Anda di halaman 1dari 10

1.

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tempat tinggal adalah salah satu kebutuhan primer yang harus terpenuhi
untuk kelangsungan hidup manusia. Selanjutnya, seiring perkembangan
waktu,manusia bertumbuh dengan sangat cepat yang berbanding lurus dengan
meningkatnya kebutuhan akan tempat tinggal, dan semakin beragamnya jenis
kegiatan manusia mengharuskan manusia untuk tidak bisa lagi menetap ditempat
asalnya, namun harus berpindah ke tempat lain untuk kelangsungan pekerjaannya.
Oleh karena itu dibutuhkan seatu tempat tinggal yang bisa dihunisecara massal
untuk para pendatang tersebut, demi terciptanya suatu tatanan perkotaan dan
penduduk yang ideal dan Rumah Susun Sewa dapat menjadi salah satu solusinya.
Dalam hal ini dibutuhkan struktur yang memadai dan aman sesuai peraturan
standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung (SNI 03-
1726-2002), disebutkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang sebagian
besar wilayahnya berada pada zona 4, 5 dan 6 yang merupakan wilayah dengan
resiko gempa tinggi. Oleh karena itu, diperlukan suatu proses perencanaan struktur
yang mampu menahan gaya gempa rencana. Proses perencanaan struktur tersebut
tidak lepas dari peraturan – peraturan yang mendukung yang berlaku di Indonesia,
seperti SNI 03-2847-2012, untuk bangunan konstruksi yang direncanakan
menggunakan beton bertulang.
Berkaca pada efek gempa bumi yang terjadi di Indonesia yang mengakibatkan
kerusakan sarana dan prasarana penting, bahkan menimbulkan banyak korban jiwa
serta kerugian materi yang tidak sedikit. Maka dalam perencanaan suatu bangunan
konstruksi sebaiknya tidak hanya mementingkan aspek keindahan arsitektur, tetapi
harus memperhatikan juga aspek keselamatan para penghuni didalamnya. Salah
satu aturan perencanaan untuk mendirikan bangunan adalah bangunan tersebut
harus mampu menahan beban gempa yang ada, tidak terjadikerusakan berat pada
struktur jika terkena beban gempa, karena pada dasarnya prinsip bangunan tahan
gempa adalah boleh terjadi kerusakan pada bangunan tersebut, tetapi tidak pada
elemen struktur, atau paling tidak kerusakan atau keruntuhan bangunan tersebut
diperlambat agar para penghuni didalamnya mempunyai waktu untuk

1
mengevakuasi diri dan dapat menjaga keamaan jiwa. Untuk itu diperlukan
assessment terhadap suatu bangunan konstruksi yang telah ada, agar dapat
dievaluasi kerentanannya sehingga dapat diketahui apakah bangunan tersebut
masih layak digunakan dan mampu menahan gaya gempa yang mungkin akan
terjadi.
Kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar-tingkat
akibat pengaruh gempa rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya pelelehan baja
danperetakan beton yang berlebihan, disamping untuk mencegah kerusakan non-
struktur dan ketidaknyamanan penghuni. Suatu struktur dikatakan memenuhi
persyaratan kinerja yang baik apabila struktur tersebut memiliki kapasitas untuk
menahan gaya gempa sedemikian hingga perilakunya sesuai dengan kriteria
perencanaan yang telah ada. Untuk menentukan kapasitas yang melewati batas
elastis diperlukan analisis non-linier. Analisis statik nonlinier pushover merupakan
prosedur analisis untuk mengetahui perilaku keruntuhan suatu bangunan terhadap
gempa.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah dari analisis pembangunan Gedung Rusunawa Jateng ini
antara lain sebagai berikut:
a. Bagaimana cara menentukan kinerja bangunan?
b. Berapa gaya gempa rencana untuk bangunan menggunakan Respons
Spektrum SNI 1726-2012?
c. Bagaimana hasil penilaian kinerja struktur dari Analisa Pushover?
d. Bagaimana perilaku struktur akibat penambahan gaya lateral secara bertahap?

1.3 TUJUAN
Tujuan dari analisis yang dilakukan pada proyek Gedung Rusunawa Jateng
yaitu sebagai berikut :
a. Untuk memperkirakan gaya maksimum dan deformasi yang terjadi serta
untuk memperoleh informasi bagian mana saja yang kritis. Selanjutnya dapat
diidentifikasi bagian-bagian yang memerlukan perhatian khusus untuk
pendetailan atau stabilitasnya.

2
b. Untuk menggambarkan perilaku permodelan3 dimensi berupa beban statik
non-linear dengan program kmputer SAP 2000. Selain itu mengetahui tingkat
pelayanan.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


a. Memberikan informasi atau rekomendasi baik kepada owner, perencana
maupun pelaksana mengenai kinerja struktur pada Gedung Rusunawa Jateng.
b. Memberikan pengetahuan tentang Analisis Pushover.

1.5 BATASAN PENELITIAN


Penelitian ini perlu adanya batasan penelitian agar tidak terlalu luas dan tidak
menyimpang dari rumusan masalah, antara lain sebagai berikut:
a. Penelitian ini dilakukan pada proyek pembangunan Pembangunan Gedung
Rusunawa Jateng Tembalang Semarang.
b. Analisis pada penelitian ini menggunakan metode analisis Pushover dengan
objek penelitian berupa struktur Gedung Rusunawa.
c. Proses penerapan analisis Pushover terdiri dari lima tahap yaitu tahap
informasi, tahap kreatif, tahap analisis, tahap pengembangan, dan tahap
rekomendasi.
d. Menggunakan aplikasi SAP2000 untuk pemodelan 3D dan sebagai aplikasi
analisis data.
e. Penelitian ini menggunakan data-data proyek konstruksi berupa data tanah,
Detail Engineering Design (DED), Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).

2. TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN TEORI
Menurut Wiryanto Dewobroto (2006), pada perencanaan tahan gempa
berbasis kinerja (performance-based seismic design) merupakan proses yang dapat
digunakan untuk perencanaan bangunan baru maupun perkuatan (upgrade)
bangunan yang sudah ada , dengan pemahaman yang realistik terhadap resiko

3
keselamatan (life), kesiapan pakai (occupancy) dan kerugian harta benda
(economic loss) yang mungkin terjadi akibat gempa yang akan datang.

Gambar 2.1 Ilustrasi Rekayasa Gempa Berbasis Kinerja


Proses perencanaan tahan gempa berbasis kinerja dimulai dengan membuat
model rencana bangunan kemudian melakukan simulasi kinerjanya terhadap
berbagai kejadian gempa. Setiap simulasi memberikan informasi tingkat kerusakan
(level of damage), ketahanan struktur, sehingga dapat memperkirakan berapa besar
keselamatan (life), kesiapan pakai (occupancy) dan kerugian harta benda
(economic loss) yang akan terjadi. Perencana selanjutnya dapat mengatur ulang
resiko kerusakan yang dapat diterima sesuai dengan resiko biaya yang dikeluarkan.
Hal penting dari perencanaan berbasis kinerja adalah sasaran kinerja
bangunan terhadap gempa dinyatakan secara jelas, sehingga pemilik, penyewa ,
asuransi, pemerintahan atau penyandang dana mempunyai kesempatan untuk
menetapkan kondisi apa yang dipilih, selanjutnya ketetapan tersebut digunakan
insinyur perencana sebagai pedomannya.
Sasaran kinerja terdiri dari kejadian gempa rencana yang ditentukan
(earthquake hazard) , dan taraf kerusakan yang diijinkan atau level kinerja
(performance level) dari bangunan terhadap kejadian gempa tersebut. Mengacu
pada FEMA-273 (1997) yang menjadi acuan klasik bagi perencanaan berbasis
kinerja maka kategori level kinerja struktur , adalah : • Segera dapat dipakai (IO =
Immediate Occupancy),
• Keselamatan penghuni terjamin (LS = LifeSafety),
• Terhindar dari keruntuhan total (CP = Collapse Prevention).
Gambar 1 menjelaskan secara kualitatif level kinerja (performance levels) FEMA
273 yang digambarkan bersama dengan suatu kurva hubungan gayaperpindahan

4
yang menunjukkan perilaku struktur secara menyeluruh (global) terhadap
pembebanan lateral. Kurva tersebut dihasilkan dari analisa statik non-linier khusus
yang dikenal sebagai analisa pushover, sehingga disebut juga sebagai kurva
pushover. Sedangkan titik kinerja (performance point) merupakan besarnya
perpindahan titik pada atap pada saat mengalami gempa rencana, dapat dicari
menggunakan metoda yang akan dijelaskan pada bab berikutnya.
Selanjutnya diatas kurva pushover dapat digambarkan secara kualitatif
kondisi kerusakan yang terjadi pada level kinerja yang ditetapkan agar awam
mempunyai bayangan seberapa besar kerusakan itu terjadi. Selain itu dapat juga
dikorelasikan dibawahnya berapa prosentase biaya dan waktu yang diperlukan
untuk perbaikan. Informasi itu tentunya sekedar gambaran perkiraan, meskipun
demikian sudah mencukupi untuk mengambil keputusan apa yang sebaiknya harus
dilakukan terhadap hasil analisis bangunan tersebut.Penelitian ini menganalisis
kerentanan gedung beton bertulang yang menjadi objek studi. Dilakukan dengan
memodelkan bangunan beton bertulang ke dalam program bantu SAP 2000.
Struktur dianalisis kekuatan penampangnya secara elastis, kemudian dianalisis
beban seismiknya dengan program bantu pushover analysis. Nilai displacement dan
base shear yang dihasilkan dari analisis tersebut akan diidentifikasi kedalam
kategori level kondisi bangunan yang terdapat pada peraturan, peraturan yang
digunakan untuk mengidentifikasi berpedoman pada SNI-1726-2012 dan FEMA
273.
Yanuar Haryanto (2015) melakukan penelitian tentang kinerja model struktur
gedung lima lantai pada kondisi tanah keras di wilayah Banyumas akibat beban
gempa SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-1726-2012, yang dilakukan dengan analisis
beban dorong (pushover). Hasil kajian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
gaya geser dasar sebesar 1,48% pada model struktur gedung saat tercapai titik
kinerja (performance point). Displacement yang terjadi mengalami peningkatan
sebesar 19,61% sedangkan daktilitas mengalami penurunan sebesar 43,14%.
Kinerja model struktur gedung tidak mengalami perubahan yaitu tetap pada level
Immediate Occupancy dimana tidak terdapat kerusakan yang berarti pada struktur,
kekuatan dan kekakuannya kira-kira hampir sama dengan kondisi sebelum gempa.
Komponen nonstruktur masih berada ditempatnya dan sebagian besar masih

5
berfungsi jika utilitasnya tersedia. Gedung dapat tetap berfungsi dan tidak
terganggu dengan masalah perbaikan.
Rizcky, Vicky. (2014) melakukan penelitian tentang Evaluasi Kinerja
Gedung Beton Bertulang Dengan Pushover Analysi Akibat Beban Gempa Padang
dengan analisis Pushover merupakan sebuah sarana untuk memberikan solusi
berdasarkan Performance Based Seismic Design yang pada intinya adalah mencari
kapasitas struktur. Tahap pertama pengevaluasian adalah melakukan evaluasi atau
kontrol kapasitas penampang setelah itu melakukan analisis beban seismik atau
analisis Statik Nonlinier (Pushover), dengan program bantu SAP2000. Dari hasil
analisis pushover dapat dilihat level kerusakan yang terjadi sehingga dapat
dilakukan assessment kerusakan gedung. Penelitian berpedoman pada SNI-1726-
2002 dan FEMA 273 berdasarkan hasil perhitungan numerik yang dilakukan
melalui analisis pushover, maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan gempa yang
terjadi berada dalam range antara 100% sampai dengan 120% dari kekuatan gempa
rencana, hal ini dapat dibuktikan melalui data-data yang didapatkan dari hasil
dokumentasi keadaan bangunan pasca gempa dilapangan yang menunjukan bahwa
kondisi bangunan pasca gempa berada dalam kategori IO (Immediate Occupancy
Level). Tidak ada kerusakan yang berarti pada struktur, dimana kekuatan dan
kekakuannya kira-kira hampir sama dengan kondisi sebelum gempa. Komponen
non-struktur masih berada ditempatnya dan sebagaian besar masih berfungsi jika
utilitasnya tersedia. Bangunan dapat tetap berfungsi dan tidak terganggu dengan
masalah perbaikan.
Yunalia Muntafi (2013) melakukan penelitian tentang Evaluasi Kinerja
Bangunan Gedung Dpu Wilayah Kabupaten Wonogiri Dengan Analisis Pushover
Gedung DPU empat lantai di wilayah Wonogiri didesain berdasarkan SNI T-15-
1991-03. Analisis statik nonlinier (pushover analysis) dengan konsep Performance
Based Earthquake Engineering (PBEE) merupakan pilihan yang tepat dan relatif
mudah dalam mengevaluasi kinerja seismiknya. Penelitian bertujuan menghasilkan
kurva kapasitas (pushover curve), titik kinerja (performance point) dan mengetahui
tahap-tahap terbentuknya sendi plastis (skema kelelehan) sampai gedung tersebut
runtuh. Metode penelitian menggunakan prosedur B analisis pushover metode
capacity spectrum ATC 40. Analisis perhitungan dilakukan dengan memberikan

6
pola beban lateral statik pada struktur dan meningkatkan faktor pengali secara
bertahap sampai satu target perpindahan lateral dari suatu titik acuan tercapai. Hasil
analisis menunjukkan gaya lateral maksimum sebesar 594,0694 ton terjadi pada
step-8 pushover analysis. Berdasarkan performance point, gaya geser dasar Vt =
345,3610 ton, displacement pada step ke-3 sebesar 0,0760m > 0,037m (Dt), kinerja
struktur tidak melewati LS (life safety), maksimum total drift = 0,0021 dan
maksimum inelastik drift = 0,00155. Hal ini menunjukkan bahwa gedung yang
ditinjau termasuk dalam level kinerja Immediate Occupancy (IO), sehingga bila
terjadi gempa, gedung hanya mengalami sedikit kerusakan struktur dan nonstruktur,
sehingga bangunan aman dan dapat langsung dihuni kembali.

3. METODE PENELITIAN

LOKASI PROYEK
Secara geografis rencana Pembangunan Gedung Rusunawa Jateng 2018 berada di
kecamatan Tembalang, Semarang. Gambar lokasi proyek pebangunan gedung ini dapat
dilihat pada Gambar 4.1. yaitu sebagai berikut :

LOKASI

Gambar 4.1 Lokasi Proyek


(Sumber : https://www.google.com/maps/ tanggal akses 07-10-2018 Pukul 15:05
WIB)

3.2 DATA PROYEK


Data proyek merupakan kumpulan data-data perencanaan dan
perancangan yang menjadi pedoman serta acuan untuk membangun
bangunan. Dalam studi, objek merupakan bangunan bertingkat tinggi yang
berfungsi sebagai tempat tinggal dengan data bangunan dibawah ini:

7
a Lokasi : Jalan Ngesrep Timur, Tembalang, Semarang.
b Luas Bangunan : 819,18 m2/lantai
c Jumlah Lantai : 8 lantai.
d Tinggi Bangunan : 30 m
e Fungsi Bangunan : Tempat Tinggal.
f Jenis Struktur : Struktur Beton Bertulang
g Mutu Bahan
1) Mutu Beton (f’c) : 25 Mpa
2) Berat jenis beton : 2400 kg/m3
3) Elastisitas beton, Ec : 4700√f’c
4) Baja Tulangan Deform (BJTD) U40

3.3 BAGAN ALIR PENELITIAN


Proses penelitian ini ditampilkan dalam sebuah diagram alir metodologi yang
dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini :
MULAI

Pengumpulan Data dan Studi Literatur

Pemodelan Struktur 3D

No Pembebanan dan Analisis Struktur Linear

Kontrol Disain

Yes

Analisis Struktur dengan Metode Pushover Analysis

Evaluasi Kinerja Struktur

Analisis Kerusakan Struktur Pasca Gempa

Kesimpulan

SELESAI

Gambar 5.1 Langkah kerja penelitian

8
4. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memahami lebih dalam mengenai laporan Tugas Akhir dengan judul
“Evaluasi Kinerja Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa Dengan Analisis
Pushover (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Gedung Rusunawa Jateng
Tembalang Semarang)” maka uraian yang tertera pada laporan tugas akhir ini
dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut:
1. BAB 1 PENDAHULUAN yang berisi latar belakang, rumusan masalah,
batasan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
2. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA yang berisi tentang teori-teori yang diambil
dari studi literatur hasil publikasi penelitian terdahulu, jurnal terkait, buku,
standar atau aturan dasar mengenai tema dari penelitian ini.
3. BAB 3 METODE PENELITIAN yang memuat tentang objek penelitian, waktu
penelitian, jadwal penelitian, dan bagan alir proses penelitian.
4. BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN yang memuat tentang pengolahan
data serta pembahasan dari hasil analisis data.
5. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN yang memaparkan tentang kesimpulan
yang berhubungan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian pada bab
sebelumnya.

5. JADWAL KERJA PRAKTIK

Pengamatan dan penyusunan laporan kerja praktik dilaksanakan mulai bulan


Januari – April 2019 dan penyusunan dengan jadwal sebagai berikut :
Januari Februari Maret April

Tahap Kegiatan Minggu ke -

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

Penyusunan Proposal
Pengurusan izin
administrasi
Pengumpulan Data

Analisis Data
Penyusunan Laporan

9
DAFTAR PUSTAKA

Rizcky, Vicky. 2014. Evaluasi Kinerja Gedung Beton Bertulang Dengan


Pushover Analysis Akibat Beban Gempa Padang. Surabaya.

Standar Nasional Indonesia, 2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa


Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1726- 2012, Badan Standar Nasional
Indonesia, Jakarta

Dewobroto, W. 2006. Evaluasi Kinerja Bangunan Baja Tahan Gempa dengan


Analisa Pushover.

Febriana dan Wisnumurti, Analisis Pushover Untuk Performance Based Design.


Universitas Brawijaya, Malang.

10

Anda mungkin juga menyukai