Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGATAR

Puji Syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah
melimpahkan rahmat dan hidahNya,serta nikmatNya yang luar biasa sehingga
kita dapat menyusun makalah ini sesuai dengan harapan.
Tak lupa ucapan terimakasih kita ucapkan pada semua pihak yang telah
membantu penyusunan Makalah Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam.Serta ucapan
terimakasih yang sebesar besarnya kita sampaikan kepada dosen mata kuliah
umum Ilmu Kealamiahan Dasar Dra. Martini,MSi.
Kita berharap makalah ini dapat memberi manfaat kepada teman-teman
sekalian dan dapat menjadi referensi bacaan bagi teman-teman.Kritik serta saran
senantiasa terbuka demi penyempurnaan makalah selanjutnya.

Surakarta, September 2015

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi ............................................2
BAB I ............................................3
Pendahuluan ............................................3
Latar Belakang ............................................3
BAB II ............................................4
Pembahasan ............................................4
Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam ............................................4
Mitos ............................................5
Penalaran Deduktif-Tahap Rasionalisme ............................................6
Penalaran Induktif - Tahap Empirisme ............................................7
Metode Keilmuan/Ilmiah ............................................7
BAB III ...........................................12
Penutup ...........................................12
Kesimpulan ...........................................12
Daftar Pustaka

2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Fenomena alam atau gejala alam yang sering terjadi disekitar kita secara
tidak sadar mempengaruhi cara berpikir manusia.Tanpa sadar akan muncul
berbagai macam pertanyaan mengenai gejala alam yang terjadi.Seperti
bagaimana gejala alam tersebut bisa terjadi atau apa penyebab gejala alam
tersebut.Dari pemikiran-pemikiran itulah akan muncul berbagai jawaban dan
pengetahuan baru mengenai gejala alam.Pengetahuan - pengetahuan baru tersebut
kemudian akan disatukan dan terciptalah satu ilmu baru mengenai berbagai
macam gejala alam.Ilmu tersebut kemudian dikenal sebagai Ilmu Pengetahuan
Alam.Namun terciptanya atau lahirnya Ilmu Pengetahuan Alam tidaklah
singkat.Dalam perkembangannya, lahirnya Ilmu Pengetahuan Alam melalui
beberapa tahapan yang didasarkan pada pola pemikiran manusia yang terus
berkembang.Tahapan - tahapan inilah yang akan diuraikan lebih lanjut dalam
pembahasan makalah kali ini.
Tujuan dari pembuatan makalah ini ialah menguraikan tahapan
perkembangan lahirnya Ilmu Pengetahuan Alam yang berdasarkan pola
pemikiran manusia.Dimulai dari pemikiran yang dikaitkan dengan hal-hal ghaib
hingga berkembangnya pola pikir manusia sehingga didapatkan hasil yang valid
mengenai suatu gejala alam dan lahirlah suatu ilmu baru yaitu Ilmu Pengetahuan
Alam.

3
BAB II
PEMBAHASAN

Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau dikenal juga dengan istilah sains.Sains
sendiri berasal dari bahasa latin yaitu kata scienta yang berarti “saya tahu”
sedangkan dalam bahasa Inggris berasal dari kata science yang berarti
“pengetahuan”.Sains juga memiliki beberapa pengertian berdasarkan pengamatan
para ahli yaitu menurut H.W. Fowler at-al IPA adalah ilmu yang sistematis dan
dirumuskan, dimana berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan
didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi.IPA merupakan pengetahuan
hasil kegiatan manusia yang aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta melalui
metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek,bermetode dan berlaku
universal (Suyoso, 1998:23).Atau secara sederhana merupakan suatu kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala alam yang
berdasarkan hasil pengamatan serta kegiatan aktif lainnya yang dilakukan oleh
manusia.
Dikatakan pula pada beberapa sumber lain bahwa IPA terdiri dari dua unsur
yaitu Proses IPA dan Hasil IPA.Hasil produk IPA sendiri berupa fakta-fakta
seperti hukum-hukum,prinsip-prinsip, klasifikasi, struktur, dan lain
sebagainya.Proses IPA ialah cara kerja memperoleh hasil seperti cara kerja,sikap
dan cara berfikir manusia.
IPA dalam perkembangannya dipengaruhi oleh daya pikir manusia yang akan
terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu.Melalui peningkatan daya
pikir inilah didapatkan ilmu pengetahuan yang baru yang lebih valid.Selama
perkembangan daya pikir manusia hingga lahirnya IPA sebagai suatu ilmu yang
mantap melalui empat tahap.Tahapan-tahapan tersebut antar lain mitos,
penalaran, eksperimentasi,serta metode ilmiah.Dalam tahapan penalaran sendiri
terdiri dari Penalaran Deduktif - Tahap Rasionalisme dan Penalaran Induktif -
Tahap Empirisme.Masing-masing tahapan tersebut akan diuraikan lebih lanjut
seperti dibawah ini:

4
1. Mitos
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa perkembangan IPA
berdasarkan pada kemampuan daya pikir manusia dalam memahami
gejala alam yang terjadi disekitarnya.Sejak awal manusia sudah
mencoba untuk memahami gejala-gejala alam yang terjadi,namun karena
masih terbatasnya kemampuan manusia dalam pengamatan,peralatan,
serta cara pikir mereka maka munculah jawaban-jawaban yang tidak
didasarkan atas pengamatan konkrit.Jawaban-jawaban yang tercipta juga
biasanya dikaitkan dengan hal-hal ghaib.Tahap inilah yang disebut
dengan tahap mitos.
Mitos atau mite adalah cerita prosa rakyat yang menceritakan kisah
berlatar masa lampau,mengandung penafsiran tentang alam semesta dan
keberadaan makhluk didalamnya serta dianggap benar-benar terjadi oleh
empunya cerita atau penganutnya (wikipedia).Kebenaran mitos sendiri
masih bersifat simpang siur karena tidak adanya bukti otentik serta
penyebarannya melalui lisan.Ini disebabkan karena keterbatasan manusia
dalam pengamatan,peralatan serta pola pikir manusia namun memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi.Sehingga munculah mitos itu sendiri.Banyak
sekali ditemukan mitos-mitos pada jaman dahulu mengnai gejala-gejala
alam.
Sebagai contoh adalah “pelangi”.Apakah Pelangi itu?Jawaban pada
saat itu adalah adanya “selendang bidadari yang turun dari langit”
sehingga munculah pengetahuan baru yaitu adanya bidadari.Namun
seiring berjalannya waktu dan meningkatnya daya pikir manusia mitos
ini dapat dipatahkan dengan pembuktian bahwa pelangi adalah gejala
optik yang terjadi karena pembiasan cahaya matahari oleh bulir-bulir
air.Cahaya yang membias kemudian akan keluar menjadi spektrum
warna pelangi.
Masih ada beberapa mitos lain yang dikaitkan dengan hal-hal ghaib
seperti gunung meletus.Sebagai jawaban dari pertanyaan mengapa
gunung dapat meletus pada saat itu adalah “karena yang berkuasa sedang

5
marah”.Namun sekarang secara ilmiah gunung dapat meletus
dikarenakan endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar
oleh gas yang bertekanan tinggi. Sehingga mitos tersebut dapat
terpatahkan.
2. Penalaran Deduktif - Tahapan Rasionalisme
Setelah melalui tahapan mitos,kemampuan daya pikir manusia
mengalami peningkatan menuju tahapan penalaran yaitu cara berpikir
logis dan analitis.Dimana pada awalnya manusia melakukan penalaran
dengan sistem deduktif - rasionalisme.Pada tahap ini manusia mencoba
menjelaskan suatu gejala alam yang terjadi secara rasional dan secara
perlahan meninggalkan mitos.
Rasionalisme adalah suatu pengamatan yang menggunakan cara
yang sistematis dan kritis,serta pemecahan masalah yang didasarkan
pada rasio dan daya nalar sebagai upaya untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar.Penalaran deduktif ialah cara berpikir yang
didasarkan pada pernyataan yang bersifat umum untuk ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus dengan silogisme.Silogisme sendiri
ialah penarikan kesimpulan menururt premis yang terdiri dari dua premis
yaitu premis mayor dan premis minor.Kesimpulan ini bersifat benar bila
kedua premis adalah benar.Dan bersifat salah bila salah satu premisnya
salah.Sebagai contoh :
 Semua hewan pemakan daging disebut karnivora (Premis mayor)
 Singa makan daging (Premis minor)
 Singa adalah karnivora (Kesimpulan)

Maka pada tahapan ini dapat dikatakan bahwa penalaran deduktif


harus dimulai dengan pernyataan (premis mayor dan minor). Sehingga
diperoleh pengetahuan - pengetahuan baru mengenai suatu obyek
tertentu. Namun pada kenyataannya penalaran ini bersifat abstrak, lepas
dari pengalaman.

