SEKRETARIAT JENDERAL
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
REPUBLIK INDONESIA
2015
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan kinerja ini disusun sebagai wujud dan tekad Sekretariat Jenderal Kementerian
Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dalam melaksanakan kewajiban sebagaimana
diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Tahun 2015, merupakan tahun pertama Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan
Tinggi melaksanakan Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019 sejak bergabungnya
Kementerian Riset dan Teknologi dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi menjadi
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Sesuai dengan Peraturan Menteri Riset
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Riset Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Sekretariat Jenderal
mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi, pelaksanaan tugas, pembinaan, dan
pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Untuk dapat menjalankan tugas dan fungsi, Sekretariat Jenderal menetapkan visi, misi,
tujuan dan sasaran strategis organisasi. Masing-masing sasaran strategis yang ditetapkan
mempunyai indikator kinerja sebagai alat untuk mengukur tingkat ketercapaiannya, yang
setiap tahun indikator kinerja diukur tingkat ketercapaiannya.
Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
merupakan tanggung jawab semua instansi pemerintah dalam rangka mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik (good governance). Oleh karenanya Kementerian Riset, Teknologi
dan Pendidikan Tinggi terus menggelorakan gerakan Reformasi Birokrasi sebagai suatu
keharusan, dan mengupayakan birokrasi pemerintah menjadi lembaga yang efisien, transparan
dan akuntabel.
ttd
Ainun Na’im
Laporan kinerja Sekretariat Jenderal tahun 2015 ini menjelaskan tentang pengukuran
kinerja dan evaluasi serta pengungkapan yang memadai dari hasil analisis terhadap pengukuran
kinerja tahun 2015. Tujuan penyajian laporan kinerja ini adalah untuk memberikan informasi
kinerja yang terukur kepada Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi atas kinerja
yang telah dan seharusnya dicapai, dan sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi
Sekretariat Jenderal untuk meningkatkan kinerjanya.
Selain itu Sekretariat Jenderal secara administratif membina tiga pusat yaitu:
Jenis Kelamin
No Unit Kerja Jumlah
Pria Wanita
1 SEKRETARIAT JENDERAL 139 96 235
Sekretaris Jenderal 1 1
Biro Perencanaan 15 13 28
Biro SDM 38 29 67
Biro Keuangan dan Umum 57 23 80
Biro Hukum dan Organisasi 20 13 33
Biro Kerjasama dan Komunikasi Publik 8 18 26
2 PUSAT DATA DAN INFORMASI IPTEK DAN 21 7 28
DIKTI
3 PUSAT ILMU PENGETAHUAN DAN 284 38 322
TEKNOLOGI
4 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 24 8 32
TOTAL 468 149 617
Layanan
Kegiatan Pendidikan Total Proporsi
Umum
Tugas Fungsi Sekretariat Jenderal 252.319.654.000 111.982.234.000 364.301.888.000 12,5%
Pembinaan dan Pengembangan
13.677.764.000 13.677.764.000 0,5%
Humas dan Hukum
Peningkatan Kualitas Perencanaan,
Kegiatan dan Anggaran, Penjalinan
16.242.104.000 16.242.104.000 0,6%
Kerja Sama dan Evaluasi Pencapaian
Kinerja
Peningkatan dan Pengelolaan Urusan
127.702.805.000 127.702.805.000 4,4%
Umum
Pengelolaan Data dan Informasi Iptek 5.468.250.000 5.468.250.000 0,2%
Pengembangan Jaringan Penyedia
.397.000 792.397.000 0,0%
Dengan Pengguna Iptek
Pengembangan Jaringan Penyedia
4.522.731.000 4.522.731.000 0,2%
Iptek Dengan Internasional
Pengembangan Sistem Legislasi Iptek 1.945.954.000 1.945.954.000 0,1%
Pengembangan Kawasan Penelitian
81.967.649.000 81.967.649.000 2,8%
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya 111.982.234.000 111.982.234.000 3,9%
Ditjen Pendidikan Tinggi
Layanan Tridharma di Perguruan
1.726.952.793.000 1.726.952.793.000 59,4%
Tinggi (BOPTN)
Tunjangan Kinerja 816.092.362.000 816.092.362.000 28,1%
Total 252.319.654.000 2.655.027.389.000 2.907.347.043.000 100,0%
Dari sisi jenis belanja, paling besar dialokasikan untuk belanja barang sebesar 67%,
belanja pegawai 31%, dan belanja modal 2%.
