Ujian Case Ikk
Ujian Case Ikk
PENDAHULUAN
1
2
4
5
Menurut Murti (2013), berikut ini prosedur kerja home visit, yaitu:
A. Hari 1:
1. Mempelajari data-data pasien rawat jalan di puskesmas
setempat untuk memilih sasaran keluarga yang akan dikunjungi
sesuai jumlah kelompok kecil
2. Melakukan survey pasien yang akan dikunjungi pada hari
kedua dan membuat janji jadwal kkunjungan yang akan
dilakukan kemudian dikonsultasikan kepada instruktur
lapangan
3. Mengindentifikasi dan membuat prioritas masalah yang ada di
dalam kelluarga yang akan dikunjungi untuk persiapan
pemberian nasehat/penyuluhan pada saat pelaksanaan kegiatan
kunjungan pasien di rumah
4. Mengisi form pelaporan kegiatan kunjungan rumah yang ada
di klinik dokter keluarga
5. Mempersiapkan alat yang akan dipakai dalam kunjungan
pasien di rumah (tensimeter, stetoskop, termometer, senter,
media penyuluhan).
B. Hari II:
1. Melaksanakan kunjungan rumah sesuai engan tata cara yang
telah dipelajari sebelumnya
2. Mengisi form-form data kunjungan rumah yang telah
ditentukan
3. Melaporkan secara lisa kegiatan yang telah dilaksanakan kepada
instruktur atau pihak puskesmas
4. Membuat analisa atas data-data yang telah dikumpulkan
5. Menyusun laporan akhir kegiatan
C. Hari III:
1. Mengumpulkan laporan akhir dan presentasi hasil kunjungan
rumah.
10
8. Sadar biaya
Yang tidak kalah pentingnya adalah sadar biaya yang juga
sebenarnya menyangkut perilaku DK dalam pertimbangkan ”cost
effectiveness” dari biaya yang dikeluarkan oleh pasien. Dengan kata
lain biaya harus menjadi pertimbangan akan tetapi tidak boleh
menurunkan mutu pelayanan.
9. Menyelenggarakan pelayanan yang dapat diaudit dan
dipertanggungjawabkan.
Sebenarnya yang diaudit mencakup selurut strata pelayanan
kesehatan bukan hanya layanan DK. Kenyataannya sampai sekarang
audit medis masih jauh dari harapan terutama di Indonesia. Namun
demikian praktik DK harus memulai mempersiapkan diri untuk
sewaktu-waktu dapat diaudit oleh pihak yang berwenang. Audit medis
ini merupakan upaya peningkaan kualitas pelayanan dan sala sekali
bukan upaya untuk memata-matai praktik dokter (Azwar, 1996).
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dimuai melalui keadaan umum, keadaan
spesifik seperti cushing, feokromasitoma, perkembangan tidak
proporsionalnya tubuh atas dibanding bawah yang sering ditemukan
pada koarkstasio aorta. Pengukuran tekanan darah tangan kiri dan
kanan saat tidur dan berdiri. Funduskopi dengan klasifikasi keith-
28
kali per minggu. Penting jug untuk cukup istirahat (6-8) jam dan
mengendalikan stress (Kemenkes RI, 2014).
Adapun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita
hipertensi:
a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru,
minyak kelapa, gajih)
b. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium
(biskuit, keripik dan makanan kerinng yang asin)
c. Makanan dan minuman kaleng 9sarden, sosis, kornet, sayuran,
serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink)
d. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon,
ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang)
e. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnasie, serta
sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging
merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam
f. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus
sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya
mengandung garam natrium
g. Alkohol dan makann yang mengandung alkohol seperti durian
dan tape. (Kemenkes RI, 2014)
2. Tatalaksana Farmakologi
Tatalaksana hypertensive heart disease (HHD) melibatkan 6 obat
anti hipertensi, yaitu: 12
1. Diuretik
Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan
klorida sehingga menurunkan volume darah dan cairan
ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan curah jantung dan
tekanan darah.
Penelitian-penelitian besar membuktikan bahwa efek
proteksi kardiovaskuler diuretik belum terkalahkan oleh obat
lain sehingga diuretik dianjurkan untuk sebagian besar kasus
hipertensi ringan dan sedang. Bahkan bila menggunakan
kombinasi dua atu lebih anti hipertensi, maka salah satunya
dianjurkan diuretik.
31
2) Diuretik Kuat
a. Penggunaan: Diuretik kuat bekerja di ansa Henle asenden
bagian epitel tebal dengan cara menghambat kotransport
Na, K, CL dan menghambat absorpsi air dan elektrolit. Mula
kerjanya lebih cepat dan efek diuretiknya lebih kuat daripada
golongan tiazid, oleh karena itu jarang digunakan sebagai
antihipertensi, kecuali pada psien dengan gangguan fungsi
ginjal (kreatinin serum > 2,5 mg/dL) atau gagal jantung.
b. Efek samping: dapat menyebabkan hiperkalsiuria dan
menurunkan kalsium darah.
3) Diuretik Hemat
a. Penggunaannya: penggunaan terutama dalam kombinasi
dengan diuretik lain untuk mencegah hipokalemia.
b. Efek samping: dapat menimbulkan hipokalemia bila diberikan
kepada pasien dengan gagal ginjal, atau bila dikombinasi
dengan penghambat ACE, ARB, beta bloker, AINS, atau
suplemen kalium (Setiabudi, 2013).
32
Tabel 2.1 Dosis dan Sediaan berbagai Diuretik untuk Penggunaan sebagai Anti
Hipertensi
b. Diuretik Kuat
Furosemid* 20-80 2-3x /hari Tab 40 mg
Amp 20 mg
Torsemid** 2,5-10 1-2x /hari Tab 5, 10, 20, 100
mg
0,5-4 Ampul 10mg/mL
2-3x /hari
25-100 (2 dan 5 mL)
Bumetanid 2-3x /hari
Tab 0,5; 1 & 2 mg
Asam Etakrinat
Tab 25 & 50 mg
c. Diuretik Hemat Kalium
Amilorid 5-10 1-2x /hari Tab 25 & 100 mg
Spironolakton*** 25-100 1x /hari Tab 50 & 100 mg
Triamteren 25-300 1x /hari
* Dosis furosemid untuk gagal jantung dan gagal ginjal dapat ditingkatkan
sampai 240mg/hari.
** Dosis torsemid untuk gagal jantung dapat ditingkatkan sampai 200
mg/hari
*** Dosis spironolakton untuk asites refrakter dapat ditingkatkan sampai
400 mg/hari.
2. Penghambat Adrenergik
Penghambat adrenergik yang disarankan untuk hypertensive heart
disease ada 2, yaitu
1. Penghambat Adrenoreseptor Beta (Beta Blocker)
a. Penggunaan: Beta blocker digunakan sebagai obat pilihan
pertama pada pasien gagal jantung, pasien dengan penyakit
jantung koroner, pasien dengan aritmia supraventrikular, dll.
33
Tabel 2.2 Dosis dan Sediaan berbagai Penghambat Beta Bloker untuk Penggunaan sebagai
Anti Hipertensi
Tabel 2.3 Dosis dan Sediaan berbagai Penghambat Alfa Blocker untuk Penggunaan
sebagai Anti Hipertensi
3. Vasodilator
- Hidralazin
a) Penggunaan: Hidralazin tidak digunakan sebagai obat tunggal
karena takifilaksis akibat retensi cairan dan dan reflek simpatis
akan mengurangi hipertensinya. Obat ini biasa digunakan
sebagai obat kedua atau ketiga setelah diuretik dan beta bloker.
b) Dosis: dosis pemberian oral 25-100 mg dua kali sehari. Untuk
hipertensi darurat seperti pada glomerulonefritis akut dan
eklampsia, dapat juga diberikan secara i.m. atau i.v. dengan
dosis 20-40 mg. Dosis maksimal 200 mg/hari.
c) Efek Samping: dapat menyebabkan sakit kepala, mual,
flushing, hipotensia, takikardia, palpitasi, angina pectoris,
neuritis perifer, dekrasi darah, hepatotoksisitas, dan kolangitis
akut (Setiabudi, 2013).
