Anda di halaman 1dari 36

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami limpahan rahmat sehingga
kami mampu menyelesaikan makalah tentang “Gangguan Keseimbangan Asam-
Basa (Asidosis/Alkalosis Respiratorik)” ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
dengan baik.

Dalam penyusunannya, kami banyak memperoleh bantuan dari berbagai


pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada
Ibu Ns. Lia Mulyati., S.kep., M.kep yang telah memberikan dukungan dan
bimbingannya.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
sempurna, karena itulah kritik dan saran yang membangun dari dosen dan teman-
teman sangat kami harapkan.

Cirebon, 05 Oktober 2019

Penyusun (kelompok 4)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1


A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Pengertian Asam dan Basa...................................................................................... 3
1. Teori Asam-Basa Arrhenius ..................................................................................... 4
2. Teori Bronsted dan Lowry ....................................................................................... 5
B. Kekuatan Asam dan Basa....................................................................................... 6
1. Derajat keasaman (pH) ........................................................................................... 7
2. Asam Kuat ............................................................................................................... 7
3. Asam Lemah ............................................................................................................ 8
4. Basa Kuat ................................................................................................................. 8
5. Basa lemah .............................................................................................................. 9
C. Asam dan Basa dalam Kehidupan........................................................................ 10
D. Keseimbangan Asam dan Basa ............................................................................. 11
E. Gangguan Keseimbangan Asam Basa .................................................................. 12
1. Asidosis Respiratorik ............................................................................................. 12
2. Asidosis Metabolik ............................................................................................... 13
3. Alkalosis Respiratorik ............................................................................................ 15
4. Alkalosis Metabolic ............................................................................................... 17
F. Asuhan Keperawatan Asidosis Respiratorik ....................................................... 18
G. SOP TINDAKAN AGD (ANALISA GAS DARAH) ........................................... 29
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 32
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 33

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan
dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat
netral. Asam dan Basa memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga dapat kita bisa
menentukan sifat suatu larutan. Untuk menentukan suatu larutan bersifat asam atau
basa, ada beberapa cara. Yang pertama menggunakan indikator warna, yang akan
menunjukkan sifat suatu larutan dengan perubahan warna yang terjadi. Misalnya
Lakmus, akan berwarna merah dalam larutan yang bersifat asam dan akan berwarna
biru dalam larutan yang bersifat basa.
Sifat asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-
nya. pH merupakan suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman larutan. Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki
pH lebih dari 7, sedangkan larutan netral memiliki pH=7. pH suatu larutan dapat
ditentukan dengan indikator pH atau dengan pH meter. Dengan penjelasan tersebut
di atas penyusun ingin menjelaskan tentang keseimbangan asam basa setra berbagai
macam faktor atau hal - hal yang berkaitan dengan keseimbangan asam basa. Serta
menjelaskan bagaimana asuhan keperawatan yang di berikan pada pasien dengan
gangguan keseimbangan asam dan basa.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian dari Asam dan Basa ?
2. Apakah Pengertian dari Kekuatan Asam dan Basa ?
3. Apakah Pengertian dari Asam dan Basa dalam Kehidupan ?
4. Apakah Pengertian dari Keseimbangan Asam dan Basa ?
5. Apa saja Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh Keseimbangan Asam Basa?

1
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Asam dan Basa.
2. Untuk Mengetahui Pengertian dari Kekuatan Asam dan Basa.
3. Untuk Mengetahui Pengertian dari Asam dan Basa dalam Kehidupan.
4. Untuk Mengetahui Pengertian dari Keseimbangan Asam dan Basa.
5. Untuk Mengetahui Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh Keseimbangan
Asam Basa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asam dan Basa