52 BELANJA
BARANG
67%
3. Bab. II – Perencanaan dan Perjanjian Kinerja, Rencana Strategis, Arah Kebijakan dan
Strategi, dan Perjanjian Kinerja 2015.
Misi Sekretariat Jenderal merupakan sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh
unit organisasi Sekretariat Jenderal dalam upaya untuk mewujudkan visi. Dengan pernyataan
misi yang telah ditetapkan, diharapkan seluruh unsur Sekretariat Jenderal dan pihak yang
berkepentingan dapat mengetahui dan mengenal keberadaan dan peran Sekretariat Jenderal
dalam penyelenggaraan pemerintahan negara.
Misi Sekretariat Jenderal telah disusun secara jelas dan sesuai dengan tugas dan
fungsinya, juga terkait dengan kewenangan yang dimilikinya sesuai peraturan perundang-
Kriteria dalam penentuan misi Sekretariat Jenderal antara lain adalah: (i) sejalan dengan
upaya pencapaian visi Sekretariat Jenderal, (ii) sebagai penjabaran dari Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 - 2019 serta tugas yang dibebankan oleh
undang-undang, (iii) menggambarkan tindakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
Sekretariat Jenderal.
Dalam rangka mencapai Visi dan Misi, maka Visi dan Misi tersebut dirumuskan ke dalam
bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa perumusan tujuan strategis (strategic goals)
yang harus dicapai adalah:
Tujuan strategis tersebut kemudian dijabarkan dalam sasaran strategis sesuai dengan
permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan dalam kurun waktu 2015-2019. Sasaran
strategis tersebut adalah:
Dalam rangka efisiensi, efektivitas, dan penajaman hasil-hasil kerja Sekretariat Jenderal
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, manajemen program berupa:
perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan pelaporan kegiatan disempurnakan menjadi
manajemen kinerja (hasil kerja) berupa: perencanaan kinerja, pelaksanaan kinerja, pengukuran
kinerja, pengendalian kinerja dan pelaporan kinerja sebagaimana diperlihatkan pada Gambar
1. Penyempurnaan ini dilakukan, agar kerja berubah dari pendekatan/cara pandang yang
berorientasi proses/kegiatan (process oriented) menuju manajemen kinerja yang berorientasi
hasil/kinerja (output/outcome oriented). Untuk itu, hal-hal yang berkaitan dengan hasil kerja
seperti tujuan, sasaran, target, capaian, indikator kinerja utama (IKU) menjadi titik-tolak
manajemen, yang dirumuskan secara seksama, jelas dan akurat serta ditetapkan.
Dalam hal pengendalian kinerja, Sekretariat Jenderal Kementerian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi terus melakukan perbaikan. Dari PK 2015 yang telah ditandatangani, telah
dibuat penjabaran lebih lanjut ke dalam suatu rencana aksi yang lebih detail dan dimanfaatkan
sebagai instrumen untuk memantau dan mengevaluasi kemajuan kinerja secara periodik
(triwulan). Sehubungan dengan hal tersebut terus dikembangkan sistem monitoring dan
evaluasi dalam rangka pemantauan dan evaluasi kinerja program, realisasi capaian fisik dan
anggaran unit kerja (SIMonev).
