Anda di halaman 1dari 16

1

BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi Kolelitiasis


Kolelitiasis adalah adanya batu yang terdapat didalam kandung empedu atau
saluran empedu (duktus koledokus) atau keduanya (Muttaqin dan Sari, 2011).
Kolelitiasis disebut juga batu empedu, gallstones, biliary calculus. Istilah ko
lelitias dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu. Batu
kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk suatu
material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu. Batu empedu
adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu.
Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu disebut kolelitiasis, sedangkan
batu di dalam saluran empedu disebut koledokolitiasis (Nucleus Precise
Newsletter, edisi 72, 2011).
Kolelitiasis adalah batu empedu yang biasanya terbentuk dalam kandungan
empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu (Suzane C. S.
2011)
Jadi, dapat disimpulkan kolelitiasis adalah batu yang terdapat dalam
kandungan empedu yang terbentuk dari beberapa unsure.

1.2 Klasifikasi
Menurut Hadi (2002), batu empedu terbagi menjadi tiga tipe yaitu :
1. Batu Kolesterol
a. Soliter (single cholesterol stone) atau batu kolesterol tunggal
Tipe batu ini mengandung kristal kasar kekuning-kuningan, pada foto
rontgen terlihat intinya. Bentuknya bulat dengan diameter 4 cm, dengan
permukaan licin atau noduler. Batu ini tidak mengandung kalsium
sehingga tidak dapat dilihat pada pemotretan sinar X biasa.
b. Batu kolesterol campuran
Batu ini terbentuk bilamana terjadi infeksi sekunder pada kandung empedu
yaitu mengandung batu empedu kolesterol yang soliter dimana pada
permukaannya terdapat endapan pigmen kalsium.

1
2

c. Batu kolesterol ganda


Jenis batu ini jarang ditemui dan bersifat radio transulen.
2. Batu pigmen
Pigmen kalkuli mengandung pigmen empedu dan berbagai macam
kalsium dan matriks dari bahan organik. Batu ini biasanya berganda, kecil,
keras, amorf, bulat, berwarna hitam atau hijau tua. Alasannya ± 10 %
radioopaque.
3. Batu Campuran
Batu ini adalah jenis yang paling banyak dijumpai (± 80 %), dan terdiri
atas kolesterol, pigmen empedu, berbagai garam kalsium dan matriks protein.
Biasanya berganda dan sedikit mengandung kalsium sehingga bersifat
radioopaque.

1.3 Etiologi
Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti. Kolelitiasis dapat
terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun, semakin banyak
faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk
terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara lain:
1. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai resiko 2-3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen
berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu.
Kehamilan, yang menigkatkan kadar esterogen juga meningkatkan resiko
terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon (esterogen)
dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan
aktivitas pengosongan kandung empedu.
2. Usia
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya
usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih muda.
3

3. Obesitas
Kondisi obesitas akan meningkatkan metabolism umum, resistensi insulin,
diabetes militus tipe II, hipertensi dan hyperlipidemia berhubungan dengan
peningkatan sekresi kolesterol hepatica dan merupakan faktor resiko utama
untuk pengembangan batu empedu kolesterol.
4. Obat-obatan
Estrogen yang diberikan untuk kontrasepsi atau untuk pengobatan kanker
prostat meningkatkan risiko batu empedu kolesterol. Clofibrate dan obat fibrat
hipolipidemik meningkatkan pengeluaran kolesterol hepatic melalui sekresi
bilier dan tampaknya meningkatkan resiko batu empedu kolesterol. Analog
somatostatin muncul sebagai faktor predisposisi untuk batu empedu dengan
mengurangi pengosongan kantung empedu.
5. Diet
Duet rendah serat akan meningkatkan asam empedu sekunder (seperti asam
desoksikolat) dalam empedu dan membuat empedu lebih litogenik.
Karbohidrat dalam bentuk murni meningkatkan saturasi kolesterol empedu.
Diet tinggi kolesterol meningkatkan kolesterol empedu.
6. Keturunan
Sekitar 25% dari batu empedu kolesterol, faktor predisposisi tampaknya
adalah turun temurun, seperti yang dinilai dari penelitian terhadap kembar
identik fraternal.
7. Infeksi Bilier
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat memgang peranan sebagian pada
pembentukan batu dengan meningkatkan deskuamasi seluler dan
pembentukan mucus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler
sebagai pusat presipitasi.
8. Gangguan Intestinal
Pasien pasca reseksi usus dan penyakit crohn memiliki risiko penurunan atau
kehilangan garam empedu dari intestinal. Garam empedu merupakan agen
pengikat kolesterol, penurunan garam pempedu jelas akan meningkatkan
konsentrasi kolesterol dan meningkatkan resiko batu empedu.
9. Aktifitas fisik
4

