Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dampak globalisasi dan kemajuan zaman telah memberikan pengaruh
terhadap dunia pendidikan. Persaingan dalam peningkatan sumberdaya manusia
membuat perguruan tinggi harus terus meningkatkan kualitas pendidikannya.
Sistem perencanaan metode pembelajaran yang efektif akan dapat
meningkatkan kualitas dan kompetensi mahasiswa. Oleh karena itu suatu
Perguruan Tinggi harus membekali peserta didiknya dengan attitude, knowledge,
skill dan insight sehingga dapat menciptakan lulusan perawat yang berkualitas
dan memiliki daya saing tinggi. Namun selain di kampus, mahasiswa juga dapat
mengaplikasikan ilmu yang sudah di milikinya di lahan praktik.

Belajar di lingkungan klinik memiliki banyak keunggulan. Pembelajaran


klinik berfokus pada masalah nyata dalam konteks praktik professional. Peserta
didik termotivasi oleh kesesuaian kompetensi yang dilakukan melalui partisipasi
aktif pembelajaran klinik; sedangkan pemikiran, tindakan dan sikap profesional di
perankan oleh pembimbing klinik ( clinical instruction atau CI ). Lingkungan klinik
merupakan wadah bagi maahsiswa untuk belajar pemeriksaan fisik, argumentasi
klinik, pengambilan keputusan, empati, serta profesionalisme yang diajarkan dan
dipelajari sebagai satu kesatuan.
Pembelajaran Praktik Klinik adalah suatu proses transformasi mahasiswa
menjadi seorang bidan professional yang memberi kesempatan mahasiswa
untuk beradaptasi dengan perannya dengan perannya sebagai bidan
professional di situasi nyata pada pelayanan kesehalan klinik atau komunitas
(Nursalam & Ferry, 2009).
Tujuan dari praktik klinik selain menerapkan konsep adalah diharapkan
peserta didik lebih aktif dalam setiap tindakan sehingga terampil dalam
menggunakan teori dan tindakan. Hal lain yang menjadi pencapaian di lahan
klinik adalah kemampuan pengambilan keputusan klinis yang mengintegrasikan
teori, hukum, pengetahuan, prinsip dan pemakaian keterampilan khusus. Di
lahan klinik peserta didik juga dapat bereksperimen dengan menggunakan
konsep dan teori untuk praktik, menyelesaikan masalah dan mengembangkan
bentuk perawatan baru (Nursalam & Ferry, 2008).
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PRECEPTORSHIP
1. Definisi
Perceptor adalah seseorang yang mengajar, meberikan bimbingan, dapat
memberikan inspirasi, menjadi panutan (role model) serta mendukung
pertumbuhan dan perkembangan individu (trainee) untuk jangka waktu
tertentu dengan tujuan khusus mensosialisasikan traineer pada peran
barunya.
2. Tujuan utama preceptorship
Tujuan preseptorsip dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu:
a. Secara mikro: preceptorship secara mikro bertujuan membantu
proses transisi dari pembelajaran ke praktisioner; mengurangi
dampak sebagai “syok realita” dan memfasilitasi individu untuk
berkembang dari apa yang dihadapi dari lingkungan barunya.
b. Secara makro: preceptorship secara makro bertujuan untuk
melibatkan pengembanagn perawat di dalam bernegosiasi.
Preceptorship digunakan sebagai sosialisasi dan orientasi, sehingga
diskusi antara preceptor dan preceptee diperlukan untuk memberikan
pandangan dan harapan preceptee akan memiliki kemampuan yang
sama dengan preceptornya.
3. Manfaat Preceptorship
Dalam program preceptorship dapat memberikan manfaat baik kepada
preseptor/ guru preseptee atau murid, ara lulusan yang baru, yaitu:
a. Peningkatan pengalaman preceptee dalam perawatan pasien
b. Peningkatan diri preseptor dalam memecahkan sebuah kasus
c. Peningkatan rasa keercayaan diri ppreceptee
d. Peningkatan wawasan perseptor dalam memberikan bimbingan.
4. Kriteria Preceptor
Tidak semua individu atau medio dapat memiliki kriteria yang sama
sebagai preceptor. Preceptor adalah individu yang mempunyai
pengalaman bekerja minimal 12 tahun di bidang yang sama atau bidang
yang yang masih berhubungan. Keterampilan komunikasi dan
kepemimpinan, kemampuan membuat keputusan yang tepat, dan
mendukung perkembangan profesional merupakan hal terpenting dalam
