Anda di halaman 1dari 14

SPESIFIKASI TEKNIS

KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pasal 1
PENDAHULUAN

Spesifikasi teknis ini merupakan ketentuan yang harus di baca bersama sama dengan gambar gambar yang
keduanya menguraikan pekerjaan yang harus dilaksanakan. Spesifikasi untuk pekerjaan yang harus
dilaksanakan dan material yang di gunakan harus di sepakati di semua bagian pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 2
LOKASI KEGIATAN DAN PEKERJAAN

Lokasi Pelaksanaan kegiatan di Tajung Selor. Dan lokasi pekerjaan telah di uraikan dalam gambar rencana
kerja

NAMA DAN ORGANISASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

Organisasi Pembuat Komitmen : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bulungan


Pejabat Pembuat Komitmen
Nama : H.MUNIRI SUPRAPTO, SE
NIP : 19580921 198603 1 004

Pasal 3
PAPAN NAMA KEGIATAN
Papan nama kegiatan diltekan ditempat yang mudah dilihat. Papan nama kegiatan tersebut
sekurang kurangnya mencantumkan keterangan kegiatan seperti :
1. Nama Kegiatan
2. Lokasi Kegiatan
3. No dan Tgl Kontrak
4. Pelaksana
5. Nilai Kontrak
6. Masa Pelaksanaan

Pasal 4
RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Ruang lingkup pekerjaan yang terdapat dalam daftar kuantitas pekerjaan meliputi :
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Tanah
3. Pekerjaan Pondasi
4. Pekerjaan Kayu

5. Hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan ini :


a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan Kontraktor harus menentukan titik awal yang telah
disetujui oleh Pemberi Tugas
b. Dalam identifikasi pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Pencarian informasi ke pihak Pemberi Tugas.
2. melaksanakan pemantauan dilapangan. Kontraktor harus mempunyai tenaga ahli yang
melaksanakan kegiatan tersebut.
Pasal 5
WAKTU PELAKSANAAN DAN SUMBER DANA
a. Waktu Pelaksanaan
1. Berdasarakan urain ruanglingkup pekerjaaan di isyaratkan masa pelaksanaan kegiatan selama 90 (
Sembilan Puluh Hari) hari kalender
2. Dengan masa pemeliharaan 180 ( Seratus Delapan Puluh ) hari kalender

b. Sumber Pendanaan
Sember pendanaan kegiatan diperoleh dari APBD Kabupaten Bulungan Tahun Anggaran 2015.
Dengan perkiraan biaya Rp. 300.000.000,00 ( tiga ratus juta rupiah ) termasuk ppn 10%

Pasal 6
PERIZINAN
1. Penyedia harus mengurus perizinan yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan yang di sesuiakan
dengan ketentuan / peraturan daerah setempat
2. Perizinan yang tersebut diantaranya:
2.1 Ijin Galian

Kontraktor harus mendapat ijin dari pihak yang berwenang, dari instansi yang terkait seperti
PLN, Perumtel sebelum memulai penggalian di jalan-jalan umum dan harus mematuhi syarat-
syarat ijin tersebut. Biaya dalam mengurus perijinan tersebut sudah termasuk dalam harga
satuan pekerjaan penggalian.
Bilamana Kontraktor bekerja tanpa ijin yang sah, maka hal-hal yang mungkin timbul akan
menjadi tanggung jawab penuh kontraktor yang bersangkutan.
Tanpa membatasi kewajibannya terhadap kontrak, kontraktor harus mengikuti rekomendasi
dari Pemberi Tugas dan Instansi terkait lainnya.
Dalam membatasi pembangunan di/atau dekat jalan-jalan umum atau right of way, Kontraktor
harus mengatur pelaksanaan sedemikian rupa sehingga dapat disediakan jalan yang aman dan
memadai dan terbuka sepanjang waktu untuk kendaraan maupun pejalan kaki.

2.2. Penutupan Jalan

Sebelum memulai pekerjaan di jalan-jalan umum, kontraktor terlebih dahulu harus mengatur
cara kerjanya sedemikian rupa untuk mengatur arus lalu lintas yang ada. Untuk dapat
melakukan penutupan jalan, jika perlu Kontraktor harus mengaturnya melalui pihak yang
berwenang. Pihak yang berwenang tersebut yang akan melakukan penutupan jalan dan
memberikan ijin yang diperlukan bagi kontraktor.
Selama penutupan jalan, Kontraktor harus menjaga keselamatan dan keamanan jalan-jalan
masuk ke rumah maupun bangunan lain yang ada di sepanjang jalan tersebut dari salah satu
arah dan berhubungan langsung dengan pemilik.
Kontraktor harus memberitahu pihak yang berwenang 6 (enam) minggu sebelumnya untuk
melaksanakan setiap rencana penutupan jalan.

2.3 Pekerjaan di Jalan-jalan Utama

Semua pekerjaan di jalan-jalan utama harus seijin yang berwenang (bagian jalan). Harga-harga
satuan kontraktor harus dianggap mencakup semua pekerjaan yang timbul agar
memenuhiperaturan yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang, terutama biaya untuk ijin
galian. Pemberi Tugas harus mengusahakan ijin-ijin prinsip untuk setiap pekerjaan
pemasangan pipa yang dilakukan di jalan-jalan umum.

Pasal 7
PENANGGUNG JAWAB TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Penyedia wajib menempatkan dan menugaskan personil inti pelaksana guna kelancaran pelaksanaan
kegiatan dengan
2. Penyedia juga wajib menempatkan tenaga ahli dan pelaksana yang memiliki SKA atau SKT
diantaranya :
a. Manager Lapangan (Site Manager)
Seorang Tenaga Ahli yang memiliki sertifikasi kualifikasi keahlian Bidang Ahli Teknik
Lingkungan ( SKA ) Kode (501) berpendidikan S1 Teknik Sipil / Arsitektur / Teknik
Lingkungan dan memiliki pengalaman sekurang kurangnya 5 ( Lima ) tahun dalam
pelaksanaan pekerjaan sejenis.

b. Pelaksana Lapangan
Seorang Tenaga Pelaksana yang memiliki sertifikat keterampilan kerja ( SKT ) sebagai
Tukang Pasang Batu/Stone (Rubble) Mason (Tukang Bangunan Umum) TA 005
dengan pendidikan terakhir minimal STM / SLTA Sederajad, dengan pengalaman sekurang
kurangnya 3 ( Tiga ) tahun.

Pasal 8
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Penyedia wajib memperhatikan kesehatan dan keselatan kerja selama pelaksanaan kegiatan. Terutama
dalam hal pelaksanaan kegiatan Pembangunan Saluran Drainase / Gorong - gorong di Kecamatan
Tanjung Selor

Pasal 9
DOKUMEN DAN KUALITAS

1. Penyedia wajib dan diharuskan memberikan jaminan kualitas dari bahan utama yang di gunakan dari
instansi yang berwenang untuk mengeluarkan jaminan.

Pasal 10
GAMBAR GAMBAR KERJA

1. Ketentuan Umum

a. Penyedia wajib meneliti dan mempelajari semua gambar dan RKS termasuk tambahan dan
perubahan yang tercamtum dalam berita acara penjelasan pekerjaan ( Aanwijzing )
b. Bila mana terdapat ketidak sesuaian antara gambar, RKS dan keadaaan lapangan pelaksanaan
Penyedia wajib membicarakan dan mengajukan koreksi terhadap direksi teknis/lapangan untuk
mengadakan koreksi dan menjelaskan gambar gambar tersebut guna kebutuhan pelaksanaan kegiatan
yang disesuaikan dengan spek teknis.

2. Gambar
Gambar – gambar yang merupakan bagian dari dokumen ini, secara umum berisi :
o Daftar gambar
o Lay Out lokasi pekerjaan dan titik detail
o Gambar Lay Out dan detail
o Gambar-gambar tipikal
3. Gambar-gambar dan Spesifikasi di Lapangan

3a. Kontraktor berkewajiban meneliti kembali gambar rencana untuk disesuaikan dengan kondisi
lapangan dan membuat gambar kerja secara terinci, memperlihatkan cara pelaksanaan pengawas.

3b. Kontraktor harus memiliki dan menyimpan (di lapangan) satu set salinan dari semua gambar-
gambar, spesifikasi, tambahan gambar kerja pelaksanaan yang telah disetujui, perintah perubahan
dan penyesuaian-penyesuaian laindengan baik dan diberi tanda untuk merekam semua perubahan
yang telah terjadi selama pelaksanaan. Gambar dan dokumen-dokumen tersebut juga harus
disediakan untuk Direksi.
3c. Semua informasi yang diterima dari Direksi seperti peta-peta, sketsa-sketsa, titik-titik ketinggian
patok-patok dan lain-lain harus ditunjukkan dan diperiksa di lapangan. Semua biaya untuk
mendapatkan informasi yang diperoleh harus ditanggung kontraktor dan dimasukkan dalam butir-
butir yang sesuai di dalam BOQ.

Pasal 11
RENCANA KERJA

1. Dalam waktu 2 (dua) minggu sejak adanya Perintah Direksi untuk memulai melaksanakan pekerjaan,
Kontraktor juga harus menyerahkan detail-detail berikut ini ;

o Program yang sesuai dengan syarat-syarat kontrak


o Peralatan / mesin-mesin yang akan digunakan termasuk merk, jenis dan
kapasitasnya.
o Tenaga kerja buruh yang akan dipekerjakan.
o Staf Senior, Pemasok, para ahli yang akan terlibat.
o Rencana detail dari metode yang diusulkan untuk pekerjaan-pekerjaan sementara
dan pekerjaan-pekerjaan galian termasuk papan-papan penahan dan rangka
penguatnya untuk lubang-lubang galian, parit-parit dan lain-lain.
o Rencana detail dari cofferdam yang diusulkan untuk penyeberangan sungai.
o Rencana detail dari pipe jacking yang diusulkan untuk crossing jalan.
o Rencana pengeluaran dalam bentuk grafik akumulasi pengeluaran terhadap waktu.
o Kantor lapangan dan gudang di wilayah pelaksanaan pekerjaan.

2. Kontraktor tidak akan diperbolehkan mulai melakukan kegiatan penggalian jika hal tersebut diatas
tidak dipenuhi.

4. Dua minggu sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, dimanapun berada Kontraktor harus :

a. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait di lokasi proyek, untuk menjelaskan


keberadaan proyek yang bersangkutan di wilayah tersebut.
b. Kontraktor harus memberitahukan kepada Direksi sebulan sebelum memulai pekerjaannya
di jalan-jalan umum.