Kurangnya aktifitas fisik berhungan dengan peningkatan resiko terjadinya


kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit
berkontraksi.

1.4 Manifestasi Klinis


Beberapa manifestasi klinis dari kolelitiasis
1. Rasa Nyeri
2. Ikterus
3. Prubahan Warna Urin dan Feses
4. Defisiensi Vitamin

1.4 Patofisiologi
Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap: (1) pembentukan
empedu yang supersaturasi, (2) nukleasi atau pembentukan inti batu, dan (3)
berkembang karena bertambahnya pengendapan. Kelarutan kolesterol merupakan
masalah yang terpenting dalam pembentukan semua batu, kecuali batu pigmen.
Supersaturasi empedu dengan kolesterol terjadi bila perbandingan asam empedu
dan fosfolipid (terutama lesitin) dengan kolesterol turun di bawah harga tertentu.
Secara normal kolesterol tidak larut dalam media yang mengandung air. Empedu
dipertahankan dalam bentuk cair oleh pembentukan koloid yang mempunyai inti
sentral kolesterol, dikelilingi oleh mantel yang Hidrofilik dari garam empedu dan
lesitin. Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan, atau kadar asam empedu rendah,
atau terjadi sekresi lesitin, merupakan keadaan yang litogenik.
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti
pengendapan kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal kolesterol
keluar dari larutan membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan.
Pada tingkat saturasi yang lebih rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel
sel yang lepas, atau partikel deb yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai benih
pengkristalan. (Schwartz S 2000)
Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion
ini : bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak. Pigmen (bilirubin) pada kondisi
normal akan terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karena adanya
5

enzim glokuronil tranferase bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan karena


kurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase tersebut yang akan
mengakibatkan presipitasi / pengendapan dari bilirubin tersebut. Ini disebabkan
karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air tapi larut dalam lemak.
Sehingga lama kelamaan terjadi pengendapan bilirubin tak terkonjugasi yang bisa
menyebabkan batu empedu tapi ini jarang terjadi.

Pathway
6

1.5 Komplikasi
Beberapa komplikasi dari kolelitiasis :
1. Kolesistitis akut, hampir semua kolesistisi akut terjadi akibat sumbatan duktus
sistikus oleh batu yang terjebak dalam kantung empedu.
2 Empiema, empiema adalah lanjutan dari kolisistisis akut. Pada empiema atau
kolesistisis supuratif, kandung empedu berisi nanah. Penderita menjadi
semakin toksik, demam tinggi, menggigil dan leukositosis.
3 Nekrosis dan Perforasi, Kolesistisis akut bisa berlanjut ke nekrosis dinding
kantung empedu dan perforasi. Batu empedu yang tertahan bias menggoresi
dinding nekrotik terinfeksi yang berdilatasi bias memberika titik lemah bagi
ruptura.
4 Pritonitis, Ruptura bebas empedu ke dalam cvitas peritonialis menyebabkan
syok parah. Karena efek iritan garam empedu, peritoneum mengalami
peradangan.
5 Kolesistitis kronis
6 Kolangitis, Kolangitis dapat berkembang bila ada obstruksi duktus biliaris dan
infeksi.mEmpedu yang terkena infeksi akan berwarna coklat tua dan gelap.
7 Pankreatitis, Radang pankreas akibat autodigesti oleh enzim yang keluar dari
saluran pankreas. Ini disebebkan karena batu yang berada di dalam duktus
koledokus bergerak menutupi ampula vetri.