Pengndalian
Kinerja
Capaian
Kinerja
Pengukuran Evaluasi
Kinerja Kinerja
Realisasi
Persentase Capaian = x 100%
Rencana
Dengan membandingkan antara realisasi dan rencana, maka dapat dilihat jumlah
persentase pencapaian pada masing-masing indikator kinerja utama. Dengan diketahui capaian
kinerja, maka dapat dianalisis faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan, yang
selanjutnya dapat dipetakan kekurangan dan kelemahan realisasi dan rencana kegiatan,
kemudian ditetapkan strategi untuk meningkatkan kinerja dimasa yang akan datang.
Untuk mengukur capaian masing-masing IKU dilakukan secara umum yakni melalui data
capaian kinerja dan pengukuran dengan kondisi riil yang ada. Sedangkan analisis capaian
masing-masing IKU diupayakan disampaikan secara rinci dengan mendefinisikan alasan
penetapan masing-masing IKU; cara mengukurnya; capaian kinerja yang membandingkan
tidak hanya antara realisasi kinerja dengan target, tetapi pembandingan dengan tahun
sebelumnya, dan pada akhir periode Renstra; disertai dengan data pendukung berupa tabel,
foto/gambar, grafik, dan data pendukung lainnya.
a. Perencanaan Kinerja
1) Menetapkan Renstra Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2015-2019
dengan Permenristekdikti No. 13 Tahun 2015. Pada dokumen Renstra tersebut
tercantum Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Program, beserta target-target Indikator Kinerja
Sasaran Strategis (IKSS), Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator Kinerja
Kegiatan (IKK).
3) Selain itu dalam rangka menindaklanjuti rekomendasi hasil evaluasi atas akuntabilitas
kinerja tahun 2015, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sedang
melakukan reviu Renstra 2015-2019, dan Indikator Kinerja Utama (IKU) 2015-2019.
b. Pengukuran Kinerja
Pada dokumen Renstra Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2015-2019
tercantum indikator kinerja sasaran meliputi Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS),
Indikator Kinerja Sasaran Program (IKP) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK).
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi mengupayakan pengukuran atas
target-target yang direncanakan dengan menetapkan Indikator Kinerja Sasaran Strategis
(IKSS) dan Indikator Kinerja Sasaran Program (IKP) yang berorientasi hasil (outcome)
dan diformalkan dalam Keputusan Menteri.
c. Pelaporan Kinerja
Penyajian informasi capaian kinerja dalam Laporan Kinerja (LAKIP) secara terus menerus
diperbaiki dan ditingkatkan antara lain melalui Capaian Kinerja dengan IKU yang terukur.
Dalam Laporan LAKIP ini juga terus ditingkatkan kualitasnya diantaranya
d. Evaluasi Kinerja
Mengembangkan dan mengimplementasikan Sistem Monitoring dan Evaluasi (SIMonev),
dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam sistem perencanaan di
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Sistem ini dikembangkan secara
online, dalam rangka pemantauan dan evaluasi kinerja program, realisasi capaian fisik dan
anggaran unit kerja dan satuan kerja mandiri. Hal ini dilakukan untuk memberikan
keyakinan yang memadai bagi pimpinan atas pelaksanaan program dan kegiatan
dilapangan.
SIMonev telah disosialisasikan kepada unit kerja dan satuan kerja di pusat dan daerah, dan
telah dilakukan launching pada tanggal 14 Desember 2015 oleh Menristekdikti yang
dihadiri para Rektor PTN. SIMonev ini telah terintegrasi dengan aplikasi OM SPAN
Kementerian Keuangan sehingga realiasasi anggaran dapat diketahui secara real time.
