Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia sebagai potensi


pembangunan bangsa agar dapat membangun dan menolong dirinya sendiri,
merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, maka
posyandu cukup strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia sejak
dini perlu ditingkatkan pembinaannya. Untuk meningkatkan pembinaan Posyandu
sebagai pelayanan KB-Kesehatan yang dikelola untuk dan oleh masyarakat dengan
dukungan pelayanan teknis dari petugas perlu ditumbuh kembangkan perlu serta aktif
masyarakat dalam wadah LKMD.

Meningkatkan mutu pengelolaan Posyandu, perlu dimantapkan koordinasi dan


keterpaduan pembinaan disemua tingkatan pemerintah. Ketiga petunjuk diatas adalah
merupakan beberapa isi dari Inmendagri No.9 Tahun 1990 dan dapat kita artikan
betapa pentingnya keberadaan Posyandu ditengah-tengah masyarakat yang
merupakan pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat sebagai pelaksana
sekaligus memperoleh pelayanan kesehatan serta Keluarga Berencana. Disamping itu
wahana ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk tukar menukar informasi,
pendapat dan pengalaman serta bermusyawarah untuk memecahkan berbagai masalah
yang dihadapi baik masalah keluarga ataupun masyarakat itu sendiri. Sebagai dasar
terbentuknya Posyandu ialah bertitik tolak dari definisi ilmu Kesehatan Masyarakat
menurut Winslow, yang mana disebutkan bahwa diharapkan masyarakat itu berusia
untuk dapat menanggulangi kesehatannya sendiri. Seterusnya disebutkan pula bahwa
terciptanya kesehatan yang optimal bagi masyarakat ialah dengan adanya peran serta
dari masyarakat secara teratur' dan berkesinambungan. Dari penjelasan tersebut diatas
terlihat bahwa wadah yang paling tepat untuk peran serta masyarakat tersebut ialah
"Posyandu"

1
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian posyandu balita?
2. Apa tujuan penyelenggaraan dari posyandu?
3. Apa manfaat dari penyelenggaraan posyandu?
4. Apa pengertian posyandu remaja?
5. Apa pengertian posyandu lansia ?
6. Apa pengertian dari kelas ibu hamil?
7. Apa saja yang dilaksakan saat kelas ibu hamil?

III. TUJUAN
1. Untuk megetahui pengertian posyandu balita
2. Untuk mengetahui tujuan penyelenggaraan dari posyandu
3. Untuk mengetahui manfaat dari penyelenggaraan posyandu
4. Untuk megetahui pengertian posyandu remaja
5. Untuk mengetahui pengertian posyandu lansia
6. Untuk mengetahui pengertian dari kelas ibu hamil
7. Untuk mengetahui apa saja yang dilaksakan saat kelas ibu hamil

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. POSYANDU BALITA
1. Pengertian
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan
untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan di suatu wilayah kerja
Puskesmas, dimana program ini dapat dilaksanakan di balai dusun, balai kelurahan,
maupun tempat-tempat lain yang mudah didatangi oleh masyarakat. Sasaran utama
kegiatan posyandu ini adalah balita dan orangtuanya, ibu hamil, ibu menyusui dan
bayinya, serta wanita usia subur.
Posyandu merupakan langkah yang cukup strategis dalam rangka pengembangan
kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia agar dapat membangun dan menolong
dirinya sendiri, sehingga perlu ditingkatkan pembinaannya. Untuk meningkatkan
pembinaan Posyandu sebagai pelayanan KB dan Kesehatan yang dikelola untuk dan
oleh masyarakat dengan dukungan pelayanan teknis dari petugas perlu ditumbuh
kembangkan perlu serta aktif masyarakat dalam wadah LKMD.

2. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu


a. Menurunkan angka kematian ibu dan anak
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan infant mortality rate
(IMR)
c. Mempercepat penerimaan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera)
d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan
dalam menunjang peningkatan hidup sehat
e. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha
meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
f. Meningkatkan dan membina peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi
untuk usaha kesehatan masyarakat

3. Manfaat Posyandu
a. Bagi Masyarakat
Adapun manfaat posyandu bagi masyarakat adalah memperoleh kemudahan
untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan bagi anak balita dan ibu,

3
pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau gizi
buruk. Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul vitamin A, bayi memperoleh
imunisasi lengkap, ibu hamil juga akan terpantau berat badannya dan
memperolehtablet tambah darah serta imunisasi TT, ibu nifas memperoleh kapsul
vitamin A dan tablet tambah darah serta memperoleh penyuluhan kesehatan yang
berkaitan tentang kesehatan ibu dan anak
b. Bagi Kader
Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap. Ikut
berperan secara nyata dalam tumbuh kembang anak balita dan kesehatan ibu. Citra
diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya dalam bidang
kesehatan menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan
kesehatan ibu (WHO, 2003).

4. Sasaran Dalam Pelayanan Kesehatan di Posyandu


a. Bayi berusia kurang dari 1 tahun
b. Anak balita usia 1 sampai 5 tahun
c. Ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas
d. Wanita usia subur (WUS), pasangan usia subur (PUS)

5. Persyaratan Pembentukan Posyandu, yaitu sebagai berikut


a. Penduduk rukun warga (RW) sedikitnya 100 balita
b. Terdiri atas 120 kepala keluarga (KK)
c. Disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa)
d. Jarak antara kelompok rumah berdasarkan jumlah KK dalam satu tempat atau
kelompok tidak terlalu jauh

6. Dana Pelaksanaan Posyandu


Dana pelaksanaan Posyandu berasal dari swadaya masyarakat melalui gotong
royong dengan kegiatan jimpitan beras dan hasil potensi desa lainnya serta sumbangan
dari donatur yang tidak mengikat yang dihimpun melalui kegiatan Dana Sehat.

7. Jenjang Posyandu
Jenjang posyandu menurut “KONSEP ARRIF” dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu
sebagai berikut :

4
1. Posyandu Pratama
Posyandu Pratama memiliki ciri-ciri :
a. Kegiatan belum mantap
b. Kegiatan belum rutin
c. Jumlah kader terbatas
2. Posyandu Madya
Posyandu Madya memiliki ciri-ciri :
a. Kegiatan lebih teratur
b. Jumlah kader 5 (lima) orang
3. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama memiliki ciri-ciri :
a. Kegiatan sudah teratur
b. Cakupan program/kegiatannya baik
c. Jumlah kader 5 (lima) orang
d. Mempunyai program tambahan
4. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri memiliki ciri-ciri :
a. Kegiatan secara teratur dan mantap
b. Cakupan program/kegiatannya baik
c. Memiliki Dana Sehat dan JPKM yang mantap.

8. Dasar Pelaksanaan Posyandu


a. Surat Keputusan Bersama antara Menteri dalam Negeri RI, Menteri Kesehatan RI,
dan Kepala Badan Koordinasi keluarga Berencana Nasional
Posyandu diselenggarakan terutama untuk melayani balita (baik imunisasi
maupun penimbangan berat badan) dan orang lanjut usia (Posyandu Lansia).
Posyandu dicanangkan pada tahun 1986, lahir melalui suatu Surat Keputusan
Bersama antara Menteri Dalam Negeri RI, Menteri Kesehatan RI, dan Kepala Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), yaitu SK Menteri Dalam
Negeri No. 23 Tahun 1985, SK Menteri Kesehatan No.21/Men.Kes/Inst.B./IV/1985,
dan SK Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) No.
112/HK-011/A/1985 tentang penyelenggaraan Posyandu, yaitu :

5
1. Meningkatkan kerjasama lintas sektoral untuk menyelenggarakan Posyandu
dalam lingkup Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) dan Program
Kesejahteraan Keluarga (PKK)
2. Mengembangkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan fungsi Posyandu
serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam program-program
pembangunan masyarakat desa
3. Meningkatkan fungsi dan peranan LKMD dan PKK, serta mengutamakan peran
kader pembangunan
4. Melaksanakan pembentukan Posyandu di wilayah atau di daerah masing-masing
dari melaksanakan pelayanan paripurna sesuai petunjuk Depkes dan BKKBN.

b. Undang-undang No.23 Tahun 1992


Dasar pelaksanaan posyandu yang lain adalah Undang-undang No. 23 tahun 1992
pasal 66 tentang dana sehat sebagai cara penyelenggaraan dan pengelolaan
pemeliharaan kesehatan secara paripurna, yaitu :
1. Pemerintah mengembangkan, membina, dan mendorong jaminan pemeliharaan
kesehatan masyarakat sebagai cara yang dijadikan landasan setiap
penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang pembiayaannya dilaksanakan
secara praupaya berasaskan usaha bersama dan kekeluargaan
2. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat merupakan cara penyelenggaraan
pemeliharaan kesehatan dan pembiayaannya, dikelola secara terpadu untuk tujuan
meningkatkan derajat kesehatan, wajib dilaksanakan oleh setiap penyelenggara
3. Penyelenggara jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat harus berbentuk
badan hukum dan memiliki izin operasional serta kepesertaannya bersifat aktif
4. Ketentuan mengenai penyelenggara jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah

c. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri & Otonomi Daerah


Legitimasi keberadaan Posyandu ini diperkuat kembali melalui Surat Edaran
Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah tertanggal 13 Juni 2001 yang antara lain
berisikan “Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu” yang antara lain meminta
diaktifkannya kembali Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL) Posyandu di
semua tingkatan administrasi pemerintahan, Penerbitan surat edaran ini

6
dilatarbelakangi oleh karena perubahan lingkungan strategis yang terjadi demikian
cepat berbarengan dengan keadaan krisis moneter yang berkepanjangan

9. Pengelolaan Dan Kendala-Kendala Dalam Pelaksanaan Posyandu


a. Pengelolaan Posyandu
1. Sesuai Inmendagri Nomor 9 Tahun 1990 tentang Peningkatan Pembinaan mutu
Posyandu ditingkat desa kelurahan sebagai berikut :
- Penanggungjawab umum : Ketua Umum LKMD (Kades atau Lurah)
- Penanggungjawab operasional : Ketua I LKMD (Tokoh Masyarakat)
- Ketua Pelaksana : Ketua II LKMD/Ketua Seksi 10 LKMD (Ketua Tim
Penggerak PKK)
- Sekretaris : Ketua Seksi 7 LKMD
- Pelaksana : Kader PKK, yang dibantu Petugas KB-Kesehatan
2. Pokjanal Posyandu
Pokjanal Posyandu yang dibentuk disemua tingkatan pemerintahan terdiri dari
unsur Instansi dan Lembaga terkait secara langsung dalam pembinaan Posyandu
yaitu :
1. Tingkat Propinsi :
- BKKBN
- PMD (Pembinaan Masyarakat Desa)
- Bappeda
- Tim penggerak PKK
2. Tingkat Kabupaten/Kotamadya :
- Kantor Depkes atau Kantor Dinkes
- BKKBN
- PMD
- Bappeda
3. Tingkat Kecamatan :
- Tingkat Pembina LKMD Kecamatan (Puskesmas, Pembina Petugas
Lapangan, KB, Kaur Bang (Kepala Urusan Pembangunan)
- KPD (Kader Pembangunan Desa)
4. Pokjanal Posyandu bertugas :
- Menyiapkan data dan kelompok sasaran serta cakupan program
- Meyiapkan kader

7
- Menganalisis masalah dan menetapkan alternatif pemecahan masalah
- Menyusun rencana
- Melakukan pemantauan dan bimbingan
- Menginformasikan masalah kepada instansi atau lembaga terkait
- Melaporkan kegiatan kepada Ketua Harian Tim Pembina LKMD
5. Kegiatan Pokok Posyandu :
- KIA
- KB
- Imunisasi
- Gizi
- Penanggulangan Diare
6. Pembentukan Posyandu
Langkah-langkah pembentukan Posyandu adalah sebagai berikut :
a. Persiapan sosial
- Persiapan masyarakat sebagai pengelola dan pelaksanaan Posyandu
- Persiapan masyarakat umum sebagai pemakai jasa Posyandu
b. Perumusan masalah
- Survey mawas diri
- Penyajian hasil survey (mini lokakarya)
c. Perencanaan pemecahan masalah
- Kaderisasi sebagai pelaksana Posyandu
- Pembentukan pengurus sebagai pengelola Posyandu
- Menyusun rencana kegiatan Posyandu
d. Pelaksanaan kegiatan
- Kegiatan posyandu 1 kali sebulan atau lebih
- Pengumpulan dana sehat
- Pencatatan dan pelaporan posyandu
e. Evaluasi
- Evaluasi hasil kegiatan yang sedang berjalan
- Evaluasi hasil kegiatan sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan
f. Kesimpulan
- Posyandu merupakan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam
bentuk penimbangan, PMT, pos kesehatan, dan motivasi baru yang
merupakan bentuk operasional dari pendekatan strategis keterpaduan 5

8
program (kesehatan dan KB) dalam rangka mempercepat penurunan
angka kematian bayi, balita, dan penurunan angka fertilitas untuk
mewujudkan NKKBS
- Peranan lintas sektoral dan lintas program berpengaruh terhadap
keberhasilan Posyandu
- Peningkatan peran serta aktif masyarakat akan meningkatkan daya guna
dan hasil guna Posyandu
- Alih teknologi dan swakelola masyarakat merupakan aspek untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

b. Kendala-Kendala Dalam Pelaksanaan Posyandu


Dalam pelaksanaannya, posyandu banyak mengalami kendala dan kegagalan
walaupun ada juga yang berhasil. Kegagalan dan kendala tersebut disebabkan antara
lain adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya kader
2. Banyak terjadi angka putus (drop-out) kader
3. Kepasifan dari pengurus Posyandu karena belum adanya pembentukan atau
resuffle pengurus baru dari kegiatan tersebut
4. Keterampilan pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS)
5. Sistem pencatatan buku register tidak lengkap atau kurang lengkap
6. Pelaksanaan kegiatan posyandu tidak didukung dengan anggaran rutin
7. Tempat pelaksanaan posyandu kurang representatif (di kantor kelurahan,
polindes, atau gedung PKK), sehingga tidak memungkinkan menyediakan tempat
bermain bagi balita
8. Ketepatan jam buka posyandu
9. Kebersihan tempat pelaksanaan posyandu
10. Kurangnya kelengkapan untuk pelaksanaan KIE seperti buku-buku yang
berkaitan dengan gizi dan kesehatan, poster-poster, leaflet, lembar balik, modul
dan lain-lain

Dari hal-hal tersebut di atas, maka seyogyanya dilakukan Revitalisasi Posyandu,


dimana revitalisasi posyandu ini bertujuan untuk menigkatkan fungsi dan kinerja
posyandu utama dalam pemantauan pertumbuhan balita.
Adapun pokok kegiatan revitalisasi Posyandu, ini meliputi :

9
a. Pelatihan/orientasi petugas Puskesmas dan lintas sektor
b. Pelatihan ulang kader
c. Pembinaan dan pendampingan kader
d. Penyediaan sarana terutama dacin, KMS/Buku KIA panduan Posyandu, media
KIE, saran pencatatan
e. Penyediaan biaya operasional
f. Pemberdayaan ekonomi kader melalui penyediaan modal usaha kader melalui
Usaha Kecil Menengah (UKM)

10. Pelatihan Kader Posyandu


a. Kader Posyandu
Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk
masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Keberadaan
kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu. Sehingga seorang kader
posyandu harus mau bekerja secara sukarela dan ikhlas, mau dan sanggup
melaksanakan kegiatan posyandu, serta mau dan sanggup menggerakkan masyarakat
untuk melaksanakan dan mengikuti kegiatan posyandu. Seorang warga masyarakat
dapat diangkat menjadi seorang kader Posyandu apabila memenuhi persyaratan
sebagi berikut :
1. Dapat membaca dan manulis
2. Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan
3. Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat
4. Mempunyai waktu yang cukup
5. Bertempat tinggal di wilayah Posyandu
6. Berpenampilan ramah dan simpatik
7. Mengikuti pelatihan-pelatihan sebelum menjadi kader posyandu

Adapun tugas kader posyandu secara garis besar adalah sebagai berikut :
1. Melakukan kegiatan bulanan posyandu
a. Mempersiapkan pelaksanaan posyandu
b. Kegiatan setelah pelayanan bulanan posyandu
2. Melaksanakan kegiatan di luar posyandu
a. Melaksanakan kunjungan rumah

10
b. Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan
posyandu
c. Membantu petugas kesehatan dalam pendaftaran, penyuluhan, dan berbagai
usaha kesehatan masyarakat
3. Melakukan kegiatan bulanan posyandu
a. Mempersiapkan pelaksanaan posyandu
b. Kegiatan bulanan posyandu
c. Kegiatan setelah pelayanan bulanan posyandu

b. Pelatihan Kader Posyandu


Seorang calon kader wajib mengikuti pelatihan-pelatihan sebelum menjadi kader
posyandu. Kader harus menguasai berbagai teknik keterampilan dan pengetahuan
yaitu :
1. Keterampilan komunikasi interpersonal
2. Keterampilan yang berhubungan dengan kegiatan di posyandu (pencatatan,
pelaporan, penimbangan, dan lain-lain)
3. Pengetahuan kesehatan dasar dan gizi

11. Pelayanan Posyandu


1. Pelayanan Posyandu
Pelaksanaan kegiatan di Posyandu dikenal dengan nama “sistem 5 meja”, dimana
kegiatan di masing-masing meja mempunyai kegiatan khusus. Sistem 5 meja
tersebut tidak berarti bahwa posyandu harus memiliki 5 buah meja untuk
pelaksanaannya, tetapi kegiatan posyandu tersebut harus mencakup 5 pokok
kegiatan :
a. Meja 1 pendaftaran dan penyuluhan kelompok
b. Meja 2 penimbangan
c. Meja 3 pencatatan
d. Meja 4 penyuluhan dan penerangan
e. Meja 5 pelayanan
Adapun rincian kegiatan di masing-masing meja yaitu, sebagai berikut :
a. Meja 1
1. Pendaftaran

11
2. Pencatatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur
(PUS)
b. Meja 2
1. Menimbang balita
2. Penimbangan dilaksanakan oleh kader
3. Penimbangan dilakukan bagi bayi dan balita dilaksanakan sebulan sekali
4. Ada juga Posyandu yang menambah kegiatan di meja 2 : penimbangan untuk
ibu hamil
5. Alat timbangan diusahakan oleh kader sendiri atau berupa bantuan
6. Yang perlu ditingkatkan adalah : tempat duduk timbangan yang nyaman dan
cukup untuk memenuhi syarat etis dan sebagainya
7. Hasil penimbangan dicatat dan dibawa ke Meja 3.
c. Meja 3
1. Mencatat hasil penimbangan
2. Pencatatan oleh kader : dengan bimbingan petugas Puskesmas
3. Semua hasil penimbangan, hasil imunisasi penyakit yang diserita, pemberian
kapsul Vitamin A dosis tinggi, dan lain-lain dicatat dalam KMS (Kartu
Menuju Sehat)
4. Selain itu ada : buku-buku bantu (buku register, dan lain-lain buku catatan)
d. Meja 4
1. Diketahui berat badan anak yang naik atau tidak naik, ibu hamil dengan resiko
tinggi, PUS yang belum mengikuti KB
2. Penyuluhan kesehatan
3. Pelayanan pemberian makanan tambahan (PMT), oralit, vitamin A, tablet zat
besi (Fe), pil ulang, dan kondom
e. Meja 5
1. Pemberian imunisasi
2. Pemeriksaan kehamilan
3. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
4. Pelayanan kontrasepsi intrauterine device (IUD) dan suntikan

2. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)


Pemberian intervensi gizi berupa PMT ini bertujuan untuk menanggulangi secara
langsung masalah gizi yang terjadi pada golongan atau kelompok rentan gizi seperti

12
balita dan anak-anak usia prasekolah. Diharapkan dengan program ini dapat ikut
serta mewujudkan keluarga sadar gizi (KADARZI) melalui sosialisasi tentang
makanan sehat dan bergizi seimbang.
Agar pengadaan PMT ini lebih efektif dan efisien, maka harus diperhatikan beberapa
hal tersebut di bawah ini :
a. Timely (kapan harus diberikan)
b. Adequate (jumlah, untuk memenuhi kebutuhan gizi)
c. Safe (penyiapan, penyimpanan, pemberian)
d. Properly fed (dimakan oleh anak)
e. Sustainable (tidak menimbulkan ketergantungan, pemberdayaan)

12. Memberikan KIE pada ibu untuk balita, sebagai bidan yang berada dimasyarakat
seharusnya memberikan KIE diantaranya :
A. Pemanfaatan dan pemberian ASI Eksklusif
Memberikan KIE kepada ibu bahwa ASI Eksklusif sangat penting bagi bayi dan
diberikan selama 6 bulan, KIE berisi :
1. Menyusui dalam satu jam setelah kelahiran
2. Hanya memberikan ASI, tidak ditambah makanan atau minuman lain
3. Menyusui bayi kapanpun bayi meminta (on-demand)
4. Tidak menggunakan botol susu maupun dot
5. Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan, di saat
sedang tidak bersama anak
B. Makanan pendamping ASI (MP-ASI)
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada
bayi atau anak untuk memenuh kebutuhan gizinya. Beberapa permasalahan dalam
pemberian makanan bayi atau anak umur 0-24 bulan
1. Pemberian makanan pralaktal (makanan sebelum ASI keluar)
Makanan pralaktal adalah jenis makanan seperti air, kelapa, air tajin, madu,
pisang yang diberikan pada bayi yang baru lahir sebelum ASI keluar. Hal ini
sangat berbahaya nagi kesehatan dan menganggu keberhasilan dalam menyusui
2. Kolostrum dibuang
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama kental dan berwarna
kekuning-kuningan. Memberi tahu pada ibu bahwa kolostrum jangan dibuang

13
karena mengandung zat kekebalan yng melindungi bayi dari penyakit dan
mengandung zat gizi tinggi
3. Pemeberian MP-ASI terlalu dini atau terlambat
Memberitahukan pada ibu bahwa pemberian MP-ASI terlalu dini(sebelum usia
6 bulan) menurunkan konsumsi ASI dan gangguan pencernaan (Diare) dan jika
terlambat ( lebih dari 6 bulan) dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan
anak
4. MP- ASI yang diberikan tidak cukup
Pemberian MP-ASI pada periode umur 6-24 bulan sering tidak tepat dan tidak
cukup kualitas maupun kuantitasnya. Adanya kepercayaan bahwa anak tidak
boleh makan ikan dan kebiasaan tidak menggunakan santan atau minyak pada
makanan anak, bidan seharusnya memeberitahu bahwa jika hal itu salah ikan
mengandung zat gizi untuk membantu pertumbuhan pada balita sehingga jika
tidak terpenuhi dapat menyebabkan anak kurang gizi terutama energy dan
protein serta beberapa vitamin yang larut dalam lemak

13. Penyakit yang sering diderita balita, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK)
Dan Pengobatan Pada Balita di Rumah
Sebagai bidan yang dekat dengan masyarakat berikan penyuluhan pada ibu di
posyandu balita, jika balita menderita sakit hal-hal yang dilakukan adalah :

- Demam
1. Pilih persediaan obat dirumah yang aman, biasanya paracetamol
2. Jangan lupa kompres dengan air hangat, agar anak tidak mengigil
3. Jika anak menpunyai riwayat kejang jangan lupa untuk menyediakan anti kejang
seperti diazepam dalam bentuk supositoria
4. Jika semua hal sudah dilakukan tetapi suhu tubuh tidak kunjung turubn setelah 3
hari makan periksakan anak ke dokter.
- Gangguan saluran nafas

Bila anak mengalami gangguan nafas seperti flu maupun batuk sebaiknay pilih
pengobatan yang rasional

14
- Batuk
Batuk berdahak dapt diberikan pengencer dahak tetapi hanya untuk usia >5
tahun dengan syarat anak dapt mengeluarkan lendi. Jangan sampai lendir yang
seharusnya dikeluarkan malah menumpuk disaluran nafas dan menjadi penyakit
baru
- Diare
1. Apapun penyebab diare penanganan pertama yang harus dilakukan adala
mencegah dehidrasi agar anak tidak kekurangan cairan dan elektrolit
2. Racun-racun penyebab diare harus dikeluarkan, oleh karena itu pengobatan
yang sifatnya menyerap tidak dianjurkan untuk anak
3. Perhatikan juga kebersihan diri dan makanan yang masuk. Berikanlah anak
cairan elektrolit, bisa menggunakan oralit maupun produk-produk sejenis
4. Sebagai pengganti oralit dapat dibuat larutan gula-garam dan 1 gelas air
matang. Jika anak masih mengonsumsi ASI maka tetap dilanjutkan

Stimulasi Tumbuh Kembang


Secara umu ada 2 faktor yang mepengaruhi tumbuh kembang anak, yaitu:
1. Faktor genetic
Factor genetic ini menentikan sifat bawaan anak tersebut. Kemampuan anak
adalah ciri-cir yang khas yang diturunkan pada anaknya
2. Factor lingkungan
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang anak, secara umum di bagi menjadi
3 yaitu :
a) Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH)

Bidan meberitahu bahwa anak dalam masa tumbuh kembangnya harus


dipenuhi kebutuhan fisik meliputi pangan, perawatan kesehatan gizi,
pemukiman yang layak, kebersihan, pakaian, kesehatan jasmani

b) Kebutuhan emosi/kasih saying (ASIH)


Ibu harus memberi kasih sayang dari orang tua akan menciptakan iktan
yang erat dan kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang
selaras baik fisik, mental, atau psikososial
c) Kebutuhan stimulasi mental (ASAH)

15
Stimulasi mental mengembangkan perkembangan kecerdasan, dan
kemandirian, kepribadian, agama, moral-etika, produktiivtas, dan
sebagainya

Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua agar anak
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dn sesuai umurnya

B. POSYANDU REMAJA
1. Pengertian
Posyandu remaja merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat termasuk remaja dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan dalam memperoleh
pelayanan kesehatan bagi remaja untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
keterampilan hidup sehat remaja.
Pelayanan kesehatan remaja di Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang peduli
remaja, mencakup upaya promotif dan preventif, meliputi : Keterampilan Hidup Sehat
(PKHS), kesehatan reproduksi remaja, kesehatan jiwa dan pencegahan penyalahgunaan
Napza, gizi, aktifitas fisik, pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM) dan pencegahan
kekerasan pada remaja. Remaja menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25
Tahun 2014 adalah kelompok usia 10 tahun sampai berusia 18 tahun.

2. Sasaran
a. Sasaran Kegiatan Posyandu Remaja :
Remaja usia 10-18 tahun, laki-laki dan perempuan dengan tidak memandang status
pendidikan dan perkawinan termasuk remaja dengan disabilitas.
b. Sasaran Petunjuk Pelaksanaan:
1. Petugas kesehatan
2. Pemerintah desa/kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi
kemasyarakatan lainnya
3. Pengelola program remaja
4. Keluarga dan masyarakat
5. Kader Kesehatan Remaja

16
3. Fungsi Posyandu Remaja
a. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan keterampilan hidup sehat remaja
b. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan yang mencakup upaya
promotif dan preventif, meliputi : Pendidikan Ketrampilan Hidup Sehat (PKHS),
kesehatan reproduksi remaja, pencegahan penyalahgunaan Napza, gizi, aktifitas
fisik, pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM) dan pencegahan kekerasan pada
remaja.
c. Sebagai survei dan pemantauan kesehatan remaja di wilayah sekitar

4. Manfaat Kegiatan Posyandu Remaja


a. Bagi Remaja
i. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang meliputi: kesehatan reproduksi
remaja, masalah kesehatan jiwa dan pencegahan penyalahgunaan Napza, gizi,
aktifitas fisik, pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM), pencegahan kekerasan
pada remaja
ii. Mempersiapkan remaja untuk memiliki ketrampilan Hidup sehat melalui PKHS
iii. Aktualisasi diri dalam kegiatan peningkatan derajat kesehatan remaja
b. Petugas Kesehatan
i. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat terutama remaja
ii. Membantu remaja dalam memecahkan masalah kesehatan spesifik sesuai dengan
keluhan yang dialaminya
c. Pemerintah desa/kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi
kemasyarakatan lainnya
Meningkatkan koordinasi dalam pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan
tugas, pokok, fungsi (tupoksi) masing-masing sektor.
d. Keluarga dan Masyarakat
i. Membantu keluarga dan masyarakat dalam membentuk anak yang mampu
berperilaku hidup bersih dan sehat
ii. Membantu keluarga dan masyarakat dalam membentuk anak yang memiliki
keterampilan hidup sehat
iii. Membantu keluarga dan masyarakat dalam membentuk anak yang

17
memiliki keterampilan sosial yang baik sehingga dapat belajar, tumbuh dan
berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas.

5. Lokasi
Posyandu remaja berada di setiap desa/kelurahan. Bila diperlukan dan memiliki
kemampuan, dimungkinkan untuk didirikan di RW, dusun atau sebutan lainnya yang
sesuai. Tempat pelaksanaan kegiatan Posyandu Remaja disesuaikan dengan kondisi di
daerah. Setiap Posyandu Remaja beranggotakan maksimal 50 remaja. Jika dalam satu
wilayah terdaftar lebih dari 50 remaja, maka wilayah tersebut dapat mendirikan
Posyandu Remaja lainnya.

6. Kader Posyandu Remaja


Kader Posyandu Remaja merupakan bagian dari Kader Kesehatan Remaja. Adapun
yang bisa dipilih menjadi Kader Posyandu Remaja adalah :
a. Remaja usia 10-18 tahun
b. Berjiwa kreatif, inovatif dan komitmen
c. Mau secara sukarela menjadi kader
d. Berdomisili di wilayah Posyandu Remaja berada
Kader Posyandu Remaja yang sudah tidak lagi berusia remaja juga dapat tetap
bergabung dalam kegiatan Posyandu Remaja.
Kader Posyandu Remaja juga dapat bergabung dengan organisasi remaja lainnya
seperti Saka Bakti Husada/saka lainnya dalam gerakan pramuka, Karang Taruna atau
organisasi yang lain.

7. Pembiayaan Posyandu Remaja


Adapun sumber-sumber pembiayaan Posyandu Remaja dapat berasal dari APBN,
APBD Provinsi, APBD Kab/Kota termasuk Anggaran Dana Desa (ADD) dan sumber-
sumber dana lainnya yang tidak mengikat. Dana tersebut digunakan untuk :
a. Pembinaan peningkatan kapasitas petugas kesehatan dan Kader Posyandu Remaja
b. Biaya operasional kesekretariatan pokja Posyandu Remaja
c. Biaya operasional pembinaan, supervisi, bimbingan teknis
d. Dukungan biaya operasional Kader Posyandu Remaja, dsb.

18
8. Jenis Kegiatan Posyandu Remaja
a. Kegiatan Utama
Dalam pelaksanaan Posyandu Remaja, kegiatan utama yang harus ada adalah :
1. Pendidikan Ketrampilan Hidup Sehat (PKHS)
2. Kesehatan Reproduksi Remaja
3. Masalah Kesehatan Jiwa dan Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA
4. Gizi
5. Aktivitas fisik pada remaja
6. Penyakit Tidak Menular (PTM)
7. Pencegahan Kekerasan pada Remaja
b. Kegiatan Pengembangan atau Tambahan
Kegiatan pengembangan dilakukan apabila masyarakat di wilayah tersebut
merasa ada masalah kesehatan di luar 7 kegiatan utama yang juga perlu diselesaikan.
Penetapan kegiatan harus mendapat dukungan dari seluruh masyarakat yang
tercermin dari hasil Survey Mawas Diri (SMD) dan disepakati melalui forum
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).
Penambahan kegiatan pengembangan dilakukan apabila 8 kegiatan utama telah
dilaksanakan dengan baik, dan tersedia sumber daya serta sumber dana yang
mendukung.
Beberapa kegiatan yang dapat dijadikan sebagai kegiatan pengembangan antara
lain adalah:
1. Bina Keluarga Remaja
2. Pemilihan duta kesehatan remaja
3. Kampanye kesehatan di luar kegiatan rutin Posyandu Remaja
4. Pelatihan kewirausahaan remaja
5. Perayaan hari besar nasional
6. Peningkatan kerjasama dengan dunia usaha

9. Langkah-langkah pada Pelaksanaan Posyandu Remaja


Posyandu Remaja diselenggarakan dan digerakkan oleh Kader Posyandu Remaja
dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait. Pada saat penyelenggaraan
Posyandu Remaja minimal jumlah kader adalah 5 (lima) orang untuk memenuhi 5
langkah kegiatan yang diselenggarakan. Langkah- langkah yang dilaksanakan pada
posyandu remaja adalah sebagai berikut.

19
Langkah Kegiatan Pelaksanaan
Pertama Pendaftaran Kader
1. Pengisian daftar hadir
2. Untuk kunjungan pertama kali, remaja
mengisi formulir data diri dan pengisian
form atau kuesioner kecerdasan majemuk
(form terlampir)
Kedua Pengukuran Kader
1. Penimbangan Berat Badan (BB)
2. Pengukuran Tinggi Badan (TB)
3. Pengukuran Tekanan darah (TD) dan
4. Lingkar Lengan Atas (LILA) dan Lingkar
Perut
5. Pengecekan anemia untuk remaja putri
secara klinis, apabila ada tanda klinis
anemia dirujuk ke fasilitas kesehatan.
Ketiga Pencatatan Kader
Kader melakukan pencatatan hasil pengukuran
ke dalam buku register dan Buku Pemantauan
Kesehatan Remaja
Keempat Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan Kader atau
diberikan sesuai dengan permasalahan antara kader
lain : bersama
1. Konseling sesuai permasalahan yang petugas
dialami remaja, dapat menggunakan kesehatan
anamnesis HEEADSSS
2. Pemberian tablet tambah darah atau
Vitamin
3. Memberikan konseling atau menjelaskan
hasil pengisian kuesioner kecerdasan
majemuk
4. Merujuk remaja ke fasilitas kesehatan jika
diperlukan

20
Kelima KIE Kader
Kegiatan dilakukan secara bersama-sama
seperti :
1. Kegiatan penyuluhan, pemutaran
film, bedah buku, dll
2. Pengembangan keterampilan
(soft skill) seperti ketrampilan membuat
kerajinan tangan, ketrampilan
berwirausaha dan lain sebagainya.
3. Senam atau peregangan

10. Waktu Penyelenggaraan


Posyandu Remaja dilaksanakan sekali setiap bulan. Hari dan waktu pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan hasil kesepakatan. Apabila memungkinkan, kegiatan Posyandu
Remaja dapat diintegrasikan dengan penyelenggaraan posbindu, PPKS (Pusat
Pelayanan Keluarga Sejahtera), pertemuan karang taruna, atau kegiatan remaja lainnya.

11. Sarana dan Prasarana


Sarana yang diperlukan untuk kegiatan Posyandu Remaja adalah gedung sebagai
tempat pelaksanaan kegiatan, seperti gedung kelurahan, RW ataupun tempat lain yang
layak.
Prasarana yang diperlukan antara lain adalah :
a. Timbangan BB
b. Microtoise
c. Alat ukur LILA / pita LILA
d. Alat ukur lingkar perut / meteran
e. Alat ukur tekanan darah
f. Buku register Posyandu Remaja
g. Buku Rapor Kesehatanku / Buku Pemantauan Kesehatan Remaja
h. Media KIE (cetak dan elektronik)
i. Set PKPR

21
12. Pencatatan dan Pelaporan
a. Pencatatan
Pencatatan dilakukan oleh kader segera setelah kegiatan dilaksanakan. Pencatatan
dapat dilakukan dengan menggunakan :
Format baku sesuai dengan program kesehatan, Sistem Informasi Posyandu (SIP)
atau Sistem Informasi Manajemen (SIM) yakni:
1. Register data remaja yang terdaftar di Posyandu Remaja
2. Buku pemantauan kesehatan remaja
3. Buku catatan kegiatan pertemuan yang diselenggarakan oleh Posyandu Remaja.
4. Buku catatan konseling
5. Buku pengelolaan keuangan
6. Buku inventaris sarana dan media KIE
7. dan lain-lain sesuai kegiatan yang dilaksanakan dan kebutuhan Posyandu Remaja
yang bersangkutan.
b. Pelaporan
Pelaporan kegiatan Posyandu Remaja dilaporkan ke Desa dan Pengelola Program
Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja Puskesmas (terintegrasi dengan catatan
pelaporan kesehatan remaja).

13. Tingkat Perkembangan Posyandu Remaja


Perkembangan masing-masing Posyandu Remaja tidak sama. Dengan demikian,
pembinaan yang dilakukan untuk masing-masing Posyandu Remaja juga berbeda.
Secara umum, tingkat perkembangan Posyandu Remaja dibedakan atas 4 tingkat
sebagai berikut :
1. Posyandu Remaja Pratama
a. Posyandu Remaja Pratama adalah Posyandu Remaja yang belum mantap, yang
ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu Remaja belum terlaksana secara rutin
(kurang dari 8 kali dalam setahun) serta jumlah kader sangat terbatas yakni
kurang dari 5 (lima) orang.
b. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu Remaja, di
samping karena jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya
masyarakat.
c. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi
masyarakat serta menambah jumlah kader.

22
2. Posyandu Remaja Madya
a. Posyandu Remaja Madya adalah Posyandu Remaja yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan 8-9 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak lima orang atau lebih, tetapi cakupan 8 (delapan) kegiatan utamanya
masih rendah, yaitu kurang dari 50%.
b. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkatkan
cakupan dengan mengikutsertakan masyarakat sebagai motivator serta lebih
menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu Remaja.
3. Posyandu Remaja Purnama
Posyandu Remaja Purnama adalah Posyandu Remaja yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan 10-11 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kedelapan kegiatan utamanya lebih dari
50%, mampu menyelenggarakan program tambahan.
4. Posyandu Remaja Mandiri
Posyandu Remaja Mandiri adalah Posyandu Remaja yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan 12 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak
lima orang atau lebih, cakupan kedelapan kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu
menyelenggarakan program tambahan, serta memiliki sumber pendanaan secara
swadaya.

14. Indikator Tingkat Perkembangan Posyandu Remaja

No Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri


1 Frekuensi pelaksanaan Kurang dari 8-9 kali 10-11 kali 12 kali
kegiatan Posyandu delapan dalam dalam dalam
kali dalam setahun setahun setahun
setahun
2 Jumlah kader Posyandu Kurang dari Lebih dari Lebih dari Lebih dari
Remaja lima atau sama atau sama atau sama
dengan dengan dengan lima
lima lima

3 Pencapaian pelaksanaan Kurang dari Kurang Lebih dari Lebih dari


pemberian KIE dalam 50% dari 50% atau sama atau sama
setahun sesuai jadwal dengan dengan 50%

23
50%

4 Program tambahan Tidak ada Tidak ada Ada ada

5 Cakupan dana swadaya Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada

C. POSYANDU LANSIA
1. PENGERTIAN
Posyandu lansia merupakan perwujudan pelaksanaan program pengembangan
dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia, sebagai forum
komunikasi dalam bentuk peran serta masyarakat usia lanjut, keluarga, tokoh
masyarakat dan organisasi social dalam penyelenggaraannya, dalam upaya
peningkatan tingkat kesehatan secara optimal. Posyandu lansia adalah pos pelayanan
terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah
disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan
pelayanan kesehatan.
2. SASARAN
1. Sasaran langsung
a. Kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun)
b. Kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas)
c. Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas)
2. Sasaran tidak langsung
a. Keluarga dimana usia lanjut berada
b. Organisasi social yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut
c. Masyarakat luas
3. TUJUAN PEMBENTUKAN
1. Meningkatkan kesadaran pada lansia
2. Membina kesehatan pada dirinya sendiri
3. Meningkatkan mutu kesehatan lansia
4. Meningkatkan pelayanan kesehatan lansia
4. PENYELENGGARAAN POSYANDU LANSIA
1. Pelaksanaan kegiatan

24
Anggota masyarakat yang telah dilatih menji kader kesehatan
dibawah bimbingan Puskesmas
2. Pengelola
Pengurus yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal
maupun non formal
5. KEGIATAN POSYANDU LANSIA
Kegiatan posyandu lansia ini mencakup upaya-upaya perbaikan dan
peningkatan kesehatan masyarakat, meliputu :
1. Promotif
Yaitu upaya peningkatan kesehatan, misalnya penyuluhan perilaku
hidup sehat, gizi usia lanjut dalam upaya peningkatan kesehatan jasmani
2. Preventif
Yaitu upaya pencegahan penyakit yaitu dengan mendeteksi dini
adanya penyakit dengan KMS lansia
3. Kuratif
Yaitu upaya mengobati penyakit yang diderita lansia
4. Rehabilitative
Yaitu upaya untuk mengembalikan kepecayaan diri pada lansia
6. PERAN SERTA LANSIA
Para lansia diharapkan dapat bersama-sama mewudkan kesehatan dengan cara:
1. Berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan
2. Olahraga secara teratur sesuai kemampuan
3. Menjalani pemeriksaan secara berkala
4. Menjalani pengobatan
5. Meningkatkan kemandirian dan pemenuhan kebutuhan pribadi
7. KADER POSYANDU LANSIA
Adapun tugas kader posyandu lansia secara garis besar adalah sebagai berikut:

Tugas-tugas kader Posyandu pada H - atau pada saat persiapan hari


Posyandu, meliputi:

a. Menyiapkan alat dan bahan : timbangan, tensimeter, stetoskop, KMS, alat


peraga, obat-obatan yang dibutuhkan, bahan/materi penyuluhan dan lain-
lain.

25
b. Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberi tahu para
lansia untuk datang ke Posyandu, serta melakukan pendekatan tokoh yang
bisa membantu memotivasi masyarakat (lansia) untuk datang ke Posyandu
c. Menghubungi kelompok kerja (Pokja) Posyandu yaitu menyampaikan
rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta memastikan apakah
petugas sector bisa hadir pada hari buka Posyandu.
d. Melaksanakan pembagian tugas : menentukan pembagian tugas diantara
kader Posyandu baik untuk persiapan untuk pelaksanaan

8. PELAYANAN DAN KENDALA DALAM POSYANDU LANSIA


Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada usia lanjut di
Posyandu Lansia adalah :
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
4. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus)
7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi
awal adanya penyakit ginjal.
8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
9. Penyuluhan Kesehatan.

26
9. MAKANAN SEHAT UNTUK LANSIA

Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menu
makanan bagi lanjut usia (lansia) :

1. Hindari membuat masakan dengan bumbu yang merangsang, seperti pedas


atau asam, karena ini dapat mengganggu kesehatan lambung dan alat
pencernaan.

2. Kurangi pemakaian garam, yakni tidak lebih dari 4 gram per hari, untuk
mengurangi risiko tekanan darah tinggi.

3. Kurangi santan, daging yang berlemak, dan minyak agar kolesterol darah tidak
tinggi. Sebaliknya, perbanyak makanan yang berkalsium tinggi, seperti susu
dan ikan. Pada orang lanjut usia, khususnya ibu-ibu yang menopause, sangat
perlu mengkonsumsi kalsium untuk mengurangi risiko keropos tulang.

4. Perbanyak makanan berserat, seperti sayuran mentah, agar pencernaan lancar


dan tidak sembelit.

5. Kurangi konsumsi gula dan makanan yang mengandung karbohidrat tinggi


agar gula darah normal, khususnya bagi penderita kencing manis agar tidak
terjadi komplikasi lain

6. Gunakan sedikit minyak untuk menumis dan kurangi makanan yang digoreng.
Perbanyak makanan yang diolah dengan dipanggang atau direbus karena
makanan tersebut mudah dicerna.

7. Buat masakan yang lunak dan mudah dikunyah sehingga kesehatan gigi
terjaga

27
Pencegahan Beberapa Penyakit

1. Hipertensi
Merupaka keadaan diamana tekanan darah diatas normal
Kategori Hipertensi :
 Rendah (mild) : 140/90
 Sedang (moderate) : 160/100
 Parah (severe) : 180/110

Tanda – tanda hipertensi :

 Sakit kepala
 Pandangan kabur
 Nyeri dada sebelah kiri
 Sering buang air kecil pada malam hari

Faktor penyebab :

 Obesitas
 Tingginya asupan garam
 Alcohol
 Stress
 Kurang olahraga
 Keturunan
 Umur
 Ras

Untuk mengurangi tekanan darah tinggi

 Diet jika overweight


 Lakukan aktivitas fisik teratur
 Hindari alcohol
 Berhenti merokok
 Atur stress
 Kurangi asupan garam
 Konsumsi makanan sehat
 Konsultasikan penggunaan obat obatan dengan dokter

28
2. Diabetes Mellitus (DM)
Macam – macam gejala yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah karena
kekurangan insulin.
Gejala Awal
 Banyak makan
 Banyak minum
 Sering kencing

Gejala kronis
 Nafsu makan menurun
 Banyak minum dan kenicng
 Mual berlebih
 Mudah capek dan mengantuk
 Berat badan turun 5 – 10 kg per 2 – 4 minggu
 Kesemutan
 Mata kabur
 Gatal sekitar kemaluan (wanita)
 Gigi mudah giyah dan lepas
 Kemampuan seksual menurun

Penentuan DM

 Pemeriksaan gula darah sewaktu dan gula darah puasa

Fakotr resiko DM

 Dewasa tua ( >45 tahun)


 BB > 120% BB Ideal atau IMT > 27
 Tekanan darah > 140/90 mmHg
 Riwayat keluarga (+) DM
 HDL < 35 mg/dl atau Trigliserida > 250 mg/dl

Penatalaksanaan

 Diet diabetes
 Obat penurun gula darah (OAD) dan insulin
 Olahraga
29
3. Osteoporosis
Penyakit tulang yang memiliki sifat – sifat khas berupa massa tulang yang rendah,
disertai mikrorsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang akhirnya
menimbulkan kerapuhan tulang
Gejala :
Tidak ada gejala awal, akan diketahui ketika mengalami fraktur atau regangan yang
dapat menimbulkan keretakan tulang,
Pencegahan :
 Mengkonsumsi vitamin D yang cukup
 Olahraga dengan Beban (berjalan, menaiki tangga)
 Makan makanan yang tinggi kalsium

D. KELAS IBU HAMIL


a. Pengertian
Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu
hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas
dan perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular dan akte kelahiran. Kelas ibu
hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan antara 20 minggu
s/d 32 minggu dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu hamil akan
belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak secara
menyeluruh dan sistematis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan
berkesinambungan. Setiap ibu hamil diwajibkan memiliki buku KIA, karena di buku ini
terdapat beberapa informasi tentang kehamilan.Akan tetapi, tidak semua informasi
penting termuat di buku KIA. Untuk itu, dibentuklah program Kelas Ibu Hamil.

b. Tujuan Kelas Ibu Hamil


i. Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar
memahami tentang kehamilan, perubahan tubuh, dan keluhan selama kehamilan,
perawatan kehamilan,persalinan,perawatan nifas, KB pasca persalinan, perawatan
bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat,penyakit menular dan akte
kelahiran.

30
ii. Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta (ibu hamil dengan
ibu hamil) dan antar ibu hamil dengan petugas kesehatan/bidan tentang
kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan
kehamilan, persalinan, Perawatan Nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi
baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte
kelahiran.
iii. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang kehamilan,
perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan.
iv. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang perawatan
kehamilan.
v. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang persalinan.
vi. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang perawatan
nifas.
vii. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang KB pasca
salin.
viii. Meningkatkan pemahaman, sikap dan prilaku ibu hamil tentang perawatan bayi
baru lahir.
ix. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang mitos/
keprcayaan/ adat istiadat setempat yang berkaitan dengan kesehatan ibu hamil
dan anak.
x. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang penyakit
menular (IMS, informasi dasar HIV-AIDS dan pencegahan dan penanganan
malaria pada ibu hamil)
xi. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang akte kelahiran.
c. Keuntungan Kelas Ibu Hamil
i. Materi diberikan secara menyeluruh dan terencana sesuai dengan pedoman kelas
ibu hamil yang memuat mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan,
perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular seksual dan
akte kelahiran.
ii. Penyampaian materi lebih komprehensif karena ada persiapan petugas sebelum
penyajian materi.
iii. Dapat mendatangkan tenaga ahli untuk memberikan penjelasan mengenai topik
tertentu.

31
iv. Waktu pembahasan materi menjadi efektif karena pola penyajian materi
terstruktur dengan baik.
v. Ada interaksi antara petugas kesehatan dengan ibu hamil pada saat pembahasan
materi dilaksanakan.
vi. Dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan.
vii. Dilakukan evaluasi terhadap petugas kesehatan dan ibu hamil dalam
memberikan penyajian materi sehingga dapat meningkatkan kualitas sistim
pembelajaran.

d. Sasaran Kelas Ibu Hamil


Peserta kelas ibu hamil sebaiknya ibu hamil pada umur kehamilan 20 s/d 32 minggu,
karena pada umur kehamilan ini kondisi ibu sudah kuat, tidak takut terjadi keguguran,
efektif untuk melakukan senam hamil. Jumlah peserta kelas ibu hamil maksimal
sebanyak 10 orang setiap kelas. Suami/keluarga ikut serta minimal 1 kali pertemuan
sehingga dapat mengikuti berbagai materi yang penting, misalnya materi tentang
persiapan persalinan atau materi yang lainnya .

e. Langkah Pendidikan di Kelas Ibu Hamil


Dalam memberikan pendidikan pada ibu hamil tersebut dilakukan langkah-langkah
dari mulai persiapan sampai pelaksanaan pembelajaran kelas ibu hamil Depkes & JICA
(2008) antara lain sebagai berikut :
i. Melakukan identifikasi terhadap ibu hamil yang ada di wilayah kerja. Ini
dimaksudkan untuk mengetahui berapa jumlah ibu hamil dan umur kehamilannya
sehingga dapat menentukan jumlah peserta setiap kelas ibu hamil dan berapa
kelas yang akan dikembangkan dalam kurun waktu tertentu misalnya selama satu
tahun.
ii. Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan kelas ibu hamil, misalnya tempat
di puskesmas atau polindes, kantor desa/balai pertemuan, posyandu atau di
rumah salah seorang warga masyarakat. Sarana belajar menggunakan kursi, tikar,
karpet, VCD player dan lain-lain jika tersedia.
iii. Mempersiapkan materi, alat bantu penyuluhan dan jadwal pelaksanaan kelas ibu
hamil serta mempelajari materi yang akan disampaikan.
iv. Persiapan peserta kelas ibu hamil, mengundang ibu hamil umur antara 20 sampai
32 minggu.

32
v. Siapkan tim pelaksana kelas ibu hamil yaitu siapa saja fasilitatornya dan nara
sumber jika diperlukan.
vi. Membuat rencana pelaksanan kegiatan.
vii. Akhir pertemuan dilakukan senam ibu hamil, sebagai kegiatan/materi ekstra.
viii. Menentukan waktu pertemuan, yang disesuaikan dengan kesiapan ibu-ibu, bisa
dilakukan pada pagi atau sore hari dengan lama waktu pertemuan 120 menit
termasuk senam hamil 15-20 menit.

f. Materi Pada Kelas Ibu Hamil


Pertemuan kelas ibu hamil dilakukan 3 kali pertemuan selama hamil. Pada setiap
pertemuan materi kelas ibu hamil yang akan disampaikan disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi ibu hamil. Pada setiap akhir pertemuan dilakukan senam hamil.
Senam hamil ini merupakan kegiatan/materi ekstra di kelas ibu hamil, diharapkan dapat
dipraktekan setelah sampai di rumah. Waktu pertemuan disesuaikan dengan kesiapan
ibu-ibu, bisa dilakukan pada pagi atau sore hari dengan lama waktu pertemuan 120
menit termasuk senam hamil 15-20 menit (Depkes RI, 2009).
 Materi Kelas Ibu Hamil Pertemuan Ke-1
a. Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan,
- apa kehamilan itu ?
• Perubahan tubuh ibu selama kehamilan.
• Keluhan umum saat hamil dan cara mengatasinya (kram kaki, wasir dan
nyeri pinggang).
• Apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil
• Pengaturan gizi termasuk pemberian tablet tambah darah untuk
penanggulangan anemia.
- Perawatan kehamilan
• Kesiapan psikologis menghadapi kehamilan.
• Hubungan suami istri selama kehamilan.
• Obat yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi ibu hamil.
• Tanda-tanda bahaya kehamilan.
• Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K).

 Materi Kelas Ibu Hamil Pertemuan Ke-2


- Persalinan

33
• Tanda-tanda persalinan.
• Tanda bahaya persalinan.
• Proses persalinan.
• IMD (Inisiasi Menyusu Dini).
- Perawatan nifas
• Apa yang dilakukan ibu nifas agar dapat menyusui ASI ekslusif?
• Bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas?
• Tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas.
• KB pasca persalinan.

 Materi Kelas Ibu Hamil Pertemuan Ke-3


- Perawatan bayi
• Perawatan bayi baru lahir (BBL).
• Pemberian K1 injeksi pada BBL.
• Tanda bahaya bayi baru lahir (BBL).
• Pengamatan perkembangan bayi/anak.
• Pemberian imunisasi pada BBL.
- Penyakit menular
• Infeksi menular seksual (IMS).
• Informasi dasar HIV/AIDS.
• Pencegahan dan penanganan malaria pada ibu hamil.

b. Akte kelahiran
Pentingnya akte kelahiran.

g. Monitoring, Evaluasi
i. Monitoring
Monitoring dilakukan dalam rangaka melihat perkembangan dan pencapaian serta
masalah dalam pelaksanaan kelas ibu hamil, hasil monitoring dapat dijadikan bahan
untuk perbaikan dan pengembangan kelas ibu hamil selanjutnya.Kegiatan
monitoring dilakukan secara berkala dan berjenjang mulai dari tingkat Desa,
Kecamatan, Kbupaten / Kota dan Provinsi.
ii. Evaluasi

34
Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik positif maupun
negatif pelaksanaan kelas ibu hamil berdasarkan indikator. Dari hasil evaluasi
tersebut bias dijadikan sebagai bahan pembelajaran guna melakukan perbaikan dan
pengembangan kelas ibu hamil berikutnya. Evaluasi oleh pelaksana
(bidan/koordinator bidan) dilakukan setiap selesai pertemuan.Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota serta Dinas Kesehatan Provinsi dapat melakukan evaluasi bersama-
sama misalnya 1 kali setahun.

h. Indikator Keberhasilan
i. Indikator Input :
- petugas kesehatan sebagai fasilitator kelas ibu hamil
- ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil
- suami/anggota keluarga yang hadir mengikuti kelas ibu hamil
- kader yang terlibat dalam penyelenggaraan kelas ibu hamil
ii. Indikator Proses
- Fasilitator : manajemen waktu, penggunaan variasi metode pembelajaran,
bahasan peyampaian, penggunaan alat bantu, kemampuan melibatkan peserta,
informasi Buku KIA
- Peserta : fekuensi kehadiran, keaktifan bertanya dan berdiskusi
- Penyelenggaraan : tempat, sarana, waktu
iii. Indikator Output :
- peningkatan jumlah ibu hamil yang memiliki Buku KIA
- ibu yang datang pada K4
- ibu/keluarga yang telah memiliki perencanaan persalinan
- ibu yang datang untuk mendapatkan tablet Fe
- ibu yang telah membuat pilihan bersalin dengan Nakes
- IMD
- kader dalam keterlibatan penyelenggaraan

i. Pelaporan
Seluruh rangakaian hasil proses pelaksanaan kegiatan kelas ibu hamil sebaiknya
dibuatkan laporan. Pelaporan hasil pelaksanaan kelas ibu hamil dijadikan sebagai
dokumen, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pembelajaran bagi

35
pihak-pihak yang berkepentingan. Pelaporan disusun pada setiap selesai melaksanakan
kelas ibu hamil. Isi laporan minimal tentang :
i. Waktu pelaksanaan
ii. Jumlah peserta
iii. Proses pertemuan
iv. Masalah dan hasil capaian pelaksanaan
v. Hasil evaluasi
Selain rangkaian materi di atas, bahan yang penting disiapkan adalah kuesioner
yang berisi pertanyaan tentang kesehatan ibu dan anak yang merupakan Pra-tes
dan Post-tes. Dengan ini, pengetahuan ibu hamil dapat diukur sebelum menerima
pembelajaran dan sesudah menerima pembelajaran

36
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam lembaga forum masyarakat bidan berperan juga didalam kegiatan pelaksanaan
posyandu. Posyandu dapat dibedakan menjadi posyandu balita, remaja, dan lansia serta
dalam masyarakat juga terdapat kegiatan pelaksanaan kelas ibu hamil dimana kelas
tersebut mengajari beberapa pengetahuan dari ibu hamil TM I-III hingga persiapan ibu
untuk melahirkan

B. SARAN
1. Kita sebagai bidan seharusnya mengembangkan kegiatan seperti posyandu dan kelas
ibu hamil ini
2. Kita sebagai bidan seharusnya dapat mengajak masyarakat untuk ikut dalam kegiatan

37
DAFTAR PUSTAKA

Hatini, Erina Eka. 2018. Asuhan Kebidanan Komunitas. Malang : Wineka Media

Handajani, Sutjiati Dwi. 2011. Kebidanan komunitas Konsep dan Manajemen Asuhan. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC

Sulistyorini, Cahyo Ismawati. 2010. Posyandu dan Desa Siaga. Yogyakarta : Nuha Medika

Sayyafrudin, dkk. 2009.Praktek Kebidanan Komunitas dengan Pendekatan PKKMD. Jakarta Timur :
CV. Info trans Media

38

Anda mungkin juga menyukai