Anda di halaman 1dari 13

Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Nurrohman, S.Q., M.Pd. selaku
dosen Pendidikan Agama, sertaa kepada rekan-rekan yang telah membantu dengan
memberi semangat dan motivasi untuk menyelesaikan tugas makalah ini.
Kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata, dengan demikian kmi sangat
menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar di kemudian hari dapat
membuat makalah dengan lebih baik lagi.
Akhirnya, melalui sebuah do’a dan harapan, semoga makalah ini dapat berguna
dan bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Jazakumullah
khoiron katsir.

Serang, Oktober 2019


BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah


Agama dan manusia memiliki hubungan yang sangat erat kaitannya, karena
agama sangat dibutuhkan oleh umat manusia sebagai pegangan atau pedoman hidup
dalam menjalankan kehidupan agar lebih bermakna. Dengan ilmu kehidupan manusia
akan bermutu, dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia.
Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, system budaya, dan
pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari
kehidupan. Banyak agama yang memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang
dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup atau menjelaskan asal usul kehidupan
dan alam semesta. Banyak bahasa memiliki kata-kata yang dapat diterjemahkan sebagai
“agama”, tetapi mereka mungkin meggunakannya dalam cara yang sangat berbeda, dan
beberapa tidak memiliki kata untuk mengungkapkan agama sama sekali.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi agama?
2. Apa ruang lingkup agama?
3. Apa fungsi dan tujuan agama bagi kehidupan manusia?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi agama.
2. Mengetahui apa saja ruang lingkup agama.
3. Mengetahui fungsi dan tujuan agama bagi kehidupan manusia.
BAB II
Pembahasan

