PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
1
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian posyandu balita?
2. Apa tujuan penyelenggaraan dari posyandu?
3. Apa manfaat dari penyelenggaraan posyandu?
4. Apa pengertian posyandu remaja?
5. Apa pengertian posyandu lansia ?
6. Apa pengertian dari kelas ibu hamil?
7. Apa saja yang dilaksakan saat kelas ibu hamil?
III. TUJUAN
1. Untuk megetahui pengertian posyandu balita
2. Untuk mengetahui tujuan penyelenggaraan dari posyandu
3. Untuk mengetahui manfaat dari penyelenggaraan posyandu
4. Untuk megetahui pengertian posyandu remaja
5. Untuk mengetahui pengertian posyandu lansia
6. Untuk mengetahui pengertian dari kelas ibu hamil
7. Untuk mengetahui apa saja yang dilaksakan saat kelas ibu hamil
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. POSYANDU BALITA
1. Pengertian
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan
untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan di suatu wilayah kerja
Puskesmas, dimana program ini dapat dilaksanakan di balai dusun, balai kelurahan,
maupun tempat-tempat lain yang mudah didatangi oleh masyarakat. Sasaran utama
kegiatan posyandu ini adalah balita dan orangtuanya, ibu hamil, ibu menyusui dan
bayinya, serta wanita usia subur.
Posyandu merupakan langkah yang cukup strategis dalam rangka pengembangan
kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia agar dapat membangun dan menolong
dirinya sendiri, sehingga perlu ditingkatkan pembinaannya. Untuk meningkatkan
pembinaan Posyandu sebagai pelayanan KB dan Kesehatan yang dikelola untuk dan
oleh masyarakat dengan dukungan pelayanan teknis dari petugas perlu ditumbuh
kembangkan perlu serta aktif masyarakat dalam wadah LKMD.
3. Manfaat Posyandu
a. Bagi Masyarakat
Adapun manfaat posyandu bagi masyarakat adalah memperoleh kemudahan
untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan bagi anak balita dan ibu,
3
pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau gizi
buruk. Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul vitamin A, bayi memperoleh
imunisasi lengkap, ibu hamil juga akan terpantau berat badannya dan
memperolehtablet tambah darah serta imunisasi TT, ibu nifas memperoleh kapsul
vitamin A dan tablet tambah darah serta memperoleh penyuluhan kesehatan yang
berkaitan tentang kesehatan ibu dan anak
b. Bagi Kader
Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap. Ikut
berperan secara nyata dalam tumbuh kembang anak balita dan kesehatan ibu. Citra
diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya dalam bidang
kesehatan menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan
kesehatan ibu (WHO, 2003).
7. Jenjang Posyandu
Jenjang posyandu menurut “KONSEP ARRIF” dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu
sebagai berikut :
4
1. Posyandu Pratama
Posyandu Pratama memiliki ciri-ciri :
a. Kegiatan belum mantap
b. Kegiatan belum rutin
c. Jumlah kader terbatas
2. Posyandu Madya
Posyandu Madya memiliki ciri-ciri :
a. Kegiatan lebih teratur
b. Jumlah kader 5 (lima) orang
3. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama memiliki ciri-ciri :
a. Kegiatan sudah teratur
b. Cakupan program/kegiatannya baik
c. Jumlah kader 5 (lima) orang
d. Mempunyai program tambahan
4. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri memiliki ciri-ciri :
a. Kegiatan secara teratur dan mantap
b. Cakupan program/kegiatannya baik
c. Memiliki Dana Sehat dan JPKM yang mantap.
5
1. Meningkatkan kerjasama lintas sektoral untuk menyelenggarakan Posyandu
dalam lingkup Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) dan Program
Kesejahteraan Keluarga (PKK)
2. Mengembangkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan fungsi Posyandu
serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam program-program
pembangunan masyarakat desa
3. Meningkatkan fungsi dan peranan LKMD dan PKK, serta mengutamakan peran
kader pembangunan
4. Melaksanakan pembentukan Posyandu di wilayah atau di daerah masing-masing
dari melaksanakan pelayanan paripurna sesuai petunjuk Depkes dan BKKBN.
6
dilatarbelakangi oleh karena perubahan lingkungan strategis yang terjadi demikian
cepat berbarengan dengan keadaan krisis moneter yang berkepanjangan
7
- Menganalisis masalah dan menetapkan alternatif pemecahan masalah
- Menyusun rencana
- Melakukan pemantauan dan bimbingan
- Menginformasikan masalah kepada instansi atau lembaga terkait
- Melaporkan kegiatan kepada Ketua Harian Tim Pembina LKMD
5. Kegiatan Pokok Posyandu :
- KIA
- KB
- Imunisasi
- Gizi
- Penanggulangan Diare
6. Pembentukan Posyandu
Langkah-langkah pembentukan Posyandu adalah sebagai berikut :
a. Persiapan sosial
- Persiapan masyarakat sebagai pengelola dan pelaksanaan Posyandu
- Persiapan masyarakat umum sebagai pemakai jasa Posyandu
b. Perumusan masalah
- Survey mawas diri
- Penyajian hasil survey (mini lokakarya)
c. Perencanaan pemecahan masalah
- Kaderisasi sebagai pelaksana Posyandu
- Pembentukan pengurus sebagai pengelola Posyandu
- Menyusun rencana kegiatan Posyandu
d. Pelaksanaan kegiatan
- Kegiatan posyandu 1 kali sebulan atau lebih
- Pengumpulan dana sehat
- Pencatatan dan pelaporan posyandu
e. Evaluasi
- Evaluasi hasil kegiatan yang sedang berjalan
- Evaluasi hasil kegiatan sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan
f. Kesimpulan
- Posyandu merupakan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam
bentuk penimbangan, PMT, pos kesehatan, dan motivasi baru yang
merupakan bentuk operasional dari pendekatan strategis keterpaduan 5
8
program (kesehatan dan KB) dalam rangka mempercepat penurunan
angka kematian bayi, balita, dan penurunan angka fertilitas untuk
mewujudkan NKKBS
- Peranan lintas sektoral dan lintas program berpengaruh terhadap
keberhasilan Posyandu
- Peningkatan peran serta aktif masyarakat akan meningkatkan daya guna
dan hasil guna Posyandu
- Alih teknologi dan swakelola masyarakat merupakan aspek untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
9
a. Pelatihan/orientasi petugas Puskesmas dan lintas sektor
b. Pelatihan ulang kader
c. Pembinaan dan pendampingan kader
d. Penyediaan sarana terutama dacin, KMS/Buku KIA panduan Posyandu, media
KIE, saran pencatatan
e. Penyediaan biaya operasional
f. Pemberdayaan ekonomi kader melalui penyediaan modal usaha kader melalui
Usaha Kecil Menengah (UKM)
Adapun tugas kader posyandu secara garis besar adalah sebagai berikut :
1. Melakukan kegiatan bulanan posyandu
a. Mempersiapkan pelaksanaan posyandu
b. Kegiatan setelah pelayanan bulanan posyandu
2. Melaksanakan kegiatan di luar posyandu
a. Melaksanakan kunjungan rumah
10
b. Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan
posyandu
c. Membantu petugas kesehatan dalam pendaftaran, penyuluhan, dan berbagai
usaha kesehatan masyarakat
3. Melakukan kegiatan bulanan posyandu
a. Mempersiapkan pelaksanaan posyandu
b. Kegiatan bulanan posyandu
c. Kegiatan setelah pelayanan bulanan posyandu
11
2. Pencatatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur
(PUS)
b. Meja 2
1. Menimbang balita
2. Penimbangan dilaksanakan oleh kader
3. Penimbangan dilakukan bagi bayi dan balita dilaksanakan sebulan sekali
4. Ada juga Posyandu yang menambah kegiatan di meja 2 : penimbangan untuk
ibu hamil
5. Alat timbangan diusahakan oleh kader sendiri atau berupa bantuan
6. Yang perlu ditingkatkan adalah : tempat duduk timbangan yang nyaman dan
cukup untuk memenuhi syarat etis dan sebagainya
7. Hasil penimbangan dicatat dan dibawa ke Meja 3.
c. Meja 3
1. Mencatat hasil penimbangan
2. Pencatatan oleh kader : dengan bimbingan petugas Puskesmas
3. Semua hasil penimbangan, hasil imunisasi penyakit yang diserita, pemberian
kapsul Vitamin A dosis tinggi, dan lain-lain dicatat dalam KMS (Kartu
Menuju Sehat)
4. Selain itu ada : buku-buku bantu (buku register, dan lain-lain buku catatan)
d. Meja 4
1. Diketahui berat badan anak yang naik atau tidak naik, ibu hamil dengan resiko
tinggi, PUS yang belum mengikuti KB
2. Penyuluhan kesehatan
3. Pelayanan pemberian makanan tambahan (PMT), oralit, vitamin A, tablet zat
besi (Fe), pil ulang, dan kondom
e. Meja 5
1. Pemberian imunisasi
2. Pemeriksaan kehamilan
3. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
4. Pelayanan kontrasepsi intrauterine device (IUD) dan suntikan
12
balita dan anak-anak usia prasekolah. Diharapkan dengan program ini dapat ikut
serta mewujudkan keluarga sadar gizi (KADARZI) melalui sosialisasi tentang
makanan sehat dan bergizi seimbang.
Agar pengadaan PMT ini lebih efektif dan efisien, maka harus diperhatikan beberapa
hal tersebut di bawah ini :
a. Timely (kapan harus diberikan)
b. Adequate (jumlah, untuk memenuhi kebutuhan gizi)
c. Safe (penyiapan, penyimpanan, pemberian)
d. Properly fed (dimakan oleh anak)
e. Sustainable (tidak menimbulkan ketergantungan, pemberdayaan)
12. Memberikan KIE pada ibu untuk balita, sebagai bidan yang berada dimasyarakat
seharusnya memberikan KIE diantaranya :
A. Pemanfaatan dan pemberian ASI Eksklusif
Memberikan KIE kepada ibu bahwa ASI Eksklusif sangat penting bagi bayi dan
diberikan selama 6 bulan, KIE berisi :
1. Menyusui dalam satu jam setelah kelahiran
2. Hanya memberikan ASI, tidak ditambah makanan atau minuman lain
3. Menyusui bayi kapanpun bayi meminta (on-demand)
4. Tidak menggunakan botol susu maupun dot
5. Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan, di saat
sedang tidak bersama anak
B. Makanan pendamping ASI (MP-ASI)
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada
bayi atau anak untuk memenuh kebutuhan gizinya. Beberapa permasalahan dalam
pemberian makanan bayi atau anak umur 0-24 bulan
1. Pemberian makanan pralaktal (makanan sebelum ASI keluar)
Makanan pralaktal adalah jenis makanan seperti air, kelapa, air tajin, madu,
pisang yang diberikan pada bayi yang baru lahir sebelum ASI keluar. Hal ini
sangat berbahaya nagi kesehatan dan menganggu keberhasilan dalam menyusui
2. Kolostrum dibuang
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama kental dan berwarna
kekuning-kuningan. Memberi tahu pada ibu bahwa kolostrum jangan dibuang
13
karena mengandung zat kekebalan yng melindungi bayi dari penyakit dan
mengandung zat gizi tinggi
3. Pemeberian MP-ASI terlalu dini atau terlambat
Memberitahukan pada ibu bahwa pemberian MP-ASI terlalu dini(sebelum usia
6 bulan) menurunkan konsumsi ASI dan gangguan pencernaan (Diare) dan jika
terlambat ( lebih dari 6 bulan) dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan
anak
4. MP- ASI yang diberikan tidak cukup
Pemberian MP-ASI pada periode umur 6-24 bulan sering tidak tepat dan tidak
cukup kualitas maupun kuantitasnya. Adanya kepercayaan bahwa anak tidak
boleh makan ikan dan kebiasaan tidak menggunakan santan atau minyak pada
makanan anak, bidan seharusnya memeberitahu bahwa jika hal itu salah ikan
mengandung zat gizi untuk membantu pertumbuhan pada balita sehingga jika
tidak terpenuhi dapat menyebabkan anak kurang gizi terutama energy dan
protein serta beberapa vitamin yang larut dalam lemak
13. Penyakit yang sering diderita balita, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK)
Dan Pengobatan Pada Balita di Rumah
Sebagai bidan yang dekat dengan masyarakat berikan penyuluhan pada ibu di
posyandu balita, jika balita menderita sakit hal-hal yang dilakukan adalah :
- Demam
1. Pilih persediaan obat dirumah yang aman, biasanya paracetamol
2. Jangan lupa kompres dengan air hangat, agar anak tidak mengigil
3. Jika anak menpunyai riwayat kejang jangan lupa untuk menyediakan anti kejang
seperti diazepam dalam bentuk supositoria
4. Jika semua hal sudah dilakukan tetapi suhu tubuh tidak kunjung turubn setelah 3
hari makan periksakan anak ke dokter.
- Gangguan saluran nafas
Bila anak mengalami gangguan nafas seperti flu maupun batuk sebaiknay pilih
pengobatan yang rasional
14
- Batuk
Batuk berdahak dapt diberikan pengencer dahak tetapi hanya untuk usia >5
tahun dengan syarat anak dapt mengeluarkan lendi. Jangan sampai lendir yang
seharusnya dikeluarkan malah menumpuk disaluran nafas dan menjadi penyakit
baru
- Diare
1. Apapun penyebab diare penanganan pertama yang harus dilakukan adala
mencegah dehidrasi agar anak tidak kekurangan cairan dan elektrolit
2. Racun-racun penyebab diare harus dikeluarkan, oleh karena itu pengobatan
yang sifatnya menyerap tidak dianjurkan untuk anak
3. Perhatikan juga kebersihan diri dan makanan yang masuk. Berikanlah anak
cairan elektrolit, bisa menggunakan oralit maupun produk-produk sejenis
4. Sebagai pengganti oralit dapat dibuat larutan gula-garam dan 1 gelas air
matang. Jika anak masih mengonsumsi ASI maka tetap dilanjutkan
15
Stimulasi mental mengembangkan perkembangan kecerdasan, dan
kemandirian, kepribadian, agama, moral-etika, produktiivtas, dan
sebagainya
Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua agar anak
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dn sesuai umurnya
B. POSYANDU REMAJA
1. Pengertian
Posyandu remaja merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat termasuk remaja dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan dalam memperoleh
pelayanan kesehatan bagi remaja untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
keterampilan hidup sehat remaja.
Pelayanan kesehatan remaja di Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang peduli
remaja, mencakup upaya promotif dan preventif, meliputi : Keterampilan Hidup Sehat
(PKHS), kesehatan reproduksi remaja, kesehatan jiwa dan pencegahan penyalahgunaan
Napza, gizi, aktifitas fisik, pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM) dan pencegahan
kekerasan pada remaja. Remaja menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25
Tahun 2014 adalah kelompok usia 10 tahun sampai berusia 18 tahun.
2. Sasaran
a. Sasaran Kegiatan Posyandu Remaja :
Remaja usia 10-18 tahun, laki-laki dan perempuan dengan tidak memandang status
pendidikan dan perkawinan termasuk remaja dengan disabilitas.
b. Sasaran Petunjuk Pelaksanaan:
1. Petugas kesehatan
2. Pemerintah desa/kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi
kemasyarakatan lainnya
3. Pengelola program remaja
4. Keluarga dan masyarakat
5. Kader Kesehatan Remaja
16
3. Fungsi Posyandu Remaja
a. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan keterampilan hidup sehat remaja
b. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan yang mencakup upaya
promotif dan preventif, meliputi : Pendidikan Ketrampilan Hidup Sehat (PKHS),
kesehatan reproduksi remaja, pencegahan penyalahgunaan Napza, gizi, aktifitas
fisik, pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM) dan pencegahan kekerasan pada
remaja.
c. Sebagai survei dan pemantauan kesehatan remaja di wilayah sekitar
17
memiliki keterampilan sosial yang baik sehingga dapat belajar, tumbuh dan
berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas.
5. Lokasi
Posyandu remaja berada di setiap desa/kelurahan. Bila diperlukan dan memiliki
kemampuan, dimungkinkan untuk didirikan di RW, dusun atau sebutan lainnya yang
sesuai. Tempat pelaksanaan kegiatan Posyandu Remaja disesuaikan dengan kondisi di
daerah. Setiap Posyandu Remaja beranggotakan maksimal 50 remaja. Jika dalam satu
wilayah terdaftar lebih dari 50 remaja, maka wilayah tersebut dapat mendirikan
Posyandu Remaja lainnya.
18
8. Jenis Kegiatan Posyandu Remaja
a. Kegiatan Utama
Dalam pelaksanaan Posyandu Remaja, kegiatan utama yang harus ada adalah :
1. Pendidikan Ketrampilan Hidup Sehat (PKHS)
2. Kesehatan Reproduksi Remaja
3. Masalah Kesehatan Jiwa dan Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA
4. Gizi
5. Aktivitas fisik pada remaja
6. Penyakit Tidak Menular (PTM)
7. Pencegahan Kekerasan pada Remaja
b. Kegiatan Pengembangan atau Tambahan
Kegiatan pengembangan dilakukan apabila masyarakat di wilayah tersebut
merasa ada masalah kesehatan di luar 7 kegiatan utama yang juga perlu diselesaikan.
Penetapan kegiatan harus mendapat dukungan dari seluruh masyarakat yang
tercermin dari hasil Survey Mawas Diri (SMD) dan disepakati melalui forum
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).
Penambahan kegiatan pengembangan dilakukan apabila 8 kegiatan utama telah
dilaksanakan dengan baik, dan tersedia sumber daya serta sumber dana yang
mendukung.
Beberapa kegiatan yang dapat dijadikan sebagai kegiatan pengembangan antara
lain adalah:
1. Bina Keluarga Remaja
2. Pemilihan duta kesehatan remaja
3. Kampanye kesehatan di luar kegiatan rutin Posyandu Remaja
4. Pelatihan kewirausahaan remaja
5. Perayaan hari besar nasional
6. Peningkatan kerjasama dengan dunia usaha
19
Langkah Kegiatan Pelaksanaan
Pertama Pendaftaran Kader
1. Pengisian daftar hadir
2. Untuk kunjungan pertama kali, remaja
mengisi formulir data diri dan pengisian
form atau kuesioner kecerdasan majemuk
(form terlampir)
Kedua Pengukuran Kader
1. Penimbangan Berat Badan (BB)
2. Pengukuran Tinggi Badan (TB)
3. Pengukuran Tekanan darah (TD) dan
4. Lingkar Lengan Atas (LILA) dan Lingkar
Perut
5. Pengecekan anemia untuk remaja putri
secara klinis, apabila ada tanda klinis
anemia dirujuk ke fasilitas kesehatan.
Ketiga Pencatatan Kader
Kader melakukan pencatatan hasil pengukuran
ke dalam buku register dan Buku Pemantauan
Kesehatan Remaja
Keempat Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan Kader atau
diberikan sesuai dengan permasalahan antara kader
lain : bersama
1. Konseling sesuai permasalahan yang petugas
dialami remaja, dapat menggunakan kesehatan
anamnesis HEEADSSS
2. Pemberian tablet tambah darah atau
Vitamin
3. Memberikan konseling atau menjelaskan
hasil pengisian kuesioner kecerdasan
majemuk
4. Merujuk remaja ke fasilitas kesehatan jika
diperlukan
20
Kelima KIE Kader
Kegiatan dilakukan secara bersama-sama
seperti :
1. Kegiatan penyuluhan, pemutaran
film, bedah buku, dll
2. Pengembangan keterampilan
(soft skill) seperti ketrampilan membuat
kerajinan tangan, ketrampilan
berwirausaha dan lain sebagainya.
3. Senam atau peregangan
21
12. Pencatatan dan Pelaporan
a. Pencatatan
Pencatatan dilakukan oleh kader segera setelah kegiatan dilaksanakan. Pencatatan
dapat dilakukan dengan menggunakan :
Format baku sesuai dengan program kesehatan, Sistem Informasi Posyandu (SIP)
atau Sistem Informasi Manajemen (SIM) yakni:
1. Register data remaja yang terdaftar di Posyandu Remaja
2. Buku pemantauan kesehatan remaja
3. Buku catatan kegiatan pertemuan yang diselenggarakan oleh Posyandu Remaja.
4. Buku catatan konseling
5. Buku pengelolaan keuangan
6. Buku inventaris sarana dan media KIE
7. dan lain-lain sesuai kegiatan yang dilaksanakan dan kebutuhan Posyandu Remaja
yang bersangkutan.
b. Pelaporan
Pelaporan kegiatan Posyandu Remaja dilaporkan ke Desa dan Pengelola Program
Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja Puskesmas (terintegrasi dengan catatan
pelaporan kesehatan remaja).
22
2. Posyandu Remaja Madya
a. Posyandu Remaja Madya adalah Posyandu Remaja yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan 8-9 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak lima orang atau lebih, tetapi cakupan 8 (delapan) kegiatan utamanya
masih rendah, yaitu kurang dari 50%.
b. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkatkan
cakupan dengan mengikutsertakan masyarakat sebagai motivator serta lebih
menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu Remaja.
3. Posyandu Remaja Purnama
Posyandu Remaja Purnama adalah Posyandu Remaja yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan 10-11 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kedelapan kegiatan utamanya lebih dari
50%, mampu menyelenggarakan program tambahan.
4. Posyandu Remaja Mandiri
Posyandu Remaja Mandiri adalah Posyandu Remaja yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan 12 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak
lima orang atau lebih, cakupan kedelapan kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu
menyelenggarakan program tambahan, serta memiliki sumber pendanaan secara
swadaya.
23
50%
5 Cakupan dana swadaya Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada
C. POSYANDU LANSIA
1. PENGERTIAN
Posyandu lansia merupakan perwujudan pelaksanaan program pengembangan
dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia, sebagai forum
komunikasi dalam bentuk peran serta masyarakat usia lanjut, keluarga, tokoh
masyarakat dan organisasi social dalam penyelenggaraannya, dalam upaya
peningkatan tingkat kesehatan secara optimal. Posyandu lansia adalah pos pelayanan
terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah
disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan
pelayanan kesehatan.
2. SASARAN
1. Sasaran langsung
a. Kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun)
b. Kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas)
c. Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas)
2. Sasaran tidak langsung
a. Keluarga dimana usia lanjut berada
b. Organisasi social yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut
c. Masyarakat luas
3. TUJUAN PEMBENTUKAN
1. Meningkatkan kesadaran pada lansia
2. Membina kesehatan pada dirinya sendiri
3. Meningkatkan mutu kesehatan lansia
4. Meningkatkan pelayanan kesehatan lansia
4. PENYELENGGARAAN POSYANDU LANSIA
1. Pelaksanaan kegiatan
24
Anggota masyarakat yang telah dilatih menji kader kesehatan
dibawah bimbingan Puskesmas
2. Pengelola
Pengurus yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal
maupun non formal
5. KEGIATAN POSYANDU LANSIA
Kegiatan posyandu lansia ini mencakup upaya-upaya perbaikan dan
peningkatan kesehatan masyarakat, meliputu :
1. Promotif
Yaitu upaya peningkatan kesehatan, misalnya penyuluhan perilaku
hidup sehat, gizi usia lanjut dalam upaya peningkatan kesehatan jasmani
2. Preventif
Yaitu upaya pencegahan penyakit yaitu dengan mendeteksi dini
adanya penyakit dengan KMS lansia
3. Kuratif
Yaitu upaya mengobati penyakit yang diderita lansia
4. Rehabilitative
Yaitu upaya untuk mengembalikan kepecayaan diri pada lansia
6. PERAN SERTA LANSIA
Para lansia diharapkan dapat bersama-sama mewudkan kesehatan dengan cara:
1. Berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan
2. Olahraga secara teratur sesuai kemampuan
3. Menjalani pemeriksaan secara berkala
4. Menjalani pengobatan
5. Meningkatkan kemandirian dan pemenuhan kebutuhan pribadi
7. KADER POSYANDU LANSIA
Adapun tugas kader posyandu lansia secara garis besar adalah sebagai berikut:
25
b. Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberi tahu para
lansia untuk datang ke Posyandu, serta melakukan pendekatan tokoh yang
bisa membantu memotivasi masyarakat (lansia) untuk datang ke Posyandu
c. Menghubungi kelompok kerja (Pokja) Posyandu yaitu menyampaikan
rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta memastikan apakah
petugas sector bisa hadir pada hari buka Posyandu.
d. Melaksanakan pembagian tugas : menentukan pembagian tugas diantara
kader Posyandu baik untuk persiapan untuk pelaksanaan
26
9. MAKANAN SEHAT UNTUK LANSIA
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menu
makanan bagi lanjut usia (lansia) :
2. Kurangi pemakaian garam, yakni tidak lebih dari 4 gram per hari, untuk
mengurangi risiko tekanan darah tinggi.
3. Kurangi santan, daging yang berlemak, dan minyak agar kolesterol darah tidak
tinggi. Sebaliknya, perbanyak makanan yang berkalsium tinggi, seperti susu
dan ikan. Pada orang lanjut usia, khususnya ibu-ibu yang menopause, sangat
perlu mengkonsumsi kalsium untuk mengurangi risiko keropos tulang.
6. Gunakan sedikit minyak untuk menumis dan kurangi makanan yang digoreng.
Perbanyak makanan yang diolah dengan dipanggang atau direbus karena
makanan tersebut mudah dicerna.
7. Buat masakan yang lunak dan mudah dikunyah sehingga kesehatan gigi
terjaga
27
Pencegahan Beberapa Penyakit
1. Hipertensi
Merupaka keadaan diamana tekanan darah diatas normal
Kategori Hipertensi :
Rendah (mild) : 140/90
Sedang (moderate) : 160/100
Parah (severe) : 180/110
Sakit kepala
Pandangan kabur
Nyeri dada sebelah kiri
Sering buang air kecil pada malam hari
Faktor penyebab :
Obesitas
Tingginya asupan garam
Alcohol
Stress
Kurang olahraga
Keturunan
Umur
Ras
28
2. Diabetes Mellitus (DM)
Macam – macam gejala yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah karena
kekurangan insulin.
Gejala Awal
Banyak makan
Banyak minum
Sering kencing
Gejala kronis
Nafsu makan menurun
Banyak minum dan kenicng
Mual berlebih
Mudah capek dan mengantuk
Berat badan turun 5 – 10 kg per 2 – 4 minggu
Kesemutan
Mata kabur
Gatal sekitar kemaluan (wanita)
Gigi mudah giyah dan lepas
Kemampuan seksual menurun
Penentuan DM
Fakotr resiko DM
Penatalaksanaan
Diet diabetes
Obat penurun gula darah (OAD) dan insulin
Olahraga
29
3. Osteoporosis
Penyakit tulang yang memiliki sifat – sifat khas berupa massa tulang yang rendah,
disertai mikrorsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang akhirnya
menimbulkan kerapuhan tulang
Gejala :
Tidak ada gejala awal, akan diketahui ketika mengalami fraktur atau regangan yang
dapat menimbulkan keretakan tulang,
Pencegahan :
Mengkonsumsi vitamin D yang cukup
Olahraga dengan Beban (berjalan, menaiki tangga)
Makan makanan yang tinggi kalsium
30
ii. Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta (ibu hamil dengan
ibu hamil) dan antar ibu hamil dengan petugas kesehatan/bidan tentang
kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan
kehamilan, persalinan, Perawatan Nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi
baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte
kelahiran.
iii. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang kehamilan,
perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan.
iv. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang perawatan
kehamilan.
v. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang persalinan.
vi. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang perawatan
nifas.
vii. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang KB pasca
salin.
viii. Meningkatkan pemahaman, sikap dan prilaku ibu hamil tentang perawatan bayi
baru lahir.
ix. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang mitos/
keprcayaan/ adat istiadat setempat yang berkaitan dengan kesehatan ibu hamil
dan anak.
x. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang penyakit
menular (IMS, informasi dasar HIV-AIDS dan pencegahan dan penanganan
malaria pada ibu hamil)
xi. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang akte kelahiran.
c. Keuntungan Kelas Ibu Hamil
i. Materi diberikan secara menyeluruh dan terencana sesuai dengan pedoman kelas
ibu hamil yang memuat mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan,
perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular seksual dan
akte kelahiran.
ii. Penyampaian materi lebih komprehensif karena ada persiapan petugas sebelum
penyajian materi.
iii. Dapat mendatangkan tenaga ahli untuk memberikan penjelasan mengenai topik
tertentu.
31
iv. Waktu pembahasan materi menjadi efektif karena pola penyajian materi
terstruktur dengan baik.
v. Ada interaksi antara petugas kesehatan dengan ibu hamil pada saat pembahasan
materi dilaksanakan.
vi. Dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan.
vii. Dilakukan evaluasi terhadap petugas kesehatan dan ibu hamil dalam
memberikan penyajian materi sehingga dapat meningkatkan kualitas sistim
pembelajaran.
32
v. Siapkan tim pelaksana kelas ibu hamil yaitu siapa saja fasilitatornya dan nara
sumber jika diperlukan.
vi. Membuat rencana pelaksanan kegiatan.
vii. Akhir pertemuan dilakukan senam ibu hamil, sebagai kegiatan/materi ekstra.
viii. Menentukan waktu pertemuan, yang disesuaikan dengan kesiapan ibu-ibu, bisa
dilakukan pada pagi atau sore hari dengan lama waktu pertemuan 120 menit
termasuk senam hamil 15-20 menit.
33
• Tanda-tanda persalinan.
• Tanda bahaya persalinan.
• Proses persalinan.
• IMD (Inisiasi Menyusu Dini).
- Perawatan nifas
• Apa yang dilakukan ibu nifas agar dapat menyusui ASI ekslusif?
• Bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas?
• Tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas.
• KB pasca persalinan.
b. Akte kelahiran
Pentingnya akte kelahiran.
g. Monitoring, Evaluasi
i. Monitoring
Monitoring dilakukan dalam rangaka melihat perkembangan dan pencapaian serta
masalah dalam pelaksanaan kelas ibu hamil, hasil monitoring dapat dijadikan bahan
untuk perbaikan dan pengembangan kelas ibu hamil selanjutnya.Kegiatan
monitoring dilakukan secara berkala dan berjenjang mulai dari tingkat Desa,
Kecamatan, Kbupaten / Kota dan Provinsi.
ii. Evaluasi
34
Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik positif maupun
negatif pelaksanaan kelas ibu hamil berdasarkan indikator. Dari hasil evaluasi
tersebut bias dijadikan sebagai bahan pembelajaran guna melakukan perbaikan dan
pengembangan kelas ibu hamil berikutnya. Evaluasi oleh pelaksana
(bidan/koordinator bidan) dilakukan setiap selesai pertemuan.Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota serta Dinas Kesehatan Provinsi dapat melakukan evaluasi bersama-
sama misalnya 1 kali setahun.
h. Indikator Keberhasilan
i. Indikator Input :
- petugas kesehatan sebagai fasilitator kelas ibu hamil
- ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil
- suami/anggota keluarga yang hadir mengikuti kelas ibu hamil
- kader yang terlibat dalam penyelenggaraan kelas ibu hamil
ii. Indikator Proses
- Fasilitator : manajemen waktu, penggunaan variasi metode pembelajaran,
bahasan peyampaian, penggunaan alat bantu, kemampuan melibatkan peserta,
informasi Buku KIA
- Peserta : fekuensi kehadiran, keaktifan bertanya dan berdiskusi
- Penyelenggaraan : tempat, sarana, waktu
iii. Indikator Output :
- peningkatan jumlah ibu hamil yang memiliki Buku KIA
- ibu yang datang pada K4
- ibu/keluarga yang telah memiliki perencanaan persalinan
- ibu yang datang untuk mendapatkan tablet Fe
- ibu yang telah membuat pilihan bersalin dengan Nakes
- IMD
- kader dalam keterlibatan penyelenggaraan
i. Pelaporan
Seluruh rangakaian hasil proses pelaksanaan kegiatan kelas ibu hamil sebaiknya
dibuatkan laporan. Pelaporan hasil pelaksanaan kelas ibu hamil dijadikan sebagai
dokumen, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pembelajaran bagi
35
pihak-pihak yang berkepentingan. Pelaporan disusun pada setiap selesai melaksanakan
kelas ibu hamil. Isi laporan minimal tentang :
i. Waktu pelaksanaan
ii. Jumlah peserta
iii. Proses pertemuan
iv. Masalah dan hasil capaian pelaksanaan
v. Hasil evaluasi
Selain rangkaian materi di atas, bahan yang penting disiapkan adalah kuesioner
yang berisi pertanyaan tentang kesehatan ibu dan anak yang merupakan Pra-tes
dan Post-tes. Dengan ini, pengetahuan ibu hamil dapat diukur sebelum menerima
pembelajaran dan sesudah menerima pembelajaran
36
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam lembaga forum masyarakat bidan berperan juga didalam kegiatan pelaksanaan
posyandu. Posyandu dapat dibedakan menjadi posyandu balita, remaja, dan lansia serta
dalam masyarakat juga terdapat kegiatan pelaksanaan kelas ibu hamil dimana kelas
tersebut mengajari beberapa pengetahuan dari ibu hamil TM I-III hingga persiapan ibu
untuk melahirkan
B. SARAN
1. Kita sebagai bidan seharusnya mengembangkan kegiatan seperti posyandu dan kelas
ibu hamil ini
2. Kita sebagai bidan seharusnya dapat mengajak masyarakat untuk ikut dalam kegiatan
37
DAFTAR PUSTAKA
Hatini, Erina Eka. 2018. Asuhan Kebidanan Komunitas. Malang : Wineka Media
Handajani, Sutjiati Dwi. 2011. Kebidanan komunitas Konsep dan Manajemen Asuhan. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Sulistyorini, Cahyo Ismawati. 2010. Posyandu dan Desa Siaga. Yogyakarta : Nuha Medika
Sayyafrudin, dkk. 2009.Praktek Kebidanan Komunitas dengan Pendekatan PKKMD. Jakarta Timur :
CV. Info trans Media
38