Anda di halaman 1dari 2

Warga muslim Pakistan buat rantai manusia lindungi

gereja

Sekitar 200 sampai 300 orang saling berpegangan tangan membentuk rantai manusia di luar Gereja
Santo Anthony di Kota Lahore, Pakistan, untuk menunjukkan rasa solidaritas mereka kepada para
korban serangan bom bunuh diri di Gereja All Saints di Kota Peshawar dua pekan lalu, yang
mengakibatkan lebih dari seratus orang meninggal. Serangan dua bom bunuh diri di Gereja All Saints itu
terjadi usai Misa Minggu, dan diyakini sebagai serangan paling mematikan terhadap warga Kristen di
Pakistan.

Sambil berdiri di halaman kecil Gereja Santo Anthony, Mufti Muhammad Farooq menyampaikan
khotbahnya dengan mengutip beberapa ayat suci Alquran yang mengajarkan sikap toleransi dan hormat
terhadap mereka yang berkeyakinan lain. Pendeta Nasir Gulfam terlihat berdiri di samping dia setelah
memberikan pelayanan kebaktian di dalam gereja selama dua jam, seperti dilansir surat kabar the
Express Tribune,Senin(7/10/2013).

Kedua pemuka agama itu berdiri dan saling merangkul bahu mereka masing-masing serta bergandengan
tangan sebagai bagian dari rantai manusia yang dibentuk di luar gereja. Tindakan itu tidak hanya
ditujukan sebagai rasa solidaritas, tetapi juga untuk mengirim pesan, 'Satu Bangsa, Satu Darah'.

Sebagai bagian dari upaya untuk membuat lebih peka kepada masyarakat luas, langkah membuat rantai
manusia ini menjadi acara kedua setelah tindakan serupa juga diselenggarakan di Kota Karachi pada
pekan lalu di luar Katedral Santo Patrick yang diprakarsai oleh sebuah organisasi menamakan diri
mereka 'Pakistan Untuk Semua', yakni sebuah perkumpulan warga yang prihatin atas meningkatnya
serangan terhadap kaum minoritas.
"Para teroris telah menunjukkan kepada kita apa yang mereka lakukan pada hari Minggu. Dan di sini kita
menunjukkan kepada mereka apa yang kita lakukan pada hari Minggu. Kita bersatu," kata Muhammad
Jibran Nasir, penyelenggara yang juga menyerukan acara itu di media sosial.

Nasir, yang datang dari Karachi, untuk membentuk rantai manusia beserta kelompoknya, telah bekerja
untuk mendukung kebutuhan bagi kerukunan antar umat beragama.

"Saya tidak melihat adanya alasan mengapa politisi kita dan para pemimpin kita tidak datang dari rumah
mereka, meninggalkan rumah-rumah mewah mereka yang aman dan berdiri dalam solidaritas sebagai
sesama manusia," ujar Nasir.

Mariam Tariq, yang menghadiri kebaktian dengan putrinya, turut bergabung dalam rantai manusia.
"Kami telah kehilangan begitu banyak orang yang kita kasihi selama beberapa tahun ini," ujar dia sambil
meneteskan air mata.

Anda mungkin juga menyukai