A. Definisi Agama
Tidak mudah bagi kita untuk menentukan definisi agama, karena agama bersifat
bathiniah, subyektif, dan individualistis. Kalau kita membicarakan agama akan
dipengaruhi oleh pandangan pribadi, juga dari pandangan agama yang kita anut.
Kesulitan dalam mendefinisikan agama disebabkan oleh persoalan-persoalan yang
berkaitan dengan kepentingan mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar lagi, karena itu
tidak mengherankan jika secara internal muncul pendapat-pendapat yang secara apriori
menyatakan bahwa agama tertentu saja sebagai satu-satunya agama samawi, meskipun
dalam waktu bersamaan menyatakan bahwa agama samawi itu meliputi Islam, Kristen,
dan Yahudi.
Sumber terjadinya agama terdapat dua kategori, pada umumnya agama Samawi
dari langit, agama yang diperoleh melalui wahyu illahi, antara lain Islam, Kristen dan
Yahudi. Dan agama Wad’i atau agama bumi yang juga sering disebut agama budaya
yang diperoleh berdasarkan kekuatan pikiran atau akal budi manusia, antara lain Hindu,
Budha, Tao, Khonghucu dan berbagai aliran kepercayaan lain. Dalam prakteknya, sulit
memisahkan antara wahyu illahi dengan budaya, karena pandangan-pandangan, ajaran-
ajaran, seruan-seruan pemuka agama meskipun diluar kitab sucinya, tetapi oleh
pengikutnya dianggap sebagai perintah illahi, sedangkan pemuka-pemuka agama itu
sendiri merupakan bagian dari budaya dalam masa kehidupannya, manusia selalu dalam
jalinan lingkup budaya karena manusia berpikir dan berperilaku.
Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia. Banyak agama
yang mungkin telah mengorganisir perilaku, kependetaan, definisi tentang apa yang
merupakan kepatuhan atau keanggotaan, tempat-tempat suci, dan kitab suci. Praktek
agama juga dapat mencakup ritual, khotbah, peringatan atau pemujaan tuhan, dewa atau
dewi, pengorbanan, festival, pesta, trance, inisiasi, jasa penguburan, layanan
pernikahan, meditasi, doa, music, seni, tari, masyarakat layanan atau aspek lain dari
budaya manusia. Agama juga mungkin mengandung mitologi.
Sebuah jajak pendapat global 2012 melaporkan bahwa 59% dari populasi dunia
adalah beragama, dan 36% tidak beragama, termasuk 13% yang atheis, dengan
penurunan 9% pada keyakinan agama dari tahum 2005. Rata-rata, wanita lebih religius
daripada pria. Beberapa orang mengikuti beberapa agama atau beberapa prinsip-prinsip
agama pada saat yang sama, terlepas dari apakah prinsip-prinsip agama mereka
mengikuti tradisi yang memungkinkan untuk terjadi unsur sinkretisme.
Mengutip pendapat H. Moenawar Cholil dalam bukunya “Definisi dan Sendi
Agama”, kata dien itu masdar dari kata kerja “danna” “yad ‘i enu”. Menurut jughat kata
“dien” mempunyai arti :
1. Cara atau adat kebiasaan
2. Peraturan
3. Nasihat
4. Agama, dan lain-lain.
Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan :
1. Baik agama, religi dan dien kesemuanya mempunyai pengertian yang sama.
2. Aktivitas dan kepercayaan agama, religi, dan dien memncakup masalah
kepercayaan kepada Tuhan.
Agama bertitik tolak dari adanya suatu kepercayaan terhadap suatu yang lebih
berkuasa, lebih agung, lebih mulia dari makhluk. Agama berhubungan dengan masalah
ketuhanan, dimana manusia mempercayai harus menyerahkan diri kepada-Nya,
mengabdikan diri sepenuhnya karena manusia mempercayainya. Ada 4 ciri yang dapat
kita kemukakan, yaitu :
1. Adanya kepercayaan ghaib, kudus dan Maha Agung dan pencipta alam
semesta (Tuhan).
2. Melakukan hubungan dengan berbagai cara seperti dengan mengadakan
upacara ritual, pemujaan, pengabdian dan do’a.
3. Adanya suatu ajaran (doktrin) yang harus dijalankan setiap penganutnya.
4. Ajaran Islam ada Rasul dan kitab suci yang merupakan ciri khas daripada
agama.
5. Agama tidak hanya untuk agama, melainkan untuk diterapkan dalam
kehidupan dengan segala aspeknya.
Agama dalam arti sempit ialah seperngkat kepercayaan, dogma, peraturan, etika,
praktek penyembahan, amal ibadah terhadap Tuhan atau dewa-dewa tertentu.
Sedangkan dalam arti luas, agama adalah suatu kepercayaan atau seperangkat nilai yang
menimbulkan ketaatan pada seseorang atau kelompok tertentu kepada sesuatu yang
mereka kagumi, cita-citakan dan hargai.
Secara etimologi, kata “Agama” berasal dari bahasa Sansakerta “agama” yang
berarti tradisi, dimana “A” artinya tidak dan “Gama” artinya kacau. Dilihat dari asal
katanya, definisi agama adalah suatu peraturan yang dapat menghindarkan manusia dari
kekacauan, serta mengarahkan manusia menjadi lebih teratur dan tertib. Sedangkan kata
lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio
dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya
dengan ber-religi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Secara terminology (istilah), Agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta manusia dan
lingkungannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Untuk memahami apa arti agama, maka kita dapat merujuk pada pendapat para
ahli berikut ini:
1. Anthoni F. C. Wallace
Seperangkat upacara yang diberi rasionalisasi melalui adanya mitos dan
meggerakkan kekuatan supranatural agar terjadi perubahan keadaan pada
manusia dan alam semesta.
2. Emile Durkheim
Suatu system yang terdiri dari kepercayaan serta praktik yang berhubungan
dengan hal suci dan menyatukan para penganutnya dalam suatu komunitas
moral (umat).
3. Nicolaus Driyarkara SJ
Suatu keyakinan karena adanya kekuatan supranatural yang mengatur serta
menciptakan alam dan seisinya.
4. Jappy Pellokila
Suatu keyakinan yang percaya dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa serta
mempercyai hukum-hukumnya.
5. Damianus Hendropuspito
Suatu system nilai yang mengatur hubungan antara manusia dengan alam
semesta yang memiliki keterkaitan dan keyakinan.
B. Ruang Lingkup Agama
Ruang lingkup agama secara umum adalah hal-hal yang menjadi pedoman pokok
bagi agama tersebut. Dari penjelasan diatas, seacara garis besar, ruang lingkup agama
menyangkut tiga hal pokok, antara lain adalah;
1. Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan
supranatural yang diyakini mengatur dan menciptakan alam semesta.
2. Ibadah (ritual), yaitu perilaku manusia dlam kaitannya dengan kekuatan
supranatural sebagai konsekuensi atau pengakuan dan penundukan.
3. Sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lain atau alam
semesta yang terkait dengan kepercayaan mereka dan dalam suatu agama ada
beberapa elemen dan mereka adalah pedoman asar bagi agama-agama tersebut
dalam upaya untuk membuat kehidupan manusia lebih baik, termasuk;
a. Memiliki kepercayaan pada hal-hal ghaib.
b. Keberadaan tulisan suci sebagai pedoman.
c. Kehadiran utusan-Nya.
d. Ada ajaran yang bisa dipatuhi.
e. Memiliki layanan ibadah standar.

C. Unsur-Unsur Agama
Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok,
diantranya :
1. Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada
keraguan lagi.
2. Symbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
3. Praktik keagamaan, yakni hubungan vertical antara manusia dan Tuhan-Nya,
dan hubungan horizontal atau hubungan antar umat beragama sesuai dengan
ajaran agama.
4. Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang
dialami oleh penganut-penganut secara pribadi.
5. Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama.
Beberapa ahli mengklasifikasikan agama baik sebagai agam universal yang
mencari penerimaan seluruh dunia dan secara aktif mencari anggota baru untuk bertobat
pada agamanya. Yang lain-lain menolak perbedaan, menunjukkan bahwa semua praktek
agama apapun asal sesuai dengan filosofis mereka karena mereka berasal dari suatu
budaya tertentu.
Beberapa akademisi mempelajari subjek agama dan telah membagi agama
menjadi tiga kategori, yaitu :
1. Agama-agama dunia, sebuah istilah yang mengacu pada transtruktural, agama
internasional.
2. Agama pribumi, yang mengacu pada yang lebih kecil, budaya tertentu atau
kelompok-kelompok tertentu.
3. Gerakan-gerakan keagamaan baru, yang mengacu pada agama baru yang
dikembangkan.
Berdasarkan cara beragamanya :
1. Tradisional, yaitu cara beragama berdasarkan tradisi. Cara ini mengikuti cara
beragama nenek moyang, leluhur, atau orang-orang dari angkatan sebelumnya.
Pemeluk cara agama tradisional pada umumnya kuat dalam beragama, sulit
menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan, dan tidak berminat
berpindah keyakinan.
2. Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di
lingkungannya atau masyarakat. Cara ini biasanya mengikuti cara
beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh. Pada
umumnya tidak kuat dalam beragama, mudah mengubah cara beragamanya
jiika berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara
beragamanya. Mudah bertukar agama jika memasuki lingkungan atau
masyarakat yang lain agamanya. Mereka ada minat meningkatkan ilmu dan
amal keagamaannya akan tetapi hanya mengenai hal-hal yang mudah dan
nampak dalam lingkungan masyarakatnya.
3. Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk
itu, mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya
dengan pengetahuan, ilmu dan pengalamannya. Mereka bisa berasal dari orang
yang beragama secara tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama
sekalipun.
4. Metode pendahulu, yaitu acara beragama berdasarkan penggunaan akal dan
hati (perasaan) di bawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami
dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengalaman dan penyebaran
(dakwah). Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada orang yang dianggap
ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh
utusan Nabi atau Rasul sebelum mereka mengamalkan, mendakwahkan dan
bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua.

