B. Kompetensi Dasar
1.2 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan
menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam memahami, menerapkan, dan
menganalisis informasi lisan dan tulis melalui teks cerita sejarah, berita, iklan,
editorial/opini, dan cerita fiksi dalam novel
2.4 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, peduli, dan santun dalam menggunakan bahasa
Indonesia untuk memaparkan editorial/opini tentang konflik sosial, politik, ekonomi,
kebijakan publik, dan lingkungan hidup
3.1 Memahami struktur dan kaidah teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan
cerita fiksi dalam novel baik melalui lisan maupun tulisan
3.2 Membandingkan teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan cerita fiksi
dalam novel baik melalui lisan maupun tulisan
3.3 Menganalisis teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan cerita fiksi dalam
novel baik melalui lisan maupun tulisan
4.1 Menginterpretasi makna teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan cerita
fiksi dalam novel baik secara lisan maupun tulisan
D. Materi Pembelajaran
1. Teks editorial/opini (halaman 6 dan 25)
2. Struktur teks editorial/opini (pernyataan pendapat, argumentasi, pernyataan ulang
pendapat)
3. Ciri kaidah teks editorial/opini
- adverbial frekuensi
- konjungsi
- verba material, relasional, dan mental
- kosakata yang jarang digunakan dalam keseharian
4. Isi teks editorial/opini
- topik
-masalah
- tujuan
- fakta
- opini/pandangan penulis
- kalimat utama
Menanya
3. Peserta didik bertanya secara lisan
tentang struktur, ciri kaidah bahasa
dalam teks editorial/opini.
4. Peserta didik lainnya menjawab,
menanggapi, atau memberikan komentar.
Mengumpulkan Informasi
5. Secara berkelompok peserta didik
menemukan persamaan struktur dalam
dua teks editorial yang didapatkan dari
media massa atau media elektronik.
6. Secara berkelompok peserta didik
menemukan persamaan ciri kaidah
bahasa dalam kedua teks editorial yang
didapatkan dari media massa atau media
elektronik.
7. Secara berkelompok peserta didik
menemukan perbedaan struktur yang
terdapat dalam kedua teks editorial/opini
8. Secara berkelompok peserta didik
menemukan perbedaan ciri kaidah
bahasa yang terdapat dalam kedua teks
editorial/opini
Mengasosiasi
9.Peserta didik secara berkelompok
menata persamaan struktur dari dua teks
editorial/opini yang telah ditemukan
dalam diskusi kelompok.
10. Peserta didik secara berkelompok
menata persamaan ciri kaidah dari dua
teks editorial/opini yang telah
ditemukan dalam diskusi kelompok.
11. Peserta didik secara berkelompok
menata perbedaan struktur dari dua
teks editorial/opini yang telah
ditemukan dalam diskusi kelompok.
12. Peserta didik secara berkelompok
menata perbedaan ciri kaidah dari dua
teks editorial/opini yang telah
ditemukan dalam diskusi kelompok.
13. Peserta didik secara berkelompok
menyimpulkan persamaan struktur dan
ciri kaidah kedua teks editorial/opini.
14. Peserta didik secara berkelompok
menyimpulkan perbedaan struktur dan
ciri kaidah bahasa yang digunakan
dalam kedua teks editorial/opini.
Mengomunikasikan
15. Secara bergantian peserta didik
mempresentasikan persamaan dan
perbedaan struktur dan ciri kaidah dari
kedua teks editorial/opini
16. Kelompok lain menanggapi kelompok
yang maju ke depan
Kegiatan 1. Peserta didik menyimpulkan materi 15
Penutup yang telah dipelajari
2. Peserta didik melakukan penilaian
pembelajaran.
3. Peserta didik saling memberikan
umpan balik hasil penilaian
pembelajaran yang telah dicapai.
4. Peserta didik merefleksi pembelajaran
yang telah berlangsung
Pertemuan ketiga (2 JP)
Langkah Sintak Model Alokasi
Pembelajaran Pembelajaran Deskripsi Waktu
Kegiatan Saintifik 1. Peserta didik merespons salam 10
Pendahuluan Discovery 2. Peserta didik merespons pertanyaan guru
Learning yang berhubungan dengan pembelajaran
sebelumnya.
3. Peserta didik menerima informasi
tentang keterkaitan pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
4. Peserta didik menerima informasi
kompetensi, materi, indikator, manfaat,
dan langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
5. Peserta didik membentuk kelompok,
masing-masing 4 orang
2. Instrumen penilaian
a. Pertemuan pertama
1) Penilaian Sikap
Instrumen Penilaian Observasi
No. Nama Menggunakan Mengungkapkan Mendengarka Santun dalam Nilai
peserta Bahasa pendapat n pendapat menyanggah
didik Indonesia tentang isi teks orang lain pendapat
dalam diskusi editorial/opini dalam diskusi orang lain
sebagai dengan jujur tentang isi dalam
ungkapan rasa teks berdiskusi
syukur. editorial/opini
dengan serius.
1. Aliya V v v v SB
2. Berni V v v B
3. Dedy V v C
4. Edi v K
2) Penilaian Pengetahuan
b. Pertemuan kedua
1)Penilaian Sikap
c. Pertemuan ketiga
1) Penilaian sikap
Instrumen Penilaian Observasi
No. Nama Menggunakan Mengungkapkan Mendengarka Santun dalam Nilai
peserta Bahasa pendapat n pendapat menyanggah
didik Indonesia tentang isi teks orang lain pendapat
dalam diskusi editorial/opini dalam diskusi orang lain
sebagai dengan jujur tentang isi dalam
ungkapan rasa teks berdiskusi
syukur. editorial/opini
dengan serius.
1. Anita V v v v SB
2. Bella V v v B
3. Desi V v C
4. Elia v K
2) Penilaian Pengetahuan
b. Pengayaan
Peserta didik yang sudah tuntas diberi tugas lain untuk memperdalam materi yang
sudah dipelajarinya
3. Kunci dan Pedoman Penskoran
a. Kunci
(terlampir)
Pertemuan pertama
Penilaian Pengetahuan
Keterangan
Contoh
Nilai = 7 = 3,5 = B+
2
Pertemua kedua
Penilaian Pengetahuan
Keterangan
Nilai = Perolehan skor
Jumlah soal
Contoh
Nilai = 12 = 3 = B
4
Pertemuan ketiga
b. Penilaian Pengetahuan
Contoh
Nilai = 6 = 3 = B
2
c.Penilaian Keterampilan
Keterangan
Contoh
Nilai = 33 = 3,7 = A-
9
Teks editorial/opini
1. Indonesia adalah surga sekaligus kisah nyata, bukan isapan jempol belaka atau
romantisme dari masa lalu. Ada begitu banyak tempat indah yang tersembunyi dan masih
perawan. Sayangnya, tempat- tempat itu belum digarap serius sebagai tujuan wisata.
Jangankan membuat program wisata yang kreatif, membangun prasarananya saja kerap
tidak dilakukan pemerintah.
2. Dalam beberapa tahun terakhir, bahkan keindahan sejumlah tempat terancam oleh
eksploitasi alam yang salah dan serakah. Padahal, dengan pariwisata, daerah bisa
mendapatkan penghasilan sekaligus memelihara alam selingkungannya.
3. Di kepulauan Togean, Sulawesi Tengah, ironi itu terpampang nyata. Kepulauan itu
memiliki pantai-pantai molek, laut yang bening dan tenang, serta ikan berwarna-warni
yang menyelinap di antara terumbu karang indah. Menjelang senja, matahari menjadi bola
merah yang ditelan laut jingga. Namun, di sana juga berlangsung perusakan alam yang
kerap didukung para politikus. Mereka datang hanya pada saat kampanye untuk
memancing suara, bahkan mempersilakan para nelayan mengebom terumbu karang.
Keinginan pemerintah pusat menjadikannya sebagai taman nasional ditentang justru oleh
pemerintah daerah.
4. Di Mentawai, Sumatera Barat, lain lagi yang terjadi. Kepulauan ini memiliki ombak
terbaik untuk berselancar. Di dunia ini hanya ada tiga tempat yang memiliki barrel—
ombak berbentuk terowongan— yang dapat ditemui sepanjang waktu: Hawaii, Haiti, dan
Mentawai. Namun, pemerintah daerah seolah-olah tidak berdaya di sana. Resor tumbuh
menjamur, tetapi kontribusi mereka kepada ekonomi daerah amat minimal. Mungkin ini
merupakan bentuk “protes” mereka kepada pemerintah daerah yang tidak serius
membangun prasarana wisata di sana.
7. Kesadaran menjaga alam dan mengembangkan potensi wisata justru datang dari operator
wisata. Di Togean, seorang pemilik resor harus membayar nelayan secara berkala agar
mereka tidak memburu ikan dengan bom. Ia berupaya menyadarkan masyarakat tentang
arti penting keindahan alam di halaman rumah mereka. Di Hulu Bahau, Kalimantan
Utara, seorang ketua adat besar berhasil menyadarkan masyarakat untuk menjaga hutan.
Bersama lembaga seperti WWF, masyarakat di sana mengembangkan wisata sungai dan
rimba.
9. Selama ini pemerintah hanya menjual Bali dan Bali, atau—kalau mau dikatakan agak
berpandangan luas sedikit—bergesernya pun paling-paling hanya ke Yogyakarta dan
Danau Toba. Padahal tempat-tempat itu tidak perlu “dijual” lagi dan sebaiknya dibiarkan
jalan sendiri. Berapa banyak peminat wisata yang tahu, misalnya, bahwa Teluk Meranti,
Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, di pertemuan antara Selat Malaka, Laut Cina
Selatan, dan arus surut Sungai Kampar, terdapat “bono”, tidal bore yang dirindukan para
selancar sungai, dan diakui sebagai yang terbaik di dunia.
10. Indonesia memang surga sekaligus kisah nyata. Di tangan para pemangku kepentingan
terletak tanggung jawab merayakannya.
Sumber: http://idtraveling.net/2014/07/29/fenomena-7-hantu-seven-ghost-gelombang- bono-teluk-meranti/