- Minoksidil
a) Penggunaan: berguna untuk terapi jangka panjang hipertensi
jangka panjang yang refrakter terhadap 3 obat (diuretik,
adrenergic, dan vasodilator).
b) Dosis: dosis dapat dimulai dengan 1,25 mg satu atau dua kali
sehari dan dapat ditingkatkan sampai 40 mg/hari.
35
Tabel 2.3 Dosis dan Sediaan berbagai ACE-Inhibitor untuk Penggunaan sebagai Anti
Hipertensi
Tabel 2.4 Dosis dan Sediaan berbagai ARB untuk Penggunaan sebagai Anti Hipertensi
6. Antagonis Kalsium
a. Penggunaan: Sejak JNC-IV (1988) dan WHO/ISH (1989),
antagonis telah menjadi salah satu golongan antihipertensi tahap
pertama. Antagonis kalsium terbukti sangat efektif pada
hipertensi dengan kadar renin yang rendah seperti pada usia
lanjut. Dapat dikombinasi dengan ACE-Inhibitor, metildopa atau
beta blocker.
b. Efek samping: dapat menyebabkan sakit kepala, muka merah,
edema perifer, bradiaritmia, efek inotropik negatif, konstipasi,
retensi urin dan hiperplasia gusi.15
Tabel 2.5 Dosis dan Sediaan berbagai Antagonis Kalsium untuk Penggunaan sebagai
Anti Hipertensi
37
3.1. Identitas
Nama : Ny. Supiyati
Umur : 62 tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Muara Enim, 01 Januari 1957
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status : Cerai Mati
Alamat : Jl. Banten V, 16 Ulu, Kota Palembang.
Agama : Islam
Tanggal kunjungan rumah I : 21 November 2019
Tanggal kunjungan rumah II : 23 November 2019
Tanggal kunjungan rumah III: 25 November 2019
3.2. Subjektif
Anamnesis dilakukan pada pasien dan keluarga pasien pada hari
Jumat, 21 November 2019 pukul 13:00 WIB
1. Keluhan Utama
Sesak Nafas
2. Keluhan Tambahan
Sakit kepala
3. Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu pasien sering mengeluh sesak
nafas. Menurut pasien sesak nafas sering menggangu aktivitas pasien
sehari-hari. Sesak tidak dipengaruhi oleh suhu dan cuaca, sesak nafas
disertai bunyi tidak dijumpai. Pasien mengaku kadang merasa tiba-tiba
terbangun pada malam hari karena sesak dan lebih nyaman tidur dengan
dua sampai tiga bantal hingga posisi setengah duduk. Keluhan terkadang
disertai batuk berdahak, dahak berwarna putih buih dan sering terjadi
pada saat akan tidur. Keluhan juga disertai nyeri dada sebelah kiri yang
terasa berat serta dada terasa berdebar-debar. Pasien juga mengaku
pernah mengalami bengkak pada kedua kaki namun sekarang sudah
menghilang.
Os juga mengeluhkan bahwa ia sering mengalami sakit kepala
sejak 10 tahun yang lalu, sakit kepala dirasakan seperti ditusuk-tusuk
39
40
6. Riwayat Pengobatan
Pasien tidak teratur mengkonsumsi obat sejak 10 tahun yang lalu dan
kembali berobat rutin sejak 6 bulan ini.
7. Riwayat Kebiasaan
41
Pasien sering mengkonsumsi makanan asin (keripik dan lauk pauk seperti
ikan asin), makanan yang berlemak (gorengan-gorengan). Kebiasaan
merokok dan minum minuman beralkohol disangkal.
8. Riwayat Pekerjaan
Os pernah bekerja sebagai buruh cuci.
9. Riwayat Higiene
Pasien mandi dua kali sehari dengan air PDAM dan menggunakan
sabun dan shampoo.
Pasien mengganti pakaian setiap hari.
Pasien menggunakan handuk dan pakaian sendiri, tidak bercampur
dengan anggota keluarga yang lain.
