutnya diproses di Kecamatan dan Kantor
Catatan Sipil.

10
8. Keluarga ramah anak dan lingkungan
Dalam upaya menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera perlu
diciptakan hubungan yang serasi dan selaras antar anggota keluarga. Orang tua
diharapkan dapat menciptakan kelyarga ramah anak, antara lain melalui
pemberian penghargaan kepada anak (misalnya mengucapkan terima kasih
apabila ditolong anak), peduli terhadap kebutuhan anak. Disamping menciptakan
keluarga ramah anak, setiap keluarga juga harus menciptakan keluarga ramah
lingkungan. Keluarga harus menciptakan hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini patut disadari karena manusia
sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang
lain persalinannya melalui surat keterangan lahir kepada petugas kelurahan untuk
selanjutnya diproses di Kecamatan dan Kantor Catatan Sipil.
9. Keluarga berkarakter (sosial, budaya, agama)
Pola kehidupan modern saat ini telah berdampak pada karakter anak bangsa.
Pengaruh negatif globalisasi menimbulkan masyarakat Indonesia kini mulai
banyak yang bersifat individualistis, budaya bangsa Indonesia yang terkenal
dengan keramahtamahan dan sifat gotong royong kini mulai bergeser menjadi
pola hidup yang keras. Banyak permasalahan yang bisa diselesaikan secara
kekeluargaan berakhir dengan tindakan kekerasan dan anarkis, seperti
penganiayaan bahkan tidak sedikit yang berakhir dengan pembunuhan. Kondisi
tersebut diperparah dengan buruknya tingkat perekonomian masyarakat dan
semakin sulitnya hidup serta kerasnya tingkat pesaingan. Nilai-nilai agama
banyak yang dilanggar. Sebagian masyarakat banyak yang sudah tidak malu lagi
tatkala berbuat kesalahan.
Untuk menciptakan keluarga berkarakter, sudah saatnya keluarga
menjalankan fungsi sosial budaya artinya keluarga harus mempunyai filter atau
penyaring terhadap budaya, nilai dan moral yang tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa. Saat ini kita merindukan kembali bangsa Indonesia yang terkenal dengan
keramahtamahan dan kegotongroyongannya.
10. Keluarga peduli pendidikan
Pendidikan merupakan pondasi bagi seseorang untuk dapat membedakan
mana yang baik dan mana yang tidak baik. Malalui pendidikan yang diberikan

11
oleh kepala keluarga kepada anggota keluarganya diharapkan SDM Indonesia
dapat terus ditingkatkan sehingga dapat bersaing baik secara regional maupun
internasional. Saat ini keprihatinan melanda bangsa Indonesia. Penilaian IPM
yang dikeluarkan oleh UNDP telah menempatkan SDM Indonesia berada pada
urutan ke 124 dari 187 negara.
Untuk dapat memberikan pendidikan yang layak kepada anggota
keluarganya, setiap keluarga harus mempunyai kemampuan ekonomi yang
mumpuni. Perencanaan jumlah anak yang dimiliki akan sangat membantu
keluarga dalam meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.
Akhirnya kita berharap 10 butir PHBK ini dapat dilakukan seluruh
penduduk dengan segenap kesadaran. Butir-butir PHBK semoga bukan hanya
slogan saja tetapi dapat menjadi Life Style atau gaya hidup keluarga di Indonesia,
sehingga bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang kuat, mandiri dan maju
sejajar dengan bangsa-bangsa lain.
Penyebab :
Salah satu penyebab Permasalahan Kependudukan Akibat Kurangnya
Kepedulian Terhadap Program KB Kurangnya pergerakan pemerintah pada
program KB menyebabkan permasalahan penduduk yang kompleks dan kualitas
penduduk Indonesia tetap rendah. Selama ini, masalah kependudukan boleh
dikatakan masih kurang mendapat perhatian dari masyarakat maupun tokoh-tokoh
masyarakat. Memang pada saat ini sebagian besar orang pada umumnya sudah
tidak berkeberatan lagi dengan program untuk mengontrol kelahiran, tetapi masih
kurang sekali kesadaran untuk melaksanakannya dan dianggap sebagai hal yang
tidak penting. Sebenarnya masalah kependudukan ini adalah masalah yang
penting karena sebenarnya berkaitan erat dengan masalah ekonomi, hukum dan
norma agama.
Jadi, memang tidak bisa diabaikan begitu saja. Masalah ini sudah bisa
diatasi dengan baik apabila sejak dulu sudah ada pergerakan yang sungguh-
sungguh dari pihak pemerintah maupun tokoh-tokoh masyarakat untuk
mengatasi masalah ini. Dahulu masih banyak orang yang menentang program
KB dan kalaupun sudah ada yang menyetujuinya, umumnya mereka masih
tidak mau melaksanakannya. Pada zaman Orde Lama, dari pihak pemerintah

12
pun tidak ada kesadaran akan masalah ini padahal pada saat itu jumlah
penduduk Indonesia masih berkisar 100 juta jiwa dan seandainya pada saat itu
sudah ada upaya yang sungguh-sungguh tentunya tidak perlu penduduk
Indonesia meledak seperti sekarang ini. Tingkat kematian menurun dengan
cukup drastis sedangkan tingkat kelahiran tetap bertambah, maka ruang
kehidupan bumi kita semakin sempit dan semakin sulit memenuhi kebutuhan
pangan karena tingkat pertumbuhan penduduk dunia yang sekitar 1,2 persen
per tahun. Jumlah lahan ini pun semakin hari semakin berkurang karena
semakin meningkatnya kebutuhan akan perumahan. Pada saat ini tidak perlu
sampai ada pertempuran antar negara untuk memperebutkan sumber makanan
seperti yang terjadi pada suku-suku primitif, tetapi persaingan antar individu
untuk memperebutkan sumber makanan yaitu pekerjaan. Apabila tidak
mendapatkan pekerjaan mereka akan menjadi pengangguran, sulit untuk
mendapatkan makanan dan tempat tinggal, dan kemiskinan terjadi dimana-
mana. Mereka yang tidak mendapatkan tempat yang layak terpaksa mencari
tempat yang kurang layak, yang tidak mendapatkan yang kurang layak
terpaksa mencari yang tidak layak. Dan dari hari ke hari semakin besar
jumlahnya. Ini tentu pada akhirnya menimbulkan berbagai macam masalah
sosial yang susah untuk diatasi.
2.3 Ukuran frekuensi penyakit (angka mutlak,rate,ratio,proporsi ,insiden ,
prevelensi )
a. Epidemiologi (Ukuran Frekuensi Penyakit)
Mengukur kejadian penyakit, cacat ataupun kematian pada populasi.
Merupakan dasar dari epidemiologi deskriptif. Frekuensi kejadian yang diamati
diukur dengan menggunakan Prevalens dan Incidens. Ukuran-ukuran frekuensi
penyakit menggambarkan karakteristik kejadian (“occurrence”) suatu penyakit
atau masalah kesehatan didalam populasi.
b. Angka Mutlak Penyakit
Dalam rangka hal dan untuk tujuan tertentu angka-angka mutlak berguna
secara langsung, bahkan sangat penting. Namun bagi tujuan-tujuan perbandingan,
penggunaan angka-angka mutlak sajasering tidak memadai dan bahkan sering
tidak banyak member arti. Umpamanya dengan hanya menyatakan jumlah

13
penduduk golongan umur yang sama dari dua penduduk yang cukup banyak
berbeda jumlahnya, tidak akan memberikan gambaran yang jelas perbandingan
struktur umur (susunan penduduk menurut golongan umur) antara penduduk yang
bersangkutan. Lebih jauh pristiwa-pristiwa demografi seperti kelahiran bertalian
dengan jumlah penduduk. Dengan menggunakan angka-angka atau ukuran-ukuran
relative dapat membantu dalam membandingkan keadaan berbagai pristiwa
demografi dari penduduk-penduduk yang jumlahnya sangat berbeda. Contoh :
Jumlah anak sekolah yang menderita kelainan penglihatan diwilayah tertentu
adalah 100 orang.
c. Rate
Rate (Angka) merupakan ukuran yang umum digunakan untuk peristiwa
yang akan diukur, biasanya untuk analisis statistik di bidang kesehatan, sebagai
hasilnya akan didapatkan ukuran yang objektif dengan mengetahui jumlah
bilangan atau angka mutlak suatu kasus atau kematian.peristiwa yang biasanya
diukur dalam bentuk angka dianataranya adalah kesakitan dimana yang digunakan
untuk perhitungan kasus adalah insidence rate, prevalence rate, periode prevalence
rate, attack rate, dan dalam hubungan kematian akan dibicarakan crude death rate,
age specific death rate, cause disease spesific death rate.
Rate adalah suatu jumlah kejadian dihubungkan dengan populasi yang
bersangkutan. Angka yang dihitung dari total populasi didalam suatu area sebagai
penyebutnya disebut crude rate atau angka kasar (purata kasar). Sedangkan rate
yang dihitung dari kelompok tertentu disebut specific rate atau angka spesifik
(purata spesifik).Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan rate diantaranya
adalah :
 Frekuensi orang yang menderita penyakit atau kasus dan orang yang
meninggal (person)
 Frekuensi penduduk darimana penderita berasal (place)
 Waktu atau periode kapan orang-orang terserang penyakit (time)
Angka yang dapat menggambarkan jumlah peristiwa statistik kesehatan
perlu memperhatikan karakteristik dari pembilang dan penyebutnya.pembilang
terbatas pada umur, jenis kelamin, atau golongan tertentu maka penyebut juga
harus terbatas pada umur, jenis kelamin atau golongan yang sama

14
1. Attack Rate (Angka Serangan)
Insidence rate dalam hubungannya dengan waktu tertentu seperti bulan ,
tahun dan seterusnya perlu diperhatikan. Angka serangan adalah jumlah penderita
baru suatu penyakit yang di temukan pada satu saat tertentu dibandingkan dengan
jumlah penduduk yang terkena penyakit pada saat yang sama dalam pesen atau
permil. Angka serangan diterapkan pada populasi yang sempit dan terbatas pada
suaru periode, misalnya dalam suatu wabah.
Insidence rate dihitung untuk periode waktu bertahun-tahun biasanya untuk
penyakit yang jarang.
Rumus :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑒𝑝𝑖𝑑𝑒𝑚𝑖
Attack Rate = 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑦𝑎𝑖 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜−𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘0 𝑥 𝑘

Contoh :
Terdapat 100 orang siswa disekolah dasar Z, dimana secara tiba-tiba 20
orang diantaranya menderita keracunan setelah jajan bakso di pinggir kali. Maka
angka serangannya adalah :
20
Attack Rate = 100 𝑥 100

= 20 % atau 20 kasus per 100 siswa


2. Sekunder Attack Rate (Angka Serangan Sekunder)
Sekunder Attack Rate adalah jumlah penderita baru suaru penyakit yang
mendapat serangan kedua dibanding dengan jumlah penduduk dikurangi jumlah
orang yang telah pernah terkena pada serangan pertama dalam persen atau permil.
Rumus :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎
Sekunder Attack Rate = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑑𝑑𝑘−𝑝𝑑𝑑𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑛𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝 𝑥 𝑘

Terdapat 100 orang siswa di sekolah Z, dimana secara tiba – tiba 20 orang
diantaranya menderita keracunan setelah jajan bakso di pinggir kali. Jika 2 hari
kemudian 30 orang siswa lain terkena keracunan, maka angka serangan
sekundernya adalah :

Contoh :
30
Angka serangan sekunder = 100−20 𝑥 100

15
= 37,5% atau 37,5 kasus per 100 siswa
d. Ratio
Ratio adalah suatu pernyataan frekuensi perbandingan peristiwa/orang yang
memiliki perbedaan antara suatu kejdian terhadap kejadian lainny, misalnya rasio
orang sakit kanker dibandingkan dengan orang sehat
Rumus :
𝑥
𝑋 𝑘
𝑦
Dimana
x : banyaknya peristiwa atau orang yang mempunyi satu atau lebih atribut tertentu
y : banyaknya peristiwa atau orang yang mempunyi satu atau lebih atribut tertentu
yang berbeda atribut dengan (x)
k:1
Contoh :
Penyakit x mengenai 40 penduduk dikecamatan suria, masing-masing 15
wanita dan 25 laki-laki, jumlah orang-oramg dari masing-masing jenis kelamin
berada dalam kelompok yang tidak diketahui. Berapa rasio kasus laki-laki
terhadap kasus wanita?
Jawab :
Rasio kasus laki-laki : kasus wanita
25 : 15
1,6 : 1

e. Proporsi
Proporsi merupakan hubngan antar jumlah kejadian dalam kelompok data
yang mengenai masing-masing kategori dari kelompok itu/ hubungan antara
bagian dari kelompok dengan keseluruhan kelompok yangdinyatakan dalam
persen.
Proporsi digunakan jika tidak mungki menghitung angka insidensi, oleh
karena itu proporsi tidak dapat menunjuukan perkiraan peluang infeksi, kecuali jia
banyaknya orang dimana peristiwa dapat terjadi adalah sama ada setiap sub
kelompok, tetapi biasanya hal ini tidak terjadi.
Rumus :

16
𝑥
Proporsi = (𝑋+𝑦) 𝑥 𝑘

Keterangan =
x : banyaknya kejadian/orang, dll yang terjadi pada kategori tertentu/sub
kelompok yang lebih besar
y : banyaknya kejadian/orang dll yang tidak terjadi atau tidak termasuk dalam
kategori yang dimaksud dari kelompok data tersebut
k : 100%
Contoh :
Pada kecamatan sukamaju terapat 25 kasus peyakit x, terdiri dari 12
wanita dan 13 laki-laki. Jumah orang-orang dari masing-masing jenis kelamin
berbeda dalam kelompok yang tidak diketahui. Berapa proporsi kasus menurut
jenis kelamin
Jawab :
Proporsi wanita : 12/24 x 100 = 26,9%
Proporsi laki-laki : 13/25 x 100 = 73,1%

f. Insiden
Incidence Rate (Angka Insidensi)
Insidensi merupakan kasus baru suatu penyakit yang terjadi dalam
kurun waktu tertentu. Batasannya adalah proporsi kelompok individu yang
terdapat dalam penduduk suatu wilayah atau negara yang semula tidak sakit dan
menjadi sakit dalam kurun waktu tertentu dan pembilang pada proporsi tersebut
adalah kasus baru.2,3
Rumusnya sebagai berikut.
𝑑
𝑝 = ( )× 𝑘
𝑛
P = estimasi angka insidensi
D = jumlah kasus baru
N = Jumlah individu yang awalnya tidak sakit
K = Konstanta
Konstanta (k) adalah bilangan konstan yang biasanya bernilai 100.000,
tetapi nilai 100 (persen) , 1000, 10.000, bahkan 1.000.000 sering digunakan.

17
(pemilihan nilai K biasanya dibuat sehingga angka terkecil diperoleh dalam seri
yang hanya mempunyai satu digit pada sebelah kiri titik desimal, dimana
dihasilkan angka yang kecil, supaya dapat memudahkan dalam membaca hasil).
Penentuan incidence rate ini tidak begitu sulit berhubung waktu
terjadinya dapat diketahui pasti atau mendekati pasti, tetapi jika penyakit
timbulya tidak jelas, disini waktu ditegakan diagnosis diartikan sebagai waktu
mulai penyakit.
Kegunanaan incidence rate adalah dapat mempelajari faktor-faktor
penyebab dari penyakit yang akut maupun kronis.
Contoh :
Dikecamatan X dengan jumlah penduduk tanggal 1 juli 2009 sebanyak 500
orang balita, dimana seluruh balita tersebut beresiko atau rentan terhadap penyakit
campak. Di temukan laporan penderita baru dari puskesmas kecamatan X sebagai
berikut : bulan januari 10 orang, maret 15 orang, juni 8 orang, september 12
orang, dan desember 20 orang. Maka insidencenya adalah :
(10+15+8+12+20)
Insidence Rate = 𝑥 100%
500

= 13% atau 13 kasus per 100 penduduk balita

g. Prevalensi
Prevalensi adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang
ditemukan pada waktu jangka tertentu disekelompok masyarakat tertentu.
Faktor – faktor yang mempengaruhi prevalence rate adalah :
 Frekuensi orang yang telah sakit pada waktu yang lalu
 Frekuensi orang yang sakit yang baru ditemukan
 Lamanya menderita sakit
Prevelance penting untuk perencanaan kebutuhan fasilitas, tenaga dan
pemberantasan penyakit.
Rumus :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
Point Prevelence rate = 𝑥𝐾
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑟𝑢𝑠𝑛𝑦𝑎

Contoh :

18
Kasus penyakit demam berdarah di kecamatan x pada waktu dilakukan survei
pada juli 2009 adalah 100 orang dari 4000 penduduk dikecamatan tersebut maka
point prevalence rate demam berdarah di kecamatan tersebut adalah :
100
Point Prevelence rate = 4000 𝑥 1000