6
3. Penalaran Induktif - Tahapan Empirisme
Tahapan yang ditempuh selanjutnya adalah pengembangan dari
penalaran sebelumnya.Penalaran ini didasarkan atas pengalaman konkret
yaitu dengan penalaran induktif.Mereka yang mengembangkan
pengetahuan berdasarkan pengalaman konkret disebut penganut
empirisme.Paham empirisme menganggap bahwa pengetahuan yang
benar ialah pengetahuan yang diperoleh langsung dari pengalaman
konkret.Penganut empirisme menyusun pengetahuan dengan
menggunakan penalaran induktif. Penalaran Induktif ialah cara berpikir
menarik kesimpulan umum berdasarkan atas gejala-gejala alam yang
bersifat khusus.
Contohnya ialah logam.Jika logam besi,logam tembaga dan logam
alumunium dipanaskan maka logam tersebut akan bertambah
panjang.Dari gejala alam tersebut disimpulkan bahwa semua logam jika
dipanaskan akan bertambah panjang.Sedangkan pengertian dari Empiris
ialah pengetahuan yang diperoleh langsung dari pengalaman konkrit.

4. Metode Keilmuan atau Ilmiah


Menurut Sukardjo,dkk dalam bukunya “Ilmu Alamiah Dasar”
Metode ilmiah merupakan perpaduan antara penalaran deduktif dan
penalaran induktif, atau gabungan rasionalisme dan empirisme.Menurut
Almack (1939) : metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip logis
terhadap penemuan.Menurut Ostlhele (1975) : menyatakan bahwa
metode ilmiah adalah pengejaran sesuatu untuk memperoleh suatu
interelasi.Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan pengertian
dari metode ilmiah merupakan proses penitiktemuan dari hasil
pengejaran suatu kebenaran ilmu pengetahuan yang merupakan hasil
perpaduan dari penalaran deduktif (rasional) dan penalaran induktif
(empiris)
Langkah –langkah metode ilmiah
1. Merumuskan masalah

7
2. Merumuskan hipotesis.
3. Mengumpulkan data.
4. Menguji hipotesis.
5. Merumuskan kesimpulan.
 Perumusan masalah
Hal pertama yang dilakukan dalam menyusun metode ilmiah adalah
dengan menentukan terlebih dahulu persoalan/ permasalahan yang
nantinya akan dipecahkan. Biasanya rumusan masalah berupa berupa
beberapa pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana. Penggunaan tanda
Tanya akan lebih mempermudah untuk mengumpulkan data yang
dibutuhkan, menganalisis data tersebut dan kemudian menyimpulkannya.
Perumusan masalah juga akan mempermudah dalam proses penyelesaian,
karena persoalan bisa menjadi sangat luas, oleh karena itu perlu
disederhanakan dengan membatasi dan merumuskannya.
 Merumuskan hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang menunjukkan
kemungkinan jawaban unuk penyelesaian /pemecahan masalah yang
telah ditetapkan. Menurut Sukardjo,dkk dalam bukunya “Ilmu Alamiah
Dasar” bahwa hipotesis merupakan suatu jawaban sementara atas
permasalahan yang telah dirumuskan, yang berasal dari pengamatan
terhadap fakta- fakta yang berkaitan.
 Mengumpulkan data
Pengumpulan data biasanya dilakukan di lapangan. Seorang peneliti
yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data
berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data
merupakan hal yang penting dalam pembuatan metode ilmiah karena
berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah
hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.
 Pengujian hipotesis dengan eksperimen
Pengujian hipotesis merupakan pengumpulan fakta- fakta yang
relevan dengan hipotesis yang telah diajukan untuk memperlihatkan
fakta- fakta yang mendukung hipotesis atau tidak. Jadi, pegujian hipotesis
dengan eksperiman sangat diperlukan karena dapat membantu dalam

8
member arahan bagi peniliti untuk menentukan apakah hipotesis dapat
diajukan. Penentuan hipotesis juga berpengaruh pada derajat kepercayaan
terhadap hasil penelitian, semakin tinggi taraf signifikansi yag ditetapkan
semakin tinggi pula tingkat kepercayaan hasil hipotesis dalam
penyusunan metode ilmiah. Sebagai contoh penguian hipotesis bisa
berupa quisioner atau wawancara.
 Merumuskan kesimpulan
Bagian terahkir dalam penyusunan metode ilmiah adalah
merumuskan/ menarik kesimpulan. Rumusan kesimpulan ini harus sesuai
dengan masalah yang diajukan sebelumya. Penarikan kesimpulan juga
didasarkan atas penilaian analisis dari fakta/ data untuk melihat apakah
hipotesis yang diajukan itu diterima atau tidak. Hipotesis dapat diterima
jika fakta yang terkumpul itu mendukung pernyataan hipotesis, bila fakta
tidak mendukung hipotesis maka hipotesis akan ditolak. Kesimpulan atau
simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi
jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan
dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Hal
ini bertujuan supaya peneliti tidak terkecoh dengan temuan yang
dianggap penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan
rumusan masalah yang diajukannya.
Catatan tentang metode ilmiah
Menurut Sukardjo,dkk dalam bukunya “Ilmu Alamiah Dasar” terdapat
beberapa catatan tentang penyusunan metode ilmiah,yaitu ;
1) Langkah –langkah dalam metode ilmiah harus saling berkaitan,
langkah yang satu merupakan landasan bagi langkah berikutnya.
2) Metode ilmiah pada dasarnya sama bagi semua disiplin keilmuan,
baik ilmu- ilmu alam maupun ilmu- ilmu sosial
3) Metode ilmiah tidak dapat diterapkan untuk pengetahuan yang
tidak termasuk kelompok ilmu, misalnya matematika, bahasa, dan
humaniora (seni)
4) Imu yang diperoleh melauli metode ilmiah tidak bertujuan mencari
kebenaran mutlak melainkan kebenaran yang objektif dan bersifat

9
sementara, yang bermanfaat bagi manusia pada tingkat
perkembangan tertentu.
Keunggulan dan Keterbatasan Metode Ilmiah
1. Keunggulan Metode Ilmiah
A. Melahirkan sikap ilmiah yang terpuji
Dalam metode ilimiah telah ditetapkan langkah- langkah yang
pasti untuk mencapai/ mendapatkan hasil yang terpercaya dan
terbukti, dari langkah –langkah tersebut mampu menghasilkan
beberapa sikap ilmiah yang baik, diantaranya ;
 Kebenaran ilmu tidak absolut mendorong belajar ilmu terus
menerus, karena kebenaran yang akan berkembang secara
terus- menerus akan mendorong peneliti untuk selalu
mempelajari ilmu pengetahuan, dan selalu mencari hal- hal
baru sehingga tidak bergantung pada penemuan di masa lalu.
 Mencintai kebenaran yang objektif, dari mempercayai
kebenaran yang objektif tidak akan menimbulkan
pertentangan yang hanya bersumber dari pemikiran pemikiran
yang subyektif, ini dikarenakan penemuan yang dibentuk dari
metode ilmiah telah teruji.
 Tidak mudah percaya pada tahayul atau peruntungan semata,
sama seperti disebutkan kebenaran yang objektif, sehingga
penemuan yang dibentuk dari metode ilmiah akan
menghindarkan dari hal- hal subjektif dan tahayul
 Membimbing rasa ingin tahu, langkah- langkah pembuatan
metode ilmiah akan terus- menerus membangun rasa ingin
tahu peneliti untuk mempelajari ilmu pengetahuan yang selalu
berkembang
 Tidak berfikir secara prasangka, ketika peneliti terjauh dari
tahayul dan keberuntungan semata, maka peneliti akan terjauh
dari prasangka- prasangka ilmu pengetahuan yang belum
terungkap.