5. Kontraktor tidak diperkenankan memulai pelaksanaan sebelum permukaan tanah diperiksa dan
sebelum dilakukan pengukuran (survey) bersama antara Kontraktor dan Direksi/Pemberi Tugas
dilakukan. Kontraktor harus menyerahkan gambar hasil pengukuran bersama kepada
Direksi/Pemberi Tugas untuk penyesuaian terhadap elevasi desain bilamana diperlukan. Gambar
pengukuran bersama tersebut harus diserahkan kepada Direksi/Pemberi Tugas selambat-lambatnya 2
(dua) minggu sebelum jadwal penggalian dimulai.
Pasal 12
KANTOR DIREKSI KEET, GUDANG, DAN KELENGKAPANNYA

1. Kantor Direksi

Kontraktor harus menyediakan kantor yang lengkap dengan perlengkapan yang diperlukan dan
dipelihara dengan sebaik-baiknya untuk Direksi dan karyawannya di lapangan. Lokasi yang
tepat, denah dan konstruksinya harus disetujui oleh Direksi namun harus juga memenuhi
persyaratan-persyaratan umum sebagai berikut :

a. Kantor tersebut harus menjadi satu bangunan dan harus dibuat cukup baik dengan
menggunakan papan-papan, panel-panel setengah jadi maupun bahan material mentah
lainnya.
b. Dinding-dindingnya harus tertutup rapat dan bagian luar dilapisi dengan lapisan
permukaan yang keras dan bagian dalamnya di cat.
c. Jendela-jendela harus dari kaca dengan lubang cahaya yang cukup yang dilengkapi dengan
kawat kasa anti nyamuk dan penutup luarnya dapat dibuka. Semua jendela harus diberi
tirai pelindung cahaya matahari.
d. Kantor harus dilengkapi dengan jaringan listrik untuk penerangan maupun daya. Lampu-
lampu harus dari lampu-lampu TL yang dilengkapi dengan “diffuser”. Juga harus ada
socket-socket 13 Ampere untuk peralatan elektris di setiap ruangan.
e. Kantor harus juga dilengkapi dengan fasilitas air bersih yang dapat berfungsi terus
menerus. Saluran pembuangannya juga harus berfungsi dengan baik.
f. Ruangan kantor terdiri dari :
- Ruang rapat
- Ruang kantor
- Toilet, kamar mandi dan dapur
g. Semua ruangan harus dilengkapi dengan perlengkapan ruangan kantor yang sesuai
kebutuhan seperti kursi, meja, bangku, meja gambar, bangku gambar, papan tulis, filling
cabinet, penggaris gambar (tekenhaak), lemari, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(P3K) dan benda-benda lain yang diperlukan untuk melaksanakan tugas di lapangan.
h. Tempat parkir harus disediakan dekat kantor.

2. Pengadaan Buku Standar Spesifikasi

Kontraktor harus menyediakan buku Standar yang dipakai dan diperlukan dalam pelaksanaan
Kontrak oleh Direksi. Standar-standar tersebut tetap menjadi milik Kontraktor.

3. Tenaga Pendukung

Kontraktor harus menyediakan tenaga pendukung untuk melayani keperluan-keperluan kantor,


termasuk menjaga keamanan, untuk membersihkan perlengkapan yang ada, membantu dalam
pengukuran, pengawasan, pemeriksaan, uji coba atau penyelenggaraan kegiatan pelaksanaan
oleh kontraktor dengan cara apapun, di setiap waktu pada siang atau malam hari selama
berlangsungnya Kontrak.

4. Kelengkapan lainnya
a. Pengadaan Listrik, Air da Telepon Sementara
Kontraktor harus mengusahakan sendiri pengadaan sementara tenaga listrik, air dan alat
komunikasi (telepon).
b. Rapat – rapat Lapangan
Kontraktor harus membuat program, melakukan koordinasi dan mengatur tahapan
pembangunan termasuk pekerjaan Sub Kontraktor agar tanggal selesainya Kontrak dapat
tercapai sepenuhnya.
Selama pekerjaan, rapat untuk membicarakan kemajuan pelaksanaan pekerjaan harus diadakan
dengan teratur sekurang-kurangnya sebulan sekali dan dihadiri oleh Direksi untuk melakukan
koordinasi kegiatan Kontraktor dan Sub Kontraktornya agar pasal ini dapat dilaksanakan
sepenuhnya.
Risalah rapat lapangan ini harus disimpan dan salinannya dibagikan kepada semua pihak yang
terlibat dan semua hasil keputusan yang ada harus dipatuhi

Pasal 13
LAPORAN DAN DOKUMENTASI

1. Buku Harian Lapangan


Kontraktor harus membuat buku harian lapangan, dengan usulan format yang telah disetujui
oleh Direksi, sebagai sarana lain untuk berkomunikasi antara pengawas (termasuk dari instansi
terkait) dan konraktor yang bersangkutan.
2. Laporan Kemajuan
Laporan Kemajuan baik berupa :
a. Laporan harian yang berhubungan dengan buku harian lapangan
b. Laporan Mingguan yang merekap kemajuan pekerjaan harian
c. Laporan Bulunan merupakn kumpulan dan rangkuman laporan mingguan
d. Semua Jenis Back Up data yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan
e. Laporan tersebut harus menunjukkan volume pekerjaan yang telah diselesaikan,
material yang sebenarnya terpakai, material yang masih ada di tempat penyimpanan,
jumlah karyawan dan buruh yang bekerja di lapangan dan hasil akhir dari semua
kegiatan yang telah diselesaikan atau yang masih dalam pelaksanaan dan harus
diringkas dalam bentuk prosentase penyelesaian. Harus dimasukkan dalam laporan ini
juga rencana kerja untuk bulan berikutnya. Semua laporan harus diajukan kepada
Direksi sebelum diserahkan secara resmi.

