Upaya Penyelesaian Konflik Negara Antara

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 43

UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK PERBATASAN ANTARA SUDAN

DENGAN SUDAN SELATAN

Disusun Oleh :

Arifian Adi Winata

151090230

ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2012

1
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Pasca kemerdekaan Sudan Selatan dari Sudan tahun 2011, hubungan

kedua negara ini kembali memanas dan terlibat dalam perang terbuka di daerah

perbatasan dimana pasukan militer Sudan Selatan merebut wilayah Heglig yang

merupakan ladang minyak yang menjadi urat nadi perekonomian kedua negara.

Sementara itu pasukan militer Sudan mengerahkan pesawat tempurnya untuk

membombandir wilayah Sudan Selatan dan kembali merebut wilayah Heglig.

Sudan dan Sudan Selatan dulunya merupakan negara yang berada dalam satu

wilayah dimana Sudan Selatan merupakan bagian dari negera Sudan. Akan tetapi

kedua wilayah ini selalu berkonflik dikarenakan segala bentuk pemerintahan

terpusat di Sudan bagian utara. Akar dari perang sipil Sudan bisa ditelusuri sejak

wilayah itu masih menjadi jajahan Inggris sejak akhir abad ke-19. Saat itu, Inggris

membagi Sudan menjadi 2 wilayah pemerintahan jajahan berdasarkan persebaran

penduduknya : wilayah utara yang didominasi oleh etnis Arab yang memeluk

Islam dan wilayah selatan yang mayoritasnya merupakan etnis kulit hitam Afrika

penganut paham animisme dan kristen.

Selain pembagiaan wilayah Sudan oleh Inggris, penduduk Sudan yang ada

di utara dilarang berpergian ke selatan dan sebaliknya. Kebijakan yang dilakukan

kolonial inggris bertujuan untuk mencegah penyebaran penyakit malaria dari

selatan. Akan tetapi kebijakan ini justru membuat wilayah utara dan selatan

semakin terisolasi satu sama lain sehingga sikap sentimen dan rasa saling tidak

2
percaya antar kelompok etnis semakin meningkat. Selain itu ketika Sudan akan

memperoleh kemerdekaan dari Inggris, masyarakat Sudan yang ada di selatan

tidak dilibatkan dalam perundingan memerdekakan Sudan oleh Inggris.

Kecenderungan masyarakat Sudan Utara yang akan mendominasi mulai

muncul pasca kemerdekaan Sudan dimana dalam birokrasi masyarakat Sudan

utara menduduki 800 kursi administratif senior yang ada sedangkan masyarakat

Sudan di selatan hanya menduduki 6 kursi. Sudan juga menetapkan bahasa Arab

sebagai bahasa resmi negaranya kendati demikian masyarakat Sudan di wilayah

selatan menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa mereka sehari-hari.

Perbedaan ini yang membuat munculnya kecenderungan masyarakat Sudan di

utara lebih mengucilkan masyarakat Sudan di selatan yang memaksa masyarakat

Sudan di selatan berontak dan muncul konflik antara kedua wilayah ini hingga

akhirnya Sudan Selatan resmi menjadi negara merdeka dan melepaskan diri dari

Sudan setelah melalui referendum sejak perjanjian damai yang di sepakati oleh

kedua kelompok pada tahun 2005.

Pasca kemerdekaan Sudan Selatan dari Sudan, kedua negara ini justru

semakin terlibat konflik militer di perbatasan. Kedua negara sama-sama saling

menyerang dimana Sudan ingin kembali memasukkan Sudan Selatan ke dalam

negara Sudan sedangkan Sudan Selatan sangat berkeinginan untuk memisahkan

diri dari Sudan. Konflik kedua negara ini yang tidak kunjung usai hingga saat ini

dipicu oleh perebutan minyak di perbatasan antar kedua negara. Kedua belah

pihak sama-sama saling mengklaim bahwa wilayah Heglig merupakan bagian dari

3
negaranya. Konflik ini mendapat kecaman dari dunia Barat yang kemudian

mendesak DK PBB untuk menjatuhkan sanksi kepada Sudan dan Sudan Selatan.

Selain perebutan wilayah antar Sudan dengan Sudan Selatan, faktor

eksternal juga menjadi penyebab utama dari konflik yang terjadi antara kedua

negara ini. China diduga terlibat dalam konflik yang terjadi di Sudan dengan

Sudan Selatan. China memiliki kepentingan di Sudan dan Sudan Selatan karena

China menguasai minyak di Sudan dan Sudan Selatan dengan berdirinya

perusahaan-perusahaan petrochina di ladang-ladang minyak Sudan dan Sudan

Selatan. China juga menjadi penghambat penjatuhan sanksi dari PBB yang di

montori oleh Amerika Serikat. China menentang penjatuhan sanksi terhadap

Sudan dan Sudan Selatan. China selama ini melindungi Sudan di PBB dan

menentang segala penjatuhan sanksi dari PBB kepada Sudan. Sikap yang

dilakukan oleh China di Sudan mendapat dukungan dari Rusia. Hal ini yang

membuat konflik antara Sudan dan Sudan Selatan terus terjadi dan belum ada

tanda-tanda untuk mengakhiri konflik walaupun perjanjian perdamaian sering

dibuat namun perjanjian itu sering dilanggar oleh kedua negara.

4
II. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan diatas, dapat ditarik

sebuah rumusan masalah yaitu

1. Apa yang menjadi penyebab munculnya konflik sipil di Sudan dan

konflik pasca kemerdekaan Sudan Selatan dari Sudan?

2. Bagaimana peran PBB dalam menyelesaikan konflik antara Sudan

dengan Sudan Selatan di tengah perbedaan pendapat dalam tubuh

DK PBB antara China dengan Amerika Serikat?

III. KERANGKA TEORI

Dalam menganalisis konflik yang terjadi antara Sudan dengan Sudan

Selatan, kami menggunakan teori kepentingan nasional dan peranan organisasi

internasional untuk mempermudah kami menganalisis kasus tersebut.

a. Teori Kepentingan Nasional

Kepentingan nasional merupakan salah satu konsep yang paling dikenal

luas oleh kalangan penstudi Hubungan Internasional karena konsep inilah tujuan

mendasar serta faktor paling menentukan yang memandu dan para pembuat

keputusan dalam merumuskan politik luar negeri sebuah negara. Selain itu konsep

ini juga sering dipakai sebagai pengukur keberhasilan suatu politik luar negeri

atau evaluasi.

5
Menurut H. J. Morgenthau kepentingan nasional sama dengan usaha

negara untuk mengejar power, dimana power adalah segala sesuatu yang bisa

mengembangkan dan memelihara kontrol suatu negara terhadap negara lain.

Morgenthau juga mengatakan bahwa konsep kepentingan nasional serupa dengan

‘konsep umum’ konstitusi Amerika Serikat dalam dua hal yaitu kesejahteraan

umum (general welfare) dan hak perlindungan hukum. Konsep tersebut memuat

arti minimum yang inheren di dalam konsep itu sendiri, tetapi diluar arti minimum

konsep tersebut bisa diartikan dengan berbagai macam hal yang secara logis

berpadanan dengannya sesuai dengan tradisi politik dan konteks kultural

keseluruhan dimana suatu negara memutuskan politik luar negerinya. Arti

minimum yang inheren di dalam konsep kepentingan nasional sebuah negara

adalah melindungi identitas fisik, politik, dan kulturalnya dari gangguan negara-

bangsa lain. Dengan kata lain hakekat kepentingan nasional menurut Morgenthau

adalah power (pengaruh, kekuasaan, dan kekuatan).

Namun menurut Joseph Frankel (1970) kepentingan nasional tidak bisa

didefinisikan secara sempit dengan cara mengabaikan kepentingan-kepentingan

moral, religi, dan kepentingan kemanusiaan yang lain seperti yang dibuat oleh

Morgenthau. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Nicholas Spykman

bahwa kepentingan nasional juga mencakup kepentingan moral, religi,

kebudayaan, dan sebagainya. Tetapi dia menambahkan bahwa untuk mengejar

kepentingan-kepentingan itu tetap diperlukan power yang mencukupi.

Paul Seabury mendefinisikan konsep kepentingan nasional secara normatif

dan deskriptif. Secara normatif konsep kepentingan nasional berkaitan dengan

6
kumpulan cita-cita suatu bangsa yang berusaha dicapainya melalui hubungan

dengan negara lain. Namun tidak sekedar cita-cita mengejar power saja melainkan

ada juga cita-cita lainnya. Sedangkan secara deskriptif, kepentingan nasional

dianggap sebagai tujuan yang harus dicapai suatu bangsa secara tetap melalui

kepemimpinan pemerintah. Jadi selama negara-bangsa (nation-state) masih

merupakan aktor hubungan internasional yang dominan, maka kepentingan

nasional akan menjadi determinan utama yang menggerakkan negara-negara

menjalankan hubungan internasional atau politik luar negeri.

b. Teori Peranan

Menurut Mohtar Mas’oed dalam bukunya Studi Hubungan Internasional

(Tingkat Analisa dan Teorisasi), Peranan (Role) adalah perilaku yang diharapkan

akan dilakukan oleh seseorang yang menduduki posisi tertentu, baik posisi dalam

organisasi maupun dalam sikap negara. Setiap orang yang menduduki posisi itu,

diharapkan berperilaku sesuai dengan sifat posisi itu.

Dalam teori peran, perilaku individu harus dipahami dan dimaknai dalam

konteks sosial. Disamping itu, teori peranan juga menegaskan bahwa “Perilaku

politik adalah perilaku dalam menjalankan peranan politik”. Teori ini berasumsi

bahwa perilaku politik adalah akibat dari tuntutan atau harapan terhadap peran

yang kebetulan dipegang oleh seorang aktor politik. Teori peranan mempunyai

kemampuan mendiskripsikan institusi secara behavioral. Dalam pandangan

teoritis peranan, institusi politik adalah serangkaian pola perilaku yang berkaitan

dengan peranan. Model teori peranan langsung menunjukkan segi-segi perilaku

7
yang membuat suatu kegiatan sebagai institusi. Dengan demikian, teori peranan

menjembatani jurang yang memisahkan pendekatan individualistik dengan

pendekatan kelompok. Dalam teorisasi peranan, kita masih bisa membahas

perilaku individu, tetapi perilaku dalam arti peranan. Dan peran-peran ini adalah

komponen-komponen yang akan membentuk institusi. Dalam kata lain, institusi

bisa didefinisikan sebagai serangkaian peran yang saling berkaitan, yang

berfungsi mengorganisasikan dan mengkoordinasikan perilaku demi mencapai

suatu tujuan.1

1
Mohtar Mas’oed, Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisa dan Teorisasi. Yogyakarta.
PAU-SS-UGM,
1989, hal. 45

8
PEMBAHASAN

A. Profil Negara Sudan

Republik Sudan ditinjau dari segi geografisnya, merupakan negara terluas

di Afrika yang memiliki luas sekitar 2.505.810 km2. Terletak di Afrika Utara dan

beribukotakan Khartoum. Sudan berbatasan dengan Mesir di utara, Eritrea dan

Ethiopia di timur, Kenya dan Uganda di tenggara, Kongo dan Republik Afrika

Tengah di barat daya, Chad di barat, dan Libya di barat laut. Sudan meliputi

daratan yang sangat luas dengan gurun sahara di sebelah utara, daerah

pengunungan di wilayah Sudan Timur, dan Barat, serta rawa-rawa dan hutan

hujan tropis yang sangat besar di daerah Selatan.

Populasi penduduk Sudan merupakan populasi yang paling berbeda

dengan negara-negara lain di benua Afrika. Hal ini dikarenakan adanya dua

kebudayaan besar yaitu Arab dan orang Afrika berkulit hitam, dengan ratusan

kelompok etnis, suku dan bahasa.. Penduduk Sudan berasal dari berbagai macam

kelompok etnis yang berbeda, yaitu etnis Afrika sebesar 52 %, Arab 39 %, Beja

6%, dan lain-lain sebanyak 3 %. Penduduk di wilayah utara Sudan mayoritas

memeluk agama Islam ( 70% ), sebanyak 5% memeluk agama Kristen dan

kebanyakan berdomisili di selatan Sudan, sementara 25 % penduduk lainnya

masih memegang teguh kepercayaan asli. Sebagian besar masyarakat Sudan

berbahasa Arab, disamping masih juga menggunakan bahasa suku mereka seperti

Nubian, Beja, Ta Bedawie, Fur, Nuban, dan juga dialek Nilotic dan Nilo-Hamitic.

9
Populasi penduduk Sudan hingga Juli 2008 diperkirakan sebesar 40.218.455

jiwa.2

Sudan merupakan negara multi agama dan multi etnis yang memiliki

perbedaan kelas sosial ekonomi antara kaum Arab dan Afrika serta merupakan

bangsa pengembala dan petani. Sudan atau dalam bahasa Arab “Bilad as Sudan”

dengan nama resmi Republik Sudan saat ini dipimpin oleh Presiden Omar Hassan

Al Bashir sejak 30 Juni 1989. Sejak meraih kemerdekaannya dari penjajahan

Mesir dan Inggris pada 1 Januari 1956, Sudan dilanda oleh berbagai macam krisis.

Pembagian negara yang tidak menjadikan etnis sebagai konsiderasi pembagian

tersebut telah menyebabkan disiintegrasi yang besar dalam negara Sudan itu

sendiri, yang menghasilkan perang sipil yang akan berlangsung puluhan tahun.

Sistem politik dan pemerintahan Sudan mengalami dinamika perubahan

secara konstan seiring dengan waktu. Presiden Sudan adalah pemegang otoritas

sistem pemerintahan Executive, yang juga merupakan perdana menteri, kepala

pemerintahan, dan panglima angkatan bersenjata. Badan legislatif Sudan adalah

The National Assembly merupakan majelis rendah yang memiliki 450 anggota.

Selain itu juga ada majelis tinggi, yaitu Council of State, yang terdiri dari dua

wakil yang ditunjuk dari setiap 26 provinsi. Pada bidang peradilan, Sudan

memiliki pengadilan tinggi, Menteri Kehakiman, pengacara umum, dan

pengadilan umum atau khusus. Di bidang divisi sub administratif, tiap provinsi

2
CIA fact book: Sudan Country profile. http://www.cia.gov/library/publications/the-world-
factbook/geos/su.html. Diakses tanggal 18 Mei 2012.

10
dikepalai oleh seorang gubernur yang ditunjuk oleh presiden bersama dengan

kabinet negara dan majelis legislatif negara.

B. Gambaran Umum Konflik Sudan Selatan - Sudan Utara

Mayoritas perpecahan internal seringkali dapat ditemukan di berbagai

negara dalam Afrika. Bahkan perpecahan internal ini tidak hanya sebatas

perpecahana pada kesatuan rakyat sebuah negara, akan tetapi masuk kepada

tingkatan konflik atau perang sipil/saudara. Perang saudara biasa terjadi akibat

perbedaan paham antar kedua pihak, bahkan sampai konflik antar agama dan etnis

yang tidak mampu hidup harmonis bersama dalam sebuah negara.

Perpecahan internal yang terjadi di Sudan ada beberapa. Pertama di Darfur

sejak 2003, dimana pokok permasalahannya terletak pada meningkatnya gerakan-

gerakan yang menentang pemerintahan pusat Omar Al-Bashiir. Pembersihan etnis

terjadi, menghasilkan ratusan ribu warga meninggal, serta jutaan mengungsi ke

negara tetangga. Kedua adalah kasus antara Sudan Selatan, serta Sudan Utara.

Latar belakang konflik ini sebab adanya ketidakadilan dalam pemerintahan pusat,

terhadap hak-hak warga di Sudan Selatan. Dari segi politik dan ekonomi, Sudan

Selatan sering tidak dianggap dalam keputusan politik, serta proliferasi ekonomi

ke daerah tersebut, menyebabkan ketidaksetaraan lapangan pekerjaan dan

perkembangan daerah. Sering pula terjadi ekspolitasi di daerah Sudan Selatan

oleh pemerintahan pusat yang berlokasi di Sudan Utara.

Seringkali dikatakan bahwa latar belakang konflik internal antara Sudan

Selatan dan Utara tidak hanya di motivasi oleh sebab-sebab diatas, tetapi juga

11
berhubungan dengan diskriminasi ras dan agama oleh pemerintahan pusat.

Sehingga dikatakan bahwa konflik internal yang terjadi di Sudan juga merupakan

konflik antar agama, sekaligus ras. Dari segi agama, daerah Sudan Utara memiliki

mayoritas penduduk beragama Islam, dan merupakan ras Arab. Sedangkan di

Sudan Selatan, mayoritas penduduk beragama Kristen, dan ras kulit hitam.

Pemerintahan pusat yang berpegang teguh pada ideologi Islam, kerap

menganggap bahwa penduduk Arab Islam lebih superior dibandingkan mereka

yang berkulit hitam dan beragam Kristen.3 Diskriminasi inilah yang menjadi salah

satu sebab terjadinya konflik yang paling lama, di negara Afrika yang paling besar

saat ini. Namun untuk menganalisa sumber konflik antar Sudan Utara dan Selatan,

perlu dianalisa sejak masa penjajahan Inggris dan Mesir.

Dari Segi historis, pada saat penjajahan Inggris, telah terjadi eksploitasi,

serta ketidaksetaraan perkembangan yang diperkenalkan oleh penjajahan Inggris

sebelum kemerdekaan.4 Kolonialisasi Inggris gagal untuk membentuk mekanisme

yang lebih baik dalam hal transisi kekuasaan Inggris, ke Sudan itu sendiri, serta

gagal untuk mempersiapkan kebutuhan Sudan Selatan sebelum kemerdekaan.

Warga Sudan selatan seringkali diculik demi kepentingan perdagangan

perbudakan. Perkembangan lebih difokuskan di daerah Sudan Utara. Akibatnya,

dari segi ekonomi, kesempatan politik, serta pendidikan, Warga Sudan Selatan

tidak mampu untuk bersaing dengan Sudan Utara.

3
Deng D. Akol Ruay, The Politics of the Two Sudans, Uppsala: The Scandinavian Institute of
African Studies, 1994, h.56
4
Abdul Rahman Abu Zayed Ahmed, Why the violence?, London: Panos Institute, 1988, h.19.

12
Kemerdekaan di tahun 1956 memberikan harapan besar bagi rakyat Sudan

Selatan untuk mendapatkan kesempatan yang sama dari segi pendidikan, politik,

ekonomi, serta perkembangan yang merata. Tidak hanya berfokus di daerah

Sudan Utara. Namun, kemerdekaan menjadi ajang memperlebar jarak

perkembangan antar kedua wilayah tersebut. Sudan Utara meneruskan kebijakan

yang sebelumnya diaplikasikan oleh penjajahan dari Inggris. Pemerintahan pusat

terus menerus mengaplikasikan program perkembangan ekonomi regional tidak

merata, dan kebijakan-kebijakan lainnya yang tidak memberikan kesempatan

kepada Sudan Utara untuk berkembang. Harapan Sudan Selatan untuk

mengembangkan wilayah, serta membentuk negara persatuan yang lebih ternyata

telah memperburuk keadaan dan mempebesar diskriminasi tersebut.

Struktur pemerintahan Sudan pasca kemerdekaan juga mencurigakan.

Sebab civil service atau departemen-departemen pemerintahan di Sudan Selatan,

semua merupakan warga dari Sudan Utara. Sehingga muncul-lah beberapa

perspektif dari masyarakat Sudan Selatan, bagaimana Sudan Utara memiliki

insentif untuk menguasai Sudan secara keseluruhan. Tentunya hal tersebut

ditanggapi serius oleh semua rakyat Sudan Selatan.

Namun yang merefleksikan kebijakan diskriminatif adalah penyebaran

Islam, bahkan di Sudan Selatan itu sendiri. Setelah kemerdekaan, hanya 6

individual dari Sudan Selatan yang dijabat sebagai posisi administrative Sudan.

Sehingga banyak terjadi penyebaran ideologi Islam pasca kemerdekaan tersebut.

Februari 1962, pemerintahan pusat menutup secara paksa sekolah-sekolah

13
Kristen.5 Juga muncul beberapa usaha pemerintah untuk menerapkan hukum

Syariah, sebuah hukum yang menggunakan hukum agama Islam sebagai

pedoman. Tentunya ini ditanggapi dengan penuh kemarahan oleh rakyar Sudan

Selatan, dan semua penduduk Sudan yang beragam Kristen. Bukan hanya itu,

penyebaran ini dilakukan dengan niat memaksa semua rakyat menerima hukum

tersebut.6

Masyarakat yang merasa tertindas, terutama dalam hal kebebasan agama,

serta kesempatan dalam kontribusi ekonomi negara yang tidak merata telah

menyebabkan perang sipil selama bertahun-tahun di Sudan. Perang Sipil pertama

pada tahun 1955-1972, kemudian dilanjut pada perang sipil kedua tahun 1983-

2005. Merupakan perang Sipil paling lama, serta paling banyak menelan korban.

Pasca kemerdekaan Sudan Selatan dari Sudan, kedua negara kembali

terlibat konflik terbuka terkait perebutan wilayah Heglig yang memiliki

kandungan minyaknya. Kedua negara ini kembali terlibat konflik karena adanya

kepentingan ekonomi dimana kedua negara ini menjadikan sektor minyak sebagai

kekuatan perekonomian di negaranya. Sudan Selatan melakukan penyerbuan

untuk menguasai wilayah Heglig yang secara internasional wilayah ini bagian dari

wilayah Sudan. Menanggapi hal tersebut, Sudan mengerahkan kekuatan

militernya untuk merebut kembali wilayah Heglig. Pesawat tempur Sudan

membombandir kota-kota di wilayah Sudan Selatan. Wilayah Heglig masih

menjadi wilayah yang disengketakan oleh kedua negara. Belum adanya

5
Charles Gurdon, Instability and the State: Sudan, London: Macmillan, 1989, h.107.
6
John Prendergast, Crisis Response, London: Pluto Pers, 1997, h.82.

14
kesepakatan yang jelas terkait perbatasan kedua negara membuat kedua negara

sering bersitegang di daerah perbatasan yang masih disengketakan saat ini.

C. Referendum Sudan (Januari 2011)

Referendum merupakan pemungutan suara untuk mengambil sebuah

keputusan politik. Kasus Referendum di Sudan memiliih antara kemerdekaan

(Secession) atau persatuan (Unity). Keputusan untuk mengadakan sebuah

referendum, merupakan salah satu perjanjian yang telah disetujui oleh kedua

pihak (SPLA/M dan pemerintahan pusat Khartoum) dalam perjanjian perdamaian

komprehensif tahun 2005. Referendum dilaksanakan 6 tahun pasca

pengaplikasian perjanjian Naivasha, agar warga Sudan Selatan (subjek pemilih

dalam referendum Sudan 2011) dapat memiliki gambaran apakah integrasi antar

kedua pihak itu akan berjalan dengan lancar di masa yang akan mendatang

ataupun konflik kembali bergejolak.

Berbeda dengan beberapa referendum yang biasa dilakukan di Selandia

baru misalnya yang bersifat pemasukan untuk pemerintahan yang sedang

berkuasa, referendum Januari 2011 Sudan tersebut bersifat mengikat. Sehingga

apapun hasil dari referendum tersebut, semua aktor yang terlibat diwajibkan untuk

menerima kenyataan tersebut. Dalam referendum Sudan waktu itu, rakyat Sudan

Selatan diberikan 2 pilihan, antara persatuan, ataupun perpisahan. Persatuan

berarti Sudan Selatan akan tetap menjadi bagian dari Sudan, diberikan otonomi

daerah, serta akan terjadi integrasi pasukan militer kedua pihak yang lebih

intensif. Perpisahan berarti Sudan Selatan akan membentuk sebuah pemerintahan

15
yang baru, memiliki otoritas penuh terhadap wilayah mereka, dan kemungkinan

besar tidak aka nada campur tangan apapun oleh pemerintahan pusat di Khartoum.

Hasil dari referendum yang berlangsung dari 9 Januari hingga 15 januari

2011,7 menunjukkan 99% dari warga di Sudan Selatan memilih untuk berpisah

(kemerdekaan Sudan Selatan). Dari 3,851,994 penduduk yang memilih, hanya

44,888 yang memilih untuk tetap menyatukan kedua daerah tersebut. 8 Deklarasi

kemerdekaan akan dideklarasikan pada tanggal 9 Juli 2011. Sebelum tanggal

tersebut, Sudan Selatan, dan pemerintahan pusat diharuskan untuk melakukan

negosiasi dan berusaha mencapai konsensus pada pembagian penghasilan dari

minyak, dan berbagai pemasukan negara lainnya yang melibatkan Sudan Selatan

secara teritorial.

Latar belakang mayoritas penduduk Sudan Selatan yang memilih untuk

berpisah dapat dianalisa oleh beberapa sebab. Salah satunya adalah konflik yang

terus berlanjut antar kedua pihak, pasca perjanjian Naivasha di tahun 2005.

Perjanjian yang ditandatangani oleh pemerintahan pusat Khartoum dengan

SPLA/M ternyata tidak menjangkau semua kelompok pemberontak yang ada.

Konflik berlanjut di tahun 2006, antara kelompok pemberontak (yang

quantitasnya relative kecil dibandingkan SPLA/M). Salah satu kasus yang belum

diselesaikan adalah nasib Abyei, kota yang terletak di pertengahan Sudan Utara

dan Sudan Selatan, yang dianggap sebagai kota emas. Sebagai penghasil minyak

7
First day of South Sudan referendum ends peacefully.
http://www.tehrantimes.com/Index_view.asp?code=233845. Diakses tanggal 18 Mei 2012.
8
Sudan referendum results confirmed. http://www.guardian.co.uk/world/2011/feb/07/sudan-
referendum-result-confirmed. Diakses tanggal 18 Mei 2012.

16
paling besar di Sudan, Abyei menjadi target konflik bersenjata di tahun 2008,

untuk memperebutkan daerah tersebut.9

Hasil referendum yang menjadwalkan kemerdekaan, membawa

kesenangan bagi rakyat Sudan selatan pada tanggal 9 Juli 2011. Sebagai negara

ke-193, Republik Sudan Selatan akan menghadapi berbagai kesulitan sebagai

negara baru, termasuk konflik yang sampai saat itu masih berlanjut. Konflik

bersenjata antara Sudan Selatan dan Utara. Walaupun akan menghadapi

permasalahan yang rumit, warga Sudan Selatan tetap melakukan selebrasi di

jalanan, merayakan hari kebebasan mereka. Warga Sudan Utara di sisi lain

membawa reaksi yang berbeda. Kegagalan untuk membentuk sebuah negara yang

multi-etnis, berkurangnya pemasukan negara dari industry oli yang 75% terletak

di Sudan Selatan,10 serta kehilangan wilayah negara yang besar mewarnai

pemikiran rakyat Sudan Utara saat deklarasi kemerdekaan dilakukan.

D. Tantangan Sudan Selatan Sebagai Negara Baru

Perang sipil kedua Sudan yang dimulai tahun 1983 sampai tahun 2005

telah berakhir, menghasilkan kemerdekaan, sebuah kebebasan bagi rakyat Sudan

Selatan. Perang yang berlangsung puluhan tahun telah berakhir, namun

perjuangan pembentukan sebuah negara baru merupakan perang baru yang mesti

dimenangkan pemerintahan Sudan Selatan saat ini. Sudan Selatan didorong untuk

9
BBC news-Timeline: Sudan.
http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/country_profiles/827425.stm. Diakses tanggal 18 Mei
2012.
10
World’s 193rd State is born with Sudan’s partition.
http://www.dawn.com/2011/07/09/worlds-193rd-state-is-born-with-sudans-partition.html.
Diakses tanggal 17 Mei 2012.

17
melakukan kerjasama yang lebih intensif secara bilateral, sampai kepada

multilateral. Secara internal, Sudan Selatan menghadapi permasalahan dalam

membangun fondasi dasar negara, seperti hukum dan ideologi negara,

perekonomian negara, kesehatan, pendidikan, serta manajemen militer negara.

Pembentukan kerjasama internasional belum dapat dilaksanakan sebelum

adanya pengakuan dari negara lain. Pengakuan merupakan hal pertama yang

dibutuhkan oleh Sudan Selatan, agar mampu membuka kemungkinan kerjasama

dalam waktu dekat. Pengakuan sebuah negara yang baru merupakan sebuah

tindakan politik yang dilakukan oleh negara lain, hanya setelah deklarasi

kemerdekaan negara yang ingin diakui dideklarasikan. Setelah sebuah pengakuan

telah dilakukan, hubungan diplomatis formal akan terbentuk.11

Konsiderasi pertama Sudan Selatan dalam pembentukan diplomasi

internasional adalah keanggotaan dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB

merupakan organisasi international yang menfasilitasi kerjasama dalam bidang

hukum internasional, keamanan internasional, perkembangan perekonomian,

perkembangan sosial, serta hak asasi manusia. Melalui keanggotaan dalam PBB,

sebuah negara telah diakui sebagai negara yang memiliki kedaulatan yang setara

dengan 192 negara lainnya yang menjadi anggota dalam PBB, serta akan

kontribusi dalam penyelesaian berbagai kasus global.

Tanggal 13 Juli 2011, United Nations Security Council (Dewan Keamanan

PBB) telah merekomendasikan kepada organisasi internasional untuk mengakui

11
South Sudan: How do you set up a new nation? www.bbc.co.uk/news/world-africa-14014083.
Diakses tanggal 17 Mei 2012.

18
Sudan Selatan sebagai negara baru didalam PBB. General Assembly, sebuh forum

dalam PBB akan memberikan pemilihan, apakah Sudan Selatan akan menjadi

negara ke 193 angoota PBB atau tidak.12 14 Juli 2011, anggota dalam forum

General Assembly memutuskan untuk menjadikan Sudan Selatan sebagai bagian

dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.13 Perwakilan bangsa dalam forum telah

memberikan masukan kepada negara tetangga Sudan Selatan untuk ikut

berkontribusi terhadap perkembangan negara baru tersebut, serta menenkankan

terbentuknya hubungan diplomatis sehat antara Sudan dan Sudan Selatan.

Menjadi bagian dari organisasi regional juga diperkirakan akan menjadi

kepentingan nasional dari Sudan Selatan. Berbeda dengan keanggotaan dalam

organisasi internasional, organisasi regional disatukan oleh kesamaan ideologi,

etnis, historis, dan berbagai kesamaan lainnya selain kedekatan wilayah antar

anggota. Melalui organisasi regional, negara tetangga akan ikut serta

berkontribusi dalam pembangunan negara, serta membantu dengan keperluan-

keperluan negara tersebut.

IGAD (Intergovernmental Authority on Development) merupakan sebuah

organisasi perkembangan regional, yang terdiri atas negara-negara Afrika Timur.

Keanggotaan IGAD saat ini terdiri atas Djibouti, Ethopia, Kenya, Somalia, Sudan,

dan Uganda. Pemberian aplikasi sebagai anggota IGAD telah dilakukan, beberapa

12
South Sudan expected to join UN. www.cbc.cs/news/world/story/2011/07/13/south-sudan-un-
vote.html. Diakses tanggal 19 Mei 2012.
13
South Sudan Becomes 193rd Member of United Nations.
www.voanews.com/english/news/africa/South-Sudan-Becomes-193rd-Member-of-United -
Nations-125579368.html. Diakses tanggal 19 Mei 2012.

19
hari setelah deklarasi kemerdekaan Sudan Selatan.14 IGAD telah memberikan

respon yang positif, dan mengatakan bahwa mereka bersedia memberikan bantuan

yang dibutuhkan oleh Sudan Selatan dalam pembentukan negara tersebut.

Permasalahan internal negara akan menjadi permasalahan yang sangat

rumit. Melihat keadaan Sudan Selatan yang baru dalam posisi pembentukan

negara dari awal, menunjukkan bagaimana Sudan Selatan ini membutuhkan

begitu banyak asistensi dari pihak luar. Dari segi militer, SPLA (Sudan People’s

Liberation Army) akan dijadikan pasukan militer formal negara Sudan Selatan,

bernama South Sudan Armed Forces setelah kemerdekaan Sudan tanggal 9 Juli

2011.15 Sebutan SPLA tidak lagi menjadi relevan digunakan, sebab perang sipil

yang berlangsung 21 tahun, dimana SPLA menjadi aktor kunci dalam peperangan

tersebut telah berakhir.

Permasalahan utama dalam pengembangan Sudan Selatan yang baru

adalah masalah perekonomian. Kemungkinan besar Sudan Selatan akan tetap

bergantung pada penghasilan dari minyak bumi. Pada mekanisme pembagian

pemasukan secara merata, biaya tersebut menutupi 98% pemasukan negara di

Sudan Selatan, sehingga pemerintahan Sudan Selatan memiliki dependensi yang

sangat tinggi akan penghasilan dari minyak bumi. Penghasilan dari minyak bumi

14
South Sudan applies for IGAD membership.
www.sudancatholicradio.net/index.php?option=com_content&view=article&id=4374:south-
sudan-applies-for-igad-membership&catid=2:south-sudan&Itemid=84 . Diakses tanggal 19 Mei
2012.
15
SPLA to be called South Sudan Armed Forces after independence.
www.sudantribune.com/SPLA-to-be-called-South,38727. Diakses tanggal 19 Mei 2012.

20
akan tetap berjalan, namun persediaan minyak bumi di daerah Sudan Selatan

diperkirakan hanya untuk 20-30 tahun.16

Dependensi terhadap pemasukan hasil minyak bumi akan tetap bertahan

untuk waktu-waktu dekat, sebab apabila penghasilan dari minyak bumi sebanyak

98% pemasukan negara, perekonomian Sudan Selatan akan dengan segera jatuh,

menimbulkan krisis ekonomi di awal pembentukan negara Sudan Selatan.

Masyarakat kemungkinan tidak akan terpengaruh secara langsung jika hal tersebut

terjadi, namun ketidakmampuan untuk pembiayaan tentara nasional bisa

membawa dampak yang parah bagi Sudan Selatan. Perlu dipahami bahwa

pemasukan dari minyak hanya akan menyediakan kebutuhan bagi jangka pendek

bagi Sudan Selatan.

Bagi sebuah negara yang baru saja terbentuk, investasi akan datang kepada

negara tersebut. Dimana negara-negara akan berlomba untuk memberikan

investasi, dan membawa pengaruh paling besar terhadap negara tersebut. Sebuah

negara yang baru terbentuk memberikan market baru bagi berbagai negara yang

tertarik untuk berinvestasi di negara tersebut. Cina telah mengekspresikan

kesediaan, serta kesiapannya dalam berinvestasi dalam negara Sudan Selatan.

Cina bersedia untuk berinvestasi ke sektor-sektor perekonomian negara Sudan,

16
Can Sudan’s oil feed north and south? www.bbc.co.uk/news/world-Africa-12128080. Diakses
tanggal 19 Mei 2012.

21
diantaranya adalah infrastruktur fisik, energy hidroelektrik, pertanian, pendidikan,

kesehatan, serta berbagai bidang lainnya.17

Privatisasi menjadi salah satu kemungkinan yang kuat akan terjadi di

Sudan Selatan. Terbatasnya sumber daya pemerintahan untuk mengelola semua

bidang kehidupan dalam negara Sudan Selatan, memungkinkan terjadinya

privatisasi dalam berbagai sektor. Privatisasi merupakan sebuah proses pengalihan

dari milik umum menjadi milik pribadi. Dalam prosesi privatisasi, pihak swasta

diberikan otoritas dalam mengendalikan beberapa sektor yang seharusnya

dijalankan oleh pemerintahan.

Akibat dari privatisasi dapat dilihat dari esensi sebuah perusahaan swasta.

Dimana perusahaan tersebut berorientasi uang, sehingga akan menetapkan sebuah

biaya yang akan mendatangkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Sudan

Selatan sebagai negara baru, tidak memiliki capital yang cukup untuk

mengembangkan semua sektor kehidupan dalam waktu yang bersamaan, sehingga

kemungkinan pencarian jalan alternatif (yang biasa ditempuh negara miskin)

adalah privatisasi. Dikhawatirkan bahwa prosesi tersebut akan menghasilkan

ketidakmampuan rakyat dalam membiayai keperluan dasar seperti pendidikan dan

kesehatan.

E. Profil Negara Sudan Selatan

17
China to expand investement in South Sudan after independence.
www.sudantribune.com/China-to-expand-investement-in,39080. Diakses tanggal 19 Mei 2012.

22
Sudan Selatan, secara resmi bernama Republik Sudan Selatan adalah

sebuah negara di Afrika Timur. Ibu kota dan kota terbesarnya adalah Juba,

terletak di negara bagian Khatulistiwa Tengah sebelah selatan. Negara Sudan

Selatan berbatasan dengan Ethiopia di sebelah timur; Kenya, Uganda, dan

Republik Demokratik Kongo di sebelah selatan; Republik Afrika Tengah di

sebelah barat; dan Sudan di sebelah utara. Sudan Selatan meliputi kawasan rawa

yang luas, yang dibentuk oleh Nil Putih, secara lokal disebut Bahrul Jabal.

Negara ini awalnya merupakan bagian dari Sudan Anglo-Mesir,

kondominium Britania dan Mesir, dan kemudian menjadi bagian dari Republik

Sudan ketika mencapai kemerdekaan pada 1956. Setelah Perang Saudara Sudan

Pertama, Wilayah Otonomi Sudan bagian Selatan dibentuk pada 1972 dan

berlangsung sampai dengan 1983. Kemudian terjadi Perang Saudara Sudan Kedua

yang berakhir dengan Perjanjian Damai Komprehensif 2005. Selanjutnya pada

tahun itu, otonomi selatan dikembalikan ketika Pemerintah Otonomi Sudan bagian

Selatan dibentuk. Sudan Selatan menjadi sebuah negara merdeka pada 9 Juli 2011

tengah malam (00:00) waktu setempat setelah referendum yang diselenggarakan

pada Januari 2011 menghasilkan sekitar 99% pemilih memilih untuk memisahkan

diri dari Sudan.18

Pada 14 Juli 2011, Sudan Selatan menjadi negara anggota PBB. Negara ini

juga merupakan anggota Uni Afrika. Sudan Selatan juga telah mendaftarkan diri

untuk bergabung dengan Persemakmuran, Komunitas Afrika Timur, Dana

18
Martell, Peter (2011 [last update]). "BBC News - South Sudan becomes an independent
nation". BBC. Diakses pada 19 Mei 2012.

23
Moneter Internasional, dan Bank Dunia. Negara ini juga dinyatakan dapat

mendaftarkan diri untuk keanggotaan Liga Arab.

Perokonomian Sudan Selatan berasal dari sektor pertanian dan sektor

energi. Sudan Selatan mewarisi sumur-sumur minyak yang dahulu merupakan

sumur-sumur minyak Sudan di daerah sekitar perbatasan. Minyak merupakan

kekuatan perekonomian fital bagi Sudan Selatan sehingga negara ini terpaksa

harus berkonflik dengan negara Sudan untuk berebut minyak di wilayah Heglig

yang merupakan ladang minyak terbesar di Sudan. Wilayah ini masih menjadi

wilayah sengketa kedua negara karena Sudan secara internasional memiliki hak

atas wilayah ini sedangkan Sudan Selatan merasa wilayah ini adalah bagian dari

wilayahnya semejak pembagian wilayah otonomi oleh Inggris. Selain minyak,

Sudan Selatan juga menjadikan sektor pertanian dan perkebunannya menjadi

sektor pendukung perekonomian Sudan Selatan yang masih berbenah dari

kemerdekaannya dari Sudan. Berada di aliran sungai membuat kontur tanah

Sudan Selatan menjadi subur sehingga pertanian dan perkebunan menjadi sektor

perekonomian penduduk Sudan Selatan.

Penduduk Sudan Selatan mayoritas etnis kulit hitam yang beragama

kristen Protestan dan animisme. Ketika Sudan Selatan masih menjadi bagian dari

Sudan, etnis inilah yang sering dikucilkan oleh etnis Sudan Utara yang mayoritas

etnis Arab. Dalam sejarahnya etnis kulit hitam adalah etnis yang sering tertindas

dan selalu berada di kelas bawah yaitu kelas pekerja dan budak. Setelah

munculnya politik Aparteid di Afrika, etnis kulit hitam mulai mendapat

pengakuan kesetaraan oleh etnis kulit putih. Namun yang terjadi di Sudan justru

24
sebaliknya karena di negara ini etnis kulit hitam dikucilkan oleh etnis Arab

bahkan dalam pemerintahan di Sudan etnis Arab mendominasi sedangkan etnis

kulit hitam hanya sedikit pelungnya di birokrasi Sudan. Semenjak kemerdekaan

Sudan Selatan, etnis Arab yang tinggal di Sudan Selatan berduyun-duyun

meninggalkan Sudan Selatan dan mengungsi ke arah Sudan.

F. Konflik Terbaru Sudan dan Sudan Selatan

Sebagai negara baru, Sudan Selatan banyak menghadapi masalah salah

satunya adalah masalah ekonomi. Pasca kemerdekaan Sudan Selatan

mendapatkan devisa dari minyak yang dulunya merupakan sumber-sumber

minyak milik Sudan. Namun Sudan juga berupanya untuk mempertahankan

sumur-sumur minyaknya dengan mempertahankan keberadaan wilayah Heglig

yang masih disengketakan. Secara internasional wilayah ini bagian dari Sudan

dimana wilayah ini terdapat ladang minyak yang berada di tengah-tengah

perbatasan kedua negara. Belum adanya kesepakatan kedua negara dalam

menentukan batas dua negara di wilayah ini membuat kedua negara sama-sama

saling memperebutkan wilayah ini hingga puncaknya militer Sudan Selatan

menguasai wilayah Heglig dari tangan militer Sudan. Tindakan yang dilakukan

oleh Sudan Selatan memancing amarah Sudan yang kemudian mengerahkan

angkatan militernya untuk merebut kembali wilayah Heglig. Militer Sudan mulai

mengambil alih kota kaya minyak Abyei dan membubarkan pemerintahan kota itu

yang diklaim oleh wilayah otonomi Sudan selatan berdasarkan perjanjian damai

antara Sudan dan Sudan Selatan.

25
Selain merebut wilayah Heglig, Sudan juga mengerahkan pesawat-pesawat

tempurnya untuk membombandir kota-kota di Sudan Selatan. Serangan pesawat

tempur Sudan menewaskan puluhan korban sipil. Memanasnya hubungan kedua

negara memaksa DK PBB bereaksi keras memaksa Sudan dan Sudan Selatan

segera menghentikan konflik. DK PBB mengancam akan menjatuhkan sanksi

terhadap kedua negara dengan memberlakukan pasal 41 yaitu pasal tambahan

intervensi non militer. Namun penggunaan pasal 41 sebagai pasal tambahan yang

digunakan DK PBB mendapat penolakan dari China. Selama ini China adalah

negara yang mempunyai kepentingan di Sudan dan Sudan Selatan. China selalu

melindungi Sudan dari segala bentuk penjatuhan sanksi yang di keluarkan oleh

DK PBB. Alasan ini cukup jelas karena China menguasai sumur-sumur minyak di

Sudan dan Sudan Selatan.

Berdasarkan kesepakatan damai kedua negara pasca Referendum Sudan,

kuota minyak dibagi menjadi dua. Secara wilayah sumber-sumber minyak yang

dulunya milik Sudan berada di Wilayah Sudan Selatan namun kilang-kilang

minyaknya berada di Sudan utara sehingga Sudan Selatan tidak dapat mengolah

minyaknya sendiri. Jika Sudan Selatan tidak bersikap adil, Sudan mengancam

akan menghentikan jalur pipa minyak yang berasal dari Sudan Selatan sehingga

dapat membuat Sudan Selatan krisis keuangan karena tidak dapat menjual

minyaknya. Namun kesepakatan pembagian ini masih belum mencapai titik temu

karena kedua negara sama bergantung pada minyak sebagai penyokong

perekonomian negaranya.

G. Kepentingan China di Sudan dan Sudan Selatan

26
Sebagai negara besar dan maju, China sangat bergantung pada sumber

energi minyak untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negerinya. China

menerapkan kebijakan khusus dalam impor minyaknya dari Timur Tengah dan

Afrika dengan menjalin kerjasama dengan negara-negara yang mendapat

embargo dan anti Amerika. Kebijakan politik luar negeri China dengan Amerika

Serikat terkait impor minyak sangat berbeda jauh karena Amerika Serikat selalu

membawa doktrin demokrasi di negara yang menjadi mitranya dalam kerjasama

minyak dan Amerika Serikat cenderung intervensi politik di negara itu.

Sedangkan China menjalin kerjasama dengan negara-negara yang mendapat

embargo dari Amerika Serikat dan China tidak intervensi dalam politik di negara

itu tetapi China justru membantu negara itu dengan bantuan ekonomi dari

minyaknya dan cenderung melindungi negara yang menjadi mitranya dari sanksi-

sanksi negara barat.

Kebijakan inilah yang juga dilakukan China di Sudan dan negara baru

Sudan Selatan dengan masuknya perusahaan petrochina di ladang-ladang minyak

Sudan dan Sudan Selatan. Sudan selama ini menghadapi kesulitan dalam

perekonomiannya akibat embargo ekonomi dari Amerika Serikat terkait konflik

dengan Sudan Selatan. Masuknya China sangat membantu Sudan dalam

mengatasi permasalahan ekonomi di negaranya. Peran China tidak hanya di

Sudan saja tetapi juga di Sudan Selatan karena sebelum Sudan Selatan merdeka,

perusahaan petrochina sudah berdiri di wilayah yang saat ini menjadi wilayah

Sudan Selatan. Keberadaan China di Sudan Selatan sangat membantu

perekonomian Sudan Selatan terlebih lagi China selalu membantu Sudan Selatan

27
dalam menata perekonomiannya sebagai negara baru. Secara geografis Sudan

memang daerah yang kaya akan cadangan minyak, gas dan uranium. Potensi-

potensi Sudan antara lain :

1. Sudan adalah negara yang terluas di benua Afrika dan wilayah tersubur di

kawasan negara Arab. Hal ini memungkinkan adanya pemberdayaan

sumber daya alam yang lebih dibanding negara-negara lainnya

2. Negara Sudan yang saat ini dianggap miskin dan terbelakang, ternyata

menyimpan kekayaan alam yang melimpah, seperti adanya kandungan

minyak di bagian selatan dan kandungan uranium di bagian barat.

Kekayaan yang dapat membawa Sudan menjadi negara kaya dan potensial.

Sudan juga masih menyimpan cadangan minyak bumi sebanyak 631,5 juta

barel dan 99,11 milyar meter kubik gas alam yang belum tereksploitasi,

serta cadangan biji besi dan tembaga dalam jumlah yang tidak terlalu

besar. Saat ini, produksi minyak mentahnya sekitar 500.000 barel per hari.

3. Sudan berada di posisi strategis lalu lintas perairan Laut Merah. Sebuah

posisi yang menguntungkan untuk menguasai perikanan hingga ke jantung

Afrika.

4. Sudan adalah penguasa sungai Nil kedua setelah Mesir. Sudan sebenarnya

adalah negara subur dengan dua aliran anak sungai Nil yang memberi

berkah pertanian yang menjadi pilar utama perekonomian negara.

28
Selama ini China selalu melindungi Sudan dari sanksi-sanksi DK PBB

yang di montori oleh Amerika Serikat.19 Sebagai anggota tetap DK PBB, China

memiliki hak veto untuk menolak segala bentuk resolusi yang dikeluarkan oleh

DK PBB yang dinilai hanya dapat merugikan Sudan dan membuat China

kehilangan sumber minyaknya di Sudan dan Sudan Selatan. Terkait konflik yang

baru terjadi antara Sudan dengan Sudan Selatan karena perebutan wilayah

Heglig, China mendapat tekanan dari negara-negara Barat karena China dinilai

tidak mampu menciptakan perdamaian antara Sudan dan Sudan Selatan. Untuk

memperbaiki citranya, China mulai memberikan tekanan kepada Sudan dan

Sudan Selatan agar segera menghentikan konflik dan melaksanakan resolusi PBB

dalam gencatan senjata dan pembicaraan damai kedua negara yang akan diawasi

oleh PBB dan Uni Afrika.20 Namun China juga menambahkan menolak

penggunaan pasal 41 karena pasal ini dapat merugikan kedua negara dengan

diberlakukannya sanksi ekonomi dan diplomatik yang justru akan membuat

kedua negara ini semakin terlibat konflik secala besar. Sikap China didukung

oleh sekutunya di DK tetap PBB yaitu Rusia dimana penggunaan pasal 41

sebagai pasal tambahan hanya akan menguntungkan pihak Barat.21

H. Peran PBB di Sudan Selatan & Sudan

19
Amerika Serikat susun Resolusi untuk Sudan http://arrahmah.com/read/2012/04/27/19741-as-
susun-resolusi-dk-pbb-untuk-konflik-sudan-sudan-selatan.html diakses pada 19 Mei 2012
20
China minta Sudan dan Sudan Selatan Menahan Diri
http://www.rmol.co/read/2012/04/25/61756/Presiden-China-Minta-Sudan-dan-Sudan-Selatan-
Saling-Menahan-Diri- diakses pada 18 Mei 2012
21
China dan Rusia tolak sanksi untuk Sudan dan Sudan Selatan http://www.seruu.com/utama/-
internasional-/artikel/china-dan-rusia-kompak-tolak-sanksi-untuk-sudan-dan-sudan-selatan
diakses pada 18 Mei 2012

29
Sebagai organisasi internasional yang berkewajiban dalam menjaga

perdamaian Internasional, United Nation ( PBB ) memiliki kewajiban untuk

menghentikan konflik yang terjadi di Sudan. Intervensi yang dilakukan PBB

dalam upaya penyelesaian konflik di Sudan mendapat dukungan kuat dari negara-

negara anggota dewan keamanan PBB. Upaya yang telah dilakukan oleh DK

PBB dalam konflik Sudan adalah membuat perjajian damai kedua kelompok

yang bertikai untuk menghentikan segala bentuk pertikaian dan melakukan

gencatan senjata. Perjanjian damai ini dapat diterima oleh Sudan dan kelompok

pemberontakan Sudan Selatan yang sepakat untuk berdamai pada tahun 2005

Untuk menindaklanjuti kesepakatan damai di Sudan Selatan, PBB

menempatkan sekitar 10.000 personil. Sejumlah negara berencana/sudah

membuka konsulat di Juba, Sudan Selatan, termasuk AS (untuk mendukung

kegiatan USAID), Uganda, Kenya, Ethiopia, Congo dan Afrika Selatan. AS

menyatakan mendukung persatuan dan kesatuan Sudan, namun belum mencabut

sanksi ekonominya pada Sudan.

Dalam kaitan masalah Sudan, Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan

sejumlah resolusi:

1. Resolusi 1547 (2004) mengenai pembentukan U.N. Advance Mission in

Sudan (UNAMIS).

2. Resolusi 1556 (2004), yang memerintahkan pemerintah Sudan melucuti

senjata milisi Janjaweed dalam waktu sebulan. Liga Arab bereaksi,

30
meminta agar batas waktu tersebut diperlonggar dan mengingatkan agar

Sudan tidak bernasib seperti Irak.

3. Resolusi 1585 (2005) yang memperpanjang mandat UNAMIS;

4. Resolusi 1591 (Maret 2005) mengenai larangan bepergian dan pembekuan

asset para pejabat Pemerintah dan pihak pemberontak yang diduga terkait

dengan pelanggaran HAM di Darfur.

5. Resolusi 1593 (April 2005) yang memberikan sanksi tambahan untuk

Sudan, antara lain embargo senjata bagi Pemerintah Sudan dan larangan

pesawat Pemerintah Sudan melakukan operasi militer dan mengharuskan

Pemerintah Sudan untuk melapor pada DK-PBB jika ingin mengirimkan

peralatan militer ke wilayah Darfur. Resolusi juga menyangkut pengajuan

tersangka pelanggar HAM ke Mahkamah Internasional. PBB sebelumnya

mengirimkan International Commission of Inquiry on Darfur (Februari

2005).

Selain Resolusi yang dikeluarkan PBB saat konflik Sudan di tahun 2005,

DK PBB juga mengeluarkan resolusi kepada Sudan dan Sudan Selatan ketika

Sudan Selatan resmi menjadi negara merdeka dan memisahkan diri dari Sudan.

Konflik ini dikeluarkan oleh DK PBB karena Sudan dan Sudan Selatan kembali

konflik atas perebutan wilayah Heglig. Khawatir konflik antara Sudan dan Sudan

Selatan bereskalasi menjadi perang besar, 15 anggota Dewan Keamanan PBB

dengan suara bulat mengeluarkan resolusi No. 2046 untuk memaksa kedua negara

31
segera menghentikan perang dan melakukan dialog untuk perdamaian. 22 Dalam

resolusi itu Sudan dan Sudan Selatan harus menghentikan permusuhan dan

gencatan senjata yang akan diawasi oleh Uni Afrika dan DK PBB. Jika pihak

manapun tidak mematuhi resolusi, Dewan Keamanan yang dimotori Amerika

Serikat berniat untuk mengambil tindakan berdasarkan pasal 41 Piagam

PBB. Pasal itu memungkinkan dewan mengambil tindakan non-militer, termasuk

sanksi ekonomi, untuk mendukung keputusannya. Pengunaan pasal ini mendapat

penolakan dari China dan Rusia karena sanksi ini dinilai tidak efektif untuk

menghentikan konflik di Sudan.

Menghadapi desakan dari DK PBB dan China membuat Sudan dan Sudan

Selatan melunak. Kedua negara sepakat untuk melakukan gencatan senjata dan

mulai menarik pasukan militernya dari wilayah sengketa kedua negara. Sudan

secara terang-terangan menyatakan ingin kembali berdialog dengan Sudan Selatan

sedangkan Sudan Selatan belum menyatakan apapun. Keberhasilan PBB dalam

menghentikan konflik antara Sudan dan Sudan Selatan mendapatkan apresiasi

positif dari masyarakat internasional mengingat selama ini PBB selalu gagal

dalam mencegah dan menghentikan konflik yang sering terjadi terutama di

Afrika. Peran PBB dalam menghentikan konflik antar negara sangat penting

karena merupakan tanggung jawab penuh PBB dalam menjaga perdamaian dunia.

PBB selama ini banyak disorot terkait desakan reformasi dalam tubuh DK PBB.

KESIMPULAN

22
Penjatuhan resolusi PBB kepada Sudan dan Sudan Selatan
http://www.voaindonesia.com/content/dk_pbb mengeluarkan_resolusi_untuk sudan-
sudan_selatan/181997.html diakses pada 19 Mei 2012

32
Sudan merupakan sebuah wilayah yang memiliki berbagai keberagaman.

Salah satu keberagaman yang ternyata menjadi sumber konflik yang terjadi di

Sudan selama adalah antara Arab (Sudan Utara) dan warga kulit hitam (Sudan

Selatan). Konflik ini bahkan dapat dikaitkan dengan perang antar agama Islam

dan Kristen. Kebijakan pemerintahan pusat di Khartoum, Sudan Utara yang

melakukan diskriminasi, opresi, pengabaian, bahkan sampai kepada implementasi

hukum dari agama Islam, untuk diterapkan di seluruh negara menjadi beberapa

alasan mengapa peperangan sipil pecah dari awal.

Seiring dengan waktu, bermunculan-lah berbagai gerakan pemberontak

yang berusaha memberi tekanan pada pemerintahan pusat, agar memberikan

keadilan dalam pemutusan kebijakan terutama yang sensitive dengan masalah

agama. Ketidakinginan pemerintahan pusat untuk melakukan rekonsiliasi dengan

pihak pemberontakan telah membawa negara dengan wilayah paling luas di

Afrika ke dalam perang yang berlangsung hampir 50 tahun lamanya.

Berbagai macam perjanjian perdamaian telah disepakati oleh kedua pihak,

namun tidak pernah mampu terealisasi. Adanya akses terhadap minyak bumi,

serta adanya dukungan dari masyarakat local ikut serta berkontribusi dalam

perpanjangan konflik sampai waktu yang begitu lama. Sebuah perdamaian tahun

2005 menghasilkan gencatan senjata, dan memberikan hak kepada rakyat Sudan

Selatan untuk referendum, memilih apakah mereka masih ingin menjadi bagian

dari Sudan, atau ingin separasi (kemerdekaan).

33
Referendum telah menghasilkan kemerdekaan untuk Sudan Selatan, yaitu

Republik Sudan Selatan. Referendum yang telah menghasilkan partisi tersebut

membawa banyak kemungkinan hambatan bagi Sudan dan Sudan Selatan itu

sendiri. Penulis berusaha menganalisa berdasarkan fakta-fakta yang ada, beserta

dari kejadian-kejadian historis, dalam meramalkan kemungkinan-kemungkinan di

masa depan.

Kemungkinan bahwa Sudan Utara (pemerintahan pusat di khartoum) akan

mengalami kejatuhan ekonomi yang drastic, mengingat bahwa salah satu sumber

penghasilan negara yaitu minyak bumi, mayoritas berada di negara Sudan Selatan.

Kehilangan Sudan Selatan bagi sudan itu sendiri sama dengan degradasi negara

dari segi perekonomian, populasi, wilayah, sampai kepada kedaulatan Sudan itu

sendiri. Sudan Selatan di lain pihak juga akan mengalami hambatan, bahkan yang

lebih berat. Adanya tanggung jawab untuk membangun ulang sebuah wilayah

bekas peperangan sipil selama puluhan tahun bukanlah hal yang mudah dicapai.

Pembentukan berbagai mekanisme yang mampu proliferasi perekonomian Sudan

Selatan merupakan hal yang paling penting untuk dikonsiderasikan saat ini.

Kegagalan untuk mencari sumber penghasilan lainnya selain dari minyak bumi,

bisa saja menyeret Sudan Utara ke dalam daftar panjang negara gagal yang ada di

dunia saat ini.

Melalui perjanjian tahun 2005, serta merdekanya Sudan Selatan tidak akan

menjadi jaminan perdamaian pada kedua pihak. Kemungkinan terpecahnya

berbagai konflik di berbagai daerah di Sudan mungkin saja akan menyia-nyiakan

usaha perdamaian yang telah dilakukan dua pihak tersebut selama ini. Daerah

34
Abyei yang terletak di perbatasan antara Sudan Selatan dan Sudan Utara sampai

saat ini belum menemukan solusi terhadap konflik yang terjadi. Konflik yang

pecah di Abyei nyaris membawa Sudan Selatan dan Sudan Utara kembali dalam

peperangan. Beberapa hal seperti pembagian hutang negara Sudan, serta

perjanjian tentang pembagian penghasilan dari minyak bumi akan menghambat

dalam pembentukan negara untuk saat ini.

35
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Deng D. Akol Ruay, The Politics of the Two Sudans, Uppsala: The Scandinavian

Institute of African Studies, 1994

Abdul Rahman Abu Zayed Ahmed, Why the violence?, London: Panos Institute,

1988

Charles Gurdon, Instability and the State: Sudan, London: Macmillan, 1989

John Prendergast, Crisis Response, London: Pluto Pers, 1997

Mohtar Mas’oed, Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisa dan Teorisasi.

Yogyakarta. PAU-SS-UGM, 1989,

Alamat Web :

http://www.voaindonesia.com/content/sudan-selatan-tuduh-sudan-lancarkan-

serangan-udara/920342.html diakses pada 17 Mei 2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Sudan_Selatan diakses pada 17 Mei 2012

http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/04/30/m3akkw-

perbatasan-sudan-selatan-berstatus-darurat diakses pada 17 Mei 2012

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/05/120504_sudan_endfighting.shtm

diakses pada 18 Mei 2012

36
http://www.antaranews.com/berita/308651/khartoum-tuduh-sudan-selatan-

perluas-agresi diakses pada 19 Mei 2012

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/04/120429_sudanheglig.shtml

diakses pada 17 Mei 2012

http://arrahmah.com/read/2012/04/27/19741-as-susun-resolusi-dk-pbb-untuk-

konflik-sudan-sudan-selatan.html diakses pada 17 Mei 2012

http://www.voaindonesia.com/content/dk_pbb_diperkirakan_adopsi_resolusi_sud

an-sudan_selatan/181997.html diakses pada 19 Mei 2012

http://www.dw.de/dw/article/0,,15923924,00.html diakses pada 19 Mei 2012

http://budisansblog.blogspot.com/2012/05/sudan-vs-sudan-selatan.html diakses

pada 19 Mei 2012

http://www.seruu.com/utama/-internasional-/artikel/china-dan-rusia-kompak-

tolak-sanksi-untuk-sudan-dan-sudan-selatan diakses pada 19 Mei 2012

http://www.voaindonesia.com/content/as-kecam-khartoum-atas-serangan-ke-

wilayah-sudan-selatan-122409694/93522.html diakses pada 19 Mei 2012

http://www.antaranews.com/berita/307361/sudan-klaim-tewaskan-400-tentara-

sudan-selatan-di-heglig diakses pada 19 Mei 2012

http://id.berita.yahoo.com/sengketa-minyak-sudan-selatan-minta-tolong-cina-

042059729.html diakses pada 19 Mei 2012

37
http://sozialwerke.wordpress.com/2012/05/09/krisis-sudan-konflik-etnis-yang-

diboncengi-kepentingan-asing/ diakses pada 18 Mei 2012

http://islampos.com/upaya-china-as-mendamaikan-dua-sudan/ diakses pada 18

Mei 2012

http://www.rmol.co/read/2012/04/25/61756/Presiden-China-Minta-Sudan-dan-

Sudan-Selatan-Saling-Menahan-Diri- diakses pada 18 Mei 2012

http://indonews.org/china-seru-dunia-normalisasi-hubungan-dengan-sudan/

diakses pada 18 Mei 2012

http://medan.jurnas.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7824

5:china-minta-sudan-dan-sudan-selatan-tahan-

diri&catid=30:internasional&Itemid=55 diakses pada 18 Mei 2012

38
LAMPIRAN

Peta Negara Republik Sudan Selatan

39
40
Wilayah Sengketa Sudan dan Sudan Selatan

Jalur Pipa Minyak Sudan dan Sudan Selatan

41
42
Garis Batas Wilayah Sudan dan Sudan Selatan Berdasarkan Pembagian

Wilayah Kolonial Inggris pada 1 Januari 1956

43

Anda mungkin juga menyukai