Anda di halaman 1dari 19

TUTORIAL KLINIK

MIOMA UTERI

Disusun oleh:

Rizeria Rengganis Ajeng Utari Progo

42180251

Dosen Pembimbing Klinik:

dr. Trianto Susetyo, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

YOGYAKARTA

2019
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. ES
No. RM : 02-01-79-xx
Tanggal lahir : 21 Mei 1982
Usia : 37 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Depok, Sleman
Pekerjaan : Swasta (Guru TK Kanisius)
Status Perkawinan : Menikah
Masuk RS : 22 September 2019

II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Menstruasi banyak.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Ny. 37 tahun, P1Ab1Ah0, datang ke IGD RS Bethesda dengan keluhan
menstruasi yang banyak. Keluhan sudah dirasakan sejak kurang lebih 1 bulan
yang lalu. Pada menstruasi saat ini darah yang dikeluarkan disertai berupa ada
gumpalan, berwarna merah kehitaman. Keluhan lain yang dirasakan pasien
merasa nyeri pada perut bagian bawah (+), nyeri menjalar hingga ke pinggang
(+), nyeri dirasakan berada di skala 7. Selain itu, pasien mengeluhkan merasa
lemas (+), pusing (-), dan pingsan (-). BAB dan BAK lancar tidak ada keluhan.
Pasien sempat memeriksakan diri dan di USG lalu didapatkan adanya mioma.
Pasien memiliki riwayat keguguran pada tahun 2016 di usia kehamilan 5
minggu. Lalu, setelahnya pasien merasa menstruasi mulai tidak teratur.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


 Keluhan serupa : (-)
 Infeksi Saluran Kemih : (-)
 PID : (+) tahun 2017
 Tumor : (-)
 Kista : (-)
 Hipertensi : (-)
 Diabetes mellitus : (-)
 Penyakit jantung : (-)
 Asma : (-)
 Alergi : (-)

d. Riwayat Penyakit Keluarga


 Keluhan serupa : (-)
 Tumor : (-)
 Hipertensi : (+) Bapak
 Diabetes Melitus : (-)
 Penyakit Jantung : (-)
 Asma : (-)
 Alergi : (-)

e. Riwayat Menstruasi
 Usia menarche : 14 tahun
 Siklus : 7-10 hari (tidak teratur)
 Durasi : >30 hari
 Menorrhaghia : (+)
 Metrorrhaghia : (+)
 Keputihan : (-)
 HPHT : 27 Agustus 2019

f. Riwayat Perkawinan
 Status pernikahan : Menikah 2 kali
 Lama menikah : 5 tahun
 Usia saat menikah : 26 tahun

g. Riwayat Kehamilan dan pemerikksaan Kehamilan


 Riwayat Kehamilan yang pertama (P0 Ab1 Ah0)
No. Tahun Kehamilan Persalinan Penolong JK BB H/M Pendarahan
Abortus uk 5
1. 2016 Curettage - - - - -
minggu

h. Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak menggunakan metode KB apapun.

i. Riwayat Ginekologi
Riwayat Operasi : tidak ada
Riwayat Kuret : (+) tahun 2016
Riwayat Keputihan : tidak ada

j. Riwayat Pengobatan
Pasien tidak mengkonsumsi obat rutin atau pengobatan dalam jangka
panjang.

k. Gaya Hidup
 Merokok : (-)
 Konsumsi alkohol : (-)
 Obat : (-)
 Aktivitas : Pasien seorang pegawai swasta dan bekerja 7 jam/hari
tidak ada aktivitas berat yang dilakukan oleh pasien. Pasien tidak
merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol. Pola makan rutin 3 kali
sehari, air putih cukup, makan buah dan sayur. Aktivitas olahraga
pasien mengatakan jarang berolahraga.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4 V5 M6
BB : 57 kg
TB : 160 cm
Vital Sign:
 Tekanan Darah : 110/80 mmHg
 Pernafasan : 20 x/menit
 Denyut Nadi : 94 x/menit
 Suhu : 36,8 ˚C
Status Generalis:
a. Kepala
Bentuk kepala : normocephali
Mata : simetris, konjungtiva anemis -/-,
sclera ikterik -/-, refleks pupil +/+
normal, isokor, diameter 3/3 mm,
edema palpebra -/-
Telinga : discharge (-/-)
Hidung : discharge (-/-), nafas cuping hidung
(-/-)
Mulut : sianosis (-), lidah kotor (-/-)
b. Leher
Trakea : deviasi (-)
Limfonodi Colli : dbn
c. Thoraks
Simetris, retraksi dinding dada (-), perkusi sonor, vesikuler
(+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-), S1/S2 jantung dbn, bising
jantung (-)
d. Abdomen
Inspeksi : tanda peradangan (-), bekas operasi (-).
Auskultasi : bising usus (+)
Perkusi : timpani
Palpasi : nyeri tekan (+), pekak beralih (-), massa (-)
e. Ekstremitas
Akral hangat, Capillary Refill < 2 detik, nadi kuat, tidak
terdapat edema.

Status Pemeriksaan Obstetrical dan Ginekological :


 Pemeriksaan Leopold : tidak dilakukan.
 DJJ : tidak dilakukan.
 HIS : tidak dilakukan.
 TFU : tidak dilakukan.
 Vaginal Toucher : Uterus membesar, serviks dalam
batas normal.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 22 September 2019 di RSB
Hematologi Hasil Satuan Nilai Rujukan
Darah Lengkap
Hemoglobin 10,2 (L) g/dl 11,7 – 15,5
Leukosit 11,89 (H) Ribu/mmk 4,5 – 11,5
Eosinofil 0,2 (L) % 2–4
Basofil 0,4 % 0–1
Segmen Neutrofil 87,3 (H) % 50 – 70
Limfosit 10,1 (L) % 18 – 42
Monosit 1,9 (L) % 2–8
Hematokrit 30,7 (L) % 35 – 49
Eritrosit 3,88 (L) Juta/mmk 4,2 – 5,4
RDW 12,6 % 11,5 – 14,5
MCV 79,1 (L) fL 80 – 94
MCH 26,2 pg 26 – 32
MCHC 33,1 g/dL 32-36
Trombosit 210 Ribu/mmk 150 – 450
MPV 5 (L) fL 7,2 – 11,1
PDW 19,6 (H) fL 9,0 – 13,0
GolonganDarah O
HbsAg Negatif Negatif

Hemostasis
Masa Perdarahan 2,00 Menit.detik 1,00 – 6,00
Masa Pembekuan 9,00 Menit.detik 5,00 – 12,00

Kimia Darah
GDS 112,3 mg/dL 70 – 140
Pemeriksaan USG (23 September 2019)

Hepar : Kontur normal, lancip, ekostruktur normal, homogen, AP =


12,50 cm
Vena porta dan hepatika dalam batas normal, tak tervisualisasi nodul
kistik/solid
Pancreas : Kontur dan ekostruktur normal
Vesica fellea : Kontur normal, dinding reguler, intra lumen bersih
Lien : Dengan kontur dan ekostruktur normal
Kontur renal kanan terukur : 10,72 X 3,94 cm.
Kontur renal kiri terukur : 10,74 X 4,32 cm.
Capsul reguler, sinus renalis tidak split. Eko kortex dan medula
dalam batas normal.
Vesica urinaria : dengan urin cukup, mukosa reguler, tak menebal
Kontur uterus antefleksi, tampak kontur soft tissue mass aspek
dorso-lateral kiri, meluas ke cervix
Kontur = 4,78 X 5,08 X 4,19 cm, tidak hipervasculer
Eksplorasi abdomen dan Mc Burney : tidak nyeri tekan ekoik
Kesan Ro :
Sono anatomis hepar, VF, pankreas, lien, kedua renal, VU dalam
batas normal.
Tampak massa pada isthmus-cervix, susp. malignansi cervix
dd-mioma uteri.

Pemeriksaan Patologi Anatomi (26 September 2019)


◦ Makroskopis
Mioma uteri: jaringan ukuran(10 x 7 x 7) cm, warna coklat
kenyal berkapsul permukaan bernodul pada pembelahan
penampang berwarna coklat dan didapatkan nodul-nodul
berbatas tegas dan gambaran garis melingkar-lingkar, dari
penampang 1 kupe.
◦ Mikroskopis
Sediaan menunjukkan tumor mesenchymal terdiri atas sel-sel
fusiform monomorfi tersusun solid sebagian berkas-berkas tak
beraturan.
Tidak didapat tanda-tanda ganas.
◦ Kesimpulan: Tumor Uterus: Leiomyoma.

V. DIAGNOSIS
Diagnosis Utama : Mioma Uteri
VI. TATALAKSANA
Terapi medikamentosa
◦ Infus NaCl 0,9% 500 ml 30 tpm
◦ Cefazolin drip 1 gram dalam NaCl 100 ml
◦ Ketorolac inj 30mg/ml 2x1
◦ Asam Tranexamat inj 500mg/5ml IV bolus
◦ Pasang kateter urin

Terapi operatif

◦ Miomectomy

VII. PLANNING
Plan For Monitor
1. Obs. KU & tanda-tanda vital, Balance Cairan
2. Obs. Perdarahan Pervaginam
TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang berada pada uterus atau
organ rahim. Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau
tumor otot rahim. Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan
dapat berkembang ke arah dalam atau ke arah luar. Statistik penderita
mioma tidak dketahui secara pasti karena masih jarang dan umumnya
ditemukan secara tidak sengaja serta jarang menimbulkan keluhan dan
gejala. Sekitar 30% terjadi pada wanita yang berumur diatas 35 tahun.
Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah dan memiliki berat yang
bervariasi mulai dari beberapa gramhingga mencapai 5 kg.
 Jenis-Jenis Mioma Uteri

Berdasarkan tempat tumbuh atau letaknya mioma uteri dapat


diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu :

1. Mioma Uteri Intramural

Pada korpus uteri mioma mulai tumbuh dalam lapisan miometrium.


Tumor ini dalam pertumbuhannya tetap tinggal dalam dinding uterus, maka
disebut mioma uteri intramural. Kalau besar atau multipel dapat
menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol.

2. Mioma Uteri Submukosa

Tumbuhnya tepat dibawah endometrium. Paling sering menyebabkan


perdarahan yang banyak oleh karena terjadi perluasan permukaan
endometrium, sehingga diperlukan tindakan histerektomi, walaupun ukuran
miomnya kecil. Adanya mioma uteri submukosa dapat dirasakan sebagai
suatu curet bump (benjolan pada waktu kuret). Kadang=kadang mioma
uteri submukosa dapat tumbuh terus dalam kavumuteri dan berhubungan
dengan dinding uterus dengan tangkai yang dikenal dengan polip. Kontraksi
uterus yang terjadi menyebabkan polip dapat melalui kanalis servikalis dan
sebagian kecil atau besar memasuki vagina, hail ini dikenal dengan nama
Myoma Geburt.

3. Mioma Uteri Subserosa atau Sub Peritoneal

Letaknya di bawah tunika serosa, mioma tumbuh kearah luar dan


menonjol ke permukaan uterus. Mioma uteri subserosa bisa tumbuh di
antara lapisan depan dan belakang ligamentum latum dan akan menjadi
mioma uteri intraligamenter, yang dapat menekan ureter dan arteki iliaca.
Kadang-kadang vena yang ada dipermukaan pecah dan menyebabkan
perdarahan intraabdominal. Mioma uteri subserosa yang tumbu ke
permukaan uterus yang diliputi oleh serosa, kadang-kadang bertangkai.
Walapupun jarang, bisa terjadi bahwa pada mioma uteri yang bertangkai,
dimana tangkainya menjadi tipis dan tumor dapat mendapat makanan dari
jaringan yang ditempeli, biasanya ligamentum atau omentum. Apabila
karena trombosis dan nekrosis tangkainya terputus, terdapatlah mioma yang
dinamakan wandering fibrioid atau parasitic fibroid.

II. ETIOLOGI

Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui. Umunya


penyebab dari mioma uteri adalah reseptor esterogen yang lebih banyak dan
tinggi pada sebagian jaringan otot rahim. Otot rahim yang memiliki reseptor
esterogen berlebih akan pertumbuhan yang tidak normal dan lebih sensitif
terhadap hormon esterogen, sehingga muncul tumor yang disebut sebagai
tumor uteri. Pada saat terjadi kehamilan dan masa reproduksi, tumor uteri
akan lebih cepat tumbuh dibandingkan otot rahim yang normal dan akan
mengecil pada saat terjadi menopause.

III. GEJALA KLINIS

Pada penderita mioma uteri, gejala yang ditunjukkan bervariasi tergantung


besar, lokasi mioma uteri, dan status penderita gravid atau tidak.
1. Massa Perut Bawah

Gejala ini sering mengakibatkan penderitapertama kali datang untuk


mencari pengobatan. Kadang, sebelum massa membesar, dapat disertai
dengan perasaan tidak nyaman disekitarnya.

2. Perdarahan

Biasanya dalam bentuk menorrhagia. Yang sering menyebabkan


perdarahan adalah mioma uteri submukosa sebagai akibat pecahnya
pembuluh-pembuluh darah. Perdarahan yang hebat dapat menimbulkan
anemia berat. Mioma uteri intramuraldapat juga menyebabkan perdarahan
karena ada gangguan kontraksi otot uterus. Jenis mioma uteri subserosa tidak
menimbulkan perdarahan abnormal.

3. Nyeri

Gejala ini tidak khas untuk mioma uteri, walaupun sering terjadi.
Keluhan yang sering diutarakan adalah rasa berat dan disminorea. Rasa nyeri
dan sakit pada mioma uteri mungkin disebabkan karena gangguan peredarah
darah disertai nekrosis setempat, atau disebabkan proses radang dengan
perlekatan ke omentum usus. Rasa saki yang timbul juga akibat dari torsi
mioma uteri subserosa. Sifatnya nyeri adalah akut disertai rasa enek dan
muntah-muntah. Pada mioma uteri besar, rasa nyeri disebabkan karena
tekanan terhadap saraf, yang dapat menjalar ke pinggang dan tungkai bawah.

4. Akibat Tekanan (Pressure Effect)

Bila mioma uteri menekan kandung kencing, akan menimbulkan


kerentanan kandung kencing (Bladder Irritability), polakisuri, dan disuria.
Bila uretra yang tertekan, maka dapat menimbulkan retensio urine. Jika
berlarut-larut dapat menyebabkan hidroureteronephrosis. Tekanan pada
rektum menimbulkan konstipasi dan nyeri saat defekasi.
5. Infertilitas dan Abortus

Dapat terjadi apabila sarang mioma uteri menutup atau menekan pars
interstisialis tuba, sedangkan mioma uteri submukosa juga memudahkan
terjadinya abortus karena terjadi distorsi rongga uterus.

IV. DIAGNOSIS
1. Anamnesis

Dalam anamnesis, dicari keluhan utama serta gejala-gejala mioma uteri


lainnya, faktor risiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi pada
penderita yang hamil. Seringkali penderita mengeluh akan rasa berat dan
adanya benjolan pada perut bagian bawah.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Kadang mioma


uteri dapat diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk
tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit. Bila belum jelas, terutama pada
wanita gemuk, dapat dilakukan pemeriksaan bimanual.

V. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Laboratorium

Akibat yang sering terjadi pada mioma uteri adalah anemia. Hal ini
akibat perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangann zat besi.
Namun, pada kebanyakan pasien akan terjadi mekanisme eritrolisis. Pada
kasus dengan komplikasi menjadi degerasi akut atau infeksi akan
ditemukan leukositosis.

b. Imaging
1) Pemeriksaan USG

Pada pemeriksaan ini akan didapatkan gambaran massa padat dan


homogen pada uterus. Mioma uteri ukuran beasar terlihat sebagai massa
pada abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan
kalsifikasi.

2) Histerosalfinografi

Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang


tumbuh kearah kavum uteri pada pasien infertil.

3) Urografi Intravena

Pemeriksaann ini digunakan pada kasus massa di pelvis sebab


pada kasus tersebut sering terjadi deviasi ureter atau penekanan dan
anomali sistem urinarius. Cara ini baik untuk mengetahui posisi, jumlah
ureter dan ginjal.

4) Pemeriksaan MRI

Pada pemeriksaan ini memiliki hasil yang akurat untuk mentukan


lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri, namun biaya pemeriksaan manjadi
lebih mahal.

VI. TATA LAKSANA


1. Konservatif dengan pemeriksaan periodik

Bila seorang wanita dengan mioma uteri mencapai usia menopause,


biasanya tidak mengalami keluhan, bahkan dapat mengecil sehingga mioma
uteri pada wanita premenopause tanpa gejala sebaiknya diobservasi saja. Bila
mioma uteri besarnya seperti kehamilan 12-14 minggu, disertai pertumbuhan
yang cepat sebaiknya dioperasi, walaupun tidak ada gejala atau keluhan. Pada
masa post menopause, mioma uteri biasanya tidak memberikan keluhan. Bila
terjadi pembesaran mioma uteri post menopause harus dicurigai
kemungkinan keganasan.

2. Radioterapi
o Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi (bed risk
patient).
o Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan.
o Bukan jenis submukosa atau yang berdegenerasi.
o Tidak disertai radang pelvis, atau penekanan pada rectum.
o Tidak dilakukan pada wanita muda karena dapat menyebabkan
menopause.
o Jenis Radioterapi : Radium dalam cavum uteri, X-ray pada ovarium
(Castrasi).
o Tujuan Radioterapi : Menghentikan perdarahan/menorrhagia dengan
cara merusak endometrium atau merusak fungsi ovarium dengan X-ray.
3. Operatif

Indikasi operasi pada penderita dengan mioma uteri adalah pada kasus :

o Perdarahan abnormal, yang umumnya disebabkan oleh mioma uteri


submukosa dan mioma uteri bertangkai.
o Mioma uteri yang telah menimbulkan gejala penekanan, misalnya
menyebabkan retensio urine.
o Nyeri hebat akibat torsi dari tangkai mioma uteri. Namun rasa nyeri
akibat perubahan degenerasi merah pada kasus mioma uteri dengan
kehamilan bukan merupakan indikasi operasi, hanya dilakukan terapi
paliatif.
o Mioma uteri berukuran besar, walaupun tidak menunjukan gejala.
o Pada mioma uteri yang dicurigai ke arah keganasan.

Jenis operasi pada penderita dengan mioma uteri adalah :

a. Miomektomi

Cara ini disesuaikan dengan lokasi dan ukuran mioma uteri.

Kerugian :

o Dapat melemahkan dinding uterus, sehingga meningkatkan


kemungkinan ruptur uteri saat hamil.
o Menyebabkan perlekatan.
o Residitif.
b. Histerektomi

Dilakukan pada mioma uteri yang besar dan multipel, usia


penderita ditas 40 tahun, penderita tidak menginginkan anak lagi.

Sebaiknya dilakukan histerektomi totalis, kecuali bila keadaan


tidak mengijinkan, dapat dilakukan histerektomi supravaginalis. Untuk
menjaga kemungkinan keganasan pada cervix, sebaiknya dilakukan pap
smear pada waktu tertentu.

4. Medikamentosa
a. GnRH Agonis

Penelitian menunjukan bahwa dengan terapi GnRH agonis pada


mioma uteri, ukuran uterus menurun hingga 30-64% setelah 3-6 bulan
pemberian obat. Respon maksimal biasanya tercapai pada bulan ketiga.
Pengurangan ukuran uterus berhubungan dengan kadar estradiol dan
berat badan. Terapi GnRH mampu mengatasi gejala menorrhagia,
anemia dan gejala yang timbul akibat penekanan massa tumor ke pelvis.
Bila GnRH digunakan sebagai terapi pre operasi hingga ukuran uterus
kurang dari 16 minggu (yang sudah operabel) mampu mencegah
kehilangan darah berlebih selama operasi. Respon terhadap terapi GnRH
bervariasi sebab banyak hormon yang mempengaruhi perkembangan
mioma uteri (esterogen, progesterone, growth factor dan reseptor).
Setelah terapi GnRH agonis, siklus menstruasi kembali teratur pada 4-10
minggu, ukuran uterus mengecil dalam 3-4 bulan.

Beberapa efek samping terapi GnRH yang dilaporkan, antara lain


adalah hot flushes (kulit kemerahan) yang terjadi pada >75% pasien dan
umumnya gejala tersebut tampak setelah 3-4 minggu penggunaan GnRH.
Sekitar 5-15% pengguna terapi GnRH mengeluh sakit kepala, vagina
kering, kekakuan pada sendi dan otot, serta depresi. Reaksi alergi
setempat pada daerah penyuntikan GnRH ditemukan pada 10% pasien.
Reaksi alergi serius lainnya jarang terjadi, namun tidak menutup
kemungkinan terjadi reaksi anafilaksis segera maupun lambat.

b. GnRH Antagonis
Terapi dengan GnRH antagonis mampu menekan fungsi pituitari-
gonag tanpa adanya respon stimulasi awal seperti pada penggunaan
GNRH agonis. Efeknya sama seperti penggunaakn GnRH agonis namun
hasilnya lebih cepat terlihat (mampu mengurangi ukuran tumor selama
14 hari) dari pada GnRH agonis sebab tidak terjadi respon stimulasi awal.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F.G. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC.

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga

Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri


Williams: Panduan Ringkas Edisi 21. Jakarta: EGC.

Manuaba. 2012. Ilmu Kebidanan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan


Bidan. Jakarta:EGC

Mochtar, R. 2002. Sinopsis Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawiroharjo..
Prawirohadrjo, Sarwono. 2011 .Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Sastrawinata, S., Martaadisoebrata, D., Wirakusumah, F.F. 2005. Obstetri Patologi.


Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai