I. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui sistem dan komponen citra penginderaan jauh
2. Mahasiswa dapat mengetahui seluruh bagian, fungsi, dan cara kerja dari stereoskop
cermin
3. Mahasiswa dapat mengetahui makna tanda-tanda atau keterangan pada foro udara
4. Mahasiswa dapat mengetahui cara menampalkan foto udara
II. Peralatan :
1. Stereoskop Cermin
2. Foto udara pankromatik hitam putih skala 1:40.000
3. Penggaris
4. Spidol OHP tipe F
5. Plastik transparansi
2. Pengamatan Stereoskopik
Adalah suatu kegiatan interpretasi citra/ foto udara dengan menggunakan alat
bantu yang bernama stereoskop. Pada kegiatan pengamatan ini stereoskop berfungsi
untuk menampilkan gambar 3 Dimensi. Gambar 3 Dimensi dari citra yang diinterpretasi
akan memudahkan pengamatan. Bidang 3 Dimensi menunjukkan obyek yang
mempunyai unsur ukuran lebar, panjang dan tinggi. Bidang 3 Dimensi memungkinkan
dilakukan pengamatan terhadap beda tinggi dan kemiringan lereng suatu obyek.
Foto udara pada umumnya lebih banyak menampilan gambar 2 Dimensi,
terutama pada foto udara tegak lurus. Untuk dapat menampilkan bentuk 3 Dimensi dari
foto udara yang diamati, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu :
Terdapat daerah bertampalan pada foto udara. Setiap foto udara/ citra yang akan
diinterpretasi harus merupakan foto udara/ citra yang berurutan garis
terbangnya dan mempunyai daerah tampalan (pada foto 1 ada sebagian wilayah
yang sama dengan foto 2)
Untuk dapat diinterpretasi dengan jelas maka lebar daerah yang bertampalan
kira-kira 1/3 – 2/3 dalam sebuah foto/citra.
Pandangan 3 Dimensi dari hasil pengamatan stereoskopis ini muncul dalam otak
sebagai akibat adanya perpaduan dua gambar dengan sudut pandang yang berbeda.
Masing-masing mata pengamat (observer) akan mendapatkan informasi dari gambar
yang berada dibawahnya. Informasi dari kedua gambar tersebut diterima oleh otak
manusia dan diterjemahkan sebagai gambar yang 3 Dimensi. Serangkaian foto udara
akan nampak menjadi tampilan 3 Dimensi dalam proses pengamatan stereoskopis jika:
Foto udara tersebut memiliki tampalan
Gambar dari foto udara tersebut memiliki sudut pengambilan yang berbeda dalam
satu jalur terbang yang sama
Foto yang diamati hendaklah memiliki skala yang sama
Selain dari syarat diatas, kemampuan dari setiap orang dalam menghasilkan
efek 3 Dimensional juga sangat bervariasi. Tidak setiap pengamat memiliki
kemampuan yang sama dalam menghasilkan sebuah gambaran 3 Dimensional pada
serangkaian foto udara yang sama.
Berberapa faktor seperti jarak pupil mata, jauh dekat kemampuan fokus
pandang, dan lain-lain adalah sangat berpengaruh terhadap kemampuan seseorang
menghasilkan gambaran 3 Dimensional.
Pertambahan usia seorang pengamat juga memungkinkan perubahan
kemampuan pengamat tersebut dalam menghasilkan pandangan 3 Dimensional.
Dengan demikian seorang ahli fotogrametris yang bekerja dengan gambaran
stereoskopis juga memiliki kemungkinan mengalami kesulitan pembentukan gambaran
tiga dimensi pada masa tertentu.
Ada banyak macam stereoskop. Dalam praktikum ini menggunakan stereoskop
cermin. Jenis ini banyak digunakan dalam interpretasi citra.
3. Foto Udara
Untuk lebih mengenal bagian-bagian pada foto udara, perhatikan gambar berikut
ini.
Foto udara standar pada umumnya berukuran 23 cm × 23 cm. Selain tanda tepi,
pada foto udara terdapat juga kelompok keterangan penting, yaitu:
1) tanda fidusial,
2) nomor seri, dan
3) tanda tepi.
prinsipiil foto. Titik prinsipiil ini berguna untuk mencari daerah tampalan (tumpang
tindih) pada foto udara selanjutnya.
2. Nomor Seri
Nomor seri yang lengkap umumnya terdiri atas nomor registrasi, nama daerah yang
dipotret, tanggal pemotretan, nomor jalur terbang, dan nomor foto. Nomor
registrasi diperlukan untuk pengarsipan dan
pencarian kembali apabila ada yang memerlukan. Tanggal pemotretan
menunjukkan kondisi lapangan pada saat pemotretan, seperti kondisi musim.
Selain itu, juga menjadi petunjuk apabila akan menggunakan foto udara
multitemporal. Nomor jalur terbang selain diperlukan dalam penyimpanan foto,
juga diperlukan dalam penyusunan mozaik dan mencari pasangan foto udara yang
bertampalan untuk analisis secara
stereoskopik.
Contoh: VII / 320 / XVI - 25
- VII / 320 = nomer registrasi
- XVI = nomer jalur terbang
- 25 = nomer foto udara
3. Tanda Tepi
Tanda tepi terletak pada salah satu sisi foto, pada kanan atau kiri foto. Pada
umumnya tanda tepi terdiri atas empat buah komponen, yaitu:
a. Altimeter
Digunakan untuk menentukan tinggi pesawat terbang di atas permukaan laut pada
saat pemotretan. Ketinggian dinyatakan dengan kaki dan meter. Untuk mengetahui
tinggi terbang, tinggi berdasarkan altimeter ini harus dikurangi terlebih dahulu
dengan tinggi daerah rata-rata.
Contoh:
ketinggian altimeter terbaca = 9.231 m tinggi daerah yang dipotret (dapat dilihat
pada peta) =
192 m maka tinggi terbang = 9.231 m – 192 m = 9.039 m
b. Panjang Fokus
Panjang fokus ini menunjukkan panjang fokus kamera dan nomor seri kamera yang
digunakan.
c. Jam
Jam pemotretan ini sangat membantu untuk mengetahui orientasi atau arah utara
pada foto, serta tinggi relatif objek berdasarkan arah bayangan dan panjang
bayangan.
d. Level
Tanda level untuk mengetahui apakah foto udara benar-benar vertikal atau tidak.
4. Penampalan Foto Udara
Syarat- syarat foto udara dapat menampilkan bentuk 3 dimensi :
1. Foto udara yang akan diinterpretasi harus berpasangan dan berurutan garis
terbangnya
2. Foto udara yang akan diiterpretasi memiliki skala yang sama
3. Foto udara dapat diinterpretasi dengan jelas jika besarnya daerah foto yang
bertampalan sekitar 60%
tengahnya berupa objek pertigaan jalan, maka pertigaan jalan tersebut akan
tergambar pada foto berikutnya atau foto kedua. Posisi pertigaan di foto itulah
yang disebut dengan titik tengah pindahan atau kalau titik tengah dinyatakan
sebagai A maka titik tengah pindahan adalah A’.
8. Titik garis antara titik pusat foto (principal point) dengan titik tengah pindahan
(conjugate principal point) yang terdapat pada masing- masing foto udara.
9. Amati dengan stereoskop dan tampalkan garis pada masing- masing foto udara
tersebut sehingga didapatkan kenampakan 3 dimensi.
10. Hitung nilai stereo base dan base foto dengan rumus dibawah ini
VI. Kesimpulan
Dalam praktikum kali ini kita dapat melihat cara Mahasiswa dapat mengetahui
sistem dan komponen citra penginderaan jauh, dapat mengetahui seluruh bagian,
fungsi, dan cara kerja dari stereoskop cermin, dapat mengetahui makna tanda-tanda
atau keterangan pada foro udara, dapat mengetahui cara menampalkan foto udara.
Namun pada perhitungan stereo base masih melebihi standar normal mata.
Daftar Pustaka
Monica Ria Felicia. 31Oktober 2014. Laporan Praktikum Penginderaan Jauh (Pengamatan
Stereoskopis). https://monica-ria-felicia.blogspot.com/2014/10/laporan-praktikum-
penginderaan-jauh.html