D. Fungsi Agama Bagi Kehidupan Manusia


Agama Islam ataupun agama lain merupakan tongkat untuk penunjuk jalan bagi
orang-orang yang buta akan nilai-nilai moral dan norma-norma agama yang berlaku di
masyarakat. Dengan memiliki agama, seseorang akan selalu berada pada jalan kebaikan
dan kebenaran yang dapat menguntungkan diri sendiri ataupun orang lain dalam hidup
bermasyarakat. Agama adalah segalanya bagi kehidupan manusia, karena agama adalah
tiang dari segala tiang dunia yang jika tiang itu runtuh, maka manusia berada pada
kerugian.
Berikut adalah beberapa fungsi agama dalam kehidupan :
1. Sebagai sarana pendidikan
Agama dapat berfungsi sebagai sarana terbaik untuk mengajarkan hal-hal yang
baik yang dapat menguntungkan banyak pihak sesuai dengan perintah atau
larangan yang harus dijlankan dan dipatuhi, agar seseorang bisa menjadi
pribadi yang lebih baik dan selalu berada pada jalan kebenaran dan kebaikan
menurut ajaran kepercayaan masing-masing.
2. Sebagai sarana untuk keselamatan
Agama berfungsi sebagai jalan terbaik bagi penganutnya berhubungan dengan
Tuhannya agar dapat memohon dan mengharapkan keselamatan dari kejahatan
yang terlihat maupun yang tidak nyata serta keselamatan dari ancaman api
neraka akibat dosa-dosa di masa lalu.
3. Sebagai jembatan perdamaian dunia
Karena ajaran agama yang selalu mengutamakan untuk selalu berperilaku
baik, saling menghormati dan menyayangi dengan orang yang berbeda agama
dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan dan sebagai alat untuk menuju
perdamaian dunia.
4. Sebagai alat untuk sosial
Dengan beragama, manusia akan lebih peka, lebih cerdas, dan lebih tanggap
dalam menyikapi dan menghadapi masalah-masalah sosial di masyarakat.
Misalnya, adanya kemiskinan, keadilan, kesejahteraan rakyat, tentang hak asai
manusia atau tentang aktifitas yang berjalan pada jalan kemaksiatan agar
segera ditertibkan dan dimusnahkan agar perilaku tersebut tidak menodai
wilayah sekitarnya dan tidak lagi menjerat perilaku generasi berikutnya kearah
yang penuh dosa.
5. Sebagai jenjang hidup yang baru
Ajaran agama selalu mengajarkan hal-hal yang baik dan melarang manusia
untuk berbuat sesuatu yang merugikan diri sendiri dan orang lain apapun
bentuknya. Ajaran agama mampu memperbaiki kualitas kehidupan seseorang
dalam bergaul dan berinteraksi di tengah masyarakat, bahkan mampu
mengubah pribadi sesorang atau kelompok menjadi meimiliki jenjang
kehidupan yang lebih baik.
6. Sebagai tempat untuk berinteraksi
Pada dasarnya, ajaran kebaikan dan kebenaran ada pada semua agama apapun
di dunia. Agama mengajarkan manusia untuk saling bersosialisasi atau
berinteraksi dengan orang lain (agama lain). Semua ajaran membolehkan
segala bentuk usaha yang mempunyai sifat duniawi dan sekaligus agamawi
selama usaha yang dilakukan tidak bertentangan dengan ajaran agama dan
sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
7. Sebagai semangat kreatifitas
Ajaran agama untuk memberi semangat kemandirian dan kreatifitas seseorang
agar lebih baik dan terarah tanpa disusupi oleh kecurangan atau kejahatan-
kejahatan yang merugikan orang lain. Semangat kreatifitas dapat mengajak
seluruh manusia di dunia untuk saling bekerja sama dan memenafaatkan
keterampilan, minat dan bakat untuk kemajuan bangsa dan Negara.
8. Sebagai identitas diri
Agama apapun di dunia adalah sebagai identitas seseorang sebagai umat yang
beragama. Identitsa tersebut bisa terdapat pada kartu tanda penduduk, paspor
dan surat penting lainnya. Hal itu menunjukkan bahwa kita harus
menghormati agama orang lain yang sebenarnya telah diakui sebagai agama
yang sah di dunia.
9. Agama juga bisa disebut sebagai ajaran teoritis
Agama mengajarkan tentang cara bagaimana berperilaku yang baik sesuai
norma, moral, dan aturan-aturan, perintah serta larangan yang berhubungan
dengan etika bermasyarakat yang bertujuan agar terciptanya kerukunan, saling
menghormati dan hidup saling berdampingan tanpa mengenal perbedaan
agama atupun tradisi.
10. Agama juga bisa disebut sebagai benteng kekuatan
Agama sebagai benteng kekuatan yang tidak mengenal ruang dan waktu
karena berperan besar dalam mempengaruhi perilaku dan sikap manusia
secara individual ataupun secara sosial.
11. Agama juga bisa disebut sebagai kebanggan
Agama memiliki kebanggan karena mempunyai Tuhan tempat kita berserah
diri, memohon bantuan dan sarana untuk beribadah agar menjadi pribadi yang
lebih baik. Agama sebagai kebanggan pribadi, tetapi bukan untuk
dipertunjukkan dalam bentuk keangkuhan, pamer atau kesombongan, karena
keangkuhan, pamer atau sombong akan membuat dinding pembatas kita
dengan orang lain untuk saling berinteraksi.

E. Tujuan Agama
Pada masa datangnya budaya Islam, turunnya kitab-kitab suci dan diutusnya para
Rasul mengantarkan manusia menuju jalan kesempurnaan. Hal ini sangatlah jelas,
bahwa agama merupakan petunjuk Tuhan Yang Penyayang dan Pemberi Hidayat
kepada manusia. Tujuan agama adalah memberi petunjuk pada manusia, sehingga
dengan kekuatan petunjuk agama akan membawanya menuju keridhaan illahi. Jika
demikian, maka agama adalah perantara dalam membantu tugas manusia untuk
merealisasikan tujuan mulianya. Agama adalah bagian penting bagi kehidupan manusia.
Agama yang merubah ketakutan akan mati pada manusia menjadi sebuah harapan
kehidupan yang abadi..
Suatu agama tercpita karena manusia ingin mencapai tujuan tertentu dalam
hidupnya, dan agama dianggap dapat membantu mencapai tujuan tersebut. Adapun
beberapa tujuan agama adalah sebagai berikut :
1. Untuk membimbing manusia dalam menjalani kehidupannya dengan cara
lebih baik melalui pengajaran dan aturan, dimana ajaran dan aturan tersebut
dipercaya berasal dari Tuhan.
2. Untuk menyampaikan firman Tuhan kepada umat beragama, berupa ajaran-
ajaran kebaikan dan aturan berperilaku bagi manusia.
3. Untuk membimbing manusia menjadi individu yang berakal baik dan dapat
menemukan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
4. Untuk membuka jalan bagi manusia yang ingin bertemu dengan penciptanya,
yaitu Tuhan Yang Maha Esa, ketika mati kelak.
BAB III
Penutup
Daftar Pustaka

https://nuriayu21.blogspot.com/2016/03/pengertian-ruang-lingkup-dan_24.html?m=1

www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-agama.html

www.kompasiana.com/amp/zakiyahazhari/pengertian-sosiologi-agama.html

www.definisi-pengertian.com/2016/02/pengertian-agama-definisi-menurut-
ahli.html?m=1

htpps://dalamislam.com/dasar-islam/fungsi-agama/amp

Anda mungkin juga menyukai