3. Foto-foto Lapangan
1. Kontraktor diharuskan membuat dokumen foto berwarna untuk tiga tahap selama
pekerjaan belangsung, yaitu :
- tahap persiapan
- tahap pelaksanaan
- tahap finishing

2. Untuk menghindari kehilangan atau hal-hal yang tidak diinginkan, Kontraktor harus
melaporkan foto-foto pelaksanaan bulanan pada setiap awal bulan.

Pasal 14
PERALATAN DAN MOBILISASI
1. Penyedia wajib menyiapkan semua peratan yang mendukung pelaksanaan kegiatan baik berupa
peralatan berat maupun ringan dalam kondisi baik, sebelum pelaksanaan fisik di mulai diantaranya :

No Jenis Peralatan Jumlah Merk /Type Kapasitas Lokasi Bukti


(Unit ) Alat Kepemilikan
1 Alat Angkut ( Dump Truck / 1
Pick Up )
2 Alat Ukur Panjang 1
3 Molen/alat pencampur Semen 1
4 Gerobak 2
2. Semua mobilisasi material dan bahan kegiatan menjadi tanggungjawab penyedia

Pasal 15
SATUAN UKURAN DAN STANDAR YANG UMUM

1. Standar Nasisonal ( SNI ) dan Standar Internasional (SI) digunakan dalam kegiatan ini sebagai dasar
perhitungan, perencanaan, dan pelaksanaan pekerjaan. Semua ukuran dalam metric.

2. Di dalam seluruh dokumen, seperti surat-menyurat, table-tabel teknis dan gambar-gambar harus
digunakan satuan menurut SNI dan SI atau standart lainnya. Dalam gambar-gambar atau brosur-
brosur yang dicetak dan satuan ukurannya berlainan, maka satuan setara dengan SNI atau SI harus
dicantumkan sebagai tambahan.

3. Bila terdapat pemakaian singkatan-singkatan seperti berikut ini, maka artinya adalah sebagai berikut
:

o SII : Standar Industri Indonesia


o SNI : Standar Nasional Indonesia
o ISO : International Standardization Organization
o JIS : Japanese Industrial Standard
o BS : British Standard
o DIN : Deutsche Industrie Norm
o AWWA : American Water Works Association
o ASTM : American Society for Testing and Materials

Pasal 16
URAIAN KERJA LAINNYA

1. Galian Percobaan

a. Kontraktor bertanggung jawab atas pembuatan galian percobaan yang diperlukan untuk
mencari posisi pipa dan diameter eksisting sehingga dapat diketahui fitting yang sesuai untuk
pipa tersebut. Biaya yang timbul harus dimasukkan dalam harga satuan galian. Galian
percobaan harus dilakukan secara manual. Pekerjaan tambahan galian percobaan sebagaimana
diminta oleh direksi sudah termasuk dalam Bill of Quantity (BOQ).

b. Kontraktor harus menyerahkan kepada direksi laporan tertulis, sketsa dan foto-foto dari data-
data yang diperoleh dari uji coba penggalian tersebut dan galian tersebut tidak boleh diurug
kembali sampai laporan tentang galian tersebut disampaikan dan disetujui oleh direksi.

c. Direksi dapat memerintahkan menggali lubang-lubang percobaan di depan galian parit pada
kedalaman sedemikian rupa sehingga direksi dapat menyesuaikan parit yang selanjutnya.
Biaya lubang percobaan menjadi tanggungan kontraktor.

2. Pekerjaan Pembongkaran

a. Bangunan-bangunan yang sudah ada, pondasi beserta batu-batuan, batang-batang pohon, akar
atau benda lain yang tak terduga kehadirannya yang dijumpai dalam penggalian harus
disingkirkan oleh kontraktor. Biaya menyingkirkan benda-benda tersebut menjadi
tanggungan kontraktor.

b. Pekerjaan pembongkaran (dinding-dinding, pondasi- pondasi, saluran-saluran air, pagar-


pagar, tebing jalan dan lain-lain) harus dilaksanakan dengan sangat hati-hati. Semua material
sisa bongkaran tetap menjadi milik direksi dan harus disimpan di lapangan untuk digunakan
kembali di kemudian hari.
c. Material yang tidak terpakai lagi seperti puing-puing, sampah-sampah dan sebagainya harus
dibuang langsung ke tempat pembuangan yang dipilih oleh kontraktor dengan sepengetahuan
direksi. Semua bangunan, kebun dan pohon-pohon harus dijaga sedemikian rupa supaya
tidak rusak.

3. Pembersihan Lokasi

Penebangan semak dan pepohonan dengan lingkaran batang pohon lebih kecil dari 50 cm
harus termasuk dalam harga galian yang ditawarkan. Kayu pohon-pohon yang ditebang tetap
menjadi milik Pemberi Tugas. Pembersihan tanah dari rumput atau tanaman lain tidak dibayar
terpisah dan harus termasuk satuan harga galian tanah yang bersangkutan.

4. Pekerjaan Pengukuran Lapangan

Semua informasi yang diterima dari direksi seperti peta-peta, sketsa-sketsa, titik-titik
ketinggian patok-patok dan lain-lain harus dirahasiakan dan diperiksa di lapangan. Semua
biaya untuk mendapatkan informasi yang diperoleh harus ditanggung kontraktor dan
dimasukkan dalam butir-butir yang sesuai di dalam Daftar Volume Pekerjaan.