preceptorship. Secara garis besar kriteria preceptor adalah:
a. Berpengalaman dan ahli di lingkungan kerjanya.
b. Berjiwa kepemimpinan.
c. Mempunyai keterampilan komunikasi yang baik.
d. Mempunyai kemampuan membuat keputusan.
e. Mendukung perkembangan profesional.
f. Mempunyai kemauan untuk mengajar dan mau mengambil peran
dalam penerapan model Preceptorship.
g. Tidak mempunyai sikap yang menilai terlalu awal pada rekan kerja
asertif.
h. Fleksibilitas untuk berubah.
i. Mampu beradaptasi dengan kebutuhan pembelajaran individu.
Komponen Preceptorship
Program preceptorship terdiri dari tiga komponen utama, yaitu:
a.Orientasi ke tatanan klinis, b.Dukungan dan supervisi di bidang klinis,
c.Pengembangan lebih lanjut dari keterampilan yang berkaitan dengan
ketatanan klinis.
5. Tahap-tahap Preceptorship
a. Awal wawancara:
1) Menjelaskan hasil yang ingin di capai dalam bimbingan.
2) Menjelaskan dukungan dan mekanisme bimbingan.
3) Mengidentifikasi aktivitas dan cara belajar yang akan proses
bimbingan.
b. Wawancara intermediate
Dengan preceptee dan preceptor menentukan:
1) Tinjauan bimbingan dan bukti terdokumentasi.
2) Topik diskusi yang intensif.
3) Dokumen bukti belajar yang sesuai.
c. Akhir wawancara:
1) Mengevaluasi hasil bimbingan.
2) Rencana tahap selanjutnya dari pengembangan profesional.
3) Preceptor memberi feedback atau masukan serta evaluasi selama
interaksi.
4) Mengkaji respons preceptee selama proses bimbingan.
5) Gunakan siklus reflektif untuk belajar dari pengalaman preceptee.
6. Langkah – langkah Preceptorship
a. Persiapan pertemuan
Wawancara awal: hal yang perlu dilakukan oleh preceptor adalah:
1) Mencari tahu tentang kebutuhan preceptee dalam bimbingan,
2) Membantu preceptee menentukan tujuan bimbingan yang ingin
dicapai.
3) Menanyakan kepada preceptee tentang tugas yang dibebankan.
4) Memperkenalkan tentang sikap preceptor dan kesempatan
bimbingan.
5) Menjajaki psikologis preceptee tentang kesiapan bimbingan,
memberi dukungan preceptee untuk self-assesment setiap tahap
bimbingan.
b. Tahap pelaksanaan
Wawancara lanjutan: hal yang perlu dilakukan oleh preceptor adalah:
1) Mendukung preceptee untuk mengetahui kelemahan dan
kelebihan diri sendiri.
2) Mengklarisifikasi setiap ide yang ditentukan oleh preceptee.
3) Memberikan saran preceptee untuk perbaikan.
4) Mencatat point-point penting yang di sampaikan oleh preceptee.
5) Melihat kembali perkembangan preceptee setelah wawancara
6) Mendorong preceptee untuk menjawab pertanyaan preceptor.
c. Tahap evaluasi
Wawancara akhir: hal yang perlu dilakukan preceptor adalah:
1) Menanyakan kepada preceptee kesiapan dalam menerapkan hasil
wawancara
2) Mendiskusikan dengan preceptee hal – hal yang dianggap penting
3) Menilai kemajuan dan kemampuan preceptee dalam proses
wawancara tentang topik yang sudah disepakati.
B. MENTORSHIP
1. Definisi
Mentoring adalah sebuah proses dari rangkaian pembentukan
karakter manusia, dari mentoring akan dihasilkan berbagai hal dan yang
terpenting adalah ketangguhan karakter. Mentoring adalah perilaku –
perilaku atau proses yang dipolakan dimana seseorang bertindak
sebagai penasehat kepada orang lain.
Mentoring merupakan salah satu sarana yang didalamnya
terdapat proses belajar. Orientasi dari mentoring itu adalah
pembentukan karakter dan kepribadian seseorang sebagai mentee
(peserta mentoring) karena adanya seseorang mentor dalam suatu
wadah atau organisasi.
Seorang mentor biasanya adalah seorang yang lebih tua dan
selalu lebih berpengalaman, yang membantu dan memandu
pengembangan individu yang lain. Bimbingan seorang mentor ini tidak
dilaksanakan karena adanya maksud untuk keuntungan pribadi.
Mentorship adalah suatu hubungan antara 2 orang yang
memberikan kesempatan untuk berdiskusi yang menghasilkan refleksi,
melakukan kegiatan/tugas dan pembelajaran untuk keduanya yang
didasarkan kepada dukungan, kritik membangun, keterbukaan,
kepercayaan, penghargaan dan keinginan untuk belajar dan berbagi
(Rolfe-Flett, 2001; Spencer, 1999 dikutip dalam Werdati, 2007).
