Anda di halaman 1dari 5

KHUTBAH PERTAMA – KHUTBAH JUMAT SINGKAT TENTANG MANISNYA IMAN

‫ َم ْن‬،‫ت أ َ ْع َما ّلنَا‬ َ ‫ور أ َ ْنفُ ّسنَا َو ّم ْن‬


ّ ‫سيّهئ َا‬ ّ ‫ش ُر‬ُ ‫ َونَعُوذُ ّباهللّ ّم ْن‬،ُ‫َـح َم ُدهُ َونَ ْست َ ّع ْينُهُ َونَ ْست َ ْغ ّف ُره‬ ّ ‫إن الـ َح ْم َد ّ ه‬
ْ ‫لِل ن‬ َّ
ُ‫ أ َ ْش َه ُد أَن الَّ ّإلَهَ ّإالَّ هللا َو ْح َدهُ َال ش َّري َْك لَه‬،ُ‫ّي لَه‬
َ ‫ض ّل ْل فَ ََل هَاد‬ ْ ُ‫ َو َم ْن ي‬،ُ‫ض َّل لَه‬ ّ ‫يَ ْه ّد ّه هللاُ فَ ََل ُم‬
‫سولُه‬ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬ َ ً ‫َوأ َ ْش َه ُد أ َ َّن ُمـ َح َّمدا‬
‫َّللا َح َّق تُقَاتّ ّه َو َال تَ ُموت ُ َّن ّإ َّال َوأ َ ْنت ُ ْم‬
َ َّ ‫ يَا أَيُّ َها الَّذّينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬،‫قال هللا تعالى فى كتابه الكريم‬
َ‫ُم ْس ّل ُمون‬

َ َّ ‫ يَا أَيُّ َها الَّذّينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬،‫وقال تعالى‬


َ ‫َّللا َوقُولُوا َق ْو ًال‬
‫سدّيدًا‬

َ ‫سولَهُ فَقَ ْد فَازَ فَ ْو ًزا‬


‫ع ّظي ًما‬ َ َّ ّ‫ص ّل ْح لَ ُك ْم أ َ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغ ّف ْر لَ ُك ْم ذُنُو َب ُك ْم َو َم ْن ي ُّطع‬
ُ ‫َّللا َو َر‬ ْ ُ‫ي‬
‫ َوش ََّر‬،‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ّه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ُ ‫سنَ ْال َه ْدي ّ َه ْد‬
َ ‫ي ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ َوأ َ ْح‬،ّ‫َّللا‬ ُ َ ‫ث ّكت‬
َّ ‫اب‬ ّ ‫ص َدقَ ْال َحدّي‬ َ َ ‫ فإ ّ َّن أ‬،ُ‫أ َ َّما بَ ْعد‬
‫ار‬ َ ‫ َو ُك َّل‬، ٌ‫ضَللَة‬
ّ َّ‫ضَللَ ٍة فّي الن‬ َ ‫ع ٍة‬ َ ‫ َو ُك َّل بّ ْد‬،ٌ‫عة‬ ّ ‫األ ُ ُم‬
َ ‫ َو ُك َّل ُم ْح َدث َ ٍة بّ ْد‬،‫ور ُم ْح َدثَات ُ َها‬
Ummatal Islam,

Sesungguhnya iman itu memiliki rasa, yaitu rasa manis di dada. Akan tetapi tidak setiap
manusia/tidak setiap orang yang menyatakan dirinya beriman, dia merasakan manisnya iman.
Karena orang yang merasakan manisnya iman, Allah akan berikan kelezatan didalam ibadah dan
ketaatannya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ّ ْ َ ‫ث َم ْن ُك َّن فّي ّه َو َج َد ّب ّه َّن َح ََل َوة‬


‫اْلي َمان‬ ٌ ‫ث َ ََل‬
“Ada tiga perangai, siapa yang tiga perangai ini ada pada seseorang, ia akan mendapatkan
manisnya iman.” Yang pertama:

‫سولُهُ أ َ َحبَّ ّإلَ ْي ّه ّم َّما ّس َوا ُه َما‬ َّ َ‫َم ْن َكان‬


ُ ‫َّللاُ َو َر‬
“Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada selain keduanya.”