Selain itu, SIMonev juga akan diintegrasikan dengan aplikasi SMART Kementerian
Keuangan dalam rangka pengukuran dan evaluasi kinerja atas pelaksanaan RKA-K/L.
e. Capaian Kinerja
Dalam rangka meningkatkan kualitas penerapan SAKIP dan peningkatan kinerja,
Sekretariat Jenderal Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi juga sedang
menyusun Peraturan Menteri tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP) di Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Tabel 4. Indikator Kinerja Sekretariat Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Tahun 2015
Capaian kinerja Sasaran Strategis tercermin pada capaian Indikator Kinerja Utama
(IKU). Dari tabel diatas menunjukkan capaian IKU Sekretariat Jenderal Kementerian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi Tahun 2015, bahwa secara umum target berhasil dipenuhi,
bahkan terdapat capaian yang melebihi target yang telah ditentukan, walaupun beberapa
indikator kinerja belum mencapai target. Secara lebih detil capaian indikator kinerja utama
dijelaskan dalam analisis capaian kinerja sebagai berikut:
Efisiensi perencanaan anggaran diukur dengan teknik spending review, yaitu alat
untuk mengevaluasi kinerja anggaran pemerintah. Fokus utamanya adalah untuk efisiensi
anggaran. Spending Review secara lugas menyebut angka yang harus dihemat karena
terdapat inefisiensi anggaran. Hasilnya direkomendasikan untuk pelaksanaan anggaran
pemerintah tahun berikutnya agar lebih efektif dan efisien. Spending Review dilakukan
dalam rangka untuk mengetahui potensi ruang fiskal pada tahun anggaran berikutnya
sehingga potensi tersebut dapat dipergunakan untuk menambah alokasi dana yang menjadi
prioritas nasional seperti pembangunan infrastruktur.
Sesuai dengan hasil Spending Review yang dilakukan Kementerian Keuangan kepada
Kemenristekdikti pada tahun 2015, telah ditemukan inefisiensi sebesar 0,006% dari total
keseluruhan pagu Kemenristekdikti sehingga tingkat efisiensi anggaran sebesar 99,99%.
Hasil ini lebih besar dibandingkan target pada tahun 2015 sebesar 90%. Inefisiensi yang
terjadi salah satunya akibat perencanaan anggaran yang belum dibuat dengan baik. Masih
banyak yang membuat perencanaan anggaran mengikuti dari tahun anggaran sebelumnya
kemudian ditambah berapa persen. Akibatnya terjadi pemborosan anggaran ataupun
anggaran yang tidak terpakai karena bukan merupakan kebutuhan tahun bersangkutan.
Contoh inefisiensi yang terjadi adalah masih adanya penggunaan biaya yang melebihi
standar biaya. Hal ini dikarenakan pembuat anggaran tidak berpedoman pada standar biaya
yang telah ditetapkan Kementerian Keuangan setiap tahunnya. Contoh lainnya yaitu adanya
duplikasi anggaran, dimana untuk kegiatan yang sama dilakukan beberapa kali.
1) Banyaknya konsinyering yang pesertanya sedikit sehingga lebih baik diganti dengan
Rapat Dalam Kantor (RDK) saja, termasuk penyusunan laporan tidak perlu
konsinyering.
2) Peserta RDK hanya berhak mendapatkan uang saku RDK. Uang transport diberikan
kepada peserta rapat yang tidak berada dalam satu kompleks perkantoran dimana RDK
diselenggarakan.
Untuk mengurangi tingkat inefisiensi pada tahun mendatang yang perlu dilakukan
adalah:
1) Lebih mencermati lagi dalam penggunaan satuan biaya sehingga tidak terjadi kesalahan
besaran biaya maupun penggunaan satuan dalam perhitungan anggaran;
PREDIKAT CC B B B B
Sesuai data evaluasi kinerja di atas, selama lima tahun terakhir nilai akuntabilitas
kinerja Kemenristekdikti mengalami naik turun. Namun begitu tingkat akuntabilitas kinerja
Kemenristekdikti tetap berada pada predikat “B” (Baik, perlu sedikit perbaikan).
Dibandingkan dengan tahun 2014, nilai akuntabilitas kinerja Kemenristekdikti pada tahun
2015 mengalami penurunan. Ada beberapa catatan hasil evaluasi oleh Kementerian PAN
RB atas implementasi SAKIP Kemenristekdikti yaitu:
2) Belum sempurnanya aplikasi keuangan dan kinerja yang ada sehingga mampu
mengintegrasikan informasi keuangan dan kinerja serta memudahkan penggunaannya;
3) Belum adanya pedoman implementasi akuntabilitas kinerja dan evaluasi kinerja yang
dapat digunakan untuk penilaian dan rekomendasi atas akuntabilitas kinerja masing-
masing Eselon l/unit utama;
1) Mereviu kembali Rencana Strategis (Renstra), Perjanjian Kinerja (PK) dan Indikator
Kinerja Utama (IKU) yang merepresentasikan Kementerian Riset dan Teknologi
setelah digabungkan dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dengan selanjutnya
memperbaiki rumusan sasaran strategis dan indikator kinerja Kementerian kemudian
menjabarkan (cascade down) kedalam berbagai sasaran strategis dan indikator kinerja
di Renstra Eselon I bahkan hingga para pejabat eselon III dan IV. Kemudian
meneruskan performance cascade ini hingga kinerja individu masing-masing pegawai;
b) Selain itu dalam rangka menindaklanjuti rekomendasi hasil evaluasi atas akuntabilitas
kinerja tahun 2015, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sedang
melakukan reviu Renstra 2015-2019, Perjanjian Kinerja 2016, dan Indikator Kinerja
Utama (IKU) 2015-2019.
Disamping itu dari 142 satuan kerja tersebut, 11 (sebelas) diantaranya merupakan
Satker baru yang mengelola dana DIPA baru pada tahun anggaran 2015 ini,
sehingga pada saat menyusun laporan keuangan belum didukung oleh SDM yang
cukup memadai baik dalam pengelolaan maupun dalam menyusun laporan keuangan.
Selain itu Pagu Anggaran/DIPA yang dikelola oleh Eselon I Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan merupakan pecahan dari Pagu Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, hal ini menyebabkan
adanya kelambatan dalam melakukan rekonsiliasi terhadap realisasi anggaran secara
keseluruhan. Selain itu pemecahan pagu ini menyebabkan kesalahan pada bagian
perencanaan sehingga banyak Pagu yang masih negatif dan telat untuk dilakukan
perubahan.
Selain itu juga terdapat nilai negatif pada Persediaan Belum Diregister. Hal ini terjadi
karena pembelian persediaan menggunakan belanja yang langsung menjadi beban
dan bukan membentuk persediaan. Kesalahan belanja ini dikarenakan akun belanja
yang membentuk persediaan merupakan akun baru dan tidak semua Satuan Kerja
memiliki DIPA untuk akun baru tersebut. Solusi sementara yang digunakan adalah
3. Sistem Akuntansi Akrual masih belum dipahami dengan baik oleh banyak operator
SAIBA pada unit kerja. Hal ini mengakibatkan pencatatan akuntansi dengan sistem
akrual belum dilaksanakan secara penuh.
Oleh karena itu terhadap permasalahan tersebut dilakukan upaya antara lain:
d. Sistem Promosi terbuka untuk pengisian jabatan pimpinan tinggi secara nasional juga
telah dilakukan di Kemenristekdikti.
b. Pengintegrasian implementasi seluruh kebijakan, prosedur dan aplikasi yang selama ini
sudah berjalan dengan baik pada ex-Kementerian Riset dan Teknologi dan ex-
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi ke dalam lingkup Kemenristekdikti belum
sepenuhnya dilakukan;
d. Peta Proses Bisnis belum terjabarkan dalam semua Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang ada, hal ini disebabkan karena proses integrasi sistem dari dua unit yang
berbeda yaitu ex-Kementerian Riset dan Teknologi dan ex-Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi.
