Anda di halaman 1dari 1

Refleksi

Setelah menelaah buku Kronologi Kematian yang Telah Diramalkan saya sadar bahwa buku
setebal kurang lebih serratus halaman ini mampu membuat otak saya berputar takjub. Kepiawaian
seorang Gabriel Garcia Marquez dalam mengolah kata dan mengolah kalimat mampu membuat
pembaca menahan napas sembari menelaah makna yang terkandung di dalamnya. Pantas saja
Beliau memenangkan nobel Sastra, karena karya-karyanya termasuk Kronologi Kematian yang
Telah Diramalkan mampu memberikan kesan yang begitu dalam.

Saya kebetulan memiliki kesempatan untuk memberikan presentasi mengenai buku ini dalam
sudut pandang agama. Saya dan satu orang lagi, Marvin dari Eswatini, berhasil mempresentasikan
makna-makna yang terkandung dalam buku ini dalam sudut pandang agama. Kami takjub sekali
melihat bagaimana buku ini bisa terkesan misterius namun di sisi lain terlihat sangat religius. Mulai
dari kisah penyaliban Yesus, lalu kisah Saint Peter dan Saint Pablo serta kisah peperangan yang
melibatkan Spanyol dan Italia: setidaknya itu yang kami tafsirkan dari novel ini.

Hal yang kedua yang patut dikomentari adalah konsep mengenai keperawanan dan kehormatan.
Seperti di Indonesia, keperawanan seorang wanita adalah mahal harganya seolah-olah diibaratkan
seperti piring kaca yang bersih dari debu. Ketika piring tersebut ‘jatuh’ dan ‘pecah berkeping-
keping’ tampaknya sangat mustahil sekali untuk memperbaikinya kembali: begitulah analogi yang
selalu digambarkan oleh orang tua kepada anak perempuannya. Dengan kata lain, konsep
keperawanan khususnya di Indonesia sangat diagungkan namun di waktu yang bersamaan
memiliki nilai tabu untuk dibicarakan. Lalu, adanya kesamaan dengan konsep keperawanan yang
ada dalam buku membuat saya berpikir bahwa setidaknya meskipun memiliki budaya dan agama
yang berbeda tetapi ketika membicarakan konsep keperawanan seorang wanita, nampaknya
Indonesia dan Columbia memiliki hal yang sama.

Terakhir, saya sangat menikmati ketika membaca buku ini, saya bisa menggali lebih dalam gaya
penulisan Gabriel Garcia Marquez tentang bagaimana ia memadukan gaya jurnalisme dalam
bukunya yang akan saya jelaskan dalam esai saya nanti. Saya berharap saya bisa membaca buku
Gabriel Garcia Marquez yang lainnya karena saya percaya, terutama buku ini, bersifat candu bagi
pembacanya, sekali membaca, akan terus membacanya berkali-kali.

Anda mungkin juga menyukai