s_sudigdo@yahoo.com Taxonomy of health system standards (Ashton, 2002)
Clinical practice guidelines
PLUS – Clinical pathways Must be: – Protocols # Evidence-based # Periodically – Procedures revised – Algorithms – Standing orders The jungle of terms Standar pelayanan, standar pelayanan kedokteran, standar pelayanan kesehatan, standar prosedur operasional, prosedur operasional standar, standar profesi, standar fasilitas, standar pelayanan medis, pedoman pelayanan medis, panduan pelayanan medis, panduan praktik klinis, prosedur baku, etc etc. Juliet Capulet: What’s in a name? A rose by any other name would smell as sweet
The Merchant of Venice –
W. Shakespeare Terminology Referring to Ashton (2002): Taxonomy of Health System Standards – National Clinical Guidelines / Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) – Clinical Practice Guideline / Panduan Praktik Klinis (PPK) which may be accompanied by: • Clinical pathway • Algorithm • Protocol • Procedure • Standing orders. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) PNPK adalah penyataan yang dibuat secara sistematis yang didasarkan pada bukti ilmiah (scientific evidence), untuk membantu dokter dll. tentang tata laksana penyakit atau kondisi klinis yang spesifik. Sinonim: clinical guidelines, clinical practice guidelines, practice parameters. Dalam pustaka istilah Clinical Guidelines digunakan baik pedoman yang bersifat nasional/global, maupun lokal Dalam dokumen ini: – dokumen yang dibuat oleh kelompok pakar koordinasi Kemenkes disebut sebagai Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK), – yang telah diadaptasi sesuai dengan fasilitas setempat disebut sebagai Panduan Praktik Klinis (PPK). Bilakah perlu dibuat PNPK? PNPK diperlukan bila: – jumlah kasusnya banyak (high volume) – mempunyai risiko tinggi (high risk) – cenderung memerlukan biaya tinggi (high cost) terutama bila terdapat variasi yang luas di antara para praktisi untuk penanganan kasus yang sama. Karakteristik PNPK Sahih / valid, evidence-based Reproducible Cost-effective Representatif, seringkali multidisiplin Dapat diterapkan dalam praktik Fleksibel Jelas Terjadwal untuk dilakukan revisi Dapat digunakan untuk audit klinis Proses pembuatan PNPK Pemilihan dan penentuan topik – Kemenkes menulis surat kepada organisasi profesi, RS pendidikan, RS besar – Seleksi awal – Yang terpilih dilengkapi secara rinci alasan topik tersebut dipilih, pakar-pakar yang diusulkan, perkiraan proyek akan selesai, dll – Penentuan prioritas Proses pembuatan PNPK Pembentukan Panel Pakar PNPK – Kemenkes membentuk panel pakar • Organisasi profesi • Akademisi • Pakar lain – Dalam rapat pertama: • Maksud pembuatan PNPK • Format PNPK (lihat Lampiran xx) • Cara kerja, termasuk time-table • Penentuan Ketua, Wakil Ketua, Sekr, Staf Proses pembuatan PNPK Pembuatan draft dan Rapat-rapat – Draft awal PNPK dibuat oleh Ketua & Staf – Draft awal dikembangkan bersama oleh seluruh anggota panel dengan mekanisme yang disepakati, termasuk komunikasi melalui email. – Rapat Panel tiap bulan untuk membahas perkembangan pembuatan draft PNPK – Selesai dalam waktu 3-4 kali pertemuan draft – Pleno dengan KUK, serahkan ke Dirjen Format PNPK (dapat dimodifikasi bila perlu) Judul Daftar tabel, singkatan, istilah, sambutan dll. Ringkasan eksekutif Latar belakang – Pembenaran mengapa diperlukan PNPK – Pertanyaan klinis Metode – Strategi pencarian bukti, kata kunci, database, dll – Kriteria inklusi dan eksklusi – Peringkat bukti – Derajat rekomendasi Hasil dan diskusi Simpulan dan rekomendasi Daftar pustaka Lampiran Tampilan PNPK
Tampilan PNPK dibakukan, dengan sampul
yang menunjukkan pengesahan dari Kementerian Kesehatan serta organisasi profesi yang terlibat dalam pembuatan PNPK.
Para pakar yang langsung terlibat dalam
pembuatan PNPK dicantumkan sebagai kontributor. Examples of Clinical Practice Guidelines ∞ American Association of Clincal Endocrinologists. Medical Guideline for Clinical Practice for the Management of Diabetes Mellitus. 67 halaman, ratusan rujukan (dibuat terpisah per topik bahasan). http://www.aace.com/pub/pdf/guidelines/DMGuidelines2007 American Academy of Pediatrics. Clinical Practice Guideline: Diagnosis and Evaluation of the Child With Attention- Deficit/Hyperactivity Disorder. 13 halaman, 60 rujukan. http://aappolicy.aappublications.org/cgi/reprint/pediatrics;105 /5/1158.pdf ACC/AHA 2008 Guidelines for the Management of Adults With Congenital Heart Disease: Executive Summary. 49 halaman, 202 rujukan. http://circ.ahajournals.org/cgi/reprint/118/23/2395 Americal College of Cardiology / American Heart Association (2002): Guideline update for the management of chronic stable angina. 136 halaman, 1053 rujukan. MOH Malaysia. Clinical Practice Guidelines Management of Dengue Fever in Children, 2005. 22 halaman, 33 rujukan. http://www.acadmed.org.my Malaysian Society of Neurosciences, Academy of Medicine Malaysia, Ministry of Health Malaysia. Clinical practice guidline. Management of stroke. 37 halaman, 150 rujukan. http://www.acadmed.org.my Singapore MOH Clinical Practice Guideline 2004. Management of atrial fibrillation. 70 halaman total, 83 rujukan. http://www.moh.gov.sg/cpg Diagnosis, Treatment, and long-term management of Kawasaki disease. A scientific statement for health professionals from the American Heart Association. 73 halaman, 410 Rujukan. Circulation. 2017;135:00–00. DOI: 10.1161 2015 ESC/ERS Guidelines for the diagnosis and treatment of pulmonary hypertension. European Heart Journal (2016) 37, 67–119. 52 hal, 456 rujukan. doi:10.1093/eurheartj/ehv317. Japanese guidelines for childhood asthma 2017. 15 halaman, 52 rujukan. Allergology Internat. (2017) 190e204. Panduan Praktik Klinis (PPK) PPK adalah istilah teknis sebagai pengganti istilah SPO (standar prosedur operasional) yang digunakan dalam UUPK 2004 PNPK harus diterjemahkan sesuai dengan kondisi dan fasilitas setempat menjadi PPK Terutama karena perbedaan fasilitas yang amat lebar antar fasyankes Tidak diperlukan untuk negara yang: – Geografi kecil – Fasilitas lebih kurang sama – Sistem rujukan bagus Panduan Praktik Klinis (PPK)
Bila tersedia PNPK, PPK dibuat dengan
rujukan utama PNPK Karena PNPK hanya dibuat untuk sebagian kecil penyakit, maka sebagian besar PPK dibuat dengan rujukan lain Panduan Praktik Klinis (PPK)
PPK dapat sama/berbeda di RS yang beda:
– PPK untuk DBD tanpa syok, mungkin bersifat sama, di rumah sakit tipe, A, B, C, D. – Di RS tipe A, PPK untuk PJB dari Dx sampai bedah, di RS tipe A yang lain hanya Dx lalu rujuk – Di RS tipe B clinical pathway untuk stroke melibatkan bedah saraf, di RS B yang lain tidak Jadi PPK bersifat hospital specific. Tujuan PPK Meningkatkan kualitas pelayanan Mengurangi intervensi yang tidak perlu Memberikan opsi pengobatan terbaik Memberikan opsi terapi dengan risiko terkecil Tata laksana dengan biaya yang memadai PPK untuk penyakit yang umum Untuk penyakit yang tidak dibuat PNPK, atau yang PNPK-nya belum ada, staf medis membuat PPK dengan: – mengacu pustaka mutakhir/PNPK negara lain – panduan profesi / direktorat Kemenkes – buku ajar, kesepakatan para staf medis Di RSU: PPK penyakit-penyakit terbanyak untuk setiap departemen, sedangkan untuk RS rujukan: PPK untuk penyakit-penyakit tiap subdisiplin Pembuatan PPK dikoordinasi oleh Komite Medis setempat dan berlaku setelah disahkan oleh Direksi. Isi PPK 1. Pengertian 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan fisis 4. Prosedur diagnostik 5. Diagnosis banding 6. Pemeriksaan penunjang 7. Terapi 8. Edukasi 9. Prognosis 10. Pustaka Perangkat untuk pelaksanaan PPK Dalam PPK mungkin perlu rincian langkah demi langkah: – Stroke iskemik: tata laksana multidisiplin dan dengan pemeriksaan serta intervensi dengan urutan tertentu. Karakteristik penyakit ini sesuai untuk dibuat alur klinis (clinical pathway) – Gagal ginjal kronik perlu hemodialisis. Uraian rinci tentang hemodialisis dimuat dalam protokol hemodialisis pada dokumen terpisah. – Kejang demam kompleks perlu dilakukan pungsi lumbal prosedur pungsi lumbal – Kejang demam perlu pemberian diazepam rektal segera oleh perawat bila dokter tidak ada; ini diatur dalam “standing order”. Clinical Pathway (CP) CP = critical pathway, care pathway, care map, integrated care pathways, multidisciplinary pathways of care, pathways of care, collaborative care pathways. CP merinci apa yang harus dilakukan pada kondisi klinis tertentu. CP = rencana tata laksana hari demi hari dengan standar pelayanan yang sesuai. CP bersifat multidisiplin sehingga semua dapat menggunakan format yang sama. Perkembangan pasien dapat dimonitor setiap hari, baik intervensi maupun outcome-nya. CP paling layak untuk penyakit multidisiplin, dan perjalanan klinisnya dapat diprediksi (pada >70% kasus). Perjalanan menyimpang ∞ varian Apakah semua penyakit perlu CP? Tidak. Di RSU hanya 30% dirawat dengan CP, selebihnya dirawat dengan usual care. CP hanya efektif dan efisien apabila dilaksanakan untuk penyakit atau kondisi kesehatan yang perjalanannya predictable, khususnya bila memerlukan perawatan multidisiplin. Apakah CP dibuat untuk memperoleh rincian biaya? Tidak. CP, seperti semua jenis PPK harus patient-oriented CP tidak dibuat untuk memperoleh rincian biaya perawatan, dengan konsekuensi dibuatnya secara dipaksakan CP untuk semua jenis penyakit CP mungkin dapat menjadikan biaya perawatan menjadi lebih murah CP juga dapat menjadi masukan untuk program lain yang menyangkut pembiayaan, misalnya ”diagnostic related group” (DRG), INA-CBG, BPJS Algoritme Algoritme merupakan format tertulis berupa flowchart dari pohon pengambilan keputusan. Dengan format ini dapat dilihat secara cepat apa yang harus dilakukan pada situasi tertentu. Algoritme merupakan panduan yang efektif dalam beberapa keadaan klinis tertentu misalnya di ruang gawat darurat atau instalasi gawat darurat. Bila staf dihadapkan pada situasi yang darurat, dengan menggunakan algoritme ia dapat melakukan tindakan yang cepat untuk memberikan pertolongan. Protokol Protokol = panduan tata laksana untuk kondisi tertentu. Misalnya dalam PPM disebutkan bila pasien mengalami gagal napas perlu pemasangan ventilasi mekanik. Protokol pemasangan ventilasi mekanik: dari pemasangan endotracheal tube, mengatur konsetrasi oksigen, kecepatan pernapasan, pemantauan, apa yang harus diperhatikan, pemeriksaan berkala apa yang harus dilakukan, dan seterusnya. Dalam protokol harus termasuk siapa yang dapat melaksanakan, komplikasi yang mungkin timbul dan cara pencegahan atau mengatasinya, kapan suatu intervensi harus dihentikan, dan seterusnya. Prosedur Prosedur merupakan uraian langkah-demi- langkah untuk melaksanakan tugas teknis tertentu. Prosedur dapat dilakukan oleh perawat (misalnya cara memotong dan mengikat talipusat bayi baru lahir, merawat luka, suctioning, pemasangan pipa nasogastrik), atau oleh dokter (misalnya pungsi lumbal atau biopsi sumsum tulang). Standing orders Standing orders adalah suatu set instruksi dokter kepada perawat atau profesional kesehatan lain untuk melaksanakan tugas pada saat dokter tidak ada di tempat. Standing orders dapat diberikan oleh dokter pada pasien tertentu, atau secara umum dengan persetujuan komite medis. Contoh: perawatan pascabedah tertentu, pemberian antipiretik untuk demam, pemberian antikejang per rektal untuk pasien kejang, defibrilasi untuk aritmia tertentu. Bagaimana dokter menerapkan PPK PPK harus diterapkan secara individual. PPK bersifat rekomendasi atau advis, tidak harus diterapkan pada semua pasien Harus ditulis eksplisit disclaimer/penyangkalan – PPK dibuat untuk ’average patients’. – PPK dibuat untuk penyakit tunggal. – Respons pasien terhadap prosedur diagnostik dan terapeutik sangat bervariasi. – PPK dianggap valid pada saat dicetak. – Praktik kedokteran modern mengharuskan kita mengakomodasi apa yang dikehendaki oleh keluarga dan pasien. Siapa yang menetapkan? Orang yang paling berwenang menilai secara komprehensif keadaan pasien adalah dokter yang bertugas merawat. Dialah yang akhirnya menentukan untuk memberikan atau tidak memberikan obat atau prosedur sesuai dengan PPK. Bila ia tidak melaksanakan apa yang ada dalam PPK, ia harus menuliskan alasannya dengan jelas dalam rekam medis, dan siap untuk mempertanggungjawabkan. Bila ini tidak dilakukan maka ia dianggap lalai melakukan kewajibannya kepada pasien. If it is not written down, it didn’t happen Tambahan disclaimer: These guidelines are not intended to serve as a standard of medical care. (MOH Singapore) … RWH provides these as a service and does not warrant the accuracy of these guidelines (RWH, Melb) ..… The CPGs do not necessarily represent the views of all the clinicians in the RCH (RCH, Melb). The recommendations contained in these guidelines do not indicate an exclusive course of action, or serve as a standard of medical care (RCH Melb). … these guidelines are intended as a guide purposes only and do not replace or remove clinical judgment or the professional care and duty necessary for each specific patient case (Qld CGL) Format dan Revisi PPK Format bervariasi, terserah kesepakatan Dianjurkan sederhana, user friendly Contoh: RCH, RWH Melbourne – Tanpa sitasi – Rujukan terbatas, ada yang tanpa rujukan – Tanpa levels of evidence dan degrees of recommendations – Ada yang hanya berisi link untuk dirujuk Revisi periodik, yang ideal setiap 2 tahun PNPK Literatur: Artikel asli Terutama untuk penyakit yang banyak, Meta-analisis mahal, risiko, bervariasi dalam praktik PNPK (asing) Dibuat oleh pakar multidisiplin Buku ajar, etc Ideal, terkini, evidence-based, canggih Panduan profesi, Direktorat Dikoordinasi Kemenkes, disahkan Menkes Kesepakatan staf medis Diterjemahkan ke fasyankes menjadi:
Standar Prosedur Operasional = PPK
Dapat + Sesuai dengan Pathways Dapat dilakukan Jenis dan strata Algoritme tanpa (hospital specific) Protokol menunggu PNPK Prosedur Standing orders Ringkasan PNPK dibuat oleh pakar, koordinasi Kemenkes Standar prosedur operasional (SPO) adalah istilah administratif, digunakan dalam UUPK. Dalam tataran teknis disebut sebagai PPK PPK dibuat oleh staf medis, kordinasi Komite Medis PPK dapat disertai pathway, algoritme, protokol, prosedur, standing order Terima kasih