7.4 PemeriksaanPenunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Batu kandung empedu yang asimtomatis umumnya tidak menunjukkan
kelainan pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut,
dapat terjadi leukositosis. akan ditemukan kenaikan ringan bilirubin serum
akibat penekanan duktus koledukus oleh batu. Kadar bilirubin serum yang
tinggi mungkin disebabkan oleh batu didalam duktus koledukus
2. Pemeriksaan sinar-X abdomen
Pemeriksaan sinar-X abdomen bisa dilakukan jika ada kecurigaan akan
penyakit kandung empedu dan untuk menyingkirkan penyebab gejala yang
7

lain. Namun demikian, hanya 15-20% batu empedu yang mengalami cukup
kalsifikasi untuk dapat tampak melalui pemeriksaan sinar-X.
3. Ultrasonografi (USG)
Prosedur ini akan memberikan hasil paling akurat jika pasien sudah berpuasa
pada malam harinya sehingga kandung empedunya dalam keadaan distensi.
Penggunaan ultra sound berdasarkan pada gelombang suara yang dipantulkan
kembali. Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang
tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu
intrahepatik maupun ekstrahepatik.
4. Endoscopic Retrograde Cholangiopnacreatography (ERCP)
Pemeriksaan ERCP memungkinkan visualisasi struktur secara langsung yang
hanya dapat dilihat pada saat melakukan laparotomi
5. Computed Tomografi (CT)
CT scan juga merupakan metode pemeriksaan yang akurat untuk menentukan
adanya batu empedu, pelebaran saluran empedu dan koledokolitiasis.

7.5 Penatalaksanaan
Ada dua penatalaksanaan pada kolelitiasis :
1. Penatalaksanaan Non-Pembedahan
Sasaran utama terapi medikal adalah untuk mengurangi insiden serangan akut
nyeri kandung empedu dan kolesistitis dengan penatalaksanaan suportif dan
diit, dan jika memungkinkan, untuk menyingkirkan penyebab dengan
farmakoterapi, prosedur-prosedur endoskopi, atau intervensi pembedahan.
a. Penatalaksanaan Supotif dan Diet
Sekitar 80% pasien dengan inflamasi akut kandung empedu sembuh
dengan istirahat, cairan infus, pengisapan nasogastric, analgesic dan
antibiotik. Intervensi bedah harus ditunda sampai gejala akut mereda dan
evaluasi yang lengkap dapat dilaksanakan, kecuali jika kondisi pasien
semakin memburuk.
b. Farmakoterapi
Asam Kenodeoksikolat.Dosisnya 12-15 mg/kg/hari pada orang yang tidak
mengalami kegemukan. Kegemukan jelas telah meningkatkan kolesterol
8

bilier, sehingga diperlukan dosis 18-20 mg/kg/hari. Dosis harus


ditingkatkan bertahap yang dimulai dari 500 mg/hari. Efek samping pada
pemberian asam kenodeoksikolat adalah diare.
c. Pengangkatan batu tanpa pembedahan
Beberapa metode telah digunakan untuk melarutkan batu empedu dengan
menginfuskan suatu bahan pelarut (monooktanoin atau metil tertier butyl
eter [MTBE]) ke dalam kandung empedu. Pelarut tersebut dapat
diinfuskan melalui selang atau kateter yang dipasang perkutan langsung ke
dalam kandung empedu, atau melalui selang atau drain yang dimasukkan
melaui T-tube untuk melarutkan batu yang belum dikeluarkan pada saat
pembedahan, atau bisa juga melalui endoskop ERCP, atau kateter bilier
transnasal.
2. Penatalaksanaan Pembedahan
a. Koleksistektomi Terbuka
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien dengan
batu empedu simtomatik. Praktik pada saat ini mencakup kolesistektomi
segera dalam pasien dengan kolesistisi akut dalam masa perawatan di
rumah sakit yang sama. Jika tidak ada bukti kemajuan setelah 24 jam
penanganan medis, atau jika ada tanda-tanda penurunan klinis, maka
kolesistektomi darurat harus dipertimbangkan
b. Mini Kolesistektomi
Merupakan prosedur bedah untuk mengeluarkan kandung empedu lewat
luka insisi selebar 4cm. Jika diperlukan, luka insisi dapat diperlebar untuk
mengeluarkan batu kandung empedu yang berukuran lebih besar. Drain
mungkin dapat atau tidak digunakan pada mini kolasistektomi.
c. Kolesistektomi laparoskopi
Indikasi awal hanya pasien dengan batu empedu simtomatik tanpa adanya
kolesistisis akut. Karena semakin bertambahnya pengalaman, banyak ahli
bedah mulai untuk melakukan prosedur ini dalam pasien dengan
kolesistisis akut dan dalam pasien dengan batu duktus koledokus
d. Bedah Kolesistotomi
9

