Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini telah dilakukan pembuatan gel. Gel merupakan sistem
semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Tujuan dilakukan
praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui formulasi dalam pembuatan sediaan gel,
menentukan basis gel yang sesuai dengan bahan aktifnya dan mengetahui evaluasi
terhadap sediaan gel yang telah dibuat.
Tujuan pemilihan bentuk sediaan gel adalah karena sediaan gel memiliki
kemampuan penyebaran yang baik pada kulit, daya lekat tinggi yang tidak
menyumbat pori, mudah dicuci dengan air, dan pelepasan obatnya yang baik. Efek
Farmakologi Neomycin sulfat : Pengunaan teurapetik Neomycin sulfat telah
digunakan secara luas untuk penggunaan topikal pada sebagian infeksi kulit
dan membran mucus yang disebabkan oleh mikroorganisme yang rentan
terhadap obat ini. Infeksi ini meliputi infeksi luka bakar, luka ulser dan
dermatosis terinfeksi.
Pada praktikum kali ini melakukan pembuatan dan evaluasi sediaan gel dengan
menggunakan bahan aktif yaitu Neomycin Sulfate yang berfungsi untuk obat infeksi
kulit, berarti obat tersebut tidak sampai menembus ke lapisan kulit, hanya untuk
dipermukaan kulit saja karena sediaan ini digunakan untuk luka yang terbuka, maka
dalam pembuatan sediaan tidak harus ditambahkan Penetrant Enhancer, dimana
Penetrant Enhancer berfungsi sebagai peningkat penetrasi dengan kata lain agar zat
aktif mudah masuk atau menembus lapisan kulit. Syarat kadar Neomycin Sulfate
untuk sediaan topikal sebanyak 7,15mg/g. maka dalam percobaan ini digunakan
Neomycin Sulfate sebanyak 0,375 gram.
Berdasarkan sifat fisikokimia dari suatu zat formula dan penggunaan alat local
mixer sebagai alat pengaduknya dan berdasarkan uji organoleptis, uji viskositas, uji
pH, uji daya sebar dan daya lekat terhadap sediaan. Pada pembuatan sediaan gel
Neomycin Sulfate yang ditujukan untuk obat luar atau sediaan topical yang berfungsi
sebagai obat infeksi kulit oleh bakteri gram positif dan gram negative pada luka.
Dibuat formulasi gel Neomycin Sulfate , dimana Neomycin Sulfate sebagai zat aktif,
HPMC ( Hydroxypropyl Methylcellulose ) sebagai Gelling agent, TEA sebagai
penstabil ph, Gliserin sebagai penjaga konsistensi dan estetika, PVA (Polyvinyl
Alcohol ) sebagai plasticizer. Kemudian dalam pembuatan gel pasti membutuhkan
basis gel, maka untuk membuat suatu basis gel dibutuhkan bahan pembentuk gel yang
disebut gelling agent. Gelling agent yang digunakan yaitu HPMC (Hydroxypropyl
Methylcellulose) sebanyak 1,5 gram. HPMC merupakan derivat selulosa yang sering
digunakan. Derivat selulosa rentan terhadap degradasi enzimatik sehingga harus
dicegah adanya kontak dengan sumber selulosa. Sterilisasi sediaan atau penambahan
pengawet dapat mencegah penurunan viskositas yang diakibatkan oleh depolimerisasi
oleh enzim yang dihasilkan dari mikroorganisme. Sering digunakan karena
menghasilkan gel yang bersifat netral, viskositas stabil, resisten terhadap pertumbuhan
mikroba, gel yang jernih, dan menghasilkan film yang kuat pada kulit ketika kering.
Sediaan gel mudah sekali ditumbuhi mikroorganisme karena didalam sediaan
mengandung air yang cukup banyak, oleh karena itu kedalam sediaan ditambahkan
Gliserin 5 % untuk mencegah pertumbuhan mikroba dan gel dapat stabil jika disimpan
dalam jangka waktu yang lama.
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan gel langkah pertama yaitu
menaburkan HPMC dengan air panas sampai mengembang setelah mengembang
ditunggu beberapa menit setelah itu diaduk hingga terbentuk gelling agent. Pada saat
pengadukan diusahakan tidak terlalu cepat karea akan menghasilkan gelumbeng udara
dan mempengerahui ph darib sediaan gel tersebut. dikembangkan pula PVA dalam air
panas. Setelah itu dicampurkan lalu diaduk ad homogen kemudian ditambahkan
gliserin dan TEA aduk ad homogen .Selanjutnya ditambahkan Neomycin Sulfate yang
telah dilarutkan terlebih dahulu dan ditambahkan sisa aquadest kedalam campuran
kemudian di aduk memakai local mixer. setelah homogen dikemas kedalam tube
sejumlah 25 gram dan dilakukan evaluasi terhadap sediaan tersebut selama 3x24 jam.
Evaluasi yang dilakukan adalah uji organoleptis, uji pH, dan uji voskositas. Yang
pertama yaitu uji organoleptis yang terdiri dari bentuk, warna, bau, daya lekat dan
daya serap. Bentuk sediaan gel ini dalam evaluasi selama 3x24 jam didapatkan hasil
cairan kental. Kemudiaan pada warna yang terlihat secara kasat mata yaitu warna
bening selama 3 hari tidak ada perubahan pada warna. Pada uji bau hasil yang
diperoleh tidak berbau hingga hari evaluasi terakhir.
Pada evaluasi pH gel neomycin sulfat ph pada hari ke 0 sampai hari ke 3 hal lebih
dari ph literature yaitu 4,5-6,5. Hasil yang didapatkan dari pengujian ph selama 3 hari
yaitu pada hari pertama 9,28, hari kedua 9,25 dan pada hari ketiga 9,21. Hal ini
disebabkan kemungkinan kurang stabilnya sediaan selama penyimpanan, perubahan nilai
pH akan terpengaruh oleh media yang terdekomposisi pada saat pembuatan. Selain itu
perubahan nilai pH kemungkinan disebabkan adanya penambahan PVA yang
menyebabkan menjadi basa. Nilai ph pada sediaan topical tidak boleh terlalu asam
apalagi basa karena dapat salah satunya menyebabkan iritas kulit.
Pada evaluasi viskositas bertujuan untuk mengetahui kekentalan dari suatu gel.
Pengujian viskositas ini menggunakan alat viskometer Brookfield. Prinsip Viskokemeter
Brookfield. berdasarkan ketahanan suatu cairan yang akan mempertahankan posisinya
terhadap gesekan dengan spindle 64. Kemudian uji viskositas pada literatur tercantum
persyaratan untuk sediaan gel yaitu 5000-10.000 cps dan viskositas optimal yaitu
2000cps, dan hasil pengujian pada hari pertama 10.500 cps dan pada hari kedua 8000cps
dan pada hari ketiga 6000 cps. Salah satu faktor yang menyebabakan perubahan pada
viskositas yaitu zat HPMC karena semakin besar basis gel yang digunakan maka
viskositas semakin tinggi.
Pada uji daya lekat digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan suatu
gel melekat pada kulit pada waktu tertentu. Tidak ada persyaratan khusus tetapi sebaiknya
daya lekat sediaan semipadat lebih dari 1 detik. hasil pengujian yang diperoleh yaitu 4
detik. Kemudian untuk daya sebar digunakan untuk menunjukan kemampuan gel untuk
menyebar pada kulit. Daya sebar pada sediaan topical berkisar pada 3-5 cm. hasil yang
didapatkan yaitu 3,406 cm.. Dari hasil seluruh pengujian maka sediaan dinyatakan tidak
baik untuk dipasarkan karena tidak memenuhi persyaratan.

5. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa sediaan gel neomycin sulfat yang dibuat tidak dapat
dipasarkan dikarenakan tidak sesuai dengan persyaratan.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III .Jakarta : Depkes
RI
Departemen Kesehatan RI. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V .Jakarta : Depkes RI.
Rowe, Raymond C, dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients.USA : RPS
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai