Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN MYOFASCIAL RELEASE TECHNIQUE SAMA BAIK

DENGAN ISCHEMIC COMPRESSION TECHNIQUE DALAM


MENURUNKAN NYERI PADA SINDROMA MIOFASIAL OTOT
UPPER TRAPEZIUS

Nanda Citra Anggraeni


Program Studi Fisioterapi, Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana Denpasar

ABSTRAK
Penderita nyeri sindroma miofasial otot upper trapezius merupakan populasi yang
banyak dijumpai di berbagai kalangan. Nyeri yang diakibatkan oleh sindroma miofasial
berupa nyeri regang dan nyeri tekan pada otot upper trapezius yang merupakan
implikasi dari terdapatnya trigger point pada taut band yang disebabkan oleh adhesion
pada struktur miofasia. Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan
Pre and Post Test Control Group Design. Sampel dibagi menjadi dua kelompok
perlakuan yang terdiri atas myofascial release technique 11 sampel dan ischemic
compression technique 11 sampel. Selanjutnya dilakukan uji normalitas dengan Saphiro
Wilk dan uji homogenitas dengan Levene’s test. Perbedaan rerata penurunan VAS
sebelum dan sesudah penerapan setiap kelompok diuji dengan related t-test, diolah
dengan program SPSS versi 20.0 dan didapatkan hasil p=0,0001 dengan beda rerata
3,53±1,55 untuk kelompok 1 dan p=0,001 dengan beda rerata 3,30±2,27 untuk
kelompok 2. Hal ini berarti bahwa pada setiap kelompok terjadi penurunan nyeri secara
bermakna. Uji statistik selanjutnya adalah uji perbedaan rerata penurunan VAS pada
kelompok yang tidak berpasangan menggunakan independent t-test yang menunjukkan
tidak ada perbedaan yang bermakna pada penurunan nilai VAS antara kedua kelompok
dengan hasil p=0,41 (p>0,05). Simpulan penelitian adalah : Penerapan Myofascial
Release Technique Sama Baik Dengan Ischemic Compression Technique dalam
Menurunkan Nyeri Pada Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius.
Kata kunci: ischemic compression technique, myofascial release technique, nyeri
sindroma miofasial

1
MYOFASCIAL RELEASE TECHNIQUE SHOWED NO
SIGNIFICANT RESULT AS ISCHEMIC COMPRESSION
TECHNIQUE IN REDUCE PAIN IN UPPER TRAPEZIUS
MYOFASCIAL PAIN SYNDROME

ABSTRACT

Myofascial pain syndrome in upper trapezius muscle is the most common disease that
often found in various circles. Pain that caused by myofascial syndrome usually followe
by tenderness and stretch pain in upper trapezius muscle. This syndrome is the
implication of the presence of trigger point and taut band on the muscle that caused by
adhesion of miofascia structure. Based on the theory, myofascial release technique and
ischemic compression technique can reduce pain in this case. This research used
experimental research design with Pre and Post Test Control Group Design. Samples
were divided into two treatment groups, myofascial release technique consist of 11
samples and ischemic compression technique consist of 11 samples. The result of
hypothesis testing used Shapiro Wilk normality test and Levene's test of homogeneity
test. The difference of VAS before and after the application of each group were tested
with the related t-test, processed with SPSS version 20.0 and the results obtained p =
0.0001 with mean 3,53±1,55 for group 1 and p = 0.001 with mean 3,53±2,27 for group
2. This means that in each group were significantly decreased pain. The next test is a
statistical test of mean difference in VAS reduction unpaired groups using independent
t-test showed no significant difference in the decrease in VAS score between the two
groups with the result p = 0.41 (p>0,05). In conclusion, application of Myofascial
Release Technique showed no significant result as Ischemic Compression Technique in
reducing muscle pain in upper trapezius myofascial syndrome.
Key Words : Ischemic Compression Technique, Myofascial Release Technique,
Myofascial Pain Syndrome

PENDAHULUAN bahu sehingga akan menimbulkan nyeri


sindroma miofasial.
Kemajuan teknologi pada era Nyeri sindroma miofasial
globalisasi saat ini sangat berkembang merupakan suatu kumpulan gejala yang
pesat dan membawa dampak besar ditandai dengan adanya myofascial
terhadap gaya hidup manusia. Salah trigger point akibat dari kerusakan fasia
satunya adalah semakin banyaknya pada jaringan otot sehingga
penggunaan komputer atau laptop di menimbulkan nyeri pada struktur
kalangan anak sekolah, mahasiswa, jaringan miofasial (Fernandez et al.,
maupun pekerja. Kebanyakan pengguna 2005). Nyeri sindroma miofasial dapat
komputer tidak memperhatikan juga di definisikan sebagai sindroma
ergonomi yang baik saat menggunakan yang muncul akibat teraktivasinya
komputer, dan jika itu berlangsung lama trigger point atau tender point dalam
dan terus menerus akan terjadi serabut otot.
ketegangan pada otot disekitar leher dan

2
Dalam berbagai penelitian terbaru laktat (Gerwin et al., 2004). Hipoksia
menunjukkan keluhan-keluhan nyeri dan iskemik dalam sel otot berdampak
yang dialami klien banyak berhubungan penurunan pH lokal dan diikuti
dengan trigger points (Donmerholt et keluarnya substansi yang menstimulasi
al., 2006). Studi yang dilakukan David reseptor nyeri pada otot. Aktivitas
Simons (2002) dalam paparan reseptor nyeri tersebut akan berdampak
makalahnya menunjukkan bahwa 13 spasme otot, allodynia, hyperesthesia
orang pada 8 daerah otot yang diteliti dan mekanik hiperalgesia (Donmerholt
hanya satu orang yang tidak memiliki et al., 2006).
trigger point. Sebuah penelitian di Nyeri sindroma miofasial otot
Amerika terhadap 100 pria dan 100 upper trapezius dapat menimbulkan
wanita petugas penerbangan dengan gangguan fungsional disamping
rata-rata umur 19 tahun ditemukan menimbulkan kerusakan pada jaringan
bahwa 45% pria dan 54% wanita spesifiknya. Gangguan fungsional yang
mengalami tenderness otot leher yang ditimbulkan oleh sindroma yang terjadi
lokal atau yang biasa disebut sebagai pada miofasial otot upper trapezius
latent trigger point (Novi, 2010). dapat berupa nyeri gerak dan
Otot Upper Trapezius merupakan keterbatasan gerak cervical lateral fleksi
otot tonik atau otot postural yang dan depresi bahu. Aktifitas sehari-hari
bekerja dalam gerakan leher dan bahu. juga dapat terganggu apabila seseorang
Kerja otot ini akan bertambah dengan mengalami sindroma ini. Pada
adanya postur yang jelek (foreward mahasiswa umumya sindroma ini dapat
head posture), ataupun akibat dari mengakibatkan terganggunya pola
ergonomi kerja yang buruk disertai belajar mahasiswa akibat nyeri dan
dengan trauma mikro dan makro serta dapat berakibat menurunnya prestasi
degenerasi otot dan fasia. Kontraksi otot akademik.
upper trapezius yang berlangsung Terapi pada kondisi nyeri
secara kontinu akan mengakibatkan sindroma miofasial dapat dibagi
terjadinya spasme, collagen menjadi terapi farmakologik dan
contracture, adhesion, abnormal cross- nonfarmakologik. Pada terapi
link actin myosin, serta penurunan farmakologi biasanya dokter akan
sirkulasi darah pada daerah tersebut memberikan obat pereda nyeri atau
yang menjadi pemicu munculnya OAINS (Obat Anti Inflamasi
trigger points pada taut band yang akan NonSteroid). Sedangkan pada terapi
menimbulkan nyeri sindroma miofasial nonfarmakologi biasanya diberikan
(Daniels et al., 2003). tindakan fisioterapi baik dengan teknik
Nyeri sindroma miofasial otot manual maupun elektroterapi.
upper trapezius merupakan implikasi Teknik manual terapi merupakan
dari terdapatnya trigger point pada taut penanganan yang efektif dan aman pada
band yang disebabkan oleh kasus nyeri sindroma miofasial, karena
perlengketan atau adhesion pada tidak menimbulkan efek samping dan
struktur miofasia. Perlengketan tersebut merupakan terapi yang diberikan
akan berdampak terjadinya iskemia langsung terhadap trigger point.
lokal karena penurunan sirkulasi darah Myofascial Release Technique dan
dan kebutuhan akan nutrisi serta Ischemic Pressure Technique
hipoksia pada area taut band juga merupakan teknik manual terapi yang
menumpuknya sisa metabolisme yang dapat digunakan dalam kasus ini.
sering disebut sebagai akumulasi asam

3
Myofascial release technique sindroma nyeri miofasial belum
(MRT) yang merupakan prosedur yang selengkap seperti yang dijelaskan diatas
mengkombinasikan tekanan manual begitu juga dalam penanganannya. Hal
terhadap bagian otot yang spesifik dan ini juga mendasari penulis untuk
penggunaan stretching secara simultan meneliti lebih lanjut tentang penerapan
(Scheneider, 2005). Werenski (2011) myofascial release technique dan
menyatakan bahwa penerapan ischemic compression technique
myofascial release technique dapat terhadap penurunan nyeri pada kasus
menjadi terapi yang efektif pada kasus sindroma miofasial otot upper
nyeri miofasial. Aplikasi MRT ini trapezius.
berupa kontrol dan fokus pada tekanan,
berperan untuk meregangkan atau METODE PENELITIAN
memajangkan struktur miofasia dan otot
dengan tujuan melepas adhesion atau Rancangan Penelitian
perlengketan, mengurangi nyeri dengan Rancangan penelitian ini bersifat
gate control theory, memulihkan eksperimental dengan rancangan pre
kualitas cairan pelumas dari jaringan and post test group design yang
fasia, mobilitas jaringan dan fungsi bertujuan untuk membandingkan antara
normal sendi (Riggs and Grant, 2008). penerapan myofascial release technique
Teknik manual terapi lain yang dengan Ischemic Compression
dapat digunakan adalah Ischemic Technique.
Pressure Technique. Ischemic Adapun tujuan penelitian ini
compression technique adalah suatu adalah untuk mengetahui penerapan
bentuk teknik pijatan dengan tujuan yang lebih baik antara pemberian
untuk mengurangi nyeri dengan myofascial release technique dan
terjadinya hyperemia reaktif pada ischemic compression technique
daerah trigger points serta adanya terhadap penurunan nyeri pada kasus
mekanisme spinal refleks yang sindroma miofasial otot Upper
memulihkan spasme otot. Sasarannya Trapezius.
adalah pada substansia gelatinosa Pengurangan nyeri diukur dengan
dengan tujuan memberikan inhibisi menggunakan metode Visual Analogue
transmisi stimulasi nyeri (Gemmell et Scale (VAS). Hasil pengukuran
al., 2008). Aguilera (2009) menyatakan pengurangan nyeri dianalisis dan
bahwa teknik ini efektif untuk dibandingkan antara Kelompok
mengurangi nyeri pada sindroma Penerapan 1 dan Kelompok Penerapan
miofasial. Dengan dilakukannya 2.
penekanan pada area trigger point dari
jaringan miofasial diharapkan agar Populasi dan Sampel
terjadi pengeluaran zat-zat sisa iritan Populasi target penelitian ini
dengan adanya limpahan aliran darah adalah semua mahasiswa yang
pada adhesi yang merupakan sisa terindikasi nyeri sindroma miofasial.
metabolisme yang menumpuk pada Populasi terjangkau dalam penelitian ini
jaringan miofasia, sehingga terjadi adalah mahasiswa yang terindikasi
penyerapan zat-zat iritan penyebab sindroma miofasial otot upper
nyeri dan akan menurunkan allodynia trapezius. Penelitian dilakukan di
dan hiperalgesia pada sistem saraf. gedung perkuliahan Fisioterapi
Di Indonesia sendiri hasil Universitas Udayana mulai Mei sampai
penelitian yang khusus tentang Juni 2013.

4
Besar sampel yang diperlukan diberi ukuran 10 cm yang
dalam penelitian ini dihitung menggambarkan intensitas nyeri yang
berdasarkan rumus Pocock (2008): berbeda dengan ujung kiri diberi tanda
2σ 2 yang berarti “tidak nyeri” sedangkan
n= f (α , β ) ujung kanan diberi tanda yang berarti
(µ 2 − µ1 )2 “nyeri tak tertahankan” (Potter & Perry,
Keterangan: 2005).
n = Jumlah sampel
σ = Simpang baku / standar Peneliti menggunakan beberapa
deviasi uji statistik dalam menganalisis data,
α = Tingkat kesalahan I antara lain :
(ditetapkan 0,05) 1. Uji Statistik Deskriptif untuk
β = Tingkat kesalahan II menganalisis umur dan jenis
(ditetapkan 0,2) kelamin sampel.
f (α,β) = Interval kepercayaan 7,9 2. Uji normalitas data dengan
µ1 = Rerata nilai nyeri Saphiro Wilk Test, bertujuan
sebelum penerapan untuk mengetahui distribusi data
µ2 = Rerata nilai nyeri setelah masing-masing kelompok
penerapan penerapan. Digunakan α sebagai
2ሺ7,55ሻଶ batas kemaknaan, dengan nilai
݊= × 7,9 0,05. Hasilnya p > 0,05
ሺ44,6 − 34,5ሻଶ
114,01 menunjukkan bahwa data
݊= × 7,9 berdistribusi normal dan p <
102,01
0,05 menunjukkan bahwa data
݊ = 8,82
tidak berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil penghitungan
3. Uji homogenitas data dengan
maka sampel ditetapkan berjumlah total
Levene’s Test, bertujuan untuk
22 orang. Sampel akan dibagi menjadi
mengetahui variasi data.
dua kelompok penerapan dengan
Digunakan α sebagai Batas
masing-masing kelompok berjumlah 11
Kemaknaan, dengan nilai 0,05.
orang dengan penerapan sebagai berikut
Hasilnya p > 0,05 maka data
:
homogen dan p < 0,05 berarti data
1. Kelompok Penerapan 1
tidak homogen.
diberikan myofascial release
4. Analisis Komparasi data sampel
technique.
berdistribusi normal, digunakan:
2. Kelompok Penerapan 2
a. Uji Parametrik related t-test
diberikan ischemic compression
b. Uji Parametrik (Independent
technique
test)
Pada penelitian ini, pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan
HASIL PENELITIAN
teknik consecutive sampling. Hasil dari
Karakteristik sampel dari hasil
penelitian diolah dengan menggunakan
pengumpulan data dengan
komputer program SPSS 20.0.
menggunakan instrumen penelitian
Instrumen Penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini,
VAS (Visual Analogue Scale) maka didapatkan nilai sebagai berikut:
adalah alat ukur yang digunakan untuk
pengukuran intensitas dan tipe nyeri
dengan menggunakan garis lurus yang

5
Tabel 1. Deskripsi Data Sampel Tabel 3. Hasil Related t-test
Jenis Kelompok Kelompok Intervensi Beda
Kelamin Perlakuan 1 Perlakuan 2 p
Sebelum Setelah Rerata
(n=11) (n=11)
Jumlah Jumlah Kelompok 3,53±
4,73 1,20 0,000
Laki – laki 7 63,6 % 2 18,2 % 1 1,55
Perempuan 4 36,4 % 9 81,8 % Kelompok 3,30±
5,09 1,79 0,001
Umur (th) 20,36 ± 0,67 21,00 ± 0,52 2 2,27

Untuk menentukan uji statistik Tabel 3 memperlihatkan beda


yang akan digunakan maka terlebih rerata penurunan nyeri sindroma
dahulu dilakukan uji normalitas dan miofasial otot upper trapezius sebelum
homogenitas data hasil test sebelum dan dan sesudah penerapan pada kedua
sesudah pelatihan. Uji normalitas kelompok yang dianalisis menggunakan
dengan menggunakan uji Saphiro Wilk related t-test menunjukkan bahwa
Test, sedangkan uji homogenitas kedua penerapan dapat menurunkan
menggunakan Levene’s Test. nyeri yang bermakna (p < 0,05).
Uji beda ini bertujuan untuk
Tabel 2. Uji Normalitas dan membandingkan rerata penurunan nyeri
Homogenitas pada otot upper trapezius pada sebelum
p. Uji Normalitas
p. Uji penerapan dan setelah penerapan antar
Nilai Saphiro Wilk Test
VAS Kelompok Kelompok
Homogenitas kelompok pada kedua kelompok yang
Levene Test diberikan penerapan berupa myofascial
1 2
Sebelum 0,59 0,94 0,53 release technique dan ischemic
Sesudah 0,08 0,11 0,24 compression technique menggunakan
Selisih 0,51 0,83 0,29
independent t-test.
Hasil uji normalitas (Saphiro
Tabel 4. Hasil Independent t-test
Wilk-Test) menunjukkan penurunan
nyeri sindroma miofasial otot upper Rerata ±
Kelompok N P
SD
trapezius pada sebelum penerapan
semua kelompok berdistribusi normal (p Kelompok
11 4,73 ± 1,49
Sebelum 1
> 0,05). Demikian juga dengan setelah 0,62
Perlakuan Kelompok
11 5,09 ± 1,87
penerapan maupun selisih antara 2
sebelum dan sesudah penerapan pada Kelompok
11 1,20 ± 0,80
Sesudah 1
kedua kelompok berdistribusi normal. 0,21
Perlakuan Kelompok
11 1,79 ± 1,29
(p > 0,05). 2
Hasil uji homogenitas (Levene- Kelompok
11 3,53 ± 0,69
1
Test) menunjukkan kedua kelompok Selisih
Kelompok
0,41
11 3,30 ± 0,58
sebelum dan sesudah penerapan serta 2
selisih pada masing-masing kelompok p
> 0,05, yang berarti data penurunan Rerata keluhan nyeri pada
nyeri sindroma miofasial otot upper penderita nyeri sindroma miofasial otot
trapezius sebelum dan setelah pelatihan upper trapezius pada kedua kelompok
adalah homogen. mengalami penurunan dari rerata
Untuk mengetahui perbedaan keluhan nyeri penderita nyeri sindroma
rerata penurunan nyeri sebelum dan miofasial otot upper trapezius sebelum
sesudah penerapan masing-masing mendapat perlakuan. Analisis
kelompok digunakan related t-test kemaknaan dengan uji independent t-
test menunjukkan bahwa pada masing-

6
masing kelompok dapat menurunkan menerus akan menimbulkan sindroma
nyeri pada kasus sindroma miofasial miofasial.
otot upper trapezius namun tidak
menunjukkan perbedaan yang Penerapan Myofascial Release
signifikan (p > 0,05). Technique dapat menurunkan nyeri
pada sindroma miofasial otot Upper
Grafik 1. Perbandingan Rerata Trapezius
Penurunan Nyeri pada Kedua Uji statistik menggunakan uji
Kelompok related t-test pada kelompok penerapan
1 menggunakan visual analogue scale
6.00 dan diperoleh tingkat pengurangan nyeri
5.00 yang ada pada tabel 3. Pada awal
4.00 pengukuran sebelum penerapan
3.00 didapatkan rata-rata nilai sebesar 4,73,
2.00 Kelompok 1 sedangkan sesudah penerapan
1.00 Kelompok 2 didapatkan rata-rata nilai sebesar 1,20.
0.00 Kemudian dilakukan pengujian dengan
uji related t-test dengan hasil P = 0,000
1
2
3
4
5
6
sebelum

(P < 0,05) yang berarti Ho ditolak atau


ada efek penerapan myofascial release
technique dalam menurunkan nyeri
pada kasus sindroma miofasial otot
upper trapezius.
PEMBAHASAN Grant dan Riggs pada tahun 2009
menyatakan bahwa myofascial release
Karakteristik Sampel technique dapat berperan untuk
Karakteristik sampel pada memberikan stretch atau elongasi pada
penelitian ini yaitu pada kelompok 1 struktur otot dan fascia dengan tujuan
sebagian besar berjenis kelamin laki- melepas adhesion atau perlengketan,
laki (63,6%), sedangkan pada kelompok mengurangi nyeri dengan gate control
2 sebagian besar berjenis kelamin theory, memulihkan kualitas cairan
perempuan (81,8%). Hasil data pelumas dari jaringan fasia, mobilitas
karakteristik umur sampel penelitian jaringan dan fungsi normal sendi.
yaitu dengan kelompok 1 memiliki Penelitian sebelumnya telah
rerata umur 20,36 ± 0,67 dan kelompok dibuktikan oleh Werenski pada tahun
2 memiliki rerata umur 21,00 ± 052 2011 dalam studi literaturnya yang
merupakan rentang tahun usia yang berjudul The Effectifness of Myofascial
produktif, dimana pada umur tersebut Release Techniques in the Treatment of
banyak aktifitas mahasiswa yang masih Myofascial Pain bahwa penerapan
aktif dilakukan, salah satunya adalah myofascial release technique dapat
menggunakan komputer sebagai media mengurangi nyeri muskuloskeletal
belajar. Dalam studi yang dilakukan dengan menggunakan Gate Control
oleh Dommerholt pada tahun 2006 Theory, interpersonal attention,
dinyatakan bahwa adanya aktivitas parasympathetic respon pada saraf
kontraksi otot yang berlangsung secara otonom, dan pelepasan serotonin. Fryer
kontinu (sustained low level pada tahun 2005 menyatakan bahwa
contraction) contohnya seperti aktifitas secara fisiologis apanya pelepasan
mengetik selama 30 menit secara terus- biokimia dari tubuh seperti histamin dan

7
serotonin akan menyebabkan sakit serta memutuskan lingkaran setan
vasodilatasi dan permeabilitas akibat dari spasme otot.
pembuluh darah yang secara mekanis Aguilera pada tahun 2009
melakukan penataan kembali pada menyatakan bahwa teknik ini efektif
struktur jaringan pada otot. untuk mengurangi nyeri pada sindroma
miofasial. Dengan dilakukannya
Penerapan Ischemic Compression penekanan pada area trigger point dari
Technique dapat menurunkan nyeri jaringan miofasial diharapkan agar
pada sindroma miofasial otot Upper terjadi pengeluaran zat-zat sisa iritan
Trapezius dengan adanya limpahan aliran darah
Uji statistik menggunakan uji pada adhesi yang merupakan sisa
related t-test pada kelompok penerapan metabolisme yang menumpuk pada
2 dengan menggunakan visual analogue jaringan miofasia, sehingga terjadi
scale dan diperoleh tingkat pengurangan penyerapan zat-zat iritan penyebab
nyeri yang ada pada tabel 3. Pada awal nyeri dan akan menurunkan allodynia
pengukuran sebelum penerapan dan hiperalgesia pada sistem saraf.
didapatkan rata-rata nilai sebesar 5,09,
sedangkan sesudah penerapan Penerapan Myofascial Release
didapatkan rata-rata nilai sebesar 1,79. Technique sama baik dengan
Kemudian dilakukan pengujian dengan Ischemic Compression Technique
uji related t-test dengan hasil P = 0,001 dalam menurunkan nyeri pada
(P < 0,05) yang berarti Ho ditolak atau sindroma miofasial otot Upper
ada efek penerapan ischemic Trapezius
compression technique dalam Berdasarkan data pada tabel 4,
menurunkan nyeri pada kasus sindroma diperoleh nilai sesudah intervensi pada
miofasial otot upper trapezius. kelompok penerapan 1 sebesar 3,53 ±
Ischemic compression technique 0,69 , sedangkan nilai sesudah
adalah suatu bentuk teknik pijatan intervensi pada kelompok penerapan 2
dengan tujuan untuk mengurangi nyeri sebesar 3,30 ± 0,58 dengan t-test
dengan terjadinya hyperemia reaktif independent sample. Dan didapatkan
pada daerah trigger points serta adanya hasil bahwa P = 0,41 (P > 0,05),
mekanisme spinal refleks yang sehingga Ho diterima. Ini berarti bahwa
memulihkan spasme otot. Sasarannya tidak ada perbedaan yang signifikan
adalah pada substansia gelatinosa pada penerapan myofascial release
dengan tujuan memberikan inhibisi technique dengan ischemic compression
transmisi stimulasi nyeri (Gemmell et technique dalam menurunkan nyeri
al., 2008). Fernandez pada tulisannya pada kasus sindroma miofasial otot
tahun 2006 menyatakan bahwa upper trapezius.
diterapkannya ischemic pressure pada Myofascial Release Technique
area otot yang terdapat taut band akan dan Ischemic Pressure Technique
mengurangi nyeri akibat dari teraktifnya merupakan beberapa teknik manual
saraf berpenampang tebal yang akan terapi yang dapat digunakan untuk
mengeblok serabut saraf berpenampang mengurang nyeri dalam kasus ini.
kecil sehingga rangsangannya lebih Teknik ini tidak menimbulkan efek
lambat, adanya inhibisi lateral pada samping dan merupakan terapi yang
medulla spinalis adalah bentuk upaya diberikan langsung terhadap trigger
dalam efektifitas menghilangkan rasa point.

8
Myofascial release technique dalam menurunkan nyeri pada sindroma
(MRT) yang merupakan prosedur yang miofasial otot upper trapezius.
mengkombinasikan tekanan manual Saran
terhadap bagian otot yang spesifik dan Berdasarkan simpulan penelitian,
penggunaan stretching secara simultan disarankan beberapa hal yang berkaitan
serta dapat mengurang nyeri dengan dengan penelitian dimasa yang akan
Gate Control Theory (Scheneider, datang sebagai berikut:
2005). Gate Control Theory 1. Myofascial release technique dan
menyatakan bahwa stimulasi sensorik, ischemic compression technique
seperti tekanan akan bergerak bebih dapat digunakan sebagai teknik
cepat pada sistem saraf daripada fisioterapi untuk mengurangi nyeri
stimulasi nyeri. Oleh karena stimulasi pada kasus sindroma miofasial
tekanan bergerak lebih cepat daripada otot upper trapezius
stimulasi nyeri, stimulasi tekanan 2. Diharapkan kepada rekan-rekan
berpengaruh pada transmisi rasa nyeri fisioterapis maupun mahasiswa
yang menuju otak, sehingga terjadi fisioterapi dapat mengembangkan
“penutupan pintu gerbang” yang penelitian lebih lanjut terhadap
menuju pada reseptor rasa nyeri di otak metode ini dan efeknya terhadap
(Werenski, 2011). masalah lain yang dapat timbul
Ischemic compression adalah pada kasus sindroma miofasial
suatu bentuk teknik pijatan dengan otot upper trapezius.
tujuan untuk mengurangi nyeri dengan 3. Sampel perlu diberikan saran dan
memberikan inhibisi transmisi stimulasi anjuran untuk mengontrol
nyeri (Gemmell H et al., 2008). Pada aktivitas yang dapat menimbulkan
Ischemic Compression Technique, ketegangan otot upper trapezius
ketika mengaplikasikan tekanan yang agar peneliti mendapatkan hasil
dalam, maka darah pada jaringan yang yang lebih optimal
terhalang oleh trigger point akan
menyebar ke area lain disekitarnya
sampai tekanan dilepaskan. Saat DAFTAR PUSTAKA
tekanan dilepaskan maka akan terjadi
limpahan aliran darah pada area trigger Aguilera JF, Martin D, Masnet R,
point yang dapat membawa sisa-sisa Botella A, Soler L, Morell.
metabolisme ke aliran darah. Jika hal ini Immediate Effects of Ultrasound
diulang beberapa kali maka akan terjadi and Ischemic Compression
“irrigation pump” lokal secara Techniques for the Treatment of
signifikan yang meningkatkan aliran Ttrapezius Latent Myofascial
darah ke iskemia lokal (Chaitow, 2008). Trigger Points in Health Subjects:
A Randomized Controlled Study.
SIMPULAN DAN SARAN Journal of Manipulative
Physiological Therapy. 2009: 515-
Simpulan 520.
Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis data maka penelitian ini dapat Daniels JM, Ishmael T, Wesley RM.
disimpulkan bahwa Penerapan Managing Myofascial Pain
Myofascial Release Technique sama baik Syndrome. Phys Sport Med.
dengan Ischemic Compression Technique 2003;Vol.31(10): 39-45.

9
Donmerholt J, Bron C, Fransen J. Headache Reports. 2004: Vol.8:
Myofascial Trigger Points: An 468-475.
Evidence Informed Review. In:
The Journal of Manual and Novi T. Manfaat latihan Statis Active
Manipulative Therapy. 2006: Stretching dan Mc Kenzie Leher
Vol.14(4): 203-221. pada Sindroma Miofasial Leher
Penjahit [skripsi] : Universitas
Fernandez PC, Fernandez J, Muhammadiyah Surakarta; 2010.
Miangolarra JC. Musculoskeletal
Disorders in Mechanical Neck Pocock. Clinical Trial, A Practical
Pain: Myofascial Trigger Points Approach. New York: A Willey
Versus Cervical Joint Medical Publication; 2007.
Dysfunctions: A Clinical Study.
Journal of Musculoskeletal Pain. Potter, P A and Perry, A G. Buku Ajar
2005:Vol.13(1) : 27–35 Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik Edisi
Fryer G, Hodgson L. The Effect of 4 Volume 2. EGC. Jakarta; 2007
Manual Pressure Release on
Myofascial Trigger Points In The Riggs A, Grant KE. Myofascial Release.
Upper Trapezius Muscle. J In: Modalities for Massage and
Bodywork Mov Ther. 2005: Bodywork. Elsevier Health
Vol.14(4) Scienses; 2008: 149-161.

Gemmell H, Miller P, Nordstrom H. Simons DG, Travell J, Simons


Immediate Effect of Ischemic LS.Myofascial Pain and
Compression and Trigger Point Dysfunction.The Trigger Point
Pressure Release on Neck Pain Manual. Baltimore: Williams &
and Upper Trapezius Trigger Wilkins; 2002.
Points: A Randomized Controlled
Trial. Clin Chiropractice. 2008. Werenski J. The Effectiveness of
Myofascial Release Technique In
Gerwin RD, Dommerholt JD, Shah. An The Treatment Of MyofascialPain
Expansion of Simon’s Integrated : A Literature Review. Journal of
Hypothesis of Trigger Point Musculoskeletal Pain. 2011: 23:
Formation. In : Current Pain and 27–35.

10

Anda mungkin juga menyukai