Kesan:
Sosial : Baik
Ekonomi : Cukup
Lingkungan : Baik
43
Keterangan :
: Laki-laki hidup
: Perempuan hidup
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Penderita Hipertensi
: Pasien
44
3.3. Objektif
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7C
Berat badan : 48 kg
Tinggi badan : 150 cm
IMT : 21,3 (Berat badan ideal)
Keadaan Spesifik
Kepala : normocephali, rambut putih tidak mudah dicabut.
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : sekret (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
- Telinga : nyeri tekan (-/-), sekret (-/-)
- Mulut : mukosa bibir kering (-), stomatitis (-), tonsil T1-T1
- Leher : pembesaran KGB (-) JVP tidak meningkat.
Thoraks
- Paru
- Inspeksi : simetris, retraksi (-/-)
- Palpasi : stem fremitus kanan dan kiri sama
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : vesikuler (+/+) normal, wheezing (-/-), rhonki (-/-)
- Jantung
- Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus cordis tidak teraba, thrill (-)
- Perkusi :
- Batas atas : ICS 2 linea parasternalis dextra et
sinistra
- Batas bawah : ICS 6 linea axilaris anterior sinistra
Auskultasi : BJ I dan II (+) normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : datar
- Palpasi : lemas, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, nyeri tekan
(-)
- Perkusi : timpani, nyeri ketok CVA (-)
- Auskultasi : bising usus (+) normal
Genitalis : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : akral hangat, edema tungkai (-/-), CRT < 2”.
Clopidogrel
2. 25/11/2019 S/ - HHD
1x75mg/hari
O/ Bisoprolol
TB : 150cm 1x5mg/hari
BB : 48Kg Nitrogliserin
TD: 140/100mmHg 2x5 mg/hari
N: 82x/menit Candesartan
RR : 22x/m
T : 36,9 C Cilexetil
1x8mg/hari
3.8. Penatalaksanaan
- Promotif
1. Memberikan informasi kepada pasien gambaran umum tentang
penyakit Hipertensi mengenai penyebab, gejala, tatalaksana, serta
komplikasinya.
2. Memberikan informasi kepada pasien mengenai upaya-upaya
pencegahan yang harus dilakukan. Cara hidup sehat: diet yang
sehat, mengatur pola makan, aktivitas fisik teratur, oalahraga
ringan minimal 3x seminggu, istirahat cukup, dan hindari stres.
3. Memberi pemahaman mengenai penyakitnya, misalnya pentingnya
meminum obat teratur. Menimbulkan rasa simpati dan empati dari
anggota keluarganya sehingga dukungan fisik dan psikis mereka
menjadi maksimal.
4. Memberikan informasi kepada pasien mengenai besarnya
kemungkinan penyakit ini diturunkan kepada keturunannya
sehingga harus diberikan promosi kepada seluruh keluarga.
- Preventif
47
- Rehabilitatif
Istirahat yang cukup dan anjuran untuk kontrol rutin sebagai
monitoring untuk mencegah keadaan yang lebih buruk.
3.9. Prognosis
Quo ad vitam : dubia bonam
Quo ad fungtionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
48
Tabel 3.2. Daftar nama anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
Komunitas :
Perumahan dengan
kepadatan baik
49
Selalu
APGAR Score keluarga Tn. Purwanto dinilai berdasarkan semua anggota keluarga
yaitu Tn. Purwanto, istri Ny. Irma, anaknya Arya dan Alya seta neneknya Ny.
Supiyati.
2. Fungsi patologis
Tabel 3.8 SCREEM Keluarga Tn. Purwanto
Sumber Patologis
Tn. Purwanto, Ny. Irma, Arya, Alya dan Ny.
Social Supiyati sehari hari sering bertegur sapa -
dengan tetangga sekitar rumah.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya
cukup baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan
sehari-hari dalam keluarga maupun di
Culture -
lingkungan. Ny. Irma dan Ny. Supiyati sering
mengikuti kegiatan di masyarakat seperti
kondangan dan pengajian.
Dalam keluarga ini pemahaman agama baik.
Ny. Supiyati dan cucu-cucunya sering sholat
Religious berjamaah dan mengaji di masjid. Untuk Tn. -
Purwanto dan Ny. Irma lebih sering sholat di
rumah.
Status ekonomi keluarga ini tergolong
Economic menengah ke bawah. Kebutuhan primer dan -
2. Denah Rumah
pagar
1m
7m
Kamar 2
4m Ruang tamu 3m
2m
5m
55
Kamar 3
3m
3m Kamar 1
2m
3m
1,5m
4m
Kamar dapur
3m Mandi
4,5m
D. Daftar Masalah dan Pembinaan Keluarga
1. Masalah Organobiologik
Ditemukan masalah organobiologik pada penderita.
2. Masalah Psikologik
Tidak ditemukan masalah psikologik pada penderita.
3. Masalah Dalam Keluarga
Tidak ditemukan masalah keluarga pada penderita
E. Pembinaan Keluarga
a. Edukasi Terhadap Pasien
1. Memberikan psikoterapi edukatif, yaitu memberikan informasi
dan edukasi tentang penyakit yang diderita, faktor risiko, gejala,
dampak, faktor penyebab, cara pengobatan, prognosis dan risiko
yang memperberat agar os tetap taat meminum obat dan rutin
kontrol ke dokter.
2. Memberikan psikoterapi suportif dengan memotivasi os untuk
terus minum obat secara teratur dan rutin kontrol ke dokter serta
memiliki semangat untuk sembuh, sehingga kualitas hidup pasien
dapat meningkat.
3. Memberikan psikoterapi suportif dengan memotivasi penderita
untuk pola makan yang sehat, serta berkeinginan untuk sembuh.
4. Memberikan informasi agar selalu mengontrol tekanan darah
karena didapati pada hasil pemeriksaan tekanan darah pasien
cukup tinggi.
56
G. Diagnosis Holistik
Dalam menetapkan masalah serta faktor yang mempengaruhi,
digunakan konsep Mandala of Health. Diagnosis holistic yang ditegakan
pada pasien adalah sebagai berikut:
57
GAYA HIDUP
Sering makan makanan
yang asin dan
mengandung lemak
FAMILY
LINKUNGAN PSIKO-
SOSIAL-EKONOMI
PERILAKU KESEHATAN Pendapatan cukup,
Pasien teratur mengkonsumsi Kehidupan sosial baik
obat sejak 6 bulan ini
PELAYANAN KESEHATAN
Jarak rumah- kdk cukup dekat, LINGKUNGAN KERJA
pihak kdk dapat melakukan
Pasien perempuan, Pasien sudah tidak
kunjungan rumah terhadap
pasien 62 tahun, diagnosis bekerja
HHD
Komunitas :
Perumahan dengan
kepadatan baik.
58
59
60
5.1. Simpulan
Diagnosis pada pasien ini adalah Hipertensive Hearth Disease.
Faktor risiko terjadinya adalah kebiasaan pola hidup yang tidak sehat
seperti makan makanan yang asin dan berlemak tinggi. Fungsi Keluarga
pada pasien ini tergolong baik dan semua anggota keluarga saling
mendukung. Pada pasien ini tidak terdapat fungsi patologis sehingga dapat
disimpulkan keluarga pasien ini tergolong sehat.
Untuk penanganan kasus ini bukan hanya dari terapi farmakologis
saja tetapi juga diperlukan edukasi pada pasien dengan menggunakan
metode pendekatan dokter keluarga. Salah satunya dengan menggunakan
prinsip pelayanan yang holistik dan komprehensif, kontinu,
mengutamakan pencegahan, koordinatif dan kolaboratif, penanganan
personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral keluarga,
mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat
tinggal, menjunjung tinggi etika dan hukum, dapat diaudit dan
dipertanggungjawabkan, serta sadar biaya dan sadar mutu.
5.1. Saran
1) Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat lebih memahami dan aktif dalam
menganalisa permasalahan kesehatan baik pada keluarga maupun
lingkungannya, serta lebih sering berhubungan dengan masyarakat
khususnya dalam keluarga untuk menindak lanjuti suatu penyakit yang
dialami oleh keluarga tersebut dengan pendekatan metode dokter
keluarga
63
64
65
66
Gambar
Gambar 1. Bagian
2. Ruang depan
tamu/ rumah
ruang keluarga
Gambar6.5.Poto
Gambar Kamar tidur os
bersama
67
68