B. Dapat menumbuhkan/menanamkan sikap ilmiah


Karena ilmu pengetahuan (IPA) mempunyai ciri khas: objektif,

10
metodik, sistematis dan berlaku umum orang yg selalu berhubungan
dg ilmu pengetahuan akan terbimbing untuk mengembangkan sikap
ilmiah

2. Keterbatasan Metode Ilmiah


A. Dalam menerapkan langkah per langkah dalam metode ilmiah
tidak selamanya memperoleh hasil yang diharapkan
 Contoh: data empiris yang diperoleh tidak selamanya
mendukung kebenaran hipotesis/ bertentangan => karena
panca indera pada saat pengamatan mempunyai
keterbatasan, tetap ada peluang kesalahan kesimpulan yang
diambil berdasarkan metode ilmiah
B. metode ilmiah tidak bisa menjangkau kesimpulan yang
bersangkutan dengan baik buruk suatu sistem nilai, seni dan
keindahan/estetika, dan tentang adanya Tuhan. Sistem nilai dan
nilai keindahan adalah sangat subyektif.
C. Pengumpulan data pada kegiatan pengamatan kegiatan ilmiah
masih didasarkan atas panca indera sehingga dimungkinkan
terjadi kesalah dikarenakan keterbatasan alat indera.Sehingga
kebenaran ilmiah bersifat tentatif atau sementara.Jika ditemukan
fakta baru yang tidak sesuai dengan teori sebelumnya maka
diperlukan penyusunan teori yang baru.
D. Terkadang dua fakta yang nampaknya saling berkaitan belum
tentu merupakan hubungan sebab-akibat.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah mengurai lebih lanjut mengenai tahapan didalam kelahiran dan
perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam,dapat diketahui bahwa untuk mencapai
suatu ilmu yang valid dibutuhkan proses yang cukup panjang serta waktu yang
berdasarkan pola pikir manusia.Berawal dari pola pikir manusia yang masih
sederhana yang berkaitan dengan hal-hal ghaib.Sehingga terciptalah berbagai
macam mitos mengenai gejala alam. Dari uraian diatas, mitos tercipta karena
terbatasnya pengamatan, peralatan serta cara pikir manusia.

11
Kemudian berkembanglah pola pikir manusia dengan sistem penalaran yang
dibagi menjadi dua yaitu penalaran Deduktif - Tahap rasionalisme dan penalaran
Induktif - Tahap Empirisme.Pada tahapan ini manusia sudah menggunakan pola
pikir pemecahan masalah menggunakan rasio, pengalaman dan penarikan
kesimpulan. Baik penarikan kesimpulan berdasarkan atas kemunculan dua premis
atau menarik kesimpulan umum dari gejala-gejala yang bersifat khusus.
Selanjutnya pengumpulan pengetahuan yang baru dilakukan dengan sistem
metode ilmiah.Dimana dalam melakukan pengamatan dilakukan serangkaian
kegiatan yang saling berkaitan.Dimulai dari merumuskan masalah, merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data, pengujian hipotesis dengan eksperimen, dan yang
terakhir penarikan kesimpulan.Meski tahapan ini memiliki serangkaian kegiatan
yang cukup panjang namun tahapan ini juga memiliki kelemahan.Seperti salah
satu kelemahannya ialah tidak selamanya data empiris mendukung hipotesis atau
terkadang dua yang nampaknya saling berkaitan ternyata tidak menyatakan
sebab-akibat.Selain itu kebenaran ilmiah masih bersifat tentatif atau sementara.

DAFTAR PUSTAKA

Sukardjo, dkk.(2005).Ilmu Kealamiahan Dasar.UPT Penerbitan dan Percetakan


UNS.Surakarta
https:/intaniarizkyu0808.blogspot.co.id/2013/02/definisi-ipa.html
http://hayidramlutamian.blogspot.com./2014/09/makalah-ilmu-dan-metode-
keilmuan.html?m
https:/ruhcitra.wordpress.com/2008/10/28/rasionalisme-empirisme-dan-metode-
keimuan/
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&uact=8&ved=0CDoQFjA
FahUKEwiGs4qzqeLHAhVGHaYKHZqaCEA&url=http%3A%2F
%2Fweb.unair.ac.id%2Fadmin%2Ffile

12
%2Ff_20025_7n.ppt&usg=AFQjCNE7vm1J9yB0lnSnCkIiu5IFBv0i-
Q&sig2=LFxJvMFCJyBHI1qAc9dvi
www.pengertianpakar.com
www.wikipedia.com

MAKALAH ILMU KEALAMIAHAN DASAR


Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Dosen Pembimbing : Dra. Martini M.Si

Nama Kelompok
:

1. G
r
e
s

13
inda Putri A.C (K5114021)
2. Herlina Ika P.S (K5114022)
3. Hestiani Widi T (K5114023)
4. Sri Puspitasari (K51140 )

PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015

14

Anda mungkin juga menyukai