Dikerjakan bila kondisi pasien tidak memungkinkan untuk dilakukan


operasi yang lebih luas, atau bila reaksi inflamasi yang akut membuat
system bilier tidak jelas.
e. Kolesistotomi Perkutan
Kolesistotomi perkutan telah dilakukan dalam penanganan dan penegakan
diagnosis kolesistisis akut pada pasien-pasien yang beresiko jika harus
menjalani tindakan pembedahan atau anastesi umum. Pasie-pasien ini
mencakup para penderita sepsis atau gagal jantung yang berat dan pasien-
pasien gagal ginjal, paru atau hati.
10

BAB 2
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Proses Keperawatan


Proses Keperawatan adalah pendekatan penyelesaian masalah yang
sistematik untuk merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan yang
melalui lima fase berikut yaitu pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan,
implementasi, evaluasi.
2.1.1 Pengkajian
Data yang dikumpulkan meliputi :
1. Identitas
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa
medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk
menentukan tindakan selanjutnya.
b. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi
nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri
abdomen pada kuadran kanan atas.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode
PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu fokus utama keluhan klien,
quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh klien,
regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi
yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa
nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal
11

tersebut. (P): Nyeri setelah makan, terutama makanan yang berlemak (Q):
Nyeri dirasakan hebat (R): Nyeri dirasakan pada abdomen kuadran kanan
atas dan menjalar ke punggung atau bahu kanan. (S): Nyeri terasa saat
melakukan inspirasi (T): Nyeri dirasakan sejak dua hari yang lalu.
c. Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di
riwayat sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit
kolelitiasis.
3. Pemeriksaan fisik
Pendekatan dengan metode 6B:
a. B1-Breath
Pernapasan tertekan ditandai dengan napas pendek dan dangkal, terjadi
peningkatan frekuensi pernapasan sebagai kompensasi.
b. B2-Blood
Takikardi dan berkeringat karena peningkatan suhu akibat respon
inflamasi.
c. B3-Brain
d. B4-Bladder
Urine pekat dan berwarna gelap, akibat dari pigmen empedu.
e. B5-Bowel
Feses berwarna kelabu “clay colored” akibat obstruksi duktus biliaris
sehingga pigmen empedu tidak dibuang melalui feses.
f. B6-Bone

2.1.2 Diagnosa--NANDA 2012-2014


2.1.2.1 Nyeri Akut b.b Agen CederaBiologis: Obstruksi Kandung Empedu
2.1.2.2 Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b.d
Ketidakmampuan Pemasukan Nutrisi
2.1.2.3 Mual b.d Iritasi Lambung
2.1.2.4 Kekurangan Volume Cairan b.d Kehilangan Volume Cairan Aktif
12

2.1.2.5 Insomnia b.d Ketidaknyamanan Fisik: Nyeri


2.1.2.6 Hambatan Mobilitas Fisik b.d Nyeri
2.1.2.7 Ketidakefektifan Pola Nafas b.d Nyeri
2.1.2.8 Ansietas b.d Ancaman Kematian
2.1.2.9 Kerusakan Integritas Kulit b.d Faktor mekanik
2.1.2.10 Risiko Perdarahan
2.1.2.11 Risiko Infeksi b.d Kerusakan Integritas Kulit: Prosedur Invasif