= 25 kasus per 1000 orang

Periode prevalence rate


Periode prevalence rate adalah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit
yang ditemukan pada suatu waktu jangka tertentu dibagi dengan jumlah penduduk
pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil.
Rumus :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢
Periode Prevelence rate = 𝑥𝐾
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑟𝑢𝑠𝑛𝑦𝑎

Contoh :
Jumlah penduduk tanggal 1 juli 2008 di daerah margasari adalah 200.000
orang, menurut laporan puskesmas kecamatan margasari jumlah penyakit
penderita TBC adalah januari 40 kasus lama, 110 kasus baru, maret 65 kasus
lama, 85 kasus baru, september 40 kasus lama, 60 kasus baru dan desember 190
kasus lama dan 210 kasus baru,maka angka prevalensi periode adalah:
(40+110)+(65+85)+(15+85)+(40+60)+(190+210)
Periode Prevelence rate = 𝑥 100%
200.000

= 0,45%

Crude death rate ( Angka kematian kasar )


Crude death rate adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada
jangka waktu satu tahun dibanding dengan jumlah penduduk pada pertengahan
waktu yang bersangkutan dalam persen dan permil. Crude death rate digunakan
untuk perbandingan angka kematian antar berbagai penduduk yang mempunyai
susunan umur yang berbeda beda, tetapi tidak dapat secara langsung melainkan
harus melalui prosedur penyesuaian.crude death rate ini digunakan secara luas
karena sifatnya dapat dihitung dengan adanya informasi yang minimal.
Crude death rate =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑘𝑎𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑖𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑥𝐾
𝑗𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 (𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛,𝑑𝑖𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ & 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎)

19
Contoh :
Di desa x dilaporkan 50 orang yang meninggal akibat menderita berbagai
penyakit.sedang jumlah penduduk desa tersebut pada tanggal 1 juli 2002 adalah
20.000 orang,maka angka kematian kasarnya dalam persen adalah :
50
Crute death rate = 20.000 𝑥 100%

= 0,25%

Cause disease spesific death rate ( angka kematian penyebab khusus )


Cause disease spesific death rate adalah jumlah keseluruhan kematian
karena suatu penyebb khusus dalam satu jangka waktu tertentu dibagi dengan
jumlah penduduk pada pertengahan waktu yang bersangkutan dalam persen atau
permil.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑏𝑎𝑏 𝑘ℎ𝑢𝑠𝑢𝑠
Cause disease spesific death rate = 𝑥𝐾
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ𝑎𝑛

Contoh :
Pada pertengahan tahun 1998 di kecamatan x jumlah penduduknya
5000. Selama tahun 1998 tersebut terdapat 20 orang yang meninggal dunia karena
DBD. maka kematian akibat DBD adalah :
20
Cause (DBD) disease spesific death rate = 5000 𝑥 1000

= 4 kematian per 1000 penduduk

Age specific death rate ( Angka kematian pada umur tertentu )


Age specific death rate adalah jumlah keseluruhan kematian pada umur
tertentu dalam satu jangka waktu tertentu ( satu tahun ) dibagi dengan jumlah
penduduk pada umur yang bersangkutan pada daerah dan tahun yang
bersangkutan dalam persen atau permil.
Age specific death rate =
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑖𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑥𝐾
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑢𝑟 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 1−5 𝑡ℎ𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎

Contoh :

20
Dikecamatan x jumlah penduduk yang berumur 1 – 5 tahun pada
pertengahan tahun 1998 adalah 500 orang. Dari jumlah tersebut selama tahun
1998 meninggal 12 orang. Jadi Age specific death rate adalah :
12
Age specific death rate = 500 𝑥 1000

= 24 kematian per 1000 penduduk

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Transisi demografi adalah perubahan terhadap fertilitas dan mortalitas yang


besar. Salah satu yang dapap mempengaruhinya adalah perkawinan, perkawinan
sendiri diartikan dalam UU No 1 tahun 1974, bahwa perkawinan adalah ikatan
lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan untuk membentuk satu rumah
tangga atau keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Ukuran frekuensi penyakit dapat diukur dalam epidemologi, angka mutlak
penyakit, rate, ratio, proporsi, insiden, prevalensi dan lain lain.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnnaa. Oleh karena itu,, kritik dan saran dari berbagai
pihak sangat kami harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini, agar
makalah ini dapat lebih sempurna dan menjadi pedoman untuk kita semua.

22

Anda mungkin juga menyukai