Adapun 5 karakteristik mentorship yaitu sifat hubungan yang
menguatkan dan memberdayakan, menawarkan serangkaian fungsi
menolong/membantu untuk memfasilitasi pembinaan dan memberikan
dukungan, perannya meliputi keterkaitan antara aspek personal,
fungsional dan hubungan, dan tujuan individu (mentee) dan fungsi
penolong ditetapkan oleh individu yang terlibat, serta bisa saling memilih
(siapa mentor dan mente) dan diidentifikasi fase hubungannya. Hal ini
akan memberikan kenyamanan bagi mentor maupun menti dalam
membangun hubungan dan bagi pengembangan diri.
2. Tipe mentoring
Terdapat dua tipe kegiatan mentoring, yaitu :
a. Mentoring yang bersifat alami, contohnya seperti persahabatan,
pengajaran, pelatihan dan konseling.
b. Mentoring yang direncanakan, yaitu melalui program – program
terstruktur dimana mentor dan mentee memilah dan memadukan
kegiatan mentoring melalui proses – proses yang bersifat normal.
3. Tahap – tahap mentoring
Menurut John Maxwell, pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang
banyak melahirkan pemimpin – pemimpin baru di dalam
kepemimpinannya. Bagaimana menjadi seorang pemimpin yang efektif,
solusinya adalah melalui proses mentoring. Ada empat tahapan
mentoring yang harus diketahui dan diterapkan :
a. I do you watch
Dalam tahapan ini, mentor memberikan contoh untuk orang yang
dimentor. Tahapan ini memungkinkan orang yang kita mentor
mempelajari dengan melihat langsung bagaimana anda melakukan
sesuatu mulai dari tahap persiapan sampai tahap akhirnya yaitu
dimana anda melakukan sesuatu dan melakukan evaluasi.
b. I do you help
Tahapan selanjutnya adalah megajak orang yang dimentori untuk
mulai membantu anda. Disini orang tersebut akan mulai belajar dan
merasakan prosesnya ebih mendalam. Proses ini adalah tahapan
yang penting, dimana setelah tahap ini, orang yang kita mentor
akan mulai mencoba untuk praktek secara langsung.
c. You do I help
Tahapan yang ketiga dalam 4 tahapan mentoring adalah dengan
mengijinkan orang yang kita mentor untuk mulai tampil dan
melakukan tindakan. Disini peranan kita sebagai seorang mentor
adalah membantu untuk terus mengarahkan supaya orang yang kita
mentor ini tetap berada di jalur yang benar.
d. You do I watch
Tahapan ini adalah tahapan dimana anda sudah merasa yakin
dengan kompetensi dan kapabilitas terhadap orang yang anda
mentor. Sehingga di tahapan ini, anda sudah bisa melepas dan
mengamati saja serta mementor calon pemimpin anda lainnya.
Prinsipnya adalah bukan bisa atau tidak bisa, tetapi mau atau tidak
mau.
4. Syarat seorang mentor
a. Bisa dipercaya
b. Memiliki “respect”
c. Memiliki “knowledge” yang lebih baik
d. Memiliki “skill” yang lebih baik.
e. Memiliki semangat tinggi (self motivated)
f. Memiliki sikap mental positif
g. Memiliki sikap empati
h. Peduli (caring)
i. Decision maker
5. Peran dan tanggung jawab mentor
a. Dalam program yang spesifik :
1) Adanya pelaporan secara berkala kepada semua yang terkait
tentang perkembangan pribadi, kegiatannya (tupoksi dan hasil)
dan hubungan dengan mentor.
2) Bekerja dengan karyawan potensial untuk menciptakan
rencana aksi bagi pengembangan profesional dan individu
mereka.
3) Menyediakan waktu minimum 5 jam / bulan untuk mentee.
b. Dalam bisnis yang spesifik
1) Mendorong karyawan potensial untuk mengembangkan potensi
mereka secara penuh
2) Membimbing karyawan potensial agar dapat melalui berbagai
tahapan yang berbeda dalam organisasi
3) Menolong perencanaan, pertumbuhan dan pengembangan
kinerja organisasi.
4) Membantu karyawan potensial untuk memahami kebutuhan
yang harus ditindaklanjuti dan memberi berbagai saran tentang
cara pencapaiannya.
5) Membantu mengevaluasi perencanaan dan keputusan
karyawan potensial.
6) Membantu pengusaha muda mempertimbangkan berbagai
kemungkinan yang berbeda dan memilih yang kiranya paling
efektif.
c. Untuk nasehat umum :
1) Memberikan dukungan dan nasehat yang rahasia dan tidak
memihak
2) Memberikan berbagai kesempatan membangun jaringan kerja