2.1.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa
NIC NOC Rasional
Keperawatan

Nyeri akut Penatalaksanaan Nyeri Nyeri: Efek1. Membantu


: meringankan atau Merusak : efek membedakan penyebab
mengurangi nyeri merusak dari nyeri nyeri dan memberikan
sampai pada tingkat terhadap emosi dan informasi tentang
kenyamanan yang dapat perilaku yang diamati kemajuan/perbaikan
diterima oleh pasien. atau dilaporkan. penyakit, terjadinya
komplikasi dan
1. Lakukan pengkajian Dibuktikan dengan keefektifan intervensi.
nyeri yang komprehensif indikator berikut :
meliputi lokasi, 2. Meningkatkan
karakteristik, 1. Pasien akan istirahat, memusatkan
awitan/durasi, frekuensi, melapor bahwa nyeri kembali perhatian, dan
kualitas, intensitas atau akan hilang (4) meningkatkan koping
keparahan nyeri, dan dalam mengatasi nyeri.
2. Pasien akan
faktor presipitasinya. menunjukkan 3. Meringankan nyeri
2. Ajarkan penggunaan penggunaan akibat pascaoperasi
teknik nonfarmakologi keterampilan (manajemen nyeri).
(misalnya, umpan balik relaksasi dan aktifitas
biologis, transcutaneous hiburan sesuai
4. Meminimalkan
electrical nerve indikasi untuk situasi ketidaknyaman akibat
stimulation (TENS), individual (4) nyeri.
hipnosis, relaksasi,
3. Penurunan
imajinasi terbimbing, penampilan peran
terapi musik, distraksi, atau hubungan
terapi bermain, terapi interpersonal (4)
aktivitas, akupresur,
kompres hangat/dingin, 4. Gangguan kerja,
dan masase) sebelum, kepuasan hidup atau
setelah dan jika kemampuan untuk
memungkinkan, selama
13

aktivitas yang mengendalikan (4)


menyakitkan; sebelum
nyeri terjasi atau
meningkat; dan selama
penggunaan tindakan
pengurangan nyeri yang
lain.

3. Kelola nyeri
pascaoperasi awal
dengan pemberian opiat
yang terjadwal
(misalnya, setiap 4 jam
atau 36 jam) atau PCA.

4. Berikan perubahan
posisi, masase
punggung, dan relaksasi.

Ketidakefektif Pengelolaan jalan Status 1. Kedalaman inspirasi


an Pola Nafas nafas: Fasilitasi untuk Respirasi:Pergerakan dan kemudahan
kepatenan jalan nafas. udara ke dalam dan bernafas merupakan
ke luar paru-paru. indicator efektif atau
1. Pantau tidaknya pola nafas.
kecepatan,irama, ditandai dengan
kedalaman dan usaha indikator: 2. Tidak adanya otot
respirasi. bantu pernafasan
1. Kedalaman inspirasi menandakan pola nafas
2. Informasikan kepada dan kemudahan dalam keadaan normal
pasien dan keluarga bernafas (3)
tentang tehnik relaksasi 3. Pada pernafasan
untuk meningkatkan2. Tidak ada otot normal tidak terdengar
pola pernafasan bantu (3) suara nafas tambahan.

3. Berikan obat nyeri 3. Bunyi nafas


4. Nafas pendek
untuk pengoptimalan tambahan tidak ada menandakan pola nafas
pola pernafasan. (3) terganggu.

4. 4.
Posisikan pasien untuk Nafas pendek tidak
mengoptimalkan ada (3)
pernafasan.

Kekurangan Pengelolaan Keseimbangan 1. Untuk dijadikan


volume cairan Cairan:Peningkatan Elektrolit dan bahan pertimbangan
keseimbangan cairan Asam- dasar/indikator/mengid
dan pencegahan Basa: Keseimbangan entifikasi kebutuhan
14

komplikasi akibat kadar elektrolit dan penggantian dan dalam


cairan yang tidak normal nonelektrolit dalam memberikan asuhan
atau tidak diinginkan. ruang intrasel dan keperawatan.
ekstrasel tubuh.
Aktivitas:
Ditunjukkan dengan
1. Pantau hasil indikator: 2. Memenuhi kebutuhan
laboratorium yang cairan tanpa tertunda
relevan dengan1. Elektrolit serum untuk memenuhi
keseimbangan cairan (misalnya, natrium, keseimbangan asupan
(misalnya, kadar kaliun, kalsium, dan cairan oral.
hematokrit, BUN, magnesium) dalam
albumin, protein total, batas normal (4).
osmolalitas serum, dan
2. Serum dan pH urine 3. Menggantikan
berat jenis urine). haluaran lewat
dalam batas normal
2. Anjurkan pasien untuk (4). nasogastrik jika pasien
menginformasikan tidak dapat menerima
perawat bila haus. 3. Tidak memiliki secara oral.
konsentrasi urine
3. Berikan ketentuan yang berlebihan. BJ
penggantian nasogastrik urine normal: 1003- 4. Untuk pasien post-
berdasarkan haluaran, 1030 pembedahan biasanya
sesuai dengan mengalami gangguan
kebutuhan. eliminasi. Dengan
4. Pasang kateter urine, pemasangan kateter
bila perlu. urine akan
memudahkan pasien
untuk berkemih.

Ketidakseimba Pengelolaan Nutrisi Status Gizi: Nilai1. Berguna untuk


ngannutrisi :Bantuan atau pemberian Gizi : Keadekuatan memberikan nutrisi
kurang dari asupan diet makanan zat gizi yang yang tepat sesuai
kebutuhan dan cairan yang dikonsumsi tubuh. kebutuhan pasien.
tubuh seimbang.
Dibuktikan dengan 2. Agar klien
1. Pantau kandungan indikator berikut : mengetahui tentang
nutrisi dan kalori pada kebutuhan nutrisi yang
catatan asupan. 1. Asupan mkanan dan tepat dan bagaimana
cairan oral (4) harus memenuhinya.
2. Berikan informasi yang
tepat tentang kebutuhan2. Mempertahankan 3. Klien pascaoperasi
nutrisi dan bagaimana massa tubuh dan membutuhkan asupan
memenuhinya. berat badan dalam nutrisi/makanan yang
batas normal (4) tepat sesuai
3. Tentukan—dengan kebutuhannya agar
melakukan 3.
kolaborasi Melaporkan
mempercepat proses
bersama ahli gizi, secara keadekuatan tingkat
15

tepat—jumlah kalori dan energi (4) penyembuhan juga,


jenis zat gizi yang sehingga dengan
dibutuhkan untuk kolaborasi akan lebih
memenuhi kebutuhan memudahkan dalam
nutrisi (khususnya untuk menentukan jenis
pasien dengan makanan/nutrisi yang
kebutuhan energi tinggi, tepat untuk klien.
seperti pasien
pascoperasi dna luka 4. Membantu klien
bakar, trauma, demam, untuk mendapatkan
dan luka). makanan sampingan
yang juga tetap sesuai
4. Berikan pasien kebutuhan nutrisi klien.
minuman dan camilan
bergizi, tinggi protein,
tinggi kalori yang siap
dikonsumsi, bila
memungkinkan.

DAFTAR PUSTAKA
16

Bulechek, Gloria M., (2013). Nursing Interventions Classification (NIC), Sixth


Edition. United States Of America: Mosby Elsevier
Ginsberg, Lionel. 2011. Lecture Notes; Neurology. Jakarta; Erlangga
Herdman, T.H &Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA International Nursing
Diagnoses; Definition & Classification. 2015-2017. Tenth Edition. Oxford;
Wiley Blackwell
Moorhead, Sue., (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC); measurement
of health outcomes, Fifth Edition. United States of America; Mosby
Elsevier

Anda mungkin juga menyukai