Ion hidrogen adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom
hidrogen. Molekul yang mengandung atom – atom hidrogen yang dapat melepaskan
ion hidrogen dalam larutan dikenal sebagai asam. Satu contoh asam adalah asam
hidroklorida ( HCL ), yang berionasi dalam air membentuk ion- ion hidrogen ( H+
) dan ion klorida ( CL- ) demikian juga, asam karbonat ( H2CO3) berionisasi dalam
air membentuk ion H+ dan ion bikarbonat ( HCO3-).
Basa adalah ion atau molekul yang menerima ion hidrogen. Sebagai contoh,
ion bikarbonat ( HCO3-), adalah suatu basa karena dia dapat bergabung dengan satu
ion hidrogen untuk membentuk asam karbonat ( H2CO3). Demikian juga ( HPO4 )
adalah suatu basa karena dia dapat menerima satu ion hidrogen untuk membentuk
( H2PO4 ). Protein- protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai basa karena
beberapa asam amino yang membangun protein dengan muatan akhir negatif siap
menerima ion-ion hidrogen. Protein hemoglobin dalam sel darah merah dan protein
dalam sel-se tubuh yang lain merupakan basa-basa tubuh yang paling penting.
Istilah “basa“ sering digunakan secara sinonim dengan “alkali”. Alkali
adalah suatu molekul yang terbentuk dari kombinasi satu atau lebih logam alkali –
natrium, kalium, litium, dan seterusnya dengan ion yang sangat mendasar seperti
ion Hidroksil ( OH- ). Bagian dasar dari molekul-molekul ini bereaksi secara tepat
dengan ion-ion hidrogen untuk menghilangkanya dari larutan dan oleh karena itu,
merupakan basa-basa yang khas untuk alasan yang serupa, istilah “alkolis”
merujuk pada kelebihan pengeluaran ion-ion hidrogen dari cairan tubuh, sebaliknya
penambahan ion-ion hidrogen yang berlebihan dikenal sebagai “asidosis “.

3
Teori Asam-Basa

1. Teori Asam-Basa Arrhenius

Menurut Arrhenius pada tahun 1903, asam adalah zat yang dalam air dapat
menghasilkan ion hidrogen (atau ion hidronium, H3O+) sehingga dapat
meningkatkan konsentrasi ion hidronium (H3O+).

Basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida sehingga
dapat meningkatkan konsentrasi ion hidroksida.

Reaksi keseluruhannya :

Secara umum :

Konsep asam basa Arrhenius terbatas hanya pada larutan air, sehingga tidak
dapat diterapkan pada larutan non-air, fasa gas dan fasa padatan dimana tidak ada
H+ dan OH-.

4
2. Teori Bronsted dan Lowry

Di tahun 1923, kimiawan Denmark Johannes Nicolaus BrΦnsted (1879-1947)


dan kimiawan Inggris Thomas Martin Lowry (1874-1936) secara independen
mengusulkan teori asam basa baru, yang ternyata lebih umum.

 Asam : Zat yang mendonorkan proton (H+) pada zat lain


 Basa : Zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat lain.

Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai
reaksi asam basa, yakni :

HCl(g) + NH3(g) →NH4Cl(s)

Keterangan :
Simbol (g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen
khlorida mendonorkan proton pada amonia dan berperan sebagai asam.
Menurut teori BrΦnsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam
maupun basa. Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan
sebagai asam dan lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah
menerima proton, zat ini akan berperan sebagai basa.

Dalam suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai basa.
HCl + H2O → Cl– + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2

Basa konjugat dari suatu asam adalah spesi yang terbentuk ketika satu
proton pindah dari asam tersebut.
Asam konjugat dari suatu basa adalah spesi yang terbentuk ketika satu
proton ditambahkan ke basa tersebut.

5
Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl– adalah sebuah proton,
dan perubahan antar keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut
hubungan konjugat, dan pasangan HCl dan Cl– juga disebut sebagai pasangan
asam-basa konjugat.

2–
Larutan dalam air ion CO3 bersifat basa. Dalam reaksi antara ion CO32–
dan H2O, yang pertama berperan sebagai basa dan yang kedua sebagai asam dan
keduanya membentuk pasangan asam basa konjugat.
H2O + CO32– → OH– + HCO3–
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2

Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan sebagai asam atau
basa. Air adalah zat amfoter. Reaksi antara dua molekul air menghasilkan ion
hidronium dan ion hidroksida adalah contoh reaksi zat amfoter

H2O + H2O → OH– + H3O+


asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2

B. Kekuatan Asam dan Basa


Pada dasarnya skala/tingkat keasaman suatu larutan bergantung pada
konsentrasi ion H+ dalam larutan. Makin besar konsentrasi ion H+ makin asam
larutan tersebut. Umumnya konsentrasi ion H+ sangat kecil, sehingga untuk
menyederhanakan penulisan, seorang kimiawan dari Denmark bernama Sorrensen
mengusulkan konsep pH untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Nilai pH sama
dengan negatif logaritma konsentrasi ion H+ dan secara matematika diungkapkan
dengan persamaan :

6
1. Derajat keasaman (pH)

Untuk air murni pada temperatur 25 °C :


[H+] = [OH-] = 10-7 mol/L
Sehingga pH air murni = – log 10-7 = 7.
Jika pH = 7, maka larutan bersifat netral
Jika pH < 7, maka larutan bersifat asam
Jika pH > 7, maka larutan bersifat basa
Pada temperatur kamar : pKw = pH + pOH = 14

2. Asam Kuat

Asam kuat adalah asam yang berdiosiasi dengan cepat dan terutama
melepaskan sejumlah besar ion H+ dalam larutan. Contohnya adalah HCL. Asam

7
lemah mempunyai lebih sedikit kecenderungan untuk mendisosiasikan ion-ionnya
dan oleh karena itu kurang kuat melepaskan H+. Contohnya H2CO3.
Basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H+. Oleh
karena itu dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang khas adalah
OH-, yang bereaksi dengan H+ untuk membentuk air ( H2O ). Basa lemah yang khas
adalah HCO3- karena HCO3- berikatan dengan H+ secara jauh lebih lemah daripada
OH-. Kebanyakan asam dan basa dalam cairan ekstraseluler yang berhubungan
dengan pengaturan asam basa normal adalah asam dan basa lemah.
Disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya
(α = 1). Untuk menyatakan derajat keasamannya, dapat ditentukan langsung dari
konsentrasi asamnya dengan melihat valensinya.

3. Asam Lemah

Disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion
seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya derajat keasaman tidak dapat
ditentukan langsung dari konsentrasi asam lemahnya (seperti halnya asam kuat).
Penghitungan derajat keasaman dilakukan dengan menghitung konsentrasi [H+]
terlebih dahulu dengan rumus :

Keterangan :
Ca = konsentrasi asam lemah
Ka = tetapan ionisasi asam lemah

4. Basa Kuat

Disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya
(α = 1). Pada penentuan derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung
nilai pOH dari konsentrasi basanya.

8
5. Basa lemah

Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion
seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya konsentrasi OH- tidak dapat
ditentukan langsung dari konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat),
akan tetapi harus dihitung dengan menggunakan rumus :

Keterangan :
Cb = konsentrasi basa lemah
Kb = tetapan ionisasi basa lemah

Asam dan Basa dapat Dibedakan dari Rasa dan Sentuhan


Asam mempunyai rasa masam. Rasa masam yang kita kenal misalnya pada
beberapa jenis makanan seperti jeruk, jus lemon, tomat, cuka, minuman ringan (soft
drink) dan beberapa produk seperti sabun yang mengandung belerang dan air accu
(Gambar 13). Sebaliknya, basa mempunyai rasa pahit. Tetapi, rasa sebaiknya
jangan digunakan untuk menguji adanya asam dan basa, karena beberapa asam dan
basa dapat mengakibatkan luka bakar dan merusak jaringan.

Seperti halnya rasa, sentuhan bukan merupakan cara yang aman untuk
menguji basa, meskipun kita telah terbiasa dengan sentuhan sabun saat mandi atau
mencuci. Basa (seperti sabun) bersifat alkali, bereaksi dengan protein di dalam kulit
sehingga sel-sel kulit akan mengalami pergantian. Reaksi ini merupakan bagian dari
rasa licin yang diberikan oleh sabun, yang sama halnya dengan proses pembersihan
dari produk pembersih saluran.

9
C. Asam dan Basa dalam Kehidupan

Beberapa Asam dan Basa Yang Telah Dikenal

Asam merupakan kebutuhan industri yang vital. Empat macam asam yang
paling penting dalam industri adalah asam sulfat, asam fosfat, asam nitrat dan asam
klorida. Asam sulfat (H2SO4) merupakan cairan kental menyerupai oli.
Umumnya asam sulfat digunakan dalam pembuatan pupuk, pengilangan
minyak, pabrik baja, pabrik plastik, obat-obatan, pewarna, dan untuk pembuatan
asam lainnya. Asam fosfat (H3PO4) digunakan untuk pembuatan pupuk dan
deterjen. Namun, sangat disayangkan bahwa fosfat dapat menyebabkan masalah
pencemaran di danau-danau dan aliran sungai.
Asam nitrat (HNO3) banyak digunakan untuk pembuatan bahan peledak
dan pupuk. Asam nitrat pekat merupakan cairan tidak berwarna yang dapat
mengakibatkan luka bakar pada kulit manusia. Asam klorida (HCl) adalah gas yang
tidak berwarna yang dilarutkan dalam air. Asap HCl dan ion-ionnya yang terbentuk
dalam larutan, keduanya berbahaya bagi jaringan tubuh manusia.

10
Dalam keadaan murni, pada umumnya basa berupa kristal padat. Beberapa
produk rumah tangga yang mengandung basa, antara lain deodorant, antasid, dan
sabun. Basa yang digunakan secara luas adalah kalsium hidroksida, Ca(OH)2 yang
umumnya disebut soda kaustik suatu basa yang berupa tepung kristal putih yang
mudah larut dalam air. Basa yang paling banyak digunakan adalah amoniak.
Amoniak merupakan gas tidak berwarna dengan bau yang sangat
menyengat, sehingga sangat mengganggu saluran pernafasan dan paru-paru bila
gas terhirup. Amoniak digunakan sebagai pupuk, serta bahan pembuatan rayon,
nilon dan asam nitrat.

D. Keseimbangan Asam dan Basa


Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35
hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa
agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ
yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal
berperan dalam pelepasan asam.
Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:
1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila
pH > 7.45
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai
komponen asam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai
normalnya adalah 40 mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga
sebagai komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau
berkurangnya jumlah komponen basa.
5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau
berkurangnya jumlah komponen asam
.

11
E. Gangguan Keseimbangan Asam Basa

1. Asidosis Respiratorik

a. Pengertian
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang
buruk atau pernafasan yang lambat.
Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida
dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah
akan turun dan darah menjadi asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur
pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
b. Penyebab
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat
yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
1. Emfisema
2. Bronkitis kronis
3. Pneumonia berat
4. Edema pulmoner
5. Asma.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika
dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan Asidosis respiratorik dapat juga
terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan
terhadap mekanisme pernafasan.
c. Gejala
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya
memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran)
dan koma. Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan
terhenti atau jika pernafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika
pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensasi

12
asidosis dengan menahan bikarbonat, namun proses ini memerlukan waktu
beberapa jam bahkan beberapa hari.
d. Diagnosa
Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah dan
pengukuran karbondioksida dari darah arteri.
e. Pengobatan
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari
paru-paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada
penderita penyakit paru-paru seperti asma dan emfisema.
Pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin
perlu diberikan pernafasan buatan dengan bantuan ventilator mekanik.

2. Asidosis Metabolik

a. Pengertian
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman
melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan
lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah
dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga
berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih
banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui
jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi
asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
b. Penyebab
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok
utama adalah:
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau
suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar menyebabkan asidosis bila
dimakan dianggap beracun.

13
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen
glikol).Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa
penyakit; salah satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak
terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang
disebut keton. Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut,
dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam
dalam
Jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan
asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal
sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau
penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
1. Penyebab utama dari asidois metabolik adalah Gagal ginjal
2. Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
3. Ketoasidosis diabetikum
4. Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
5. Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid,
asetazolamid atau amonium klorida
6. Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena
diare, leostomi atau kolostomi.
c. Gejala
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya
penderita merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam
atau sedikit lebih cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini.
Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang
luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila
asidosis semakin memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma
dan kematian.

14
d. Diagnosa
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH
darah yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah
arteri digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH
darah.
Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon
dioksida dan bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan
untuk membantu menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula darah yang tinggi
dan adanya keton dalam urin biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak
terkendali. Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis
metabolik yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau overdosis. Kadang-kadang
dilakukan pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan pengukuran pH air kemih.
e. Pengobatan
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai
contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan
membuang bahan racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan
dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan yang berat.
Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis
ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap
penyebabnya. Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara
intravena; tetapi bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat
membahayakan.

3. Alkalosis Respiratorik

a. Pengertian
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa
karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar
karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
b. Penyebab
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan
terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.

15
Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.
Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:
1. rasa nyeri
2. sirosis hati
3. kadar oksigen darah yang rendah
4. demam
5. overdosis aspirin.
c. Gejala
Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat
menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin
memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
d. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar karbondioksida
dalam darah arteri pH darah juga sering meningkat.
e. Pengobatan
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat
pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa
meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda
nyeri.
Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa
membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup
kembali karbondioksida yang dihembuskannya. Pilihan lainnya adalah
mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian
menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini
dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar
karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga
mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis
respiratorik.

16
4. Alkalosis Metabolic

a. Pengertian
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan
basa karena tingginya kadar bikarbonat.
b. Penyebab
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah
yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung
(seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah
pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium
dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam
mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama akalosis metabolik:
1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).
c. Gejala
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung),
otot berkedut dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis
yang berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang
berkepanjangan (tetani).
d. Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam keadaan basa.
e. Pengobatan
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit
(natrium dan kalium) . Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara
intravena.

17
F. Asuhan Keperawatan Asidosis Respiratorik
a. Pengkajian
1. Pengumpulan data : pasien datang dengan keluhan” sesak napas “
a. Identitas pasien
1) No. Register :
2) Nama : Ny.Cinthia
3) Jenis kelamin: Perempuan
4) Umur : 35th
5) Pendidikan : SMA
6) Pekerjaan : wiraswasta
7) Status : sudah nikah
8) Agama : islam
9) Alamat : sugio_lamongan
10) Tanggal waktu datang :
11) Orang yang dapat dihubungi …………….. (telp) ……………
12) Diterima dari………… rumah sakit…………. datang
sendiri…. Lain-lain.

b. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
- Klien mengatakan bahwa sering merasa pusing.
- Klien mengatakan berat badannya turun 5 kg dalam 2 bulan
terakhir.
- Klien terlihat letih dan lemah.
- Mata klien terlihat pucat.

18
b) Riwayat kesehatan sekarang
1) Hal yang mendahului keluhan :
2) Sifat terjadinya gejala :
3) Lokalisasinya gejala dan sifatnya :
4) Berat ringannya keluhan dan perkembangannya :
5) Lamanya keluhan berlangsung :
6) Upaya mengatasi
c) Riwayat kesehatan yang lalu
1) Riwayat pemakaian jenis obat ………………… jumlah
dosis ………… jumlah dosis terakhir …………
pemakainnya …………..
2) Riwayat atau pengalaman masa lalu tentang kesehatan
atau penyakit yang pernah dialami, atau riwayat masuk
rumah sakit atau riwayat kecelakaan.
3) Lain-lain….

2. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas/istirahat
1) Gejala : kelelahan
2) Tanda : ataksia, kehilangan koordinasi
b. Sirkulasi
1) Tanda : hipotensi
2) Nadi kuat, kulit hangat berkenaan dengan hivopentilasi menunjukkan
vase dilatasi (asidosisi berat)
3) Takikardia, sianosis.
c. Makanan/cairan
Gejala : mual atau muntah

19
d. Neurosensori
1) Gejala : sakit kepala dangkal, pusing, gangguan penglihatan.
2) Tanda : ketakutan, gelisah, tremor, penurunan reflek.
e. Pernapasan
1) Gejala : dipsnea dengan pergerahan tenaga
2) Tanda : peningkatan upaya pernapasan dengan pernapasan cuping
hidung atau menguap Penurunan frekuensi pernapasan.Mengi,
stridor.

b. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi CO2, penurunan
asupan oksigen, hipoventilasi, narcosis CO2.
2. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal, peningkatan pH sel-sel miokardium.
3. Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan peningkatan
akut PaCO2, hipoksemia pada pembuluh darah otak.

c. Rencana Intervensi
Rencana intervensi keperawatan pada klien adalah klien tidak mengalami
gangguan gas, tidak terjadi peningkatan TIK, tidak ada perubahan napas, dan
perfusi jaringan optimal

20
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi CO2, penurunan asupan
oksigen, hipoventilasi, narcosis CO2

Tujuan : dalam waktu 1/24 jam setelah diberikan, gangguan pertukaran gas tidak
terjadi

Intervensi Rasional

Kaji klien yang dicurigai Tujuan penanganan asidosis respiratorik akut


mengalami asidosis respiratorik adalah memulihkan ventilasi efektif
secara cepat dan tepat secepatnya dengan memberikan terapi O2 dan
mengatasi sebab yang mendasarinya

Istirahatkan klien dengan posisi Posisi fowler akan meningkatkan ekspansi


fowler paru optimal.
Istirahat akan mengurangi kerja jantung,
meningkatkan tenaga cadangan jantung, dan
menurunkan tekanan darah.

Cari factor penyebab yang Apabila klien hiperkapsnea kronis mengalami


memperberat asidosis peningkatan PaCO2 secara akut, harus dicari
respiratorik. factor-faktor penyebab seperti pneumonia
atau emboli paru yang dapat memperberat
kelainan yang mendasarinya serta dapat
mempercepat terjadinya krisis.

Manajemen lingkungan : Lingkungan tenang akan menurunkan


lingkungan tenang dan batasi stimulus nyeri eksternal dan pembatasan
pengunjung pengunjung akan membantu meningkatkan
kondisi O2 ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang berada di
ruangan.

21
Evaluasi perubahan tingkat Akumulasi secret dan berkurangnya jaringan
kesadaran, catat sianosis serta paru yang sehat dapat menggangu oksigenasi
perubahan warna kulit, organ vital dan jaringan tubuh.
termasuk membrane mukosa
dan kuku.

Pantau kadar hemoglobin Kebanyakan volume O2 ditraspor ke jaringan


dalam ikatan hemoglobin. Bila anemia terjadi,
kandungan O2dalam darah menurun sebagai

akibat ventilasi mekanik dan suplemen akan


minimal. Pengukuran berkala hemoglobin

perlu untuk kalkulasi kandungan O2 yang


akan menentukan kebutuhan untuk tranfusi sel
darah merah.

Beri O2 4 liter/menit Pemenuhan O2 pada klien yang mengalami


hipoksemia

Kolaborasi pemilihan Mekanisme pathogenesis peningkatan


pemberian cairan permeabilitas alveokapiler mengakibatkan
edema interstitial dan alveolar. Pemberian
cairan yang berlebihan pada orang normal
dapat menyebabkan edema paru dan gagal
pernapasan. Pilihan koloid versus cairan
kristaloid unutk menggantikan terapi masih
controversial. Meskipun perkembangan
teknologi, pengukuran berat badan harian
akurat (kecenderungan) sering merupakan

22
indicator penting terhadap ketidakseimbangan
cairan.
Tujuan utama terapi cairan adalah untuk
mempertahankan parameter fisiologis normal.

Kolaborasi untuk memantau gas Pemeriksaan secara berkelanjutan dan ketat


darah secara ketat akan melihat dengan cepat perkembangan
setelah mendapat intervensi.

Kolaborasi pemberian ventilasi Pemberian ventilasi mekanik jika terjadi


mekanik. krisis. Perhatian yang besar harus ditunjukkan
dalam pemberian O2 pada klien-klien
hiperkapnea kronis.

Pola napas tidak efektif yang berhubunagn dengan gangguan konduksi elektrikal,
peningkatan pH sel-sel miokardium.

Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi perubahan pola napas

Intervensi Rasional

Auskultasi bunyi napas (krakles) Indikasi edema paru sekunder akibat


dekompensasi jantung.

Kaji adanya edema. Curiga gagal kongestif/kelebihan volume


cairan.

23
Istirahatkan klien dengan posisi Posisi fowler akan meningkatkan ekspansi
fowler paru optimal. Istirahat akan mengurangi kerja
jantung, meningkatkan tenaga cadangan
jantung, dan menurunkan tekanan darah.
Lamanya berbaring juga meransang dieresis
karena berbaring akan memperbaiki perfusi
ginjal. Istirahat juga mengurangi kerja otot
pernapasan dan penggunaan oksigen.
Frekuensi jantung menurun yang akan

memperpanjang waktu diastole pemulihan,


sehingga memperbaiki efisiensi kontraksi
jantung.

Ukur intake dan output. Penurunan curah jantung mengakibatkan


gangguan perfusi ginjal, retensi air/air, dan
penurunan pengeluaran urine.

Timbang berat badan Perubahan tiba-tiba pada berat badan


menunjukkan gangguan keseimbangan
cairan.

Pertahankan pemasukan total Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang


cairan 2.000 ml/24 jam dalam dewasa, tetapi memerlukan pembatasan
toleransi kardiovaskular. dengan adanya dekompensasi jantung

Kolaborasi : Hipokalemi dapat membatasi keefektifan


- Pantau data laboratorium terapi.
elektrolit kalium.

24
Penurunan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan peningkatan akut
PaCO2, hipoksemia pada pembuluh darah otak.

Tujuan : dalam waktu 2 x 24 perfusi jaringan otot dapat tercapai secara optimal.

Intervensi Rasional

Baringkan klien (bed rest) total Perubahan pada tekanan intrakranial akan
dengan posisi tidur terlentang dapat menyebabkan risiko terjadinya herniasi
tanpa bantal. otak.

Pantau tanda-tanda neurologis Dapat mengurangi kerusakan otak lebih


dengan GCS. lanjut.

Monitor tanda-tanda vital Pada keadaan normal, autoregulasi


seperti TD, nadi, suhu, respirasi, mempertahankan keadaan tekanan darah
dan hati-hati pada hipertensi sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan

sistolik. autoreguler akan menyebabkan kerusakan


vascular serebral yang dapat di
manifestasikan dengan peningkatan sistolik
dan diikuti oleh penurunan tekanan diastolic.
Sedankan peningkatan suhu dapat
menggambarkan perjalanan infeksi.

Bantu pasien untuk membatasi Aktvitas ini dapat meningkatkan tekanan


muntah, batuk. Anjurkan pasien intracranial dan intraabdomen. Mengeluarkan
untuk mengeluarkan napas napas sewaktu bergerak atau mengubah posisi
apabila bergerak atau berbalik dapat melindungi diri dari efek valsava.
ditempat tidur.

25
Anjurkan klien untuk Batuk dan mengejan dapat meningkatkan
menghindari batuk dan tekanan intracranial dan potensial terjadi
mengejan berlebihan. perdarahan ulang.

Ciptakan lingkungan yang Ransangan aktivitas yang meningkat dapat


tenang dan batasi pengunjung. meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total
dan ketenangan mungkin diperlukan untuk
pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus
stroke hemoragik/perdarahan lainnya.

Kolaborasi :
- Berikan cairan per infuse Meminimalkan fruktuasi pada beban vascular
dengan perhatian ketat. dan tekanan intracranial, retriksi cairan dapat
menurunkan edema serebral.
- Monitor natrium serum. Monitor kadar natrium serum dan dengan

mengobservasi perubahan-perubahan dalam


tanda-tanda neurologis.

d. Implementasi
1. Mengkaji pasien terhadap asidosis respiratorik.
2. Memberikan posisi yang nyaman bagi pasien dengan posisi fowler
3. Mencari factor penyebab yang memperberat asidosis respiratorik.
4. Membuat manajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi pengunjung
5. Mengevaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis serta perubahan
warna kulit, termasuk membrane mukosa dan kuku.
6. Memantau kadar hemoglobin
7. Memberikan O2 4 liter/menit
8. Mengauskultasi bunyi napas (krakles)

26
9. Mengkaji adanya edema.
10. Mengistirahatkan klien dengan posisi fowler
11. Mengukur intake dan output.
12. Menimbang berat badan
13. Mempertahankan pemasukan total cairan 2.000 ml/24 jam dalam toleransi
kardiovaskular.
14. Membaringkan klien (bed rest) total dengan posisi tidur terlentang tanpa
bantal.
15. Memantau tanda-tanda neurologis dengan GCS.
16. Memonitor tanda-tanda vital seperti TD, nadi, suhu, respirasi, dan hati-hati
pada hipertensi sistolik.
17. Membantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien
untukmengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik ditempat tidur.
18. Menganjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan.
19. Menciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung.
Kolaborasi :
1. Memantau gas darah secara ketat
2. memberikan ventilasi mekanik.
3. Memberikan cairan per infuse dengan perhatian ketat.
4. Memonitorkan natrium serum.

e. Evaluasi
1. Dx 1 :
Hasil yang diaharapkan
a. Melaporkan tak adanya /penurunan dipsnea
b. Klien menunjukkan tidak ada gejala distress pernapasan
c. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat

27
d. Pemeriksaan gas arteri pH 7,40 ± 0,005 : HCO3 24 ± 2 mEq/L, dan PaCO2 40
mmHg
2. Dx 3 :
Hasil yang diharapkan
a. Klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16-20 kali/menit respons batuk
berkurang.
3. Dx 4 :
Hasil yang diharapkan
a. Klien tidak gelisah; tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang, GCS 4,5,6;
pupil isokor; refleks cahaya (+).
b. Tanda-tanda vital normal (nadi : 60-100 kali per menit, suhu : 36-36,7o C,
pernapasan 16-20 kali permenit),
c. Serta klien tidak mengalami deficit neurologis seperti lemas, agitasi, iritabel,
hirefleksia, dan spastisitas dapat terjadi serta akhirnya timbul koma, kejang.