PASAL 1. PEKERJAAN PERSIAPAN


1.1. Pengukuran
1) Kontraktor harus menyediakan tenaga yang ahli dalam cara-cara pengukuran dengan
alat-alat penyipat datar (theodolith, waterpass dan sebagainya) dan lain-lain peralatan
yang diperlukan.
2) Pengawas Lapangan dan Kontraktor akan menetapkan tempat/posisi patok penandaan
permanen (bench mark) sebagai referensi pengukuran bangunan, dan dituangkan dalam
Berita Acara Penentuan Titik 0 (nol).
3) Pergeseran patok hanya dapat dilakukan atas persetujuan Pengawas Lapangan dan tetap
merujuk pada pergeseran patok awal.
4) Berdasarkan patok tersebut Kontraktor menentukan level bangunan dan jarak as
bangunan pada setiap pekerjaan sesuai dengan gambar kerja.
1.2. Pemasangan Bowplank
1) Ketetapan letak bangunan diukur di bawah pengawas Pengawas Lapangan dengan
patok yang dipancang kuat-kuat dihubungkan dengan papan kayu yang kuat dengan
ketebalan minimum 2 cm, diketam rata pada sisi atasnya.
2) Pemasangan patok keliling bangunan minimal berjarak 1,00 meter dari as dinding
bangunan menurut gambar kerja.

PASAL 2. PEKERJAAN TANAH


2.1. Umum
Semua pekerjaan penggalian tanah harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas
Lapangan terutama tentang ukuran galian. Bahan-bahan galian yang akan dipakai untuk
penimbunan harus diperiksa lebih dahulu oleh Pengawas Lapangan.
2.2. Penyelidikan Tanah
Pemeriksaan tanah (boring/sondering) ulang harus dilaksanakan oleh Kontraktor pada titik
yang dianggap rawan atas petunjuk Pengawas Lapangan.
2.3. Penggalian dan Pengupasan Tanah
 Kontraktor harus menjaga agar seluruh galian tidak digenangi air yang berasal dari air
hujan, parit, banjir, mata air atau lain-lain sebab, pengeringan diusahakan dengan jalan
memompa, menimba, menyalurkan keparit-parit atau lain-lain dan biaya untuk
pekerjaan-pekerjaan tersebut harus dianggap telah termasuk harga kontrak/borongan.
 Semua penggalian harus dikerjakan sesuai dengan panjang, kedalaman, kemiringan,
lokasi serta lingkungan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan seperti
dinyatakan dalam gambar kerja dan disetujui oleh Pengawas Lapangan.
 Bahan-bahan sisa galian yang tidak digunakan tidak boleh ditempatkan berserakan.
Tanah-tanah galian yang tidak diperlukan lagi supaya disingkirkan. Bahan-bahan sisa
galian tersebut harus segera dikeluarkan dari pekerjaan paling lambat 2 x 24 jam dan
dibuang pada tempat yang disetujui Pengawas Lapangan.

2.4. Urugan dan Pemadatan


 Tanah hasil kupasan yang berupa humus harus dipisahkan dari lapisan tanah
dibawahnya. Pengupasan dengan kedalaman rata-rata 20 cm digunakan sebagai lapisan
penutup sekeliling bangunan sesuai petunjuk Pengawas Lapangan. Jika tebal lapisan
humus lebih besar dari 20 cm, maka seluruh tebal humus harus digali dan digunakan
kembali sebagai urugan lapisan penutup dan biaya yang diakibatkannya dianggap telah
termasuk dalam harga kontrak.
 Setelah lapisan permukaan dikupas dan sebelum urugan dilaksanakan, daerah bangunan
harus dipadatkan dengan alat pemadat yang sesuai.
 Urugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tidak melebihi dari 20 cm
dan setiap lapisan harus dipadatkan dengan menggunakan steamper atau compactor.

PASAL 3. PEKERJAAN BETON


3.1. Lingkup pekerjaan
Melengkapi semua tenaga, peralatan (equipment) dan bahan-bahan untuk menyelesaikan
semua pekerjaan beton sesuai dengan gambar-gambar konstruksi, dan dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam RKS, Gambar Kerja dan Kontrak Kerja, serta
tambahan penjelasan dari Pimpinan Proyek dan Pengawas Lapangan.
3.2. Pedoman Pelaksanaan
Kecuali ditentukan lain berikut ini, maka Sebagai dasar code PBI 1971 dan SKSNI Tahun
1991 tetap digunakan.
3.3. Bahan-bahan
3.3.1. Portland Cement

Digunakan Portland semen yang memenuhi No. SII (Standard Industri Indonesia)
S.400 menurut Standard Semen Indonesia (NI 8 – 1972). Tidak boleh mencampur
merek semen yang berbeda untuk 1 tahap proses pengecoran
3.3.2. Agregat

 Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak melebihi seperempat ukuran yang
telah ditetapkan
 Pasir yang digunakan harus bersih dari lumpur, bahan organik atau kotoran
lainnya, serta tidak mengandung garam asam.
 Batu kerikil/Pecah yang digunakan rata-rata berukuran Ø 20 sampai 30 mm
dengan kualitas jenis batu tidak rapuh dan harus mendapat persetujuan untuk
dipakai dari Pengawas Lapangan terlebih dahulu.
 Untuk pekerjaan dengan pasangan batu kali digunakan batu kali berukuran rata-
rata Ø 10 - 20 cm.
3.3.3. Air
Air untuk adukan beton dan perawatan beton harus bersih, bebas dari bahan-bahan
yang merusak atau campuran-campuran yang mempengaruhi daya lekat semen,
seperti asam dan garam.
3.3.4. Bahan Tambahan
Tidak diperkenankan menambah bahan-bahan tambahan kedalam campuran beton,
kecuali telah ada ketentuan atau keputusan tertulis sebelumnya dari Pengawas
Lapangan.
3.3.5. Pengiriman dan Penyimpanan

 Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan pada umumnya harus sesuai dengan


waktu dan urutan pelaksanaan pekerjaan, sesuai dengan jadwal pelaksanaan
pekerjaan (time schedule & network plan).
 Semen harus didatangkan dalam kantongan/kemasan standard (zak). Semen
harus masih dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras), jika ada bagian yang
mulai mengeras, bagian tersebut masih harus dapat ditekan hancur dengan
melebihi dari 5% berat dan kepada campuran diberi tambahan semen yang baik
dalam jumlah yang sama.
 Besi beton harus ditempatkan bebas dari tanah dengan menggunakan bantalan-
bantalan kayu dan bebas dari lumpur atau zat-zat asing lainnya, misalnya ;
minyak dan lain-lain.
 Agregat harus ditempatkan secara terpisah antara satu dengan yang lain menurut
jenis dan gradasinya.

3.4. Bekisting
3.4.1. Material
Bekisting harus dipakai kayu yang cukup kering dan kuat sesuai dengan finishing
yang diminta menurut bentuk, garis ketinggian dan dimensi dari beton, seperti pada
gambar kerja. Papan-papan untuk cetakan harus bermutu baik, lurus dan rata atau
menggunakan triplex dengan ketebalan yang sesuai.

3.4.2. Perencanaan
Bekisting harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan bentuk
yang nyata dan cukup dapat menampung beban-beban sementara sesuai dengan
jalannya kecepatan pembetonan. Semua bekisting harus diberi penguat datar dan
silang sehingga kemungkinan bergeraknya bekisting dalam pelaksanaan dapat
ditiadakan. Juga harus dapat untuk menghindarkan keluarnya bagian adukan (mortar
leakage). Susunan bekisting dengan penunjang-penunjang harus teratur sehingga
kontrol atas kekurangannya dapat mudah dilakukan. Penyusunan bekisting harus
sedemikian rupa hingga pada waktu pembongkarannya tidak akan merusak dinding
balok atau kolom beton yang bersangkutan.
 Bahan penyangga atau silangan-silangan adalah sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor, demikian juga kedudukan dan dimensinya.
 Kayu bekisting harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum pengecoran.
Adakan tindakan untuk menghindarkan pengumpulan air pembasahan tersebut
pada sisi bawah.
3.4.3. Pembongkaran Cetakan

 Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai suatu kekuatan khusus
untuk memikul 2 x beban sendiri atau melalui waktu pengerasaan selama 21 (dua
puluh satu) hari, kecuali campuran beton menggunakan bahan tambahan untuk
mempercepat pengerasan beton.
 Bilamana akibat pembongkaran cetakan, pada bagian konstruksi akan bekerja
beban-beban yang lebih tinggi dari pada beban rencana, maka cetakan tidak
boleh dibongkar selama keadaan tersebut tetap berlangsung. Perlu ditentukan
bahwa tanggung jawab atas keamanan konstruksi beton seluruhnya terletak pada
Kontraktor.
 Kontraktor harus memberitahu Pengawas Lapangan bilamana ia bermaksud akan
membongkar cetakan pada bagian-bagian konstruksi utama dan minta
persetujuannya, tapi dengan adanya persetujuan ini tidak berarti Kontraktor lepas
dari tanggung jawab atas hasil pekerjaan tersebut.

3.5. Pemasangan Pipa-Pipa


Pemasangan pipa dalam beton harus tidak boleh sampai merugikan kekuatan konstruksi.
3.6. Kualitas Beton
1) Semua Pelaksanaan Beton Bertulang baik itu sloof,kolom maupun ring balk
menggunakan campuran 1 PC : 2 PS : 3 Kerikil
2) Pelaksana harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat kualitas beton ini
dengan memperhatikan data-data pelaksanaan dilain tempat atau dengan mengadakan
trialmixes.
3) Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung setelah
seluruh komponen adukan masuk dalam mixer.
4) Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus dilakukan dengan
cara tidak mengakibatkan terjadinya separasi komponen-komponen beton.
3.7. Syarat-syarat Pelaksanaan
1) Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian utama dari
pekerjaan, Kontraktor harus memberitahu Pengawas Lapangan untuk mendapat
persetujuan. Jika tidak ada pemberitahuan sebagaimana mestinya atau persiapan
pengecoran tidak disetujui oleh Pengawas Lapangan, maka Kontraktor dapat
diperintahkan untuk menyingkirkan beton yang telah dicor atas perongkosan
Kontraktor sendiri.
2) Adukan beton harus sedemikian rupa, sehingga dapat dihindarkan adanya pemisahan
dari bagian-bagian bahan.
3) Sebelum beton dicor, semua kotoran-kotoran dan benda-benda lepas harus dibuang dari
cetakan. Permukaan cetakan dan pasangan-pasangan dinding yang akan berhubungan
dengan beton harus dibasahi dengan air sebelum dicor.
4) Pengecoran kedalam cetakan harus selesai sebelum adukan mulai mengental, yang
dalam keadaan normal biasanya dalam waktu 30 menit. Pengecoran suatu unit atau
bagian dari pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti dan tidak boleh terputus tanpa
adanya persetujuan Pengawas Lapangan. Tidak boleh mengecor beton pada waktu
hujan, kecuali jika Kontraktor mengambil tindakan-tindakan mencegah kerusakan yang
telah disetujui Pengawas Lapangan.
5) Ukuran minimal selimut beton sesuai dengan penggunaannya (tidak termasuk
plesteran) adalah 2,5 cm.
6) Pengawas Lapangan mempunyai wewenang untuk menolak hasil konstruksi beton yang
cacat, sebagai berikut :
 Konstruksi beton yang sangat keropos.
 Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau
posisinya tidak seperti yang ditunjukkan dalam gambar kerja.
 Konstruksi beton tidak tegak lurus, atau rata seperti yang direncanakan.
 Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya.
3.8. Tanggung Jawab Kontraktor
Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai dengan ketentuan-
ketentuan diatas dan sesuai dengan gambar-gambar konstruksi yang diberikan. Adanya
Pengawas Lapangan yang sejauh mungkin melihat/mengawasi/ menegur atau memberi
nasehat tidak akan mengurangi tanggung jawab Kontraktor tersebut diatas.