ّ‫َوأ َ ْن ي ُّحبَّ ْال َم ْر َء َال ي ُّحبُّهُ ّإ َّال ّ َّلِل‬


“Dan ia mencintai orang lain, ia cintai karena Allah.”
ّ َّ‫ف فّي الن‬
‫ار‬ َّ ُ‫َوأ َ ْن َي ْك َرهَ أ َ ْن َيعُو َد فّي ْال ُك ْف ّر َب ْع َد أ َ ْن أ َ ْنقَ َذه‬
َ ‫ َك َما َي ْك َرهُ أ َ ْن يُ ْق َذ‬،ُ‫َّللاُ ّم ْنه‬
“Dan ia tidak mau kembali kepada kekafiran, tidak mau kembali kepada dunia yang gelap,
sebagaimana ia tidak mau untuk dilemparkan ke dalam api.” (HR. Muslim)

Inilah, saudaraku..

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan bahwa siapapun orang yang memiliki tiga
perangai ini, dia akan mendapatkan manisnya iman di dadanya, kelezatan dalam beribadah
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Yang pertama yaitu, Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada dirinya sendiri, lebih ia cintai
daripada anak-anaknya, lebih ai cintai daripada hartanya, lebih ia cintai dari segala-galanya.
Karena sesungguhnya ia sadar bahwasanya ia adalah milik Allah dan bahwasanya Allah yang
telah memberikan berbagai macam kenikmatan. Dan kenikmatan yang paling besar adalah
nikmat hidayah. Maka ia pun mencintai Allah atas karunia yang Allah berikan kepadanya, ia
cintai Allah karena sifat-sifat Allah yang luar biasa sangat sempurna, sehingga ia pun tunduk dan
patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Cinta itulah yang akan memberikan kepada dia kekuatan untuk menaati Allah. Karena orang
yang mencintai sesuatu, ia akan semangat untuk meraih sesuatu tersebut. Orang yang
mencintai harta, ia akan semangat meraih harta. Orang mencintai kedudukan ia akan semangat
untuk meraih kedudukan. Maka orang yang mencintai Allah dan RasulNya, ia semangat kepada
ketaatan kepada Allah dan RasulNya dan tidak semangat kepada kemaksiatan.

Maka kita lihat diri kita, tentang ucapan kita bahwasanya kita mengaku bahwa kita mencintai
Allah dan RasulNya. Apakah sudah jujur ucapan kita dimana kita menyatakan cinta kita kepada
Allah? Bagaimana semangat kita kepada ketaatan? Kalaulah kita mencintai Allah, mencintai
RasulNya, kita akan semangat kepada ketaatan-ketaatan. Kita semangat kepada shalat, kita
semangat untuk melaksanakan perintah Allah berupa puasa Ramadhan, kita semangat untuk
menjalankan sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bahkan ia cintai semua
perintah Allah dan RasulNya itu melebihi segala-galanya.

Ummatal Islam,

Cinta bukan hanya sebatas di mulut. Akan tetapi cinta itu hakikatnya adalah ittiba‘ dengan cara
mengikuti Allah dan RasulNya. Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 31:
‫قُ ْل ّإن ُكنت ُ ْم ت ُ ّحبُّونَ اللَّـهَ فَات َّ ّبعُونّي ي ُْح ّب ْب ُك ُم اللَّـهُ َو َي ْغ ّف ْر لَ ُك ْم ذُنُو َب ُكم‬
ْْ “Katakan, jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku (yaitu Rasulullah), niscaya Allah akan
ampuni kalian dan cintai kalian.” (QS. Ali Imran[3]: 31)

Ini disebut -kata Ibnu Katsir- sebagai ayat ujian bagi setiap orang yang mengaku bahwa dirinya
beriman kepada Allah dan mencintai Allah. Allah mengatakan, “Jika kalian mencintai Allah,
hendaklah kalian mengikuti Rasulullah.” Karena orang yang menyatakan bahwasanya dia cinta
kepada Allah, maka realisasinya adalah dengan mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam. Bukan dengan cara kita berbuat bid’ah dengan mengada-ngada ibadah yang tidak
pernah disyariatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Akan tetapi dengan cara
ittiba’, mengikuti sunnah Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Setiap ibadah yang telah jelas ada perintahnya dari Rasulullah ia jalankan. Tapi kalau tidak ada
perintahnya, ia tidak lakukan. Karena ia tahu bahwasanya ibadah itu hak Allah, bukan hak
dirinya. Hak Allah! Allah ingin diibadahi sesuai dengan apa yang Allah cintai dan ridhai. Bukan
sesuai dengan selera-selera kita. Maka ia tidak berani mengamalkan suatu ibadah yang tidak
jelas dalilnya. Karena sesungguhnya itulah yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Rasul kita yang mulia ‘Alaihish Shalatu was Salam bersabda:

‫علَ ْي ّه أ َ ْم ُرنَا فَ ُه َو َرد‬ َ ‫ع ّم َل َع َمَلً لَي‬


َ ‫ْس‬ َ ‫َم ْن‬
“Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada diatasnya perintah kami, maka
amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim)

Dalam hadits yang lain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

َ ‫ث فّي أ َ ْم ّرنَا َه َذا َما لَي‬


‫ْس ّم ْنهُ فَ ُه َو َرد‬ َ ‫َم ْن أ َ ْح َد‬
“Siapa yang membuat-buat, mengada-ngada sesuatu yang bukan berasal dari urusan kami
(yaitu agama kami ini), maka ia akan tertolak.” kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Maka saudaraku,

Mencintai Allah dan RasulNya dengan cara kita berusaha semangat menjalankan perintah Allah,
menjalankan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

‫أقول قولي هذا واستغفر هللا لي ولكم‬


KHUTBAH KEDUA – KHUTBAH JUMAT SINGKAT TENTANG MANISNYA IMAN

‫ أشهد أن ال‬،‫ نبينا محمد و آله وصحبه ومن وااله‬،‫الحمد هلل والصَلة والسَلم على رسول هللا‬
ُ‫أن مح همدا ً عبده ورسوله‬
َّ ‫ وأشهد‬،‫إله إال هللا وحده ال شريك له‬
Ummatal Islam,

Kemudian perangai yang kedua:

ّ‫َوأ َ ْن ي ُّحبَّ ْال َم ْر َء َال ي ُّحبُّهُ ّإ َّال ّ َّلِل‬


“Ia mencintai seseorang karena Allah.” Bukan karena kepentingan-kepentingan dunia, bukan
karena ikatan-ikatan yang sifatnya dunia. Sebagian orang mencintai karena ikatan partai atau
karena ikatan lembaga atau karena ikatan yayasan atau karena ikatan organisasi, semua itu -
wallah- bukan cinta karena Allah.

Seseorang mencintai karena hartanya, mencintainya karena kedudukannya, itu semuanya


bukan cinta karena Allah. Siapa yang cintanya bukan karena Allah, kelak dihari kiamat akan
bermusuhan dengannya. Allah berfirman:

﴾٦٧﴿ َ‫عدُو إّ َّال ْال ُمتَّقّين‬


َ ‫ض‬ ُ ‫ْاأل َ ّخ ََّل ُء َي ْو َمئّ ٍذ بَ ْع‬
ٍ ‫ض ُه ْم ّل َب ْع‬
“Orang-orang yang berkasih sayang karena dunia, pada hari kiamat akan menjadi musuh satu
sama lainnya, kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Az-Zukhruf[43]: 67)

Orang-orang yang bertaqwa, yang cinta mereka karena Allah, karena ketaatan, karena
ketaqwaan, karena ketundukannya kepada Allah dan RasulNya, semakin dia melihat seseorang
yang sangat taat kepada Allah, semakin dia mencintainya.

Perangai yang ketiga, saudaraku sekalian..

‫َوأ َ ْن َي ْك َرهَ أ َ ْن َيعُو َد فّي ْال ُك ْف ّر‬


“Ia tidak mau kembali lagi kepada kekafiran.”

Ia tidak mau kembali kepada dunianya yang gelap terdahulu, sebagaimana ia tidak mau
dilemparkan ke dalam api. Karena ia sudah merasakan nikmatnya hidayah, dia sudah
merasakan nikmatnya hijrah, dia sudah merasakannya nikmatnya ketaatan. Maka tidak akan
pernah ia menjual lagi nikmat hidayah tersebut walaupun dengan uang ataupun harta sepenuh
bumi.
‫‪Ummat Islam,‬‬

‫‪Inilah tiga perangai, siapa yang tiga perangai ini ada pada diri seseorang -kata Rasulullah- maka‬‬
‫‪ia akan merasakan manisnya iman.‬‬

‫علَى آ ّل إّب َْرا ّهي َْم‪ ،‬إّنَّ َك َح ّم ْي ٌد‬‫علَى إّب َْرا ّهي َْم َو َ‬
‫ْت َ‬ ‫صلَّي َ‬
‫علَى آ ّل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬‫علَى ُم َح َّم ٍد َو َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َ‬
‫ص ّهل َ‬
‫علَى آ ّل إّب َْرا ّهي َْم‪ ،‬إّنَّ َك َح ّم ْي ٌد‬ ‫علَى إّب َْرا ّهي َْم َو َ‬‫ت َ‬‫ار ْك َ‬
‫علَى آ ّل ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ‬
‫علَى ُم َح َّم ٍد َو َ‬ ‫ار ْك َ‬
‫َم ّج ْيدٌ‪َ .‬وبَ ّ‬
‫َم ّج ْي ٌد‬
‫اء ّم ْن ُه ْم َواأل َ ْم َوا ّ‬
‫ت ّإنَّ َك َ‬
‫س ّم ْي ٌع‬ ‫ت األ َ ْحيَ ّ‬ ‫الل ُه َّم ا ْغ ّف ْر ّل ْل ُم ْس ّل ّميْنَ َوالم ْس ّل َما ّ‬
‫ت َوالمؤْ ّمنّيْنَ َوالمؤْ ّمنَا ّ‬
‫ي ال َحا َجات‬ ‫ع َواتّ‪ ،‬فَ َيا قَ ّ‬
‫اض َ‬ ‫ْب ال َّد َ‬ ‫ْب ُم ّجي ُ‬ ‫قَ ّري ٌ‬
‫اللهم تقبل أعمالنا يا رب العالمين‪ ،‬اللهم وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم‪ ،‬اللهم اصلح والة‬
‫أمورنا يا رب العالمين‪ ،‬واجعلنا من التوابين واجعلنا من المتطهرين‬

‫اب النَّ ّ‬
‫ار‬ ‫سنَةً َوقّنَا َ‬
‫ع َذ َ‬ ‫سنَةً َوفّي ّ‬
‫اآلخ َرةّ َح َ‬ ‫َربَّنَا آ ّتنَا فّي ال ُّد ْنيَا َح َ‬
‫عباد هللا‬
‫َاء َو ْال ُمن َك ّر َو ْال َب ْغي ّ ۚ يَ ّع ُ‬
‫ظ ُك ْم‬ ‫ع ّن ْالفَ ْحش ّ‬
‫اء ذّي ْالقُ ْربَ ٰى َو َي ْن َه ٰى َ‬
‫ان َوإّيت َ ّ‬
‫س ّ‬ ‫إّ َّن اللَّـهَ يَأ ْ ُم ُر بّ ْالعَ ْد ّل َو ْ ّ‬
‫اْل ْح َ‬
‫لَ َعلَّ ُك ْم ت َ َذ َّك ُرونَ‬

‫‪.‬فَا ْذ ُك ُروا هللا العَ ّظي َْم يَ ْذ ُك ْر ُكم‪َ ،‬وا ْش ُك ُروهُ َ‬


‫علَى ّنعَ ّم ّه يَ ّز ْد ُكم‪ ،‬ولذ ُ‬
‫ّكر هللا أك َبر‬

Anda mungkin juga menyukai