Anda di halaman 1dari 3

Prosiding Seminar Nasional Kimia 2018 ISBN 978 602 50942 1 7

Kimia FMIPA UNMUL

SIFAT MEKANIK KAYU KELAPA SAWIT YANG DIKOMPREGNASI REAKTIF


DENGAN RESIN POLIETYLEN GLIKOL DAN TOLUEN DIISOSIANAT

Nurfajriani1*, Herlinawati1, Makmur Sirait 2


1
Department of Chemistry, Faculty of Mathematic and Natural Sciences, University State of Medan,
2
Department of Physics, Faculty of Mathematic and Natural Sciences, University State of Medan,
*
Corresponding author: fajriani@unimed.ac.id

ABSTRAK

Karakterisasi mekanik dari kayu kelapa sawit (KKS) yang dikompregnasi dengan resin polietylen glikol dan
toluene diisosianat untuk peningkatan sifat mekanik telah dilakukan, Resin dikompregnasikan ke dalam pori
KKS berbentuk balok berukuran 15x2x2 cm3 yang diletakkan dalam kompregnator yang telah dimodifikasi
dengan tekanan tertentu selama 15 menit. Berdasarkan karakterisasi mekanik yang dilakukan pada sampel
KKS, harga modulus patah (MoR) optimum sebesar 10.46 MPa diperoleh pada kompregnasi dengan
penambahan 20% resin. Harga Modulus Elastisitas (MoE) optimum sebesar 815,44 MPa juga dihasilkan
melalui proses kompregnasi reaktif dengan konsentrasi resin 20%.

Keywords: KKS, sifat mekanik, kompregnasi reaktif, resin polietylene glikol dan TDI.

PENDAHULUAN pada permukaan maupun bagian dalam dari kayu


Kayu Kelapa sawit (KKS) berpotensi sawit (Nurfajriani, 2014). KKS diharapkan
sebagai bahan pengganti untuk kebutuhan kayu menjadi salah satu sumber alternative kayu teknis.
industri dan furniture atau kayu pertukangan. Namun karena KKS utuh masih bermasalah
Kebutuhan kayu bulat tiap tahun diperkirakan terutama dalam hal kestabilan dimensi, cairan
mencapai 86,6 juta m3, sedangkan seperti air dan senyawa dengan bobot molekul
ketersediaannya hanya 29,9 juta m3 sehingga rendah dapat diabsorpsi ke dalam dinding sel
terjadi kekurangan pasokan sebanyak 56,7 juta m3 (H”ng, 2013).
atau sekitar 190 %. Kekurangan kayu bulat dalam Ketersediaan limbah batang KKS yang
jumlah yang sangat besar akan berakibat negatif dihasilkan pada waktu peremajaan tanaman cukup
terhadap kelestarian hutan. Di Indonesia terdapat banyak dan menimbulkan pencemaran dan
banyak perkebunan kelapa sawit baik milik masalah lingkungan lainnya sehingga perlu
pemerintah, milik swasta ataupun milik rakyat. penelitian bagaimana memanfaatkan limbah KKS
Kelapa sawit merupakan tanaman rakyat dan menjadi produk yang berkualitas dan bernilai
primadona subsektor perkebunan. Sejak sepuluh ekonomis. Dengan meningkatkan kualitasnya
tahun terakhir ini pemerintah mempercepat melalui beberapa perlakuan diharapkan akan
perluasan tanaman kelapa sawit untuk diperoleh substitusi atau alternativ kayu
meningkatkan devisa disektor non migas (Deptan, konvensional yang jumlahnya semakin terbatas,
2005). Sedangkan di Sumatera utara, luas sementara kebutuhan material kayu di Indonesia
perkebunan kelapa sawit yang sudah digunakan semakin meningkat (Nurfajriani, 2015).
sebesar 1.183.280 HA (BPS, 2012). KKS telah Agar KKS dapat digunakan sebagai bahan
diidentifikasi sebagai salah satu biomassa bangunan dan furnitur harus dilakukan perbaikan
potensial untuk kayu berbasis industry (Loh, kualitas dari KKS dengan proses kompregnasi
2011). reaktif, untuk meningkatkan sifat fisik dan
Salah satu masalah serius dalam mekanis KKS melalui pengisian rongga KKS
pemanfaatan batang sawit adalah sifat higroskopis dengan resin polietylen glikol dan toluen
yang berlebihan. Meskipun telah dikeringkan, diisosianat, sehingga resin mampu berpenetrasi ke
kayu sawit dapat kembali menyerap uap air dari dalam pori-pori KKS.
udara hingga mencapai kadar air lebih dari 20%..
Karakteristik kimia kayu sawit yang memiliki METODE PENELITIAN
kandungan ekstraktif (terutama pati) yang lebih Bahan dan Alat
banyak dibandingkan kayu biasa sehingga Kayu kelapa sawit (KKS), resin polietylen
beberapa jenis jamur dapat tumbuh subur baik glikol dan toluen diisosianat, etanol, kertas saring,

57
Nurfajriani
Kimia FMIPA Universitas Negeri Medan

aluminium foil dan silica gel. Peralatan yang konsentrasi tertentu ke atas specimen KKS hingga
digunakan dalam penelitian ini meliputi: terendam resin dengan ketinggian 1 cm dari
Seperangkat peralatan kompregnasi, oven, alat permukaan KKS. Kemudian di vakum untuk
pencetak kayu, gergaji, hot press, timbangan dan memasukkan resin ke dalam pori-pori sampel
beberapa peralatan gelas yang umum digunakan di KKS.
laboratorium serta seperangkat alat karakterisasi
mekanik Universal Testing Machine Gotech AL- Karakterisasi
7000 M, dengan kecepatan uji 5 mm/menit. Spesimen KKS yang dikarakterisasi sifat
mekaniknya, meliputi Modulus of Raptute (MoR)
Persiapan Sampel kayu Kelapa Sawit dan Modulus Elasticity (MoE), sampel disiapkan
Kayu kelapa sawit diambil dari perkebunan dengan ukuran sesuai ASTM D 1324-60
Aek Pancur yang telah berusia 25 tahun, yaitu ± 2 kemudian dikarakterisasi dengan alat uji mekanik
– 7 meter dari atas permukaan tanah dipotong dengan kecepatan tarik 5 mm/menit, sampel
secara radial kemudian dibedakan pada bagian dijepitkan pada alat uji tarik dan alat dijalankan,
pinggir, tengah dan inti lalu dikeringkan. Setelah dicatat data yang tertera pada display. Setiap
KKS kering dipotong berbentuk balok dengan sampel diulang 3 kali pengujian.
ukuran sesuai ASTM D 1324-60. Selanjutnya
dilakukan karakterisasi awal dari sampel KKS. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil karakterisasi sifat mekanik sampel KKS
Kompregnasi Kayu Kelapa Sawit (KKS) sebelum dan setelah proses kompregnasi dengan
Specimen sampel KKS dimasukkan resin polietylen glikol dan toluen diisosianat,
kedalam alat kompregnasi, dituangkan resin berupa Modulus Young’s (MoE), dan modulus
polietylene glikol dan toluen diisosianat dengan patah (MoR) seperti ditunjukkan pada Tabel.1.

Tabel 1. Hasil karakterisasi sifat mekanik dari sampel KKS sebelum proses kompregnasi dan sampel KKS
setelah proses kompregnasi dengan resin polietylen glikol dan toluen diisosianat terhadap nilai
MoR dan MoE
No Sampel KKS + Resin MoR (MPa) MoE (MPa)
1. KKS + PEG + TDI 0% 2,417 113,538
2. KKS + PEG + TDI 10% 9,956 560,575
3. KKS + PEG + TDI 20% 10,455 815,441
4. KKS + PEG + TDI 30% 8,423 651,335
5. KKS + PEG + TDI 40% 8,836 533,758

800

10 700

600
8
MoE (MPa)

500
MoR (MPa)

6
400

300
4

200

2
100

0 0
0 10 20 30 40 0 10 20 30 40

Konsentrasi PEG + TDI Konsentrasi PEG + TDI (%)

(a) (b)

Gambar 1. Grafik pengaruh konsentrasi resin polietylen glikol dan toluen diisosianat terhadap nilai
Modulus Patah (MoR) sampel KKS sebelum dan setelah proses kompregnasi.

58
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2018 ISBN 978 602 50942 1 7
Kimia FMIPA UNMUL

Dari Gambar 1(a). Grafik pengaruh DAFTAR PUSTAKA


konsentrasi resin polietylen glikol dan toluen Hoong, Y.B,et al., (2013), Development a New
diisosianat terhadap nilai Modulus Patah (MoR) Method for Pilot Scale Production of High
sampel KKS sebelum dan setelah proses Grade Oil Palm Plywood: Effect of Hot-
kompregnasi. Dari gambar tersebut menunjukkan Pressing Time. Journal Material and
bahwa nilai modulus patah (MoR) dari KKS Design. 45: 145
setelah proeses kompregnasi dengan resin H’ng, P.S., et al., (2013). Urea Formaldehyde
polietylen glikol dan toluen diisosianat mengalami Impregnated Oil Palm Trunk as Core
kenaikan sifat mekaniknya jika dibandingkan Layer for Three Layer Board. Journal of
dengan sifat mekanik dari KKS sebelum proses Material and Design. 50: 457
kompregnasi dengan resin polietylen glikoldan Loh, Y.F, et al., (2011). Effect of Treatment With
toluen diisosianat, dimana pada konsentrasi resin Low Molecular Weight Phenol
polietylen glikol dan toluene diisosianat 20% Formaldehyde Resin On the Surface
memberikan nilai modulus patah (MoR) yang Characteristics of Oil Palm (Elaeis
tertinggi yaitu 10,46 MPa, hal ini disebabkan quineensis) Stem Veneer. Journal
karena proses kompregnasi resin polietylen glikol Material and Design. 32: 2277.
dan toluen diisosianat ke dalam poril KKS telah Nurfajriani, et al., (2014), Peningkatan Sifat
terjadi sehingga resin telah dapat mengisi rongga- Mekanik Dan Termal Kayu Kelapa sawit
rongga kosong dari KKS sehingga rongga-rongga Dengan Teknik Kompregnasi Reaktif,
sampel KKS menjadi lebih rapat dan padat, Jurnal Saintika,Vol 15 (II): 119-123.
Gambar 1(b). Grafik pengaruh konsentrasi Nurfajriani, et al., (2015), Mechanical Properties
resin polietylen glikol dan toluen diisosianat of Oil Palm Trunk By Reactive
terhadap Modulus Elastisitas (MoE) KKS Compregnation Methode With Dammar
sebelum dan setelah proses kompregnasi. Resin, International Journal of Pharm
menunjukkan nilai MoE dari KKS setelah proses Tech Research CODEN (USA): Vol.8,
kompregnasi dengan resin polietylen glikol dan No.1.pp 74-79, 2015.
toluen diisosianat juga mengalami kenaikan Nurfajriani, et al., (2012), Pembuatan Kayu
dibandingkan dengan KKS sebelum Termoplastis Dari Limbah Batang Kayu
dikompregnasi, dimana pada konsentrasi resin Kelapa Sawit Untuk Kayu Pertukangan
polietylen glikol dan toluen diisosianat 20% Dengan Resin Polistirena Termodifikasi
memberikan nilai MoE yang tertinggi yaitu Melalui Teknik Impregnasi, Jurnal
815,44 MPa, hal ini karena proses kompregnasi Saintika,Vol. 12 (02): 145-152.
telah terjadi sehingga resin telah dapat mengisi Yaolin Zhang, et al., (2006) Wood Plastic
rongga-rongga kosong dari KKS sehingga Composites by Melt Impregnation:
rongga-rongga KKS menjadi lebih rapat dan Polymer Retention and Hardness. Journal
padat, kerapatan rongga KKS akan meningkatkan of Applied polymer Sience, Vol. 102,
sifat mekaniknya. 1672-1680.
.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian kompregnasi sampel
KKS dengan resin polietylen glikol dan toluen
diisosianat dan hasil karakterisasi sifat
mekaniknya, maka dapat disimpulkan bahwa sifat
mekanik sampel KKS yang terdiri dari modulus
patah (Modulus of Rapture) dan modulus
elastisitas (Modulus of Elasticity) setelah proses
kompregnasi dengan resin polietylen glikol dan
toluen diisosianat. menjadi lebih baik
dibandingkan dengan nilai MoR dan MoE dari
sampel KKS sebelum proses kompregnasi dengan
resin polietylen glikol dan toluen diisosianat.

59

Anda mungkin juga menyukai