PASAL 4. PEKERJAAN PONDASI


4.1. Lingkup Pekerjaan
1) Pekerjaan pembuatan pondasi meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan material
untuk pekerjaan tersebut dan perlengkapan serta mesin-mesin yang diperlukan.
2) Macam pondasi yang digunakan adalah :
a Pondasi pasangan batu kali yang tertera dalam gambar.
b. Pondasi plat/pondasi tapak beton bertulang atau sebagaimana ditentukan dalam
syarat-syarat khusus/gambar kerja.
c. Pondasi batu bata sebagaimana ditentukan dalam gambar kerja.

4.2. Pedoman Pelaksanaan


1) Sebelum dilaksanakan pondasi, maka Kontraktor harus mengadakan pengukuran-
pengukuran untuk as-as pondasi seperti yang tertera pada gambar-gambar detail
perencanaan dan harus meminta persetujuan Pengawas Lapangan.
2) Kontraktor diwajibkan memberikan laporan kepada Pengawas Lapangan, bila ada
perbedaan gambar-gambar dari gambar konstruksi dengan gambar arsitektural atau bila
ada hal-hal yang kurang jelas.

4.3. Penggalian Pondasi


1) Penggalian tanah dasar pondasi dilakukan dengan kedalaman sesuai gambar kerja.
2) Jika pada kedalaman tersebut ternyata masih ditemukan lapis tanah yang jelek, maka
perlu konsultansi dengan Pengawas Lapangan untuk mendapatkan pengarahan tindak
lanjutnya.
3) Lebar galian di bagian bawah minimal lebar pondasi ditambah 2 x 5 cm (kiri kanan).
4) Jika penggalian melampaui kedalaman yang ditentukan sedangkan lapis tanah yang
baik sudah dicapai pada peil yang ditentukan, maka galian yang terlalu dalam tersebut
harus ditimbun dengan pasir pasang dan dipadatkan atas biaya Kontraktor.
4.4. Pengurugan Kembali
1) Jika ditemukan lubang pada dasar galian pondasi, maka lubang tersebut harus diurug
dengan pasir pasangan dan harus dipadatkan dengan vibro stamper.
2) Tanah yang digunakan untuk pengurugan bekas galian harus mendapat persetujuan dari
Pengawas Lapangan.
3) Semua bahan-bahan organis, sisa-sisa bongkaran bekisting, sampah-sampah harus
disingkirkan.
4) Bongkaran-bongkaran tanah harus dipecah menjadi komponen-komponen yang lebih
kecil lebih dahulu.
5) Pemadatan harus dilakukan lapis demi lapis (max. 30 cm/lapis) dengan vibro stamper
dengan memperhatikan kadar air tanah.

4.5. Pelaksanaan Pondasi


1) Pelaksanaan pondasi harus dalam keadaan lobang pondasi kering atau bebas genangan
air.
2) Ketentuan mengenai struktur dan kualitas beton lihat pasal pekerjaan beton dalam buku
spesifikasi ini dan gambar detail perencanaan.
3) Stek kolom, stek kolom penguat, stek tangga, sparing-sparing yang diperlukan harus
terpasang bersamaan dengan pekerjaan pondasi sesuai gambar kerja.
4) Pelaksanaan pondasi juga harus memperhatikan gambar kerja jika ada kelainan/
ketidaksesuaian harus dikonsultasikan dengan Pengawas Lapangan.
4.6. Pondasi Batu Kali
1) Pondasi batu kali digunakan untuk dinding dan pagar, sesuai yang tertera dalam gambar
kerja.
2) Pada dasar pondasi, digunakan alas lantai kerja dengan beton cor campuran 1 PC : 3
pasir : 5 kerikil dalam perbandingan volume, dengan ketebalan sesuai gambar kerja.
3) Campuran semen untuk pengisi spesi batu kali adalah 1 PC : 4 pasir pasangan dalam
perbandingan volume.
4) Pemasangan spesi batu kali tidak boleh berongga.
5) Diatas pondasi pasangan batu kali diberi sloof untuk meratakan penyebaran beban dari
atas.
6) Ukuran dari pada balok sloof disesuaikan dengan gambar kerja.
4.7. Pondasi Beton
1) Pondasi beton digunakan untuk semua podasi bangunan dan tangga, sesuai dengan
gambar kerja.
2) Pada dasar pondasi tapak, sesudah pasir urug yang dipadatkan digunakan alas pondasi
tapak/lantai kerja dengan beton cor campuran 1 PC : 3 pasir : 6 kerikil dalam
perbandingan volume, dengan ketebalan sesuai gambar kerja.
3) Pemasangan tulangan dan cetakan pondasi tapak dilakukan setelah lantai kerja cukup
kering dan dinyatakan atas persetujuan Pengawas Lapangan.
4) Untuk penjangga tulangan sejarak selimut beton, digunakan cetakan batu tahu pasangan
semen dengan tebal sesuai dengan tebal selimut beton yang telah ditentukan, diberi
kawat beton untuk pengikat pada tulangan.
5) Pengecoran hanya dapat dilakukan setelah pemeriksaan pemasangan tulangan dan
cetakan oleh Pengawas Lapangan dan atas persetujuan Pengawas Lapangan.
6) Pengecoran pondasi tapak dilakukan sampai batas kolom dibawah sloof.
7)

PASAL 5. PEMBERSIHAN DAN PEMELIHARAAN


1) Kontraktor harus bertanggung jawab atas setiap kerusakan atau kesalahan pada
borongan yang disebabkan oleh kelalaian Kontraktor pada waktu pelaksanaan
maupun selama dalam masa pemeliharaan atau kekurangan setelah serah terima
pertama dilaksanakan.
2) Bila terjadi kerusakan atau kecelakaan pada borongan sebelum diserah terimakan
akibat dari kesalahan atau kekeliruan Kontraktor atau Sub Kontraktor atau karena
bahan yang kurang baik atau dikarenakan kesalahan pelaksanaan yang dibuat
Kontraktor dan belum mendapat persetujuan dari Pengawas Lapangan
3) Selama dalam masa pemeliharaan setelah serah terima 100%, Kontraktor bertanggung
jawab memperbaiki selekas mungkin segala kerusakan dan kekurangan-kekurangan
akibat dari kesalahan atau kelalaian Pemborong.
4) Pengawas Lapangan akan memberitahukan terlebih dahulu kepada Kontraktor tentang
maksud untuk melakukan inspeksi selama jangka waktu pemeliharaan dan
berdasarkan ini Kontraktor menunjuk seorang wakil yang bertanggung jawab untuk
hadir dalam waktu dan tanggal yang ditentukan. Wakil ini akan memberi bantuan
yang diperlukan untuk mencatat semua hal dan persoalan yang perhatikan sesuai
dengan pengarahan Pengawas Lapangan.
5) Bilamana terjadi kerusakan atau kekurangan selama dalam masa pemeliharaan,
Pengawas Lapangan akan memberitahukannya kepada Kontraktor secara tertulis, agar
Kontraktor secepatnya memperbaiki/ mengganti yang rusak atau yang tidak baik.
6) Bilamana Kontraktor tidak memperbaiki yang rusak atau yang kurang baik dalam
waktu yang wajar sebelum berakhirnya masa pemeliharaan, Developer dapat
melakukannya atas biaya Kontraktor.
7) Jika kekurangan-kekurangan menurut Konsultan tidak praktis atau sukar diperbaiki,
Pengawas Lapangan harus menentukan pengurangan nilai borongan dan
memotongnya dari jumlah yang akan dibayarkan kepada Kontraktor.
8) Sampai dengan waktu Berita Acara Serah Terima terakhir dikeluarkan, Kontraktor
wajib pada jam-jam kerja atas tanggungan dan biaya sendiri mengadakan pemeriksaan
apakah semua bagian dari borongan dapat bekerja dengan baik atau tidak dengan
membuat catatan-catatan mengenai kerusakan atau malfungsi dari elemen-elemen
borongan.
9) Kontraktor harus berusaha menjaga kebersihan dan kerapihan lapangan selama jangka
waktu Kontrak.
10) Selain itu Kontraktor sewaktu-waktu wajib memelihara kelayakan dari setiap areal
dan jika diminta Pengawas Lapangan, memindahkan semua kotoran, alat-alat
konstruksi, kelebihan bahan dan segala rongsokan bekas pekerjaan konstruksi dari
areal tersebut.
11) Kebersihan ini termasuk tugas Kontraktor sehingga lokasi pekerjaan umumnya selalu
dalam kondisi bersih dan selayaknya.
12) Setelah selesai pekerjaan Kontraktor harus membersihkan seluruh lapangan sehingga
mendapat persetujuan Pengawas Lapangan,
13) Seluruh bangunan-bangunan sementara atau bagian-bagian pekerjaan pembantu yang
diperlukan selama pelaksananaan pekerjaan (proyek) berlangsung harus dibongkar
sebelum seluruh pekerjaan diserah terimakan.
14) Biaya pembersihan dan pembongkaran sepenuhnya dalah tanggung jawab
Kontraktor.
DAFTAR BAHAN YANG DIGUNAKAN :

1. PASIR DARI SUNGAI KAYAN


2. SEMEN PC MERK GRESIK DARI TOKO TANJUNG SELOR
3. BATU GUNUNG DARI SERIANG
4. PIPA PVC 2” MERK MASPION DARI TOKO TANJUNG SELOR
5. PANCANG KAYU ULIN DARI SAJAU

Anda mungkin juga menyukai