28
G. SOP TINDAKAN AGD (ANALISA GAS DARAH)
Pengambilan sampel :
Persiapan Alat :
1. Disposibel 2, 5 CC
2. Botol Infus
3. Betadine
4. Kapas
5. Karet penutup
6. Heparin Cair
7. Blanko Pemeriksaan
8. Duk Pengalas

Petunjuk Pengambilan :
1. Lokasi pengambilan sampel : Arteri Radialis, Brachialis, Inguinalis
dan Dorsalis pedis
2. Darah Yang diambil 2 cc ditambah 1 Strip
3. Yang harus diisi dalam blanko pemeriksaan : Identitas pasien, Suhu
tubuh pasien, Hb terakhir dan kalau pasien menggunakan oksigen
catat jumlah O2 yang digunakan serta cara pemberiannya dan Jenis
permintaan.

Tekhnik Pengambilan :
1. Bentangkan duk pengalas.
2. Letakkan botol infus
3. Tangan pasien diletakkan diatas botol infus, dengan sendi melipat
kebelakang.
4. Sedot heparin cair sebanyak 1 cc dan kmudian keluarkan. Heparin
hanya membasahi dinding disposible. Tidak ada sisa o,1 cc dalam
disposible, kecuali yang ada didalam jarum.
5. Raba Nadi dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah.
6. Pastikan tempat dari nadi yang diraba.

29
7. Desinfeksi daerah tersebut
8. Desinfeksi kedua jari
9. Pegang disposible seperti memegang pensil.
10. Raba kembali Nadi dengan menggunakan kedua yang telah
didesinfeksi
11. Tusukan jarum diantara kedsua jari dengan sudut 45 drajat mengarah
ke jantung.
12. Biarkan Darah sendiiri mengalir ke dalam jarum. Jangan diaspirasi.
13. Cabut jarum dan tusukkan pada karet penutup.
14. Tekan daerah penusukan dengan menggunakan kapas betadine
selama 5 menit.
15. Beri etiket dan bawa ke laboraotirum.

Nilai normal AGD


Komponen Nilai normal
-pH 7,35-7,45
-PaCO2 35-45 mmHg
-PaO2 80 -100 mmHg
-SaO2 95 % atau lebih
-HCO3- 22-26 mEq/L
-% Met Hb <2,0%
-% CO Hb <3,0 %
-Base Excess -2,0 s/d 2,0 mEq/L
-CaO2 16-22 ml O2/dL

Interprestasi hasil :
1. Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi.
Pembentukkan H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan
meningkatkan konsentrasi ion H.

30
2. Alkalosis metabolik, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan
akibat hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga
pembentukkan ion H menurun.
3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan
ventilasi paru, diare akut, diabetes melitus, olahraga yang terlalu berat
dan asidosis uremia akibat gagal ginjal akan menyebabkan penurunan
kadar bikarbonat sehingga kadar ion H bebas meningkat.
4. Alkalosis metabolik., terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena
defiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat
meningkat. Hal ini terjadi karena kehilangan ion H karena muntah-
muntah dan minum obat-obat alkalis. Hilangnyaion H akan
menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk menetralisir bikarbonat,
sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat.

31
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan
dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat
netral.
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35
hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa
agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal. Keseimbangan
asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal.
Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan
asam.

32
DAFTAR PUSTAKA

http://aslinar.blogspot.com/2011/10/gangguan-keseimbangan-asam-basa.html
http://aly-iloenx.blogspot.com/2012/04/gangguan-keseimbangan-cairan-
elektrolit.html
http://fenly-jehamur.blogspot.com/2011/10/makalah-keseimbangan-asam-
basah.html

http://lyrawati.files.wordpress.com/2008/07/gangguan-keseimbangan-asam-dan-
basa1.pdf
http://sichesse.blogspot.com/2012/04/keseimbangan-asam-basa.html
http://reniwijay.blogspot.com/2014/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1
https://gusri-wahyudi.blogspot.com/2012/09/sop-agd.html

33

Anda mungkin juga menyukai