a. Memotivasi seluruh PNS di lingkungan Kementerian agar memiliki pola pikir (mind
set), serta budaya kerja (culture set) sesuai harapan pelaksanaan Reformasi Birokrasi
di lingkungan Kemenristekdikti;
d. Menetapkan peta proses bisnis yang sesuai dengan tugas dan fungsi untuk seluruh unit
organisasi, kemudian dijabarkan ke dalam prosedur operasional tetap (SOP) dan
disesuaikan dengan perkembangan tuntutan efisiensi serta efektivitas birokrasi;
h. Menindaklanjuti hasil survey Indeks Kepuasan Pelayanan dan Indeks Persepsi Anti
Korupsi dengan menyempurnakan kualitas pelaksanaan kegiatan pada area pelayanan
publik dan pengawasan;
Beberapa capaian kinerja pada administrasi kepegawaian tahun anggaran 2015 antara lain:
Pagu belanja Sekretariat Jenderal Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
dalam DIPA 2015 yang digunakan untuk mendukung pencapaian sasaran strategis
sebagaimana ditetapkan dalam penetapan kinerja kementerian tahun 2015 adalah sebesar
Rp 2.907.347.043.000,-. Dari pagu anggaran terssebut untuk mencapai target yang ditetapkan
terserap sebesar Rp 2.380.444.848.847,- sehingga persentase daya serap anggaran Sekretariat
Jenderal Kemenristekdikti tahun 2015 adalah sebesar 81,9% yang rinciannya sebagaimana
dalam tabel berikut.
Tabel 14. Realisasi Anggaran Sekretariat Jenderal Tahun 2015
Dari sisi jenis belanja, realisasi Sekretariat Jenderal Kemenristekdikti tahun 2015 untuk
belanja pegawai persentase realisasi anggaran sebesar 63,1%, belanja barang sebesar 93,4%,
dan belanja modal sebesar 29,3%.
Beberapa kendala dalam rangka pencapaian kinerja optimal antara lain proses penataan
organisasi pasca penggabungan Kementerian Riset dan Teknologi dengan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi yang berlangsung lama. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi ditetapkan berdasarkan Permenristekdikti Nomor 15
Tahun 2015 tanggal 15 Mei 2015. Sedangkan pengisian jabatan mulai Eselon I, II, III sampai
Eselon IV baru rampung tanggal 15 Oktober 2015. Oleh karena itu diperlukan upaya dan kerja
keras seraya melakukan konsolidasi dan sinergi pada semua lini, sehingga semua target-target
yang diperjanjikan semaksimal mungkin dapat terealisasi.
Secara umum target-target sasaran yang tercermin dalam Indikator Kinerja Utama (IKU)
berhasil dicapai. Untuk dapat mencapai target capaian indikator outcome yang telah
diperjanjikan dalam Perjanjian Kinerja (PK), Sekretariat Jenderal Kementerian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi kedepan akan berupaya meningkatkan fungsi koordinasi,
pelaksanaan kebijakan dan meningkatkan efektivitas instrumen kebijakan yang ada. Hal ini
dimaksudkan agar pencapaian outcome bisa disinergikan dengan kebijakan dan program dari
Kementerian/Lembaga terkait dan stakeholder.
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi berkomitmen dan bekerja keras
untuk selalu meningkatkan kinerja dan mensukseskan reformasi birokrasi. Untuk ini
Sekretariat Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dituntut berperan
serta mewujudkan aparatur yang bersih, kompeten, dan melayani serta membangun tata kelola
pemerintahan yang baik dan bersih.
Kegiatan Anggaran
Pembinaan dan Pengembangan Humas dan Hukum 13.677.764.000
Peningkatan Kualitas Perencanaan, Kegiatan dan Anggaran, Penjalinan Kerja Sama dan Evaluasi Pencapaian Kinerja 16.242.104.000
Peningkatan dan Pengelolaan Urusan Umum 127.702.805.000
Pengelolaan Data dan Informasi Iptek 5.468.250.000
Pengembangan Jaringan Penyedia Dengan Pengguna Iptek 792.397.000
Pengembangan Jaringan Penyedia Iptek Dengan Internasional 4.522.731.000
Oktober 2015
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Sekretaris Jenderal
ttd ttd