dan menunjukan kepada karyawan potensial berbagai pilihan
alternatif dan kesempatan dalam komunitas atau suatu
kelompok.
3) Mentransfer pengalaman dan pengetahuan organisasi untuk
mempercepat pembelajaran si karyawan potensial
4) Menyediakan informasi, pedoman, komentar-komentar yang
konstruktif
5) Membantu dalam pengelolaan hambatan yang mungkin
mengancam pencapaian tujuan organisasi mereka
6) Bersama karyawan potensial, mengembangkan dan merevisi
daftar kompetensi yang dibutuhkan demi keberhasilan dan
pengembangan kinerja organisasi, serta pengembangan pribadi
karyawan potensial.
d. Untuk dukungan emosional
1) Bersikap proaktif dalam melakukan kontak dengan karyawan
potensial
2) Menyediakan dukungan, dorongan dan bimbingan dalam sikap
yang profesional dan bersahabat, dan bebas dari penilaian
pribadi yang subjektif kepada karyawan potensial.
3) Berbagi pengalaman dan mendengarkan
4) Memainkan peran sebagai teman, guru, orangtua atau
fasilitator
5) Bertindak sebagai dewan pendukung bagi ide-ide baru
6) Selalu melakukan tindakan yang berpihak pada kepentingan
karyawan potensial
7) Mencari bantuan dari adanya mentor lain (dalam hal ini
Pimpinan yang lebih tinggi, orang yang lebih berpengalaman
atau konsultan mentoring) apabila karyawan potensial
menghadapi masalah yang tidak dapat diselesaikan
berdasarkan pengalaman dan/atau keahlian seorang Mentor.
e. Untuk kegiatan monitoring umum
1) Menyoroti perkembangan berbagai masalah atau ketidak
berlanjutan komitmen, dan menolong karyawan potensial untuk
mengatasinya.
2) Memonitor perkembangan kinerja dan memberikan nasehat
yang relevan dalam organisasi.
3) Menolong untuk mengidentifikasi berbagai kesulitan potensial
dalam organisasi yang tidak diketahui oleh karyawan potensial.
4) Perlu format model reporting yang umum.
C. Macam Metode Pembelajaran Klinik
Pembelajaran Praktik Klinik adalah suatu proses transformasi
mahasiswa menjadi seorang bidan professional yang memberi
kesempatan mahasiswa untuk beradaptasi dengan perannya dengan
perannya sebagai bidan professional di situasi nyata pada pelayanan
kesehalan klinik atau komunitas (Nursalam & Ferry, 2009).
Adapun beberapa metode dalam pembelajaran klinik :
1. Bed Side Teaching
Bedside teaching adalah pembelajaran yang dilakukan langsung di
depan pasien. Dengan metode bedside teaching mahasiswa dapat
menerapkan ilmu pengetahuan, melaksanakan kemampuan
komunikasi, keterampilan klinik dan profesionalisme, menemukan
seni pengobatan, mempelajari bagaimana tingkah laku dan
pendekatan dokter kepada pasien.
a. tujuan dari bedside teaching adalah :
1) Peserta didik mampu menguasai
keterampilan prosedural.
2) Menumbuhkan sikap profesional.
3) Mempelajari perkembangan biologis/fisik.
4) Melakukan komunikasi dengan pengamatan langsung.
b. Prinsip Dasar Bedside Teaching
1) Adanya kesiapan fisik maupun psikologis dari
pembimbing klinik peserta didik dan klien.
2) Jumlah peserta didik dibatasi idealnya5-6 orang.
3) Diskusi di awal dan akhir demonstrasi didepan klien
dilakukan seminimalmungkin.
4) Lanjutkan dengan redemonstrasi.
5) Kaji permasalahan peserta didik sesegera mungkin
terhadap apa yang dilakukan.
6) Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang
belum pernah diperoleh peserta didik sebelumnya,atau
apabila peserta didik menghadapi
kesulitan penerapannya.
2. Case Presentation
Adalah metode penyajian pasien dengan menggunakan kehadiran seorang
pasien dan dipilih sebagai fokus diskusi kelompok dengan tujuan dapat
memberikan pengalaman langsung dalam pembahasan prinsip-prinsip prosedur
perawatan dari pasien, metode ini sering digunakan dilahan pratek khususnya
dilahan rumah sakit.
Prinsip yang dilakukan nursing clinik diantranya adalah
a. Harus direncanakan dengan teliti dengan pasien, surat ijin, pemilihan
lokasi,perumusan tujuan informasi dan lain-lain
b. Pasien harus diberi kesempatan untuk mengekspresikan kebutuhannya
c. Adanya hak pasien untuk prifasi dan rahasia informasi tentang dirinya
d. Adanya evaluasi tentang pelaksanaan nursing clinic

Langkah metode nursing clinic


Tahap permulaan
Diawali dengan memperkenalkan peserta didik tentang latrar belakang pasien,
situasi pelayanan perawatan, tujuan diskusi, beberapa informasi yang dibutuhkan
tentang pasien.
Tahap diskusi yang berpusat pada pasien
Diawali dengan perkenalan dan penyajian singkat tentang pasien pada peserta
didik, kemudian menunjukan gejala-gejala khusus yang berhubungan dengan
masalah pasien yang mengungkapkan perasaannya.
Tahap evaluasi
Dilakukan dengan diskusi dan penilaian terhadap pasien, perilaku dan
kemampuan untuk mengatasi msalah, penilaian terhdap peserta didik serta
evaluasi proses dan hasil dari nursing clinic apakah tujuan yang ditetapkan
tercapai atau belum.

3. Clinical tour
Merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang menginginkan peserta didik
menstransfer dan mengaplikasikan pengetahuan teoritis dalam keperawatan
langsung (nursalam :2001). Adapun karakteristiknya :
1) Klien dilibatkan langsung
2) Klien merupakan fokus kegiatan peserta didik
3) Peserta didik dan pembimbing melakukan diskusi
4) Pembimbing mengfasilitasi kreatifitas peserta didik adanya ide-ide baru
5) Pembimbing klinik membantu mengembangkan kemampuan peserta didik
untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.

4. Case Study
Studi asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan pemecahan masalah
dimana peserta didik melakukan pengkajian secara mendalam dan menyeluruh
mengenai masalah klinik yang mendasari para perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan. Studi ini dapat dilakukan pada pasien
kelompok maupun keluarganya.
Prinsip yang digunakan :
a. Peserta didik harus dibimbing dalam menulis pasien studi asuhan
keperawatan, pemilihan tersebut harus sesuai dengan kemampuan peserta didik
b. Peserta didik harus dibekali dengan bahan perujukan dengan yang cukup agar
asuhan keperawatan yang efektif
c. Studi asuhan keperawatan itu harus dapt dilihat dan digunakan sebagi bagian
integral dari pengalaman dilapangan
d. Pedoman asuhan keperawatan harus sesuai dengan petunjuk dasar pada
format asuhan yang tertulis.
e. Studi asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan menggabungkan dengan
metode lain seperti komprehensip atau nursing klinik
f. Laporan asuhan keperawatan harus dicek, dievaluasi, dikomentari sesuai
dengan petunjuk yang ada.

5. Pre dan Post Conference


Konferens adalah langkah awal yang harus dilakukan oleh instruktur klinis dalam
memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap mahasiswa. Dalam konferens
instruktur klinis memberikan pengarahan terhadap mahasiswa yang akan
melakukan pelayanan kesehatan. Sehingga para mahasiswa mendapatkan
pengertian akan apa yang akan dilakukan setelah berada di tempat pasien.
a) Pre conference
Pre-konferens merupakan tahapan sebelum melakukan konferens yang akan
dilakukan oleh para instruktur klinis dimana akan dijelaskan apa yang akan
dilakukan oleh setiap mahasiswa sebelum melakukan tindakan keperawatan.
Sedangkan dalam Pre-konferens para instruktur klinis harus sudah menyiapkan
apa yang akan dibahas dalam konferens sehingga tidak banyak waktu yang
terbuang.

b) Post conference
Pos konferens adalah fase dimana dari hasil pembahasan di buat evaluasi.
Setiap mahasiswa harus mampu melakukan evaluasi dari setiap konferens yang
sudah dilaksanakan sehingga mahasiswa tahu apa yang harus dilakukan
berikutnya. Pembahasan yang sudah dibuat akan menjadi acuan untuk bisa
berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah yang timbul dari setiap tindakan
selama berpraktek.

· Pembimbing bersama peserta didik mendiskusikan kegiatan belajar yang telah


dilakukan. Pembimbing meminta agar setiap mahasiswa menceritakan kegiatan
yang telah dilakukan.
· Memberikan penguat terhadap keberhasilan yang telah diperoleh. Peserta
diminta untuk mengevaluasi sendiri proses belajar yang telah dilakukan.
· Secara bersama sama menilai pencapaian tujuan belajar / kompetensi.
Peserta didik diminta menilai sendiri pencapaian tujuan belajar / kompetensinya
dan merumuskan tindak lanjut untuk merumuskan kegiatan belajar berikutnya.
· Instruktur menandatangani pencapaian kompetensi dalam buku pencapaian
ketrampilan yang telah menunjukkan kemampuannya dalam pencapaian
kompetensi tertentu.

6. Sistem Rende/ Rende keperawatan


ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang
memungkinkan peserta didik mengaplikasikan pengetahuan teoritis kedalam
praktik langsung. Adapun beberapa tujuan dari ronde keperawatan adalah :
- Menumbuhkan cara berpikir kritis
- Menumbuhkan pemikiran bahwa tindakan keperawatan berasal dari masalah
klien.
- Meningkatkan pola pikir sistematis.

7. Coaching
Metode penugasan membuat catatan dan laoran tertulis (Eksperensial). Metode
ini merupakan metode yang memberikan penugasan yang membuat catatan dan
laporan secara tertulis, dilahan praktek. Metode ini meliputi penugasan klinik,
penugasan tertulis, stimulasi dan permainan.
Contoh penugasan klink
Melakukan keterampilan psikomotor dan pengembangan keterampilan dan
penyelesaian masalah dalam pengembilan keputusan berdasarkan moral dan
etik
Contoh penugasan tertulis :
1. Menulis rencana keperawatan
2. Studi kasus
3. Perencanaan penddikan kesehatan
4. Proses pencatatan
5. Membuat laporan kunjungan
6. Pembuatan makalah dan cacatan kerja peserta didik tentang hasil observasi di
lapangan serta pengalaman prakteknya.
Contoh simulasi dan permainan
Menggunakan model boneka dalam melakukan keterampilan :
a. Pemeriksaan payudara
b. Katerisasi urine
c. Pemberian injeksi

8. Eksperensial
Suatu metode yang digunakan dengan pembimbing akademik dalam membantu
peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan terhadap
kasus yang terjadi dengan pasien atau keluarga pasien. Adapun kegunaan dari
eksperensial adalah :
- Membantu menganalisis situasi klinik melalui proses identifikasi masalah
- Menentukan tindakan yang akan diambil
- Mengimplementasikan pengetahuan ke dalam masalah klinik.
BAB III

PELAKSANAAN
BAB IV

PEMBAHASAN
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA

Nurachmah, E( 2005). Metode Pengajaran Klinik Keperawatan. Makalah


pelatihan bimbingan klinik. Jakarta: EGC
Relly, D.E & Obermann,M.H (2002). Pengajaran Klinis dalam pendidikan
keperawatan, alih bahasa Eni Noviestari. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai