Firlly Andriyani (XII IPS2)
Firlly Andriyani (XII IPS2)
Disusun Oleh:
Jl Raya Ijen No. 09, Wates, Magersari, Kota Mojokerto, Jawa Timur 61317
Website : www.sman2mojokerto.com. E-mail : info@sman2mojokerto.com
1|Page
Kata Pengantar
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan
karunianya sehingga penulisan makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Dalam
kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih kepada Pak Suyono, S.Pd, M.M.Pd selaku kepala
sekolah SMA N 2 Mojokerto serta Bu Dety Purwantini, S.Pd, M.Pd selaku guru Sejarah
Peminatan kelas XII IPS 2 yang telah menginspirasi dan memberi ilmu yang bermanfaat serta
memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah dengan judul “Konflik Sudan
Utara dan Sudan Selatan” ini.
Diharap makalah ini dapat bermanfaat kepada para pembaca dan dapat menjadi bahan
rujukan untuk menuntut ilmu pengetahuan. Penulisan makalah ini tidak terlepas dari berbagai
kekurangan. Untuk itu kami harapkan komentar, kritik, dan saran yang sifatnya membangun,
agar penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih sempurna. Semoga Allah Swt. memberikan
rahmat dan hidayahnya. Amin.
Wassalamu’alaikum wr. wb
Penyusun
2|Page
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................... 1
Kata Pengantar........................................................................................................... 2
Daftar Isi.................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 9
3.2 Saran……………………………………………………………………. 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 10
3|Page
BAB I
PENDAHULUAN
Sudan adalah salah satu negara di Afrika. Sudan merupakan negara dengan penduduk
padat dan heterogen dalam agama,suku dan ras. Perbedaan agama dijadikan alasan bagi kaum
fanatik untuk berkonflik dengan agama lain. Dikarenakan perbedaan perlakuan dari pemerintah
terhadap salah satu agama, yaitu Islam. Hal ini ditentang oleh agama Kristen yang menuntut
diberlakukannya pemerintahan sekuler. Selain itu, adanya kesenjangan ekonomi dan sosial juga
merupakan pemicu adanya konflik. Hal ini diperparah dengan pembatalan perjanjian Addis
pada tahun 1983 yang mengatur tentang pemerataan otonomi dan kesetaraan antara wilayah
utara dan selatan di Sudan . Dimana wilayah utara mayoritas Islam dan wilayah selatan
mayoritas Kristen yang akhirnya menimbulkan perang sipil.
Konflik di Sudan tidak hanya terjadi antara pemerintah dan SPLM/A, namun juga
terjadi antara pemerintah dan penduduk muslim di Darfur. Hal ini bermula karena penyerangan
dua pemberontak terhadap NIF ( National Islamic Front ) pada tahun 2003. Pemberontak itu
menamakan diri mereka JEM ( The Justice and Equality Movement ) dan SLA ( The Sudan
Liberation Army ). Pemberontak menganggap bahwa pemerintah melakukan diskriminasi
4|Page
terhadap kaum muslim afrika di Darfur, namun pemerintah malah menganggap mereka sebagai
teroris. Konflik ini akhirnya berkembang menjadi konflik ras yang melibatkan ras Afrika dan
Arab.
Bedasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi pokok permasalahan yang akan
peneliti angkat adalah “ Mengapa Sudan Selatan Ingin Melepaskan Diri Dari Republik
Sudan?”. Untuk lebih mudah dan mengarahkan pembahasan, peneliti merumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut:
3. Menjelaskan penyelesaian konflik antara Sudan Selatan dan Sudan Utara sehingga
mengakibatkan dampak bagi Sudan Utara dan Sudan Selatan seta adanya keterlibatan
Asing dalam penyelesaian konflik.
5|Page
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konflik Sudan Utara Dan Sudan Selatan
Kemerdekaan, referendum digelar dalam rangka kesepakatan damai, dan 95% memilih
untuk merdeka. Wartawan BBC di Juba Will Ross melaporkan perayaan kemerdekaan
berlangsung di jalanan, orang-orang berkumpul dan melambaikan bendera Sudan Selatan,
memukul drum dan meneriakan nama Presiden Salva Kiir Mayardit.
6|Page
Februari 2017 kemarin, PBB mengumumkan bencana kelaparan di beberapa negara bagian
Sudan Selatan. 100 ribu orang berada di ambang kelaparan dan 4,9 juta atau 40 persen
penduduk Sudan Selatan membutuhkan bantuan segera
Dan partisipasi rakyat memberikan suara sangat tinggi. Kepala Komisi Referendum Sudan
Selatan mengatakan 83% pemilih terdaftar datang ke tempat pemilihan suara. Sebagian besar
pemilih datang pada hari-hari pertama referendum yang mengakibatkan antrean panjang hingga
beberapa ratus meter dari TPS. Referendum kemerdekaan Sudan Selatan 2011 diadakan
di Sudan Selatan pada tanggal 9 Januari 2011 untuk menentukan apakah wilayah tersebut akan
tetap menjadi bagian dari Sudan atau tidak. Referendum ini merupakan salah satu
hasil Persetujuan Naivasha tahun 2005 antara pemerintah pusat di Khartoum dan Tentara
Pembebasan Rakyat Sudan. Referendum juga akan diadakan di Abyei untuk menentukan
apakah wilayah tersebut akan menjadi bagian dari Sudan Selatan atau tidak, tetapi referendum
tersebut ditunda akibat konflik mengenai demarkasi dan hak-hak kependudukan. Komisi
referendum mencatat, empat juta orang sudah terdaftar untuk ambil bagian dalam jajak
pendapat tersebut.
Latar belakang mayoritas penduduk Sudan Selatan yang memilih untuk berpisah dapat
dianalisa oleh beberapa sebab. Salah satunya adalah konflik yang terus berlanjut antar kedua
pihak, pasca perjanjian Naivasha di tahun 2005. Perjanjian yang ditandatangani oleh
pemerintahan pusat Khartoum dengan SPLA/M ternyata tidak menjangkau semua kelompok
pemberontak yang ada. Konflik berlanjut di tahun 2006, antara kelompok pemberontak (yang
quantitasnya relative kecil dibandingkan SPLA/M). Salah satu kasus yang belum diselesaikan
adalah nasib Abyei, kota yang terletak di pertengahan Sudan Utara dan Sudan Selatan, yang
dianggap sebagai kota emas. Sebagai penghasil minyak
7|Page
Referendum Sudan Selatan ini memperoleh perhatian khalayak internasional. Sudan
Selatan masih dalam proses pemulihan akibat perang berkepanjangan dengan Sudan Utara,
yang diperkirakan memakan korban sekitar dua juta orang, akibat konflik yang dipicu masalah
agama, etnis, ideologi dan sumber daya alam termasuk minyak. paling besar di Sudan, Abyei
menjadi target konflik bersenjata di tahun 2008, untuk memperebutkan daerah tersebut.
8|Page
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sudan merupakan sebuah wilayah yang memiliki berbagai keberagaman. Salah satu
keberagaman yang ternyata menjadi sumber konflik yang terjadi di Sudan selama adalah
antara Arab (Sudan Utara) dan warga kulit hitam (Sudan Selatan). Konflik ini bahkan dapat
dikaitkan dengan perang antar agama Islam dan Kristen. Kebijakan pemerintahan pusat di
Khartoum, Sudan Utara yang melakukan diskriminasi, opresi, pengabaian, bahkan sampai
kepada implementasi hukum dari agama Islam, untuk diterapkan di seluruh negara menjadi
beberapa alasan mengapa peperangan sipil pecah dari awal.
3.2 Saran
Dari pembahasan di atas diharapkan dapat memberi konstribusi pada pembelajaran sejarah
di lembaga persekolahan khususnya Pda tingkat SMA. Sejarah Negara Sudan merupakan hal
yang mutakhir karena jika melihat proses terjadinya Negara Sudan Selatan sangatlah sulit
karena harus melewati berbagai macam konflik yang ada di Sudan. Oleh sebab itu melalui
pembelajaran dari faktta ssejarah tentang terjandinya konflik di Sudan, pembaca bisa
memperoleh pendidikan karakter bahwa perlakuan diskriminatif dalam kehidupan mendatang
konflik yang berkepanjangan dan merugikan objek yang dijadikan perlakuan diskriminatif.
Pembaca juga mengetahui kalau adanya diskriminatif bisa menghancurkan integrasi bangsa.
9|Page
DAFTAR PUSTAKA
10 | P a g e