Anda di halaman 1dari 9

p-ISSN 2655-0288, VOLUME 2, NOMOR 1, JANUARI 2019

HUBUNGAN TEKNIK ASEPTIK PERAWAT DENGAN KEJADIAN FLEBITIS


PADA PASIEN YANG TERPASANG INFUS DI RUANG RAWAT INAP RUMAH
SAKIT UMUM GMIM PANCARAN KASIH MANADO

Grace Irene Viodyta Watung


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Graha Medika Kotamobagu

ABSTRAK

Flebitis yaitu infeksi oleh mikroorganisme yang dialami oleh pasien yang diperoleh
selama dirawat di rumah sakit diikuti dengan manifestasi klinis yang muncul sekurang-
kurangnya 3x24 jam. Flebitis disebabkan oleh jenis cairan, vena lokasi pemasangan, teknik
aseptik yang salah dan lama hari pemasangan. Penelitian ini bertujuan mengetahui
hubungan teknik aseptic dengan kejadian flebitis pada pasien di Ruang Rawat Inap RSU
GMIM Pancaran Kasih Manado.
Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan menggunakan
pendekatan cross sectional yang dilakukan pada pasien yang terpasang infus dan
berlangsung selama 3 bulan. Variabel bebas yaitu teknik aseptik sedangkan variabel terikat
adalah kejadian flebitis. Data primer yang digunakan berjumlah 84 pasien yang terpasang
infus. Data diolah dan dianalisis secara univariat, bivariat dengan uji chi square.
Hasil analisis univariat pasien yang terpasang infus di Ruang Rawat Inap RSU GMIM
Pancaran Kasih Manado menunjukkan bahwa teknik aseptik pada umumnya baik 53,6%;
sebagian besar pasien tidak mengalami flebitis 66,7%. Hasil analisis bivariat menunjukkan
teknik aseptic (p=0,003) berhubungan dengan kejadian flebitis pada pasien yang terpasang
infus.
Kesimpulan penelitian ini adalah teknik aseptic perawat di Ruang Rawat Inap RSU
GMIM Pancaran Kasih Manado pada umumnya baik, pasien yang terpasang infus di Ruang
Rawat Inap pada umumnya tidak flebitis; teknik aseptic berhubungan dengan kejadian
flebitis pada pasien yang terpasang infus di Ruang Rawat Inap RSU GMIM Pancaran Kasih
Manado.
Sebagai saran bagi perawat ruangan agar lebih memperhatikan SOP pemasangan infus
untuk mengurangi kejadian flebitis. Perawat ruangan harus meningkatkan pengetahuan
lewat pelatihan-pelatihan mengenai pengendalian dan pencegahan infeksi, pelatihan
pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit.

Kata kunci : Teknik Aseptik, Kejadian Flebitis.

ABSTRACT
Phlebitis is an infection by microorganisms experienced by patients acquired during
hospitalization followed by clinical manifestations that appear at least 3x24 hours.
Phlebitis is caused by chemical irritation (type of liquid), location of infusion, wrong
aseptic technique and long days of installation. The purpose of this study is known to have
a relationship aseptic techniques, with the incidence of phlebitis in patients who are infused
in inpatient room.
The observational analytic study used a cross sectional approach done to patients who
were infused and lasted for 3 months. Primary data used amounted to 84 patients who were
infused. Data were processed and analyzed by univariate, bivariate.
The univariate analysis showed that the aseptic techniques are generally either
53,6%; most patients did not phlebitis is 66,7%. The result of bivariate analysis shows that

27
p-ISSN 2655-0288, VOLUME 2, NOMOR 1, JANUARI 2019

there is correlation between aseptic technique with phlebitis occurre at Inpatient Room of
General Hospital GMIM Pancaran Kasih Manado.
The conclude of this study shows that the aseptic technique is generally good; most od
patients is not phlebitis; there are correlation between aseptic technique with phlebitis
occurrence in patients who are infused at Inpatient Room of General Hospital GMIM
Pancaran Kasih Manado.
Suggest for nurses to pay more attention to SOP infusion to reduce the incidence of
phlebitis. The nurses should improve knowledge through training on infection control and
prevention, training on prevention of nosocomial infections in hospital. Learn more about
pairing techniques and recognize signs of occurre by phlebitis.

Keywords: Aseptic Technique, Phlebitis occurred.

PENDAHULUAN yang lebih luas tidak hanya di rumah


Rumah sakit merupakan salah satu sakit tetapi juga di fasilitas pelayanan
sarana upaya kesehatan yang kesehatan lainnya, tetapi juga tidak
memberikan pelayanan kesehatan kepada terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi
masyarakat yang memiliki peran juga infeksi pada petugas kesehatan yang
strategis dalam mempercepat didapat pada saat melakukan tindakan
peningkatan derajat kesehatan perawatan pasien. Khusus untuk infeksi
masyarakat sebagai tujuan pembangunan yang terjadi atau didapat di rumah sakit,
kesehatan. Oleh karena itu, rumah sakit selanjutnya disebut sebagai infeksi
dituntut untuk memberikan pelayanan rumah sakit (Hospital infection) (Hugill,
yang bermutu sesuai standar yang 2017).
ditetapkan (Herlambang, 2012). Pemasangan infus merupakan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik prosedur invasif yang sering dilakukan di
Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 rumah sakit untuk mengobati berbagai
Tentang Klasifikasi dan Perizinan kondisi penderita di lingkungan
Rumah Sakit menyatakan bahwa rumah perawatan rumah sakit. Pasien yang
sakit adalah institusi pelayanan menjalani rawat inap mendapatkan terapi
kesehatan yang menyelenggarakan cairan infus dan diberikan secara terus-
pelayanan kesehatan perorangan secara menerus dalam jangka waktu yang lama
paripurna yang menyediakan pelayanan akan meningkatkan kemungkinan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat terjadinya komplikasi dari pemasangan
darurat. infus, salah satunya adalah infeksi.
Tindakan medis yang dilakukan Infeksi nosokomial atau Hospital
oleh tenaga kesehatan yang dimaksudkan Acquired Infections (HAIs) pada pasien
untuk tujuan perawatan atau yang mendapat terapi infus merupakan
penyembuhan pasien, bila dilakukan salah satu indikator adanya infeksi akibat
tidak sesuai prosedur berpotensi untuk kesalahan pemasangan atau pemasangan
menularkan penyakit infeksi, baik bagi infus yang tidak sesuai prosedur terutama
pasien (yang lain) atau bahkan pada masalah teknik septik-aseptik. Suatu
petugas kesehatan itu sendiri. Seringkali penelitian yang dilakukan oleh WHO
tidak bisa secara pasti ditentukan asal menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55
infeksi, maka sekarang istilah infeksi rumah sakit dari 14 negara yang berasal
nosokomial (Hospital acquired infection) dari Eropa, Timur Tengah, Asia
diganti dengan istilah baru yaitu Tenggara dan Pasifik menunjukkan
“Healthcare-xassociated adanya infeksi nosokomial Hospital
infections”(HAIs) dengan pengertian Acquired Infection (HAIs) dan untuk

28
p-ISSN 2655-0288, VOLUME 2, NOMOR 1, JANUARI 2019

Asia Tenggara sebanyak 10,0% (CDC, mengalami flebitis, 31 responden


2017). (10,8%) yang mengalami flebitis 6
Flebitis didefinisikan sebagai responden (26,2%), sedangkan untuk
peradangan pada dinding pembuluh responden dengan lama pemasangan
darah balik atau vena. Flebitis infus ≥3 hari sebanyak 76 responden
merupakan infeksi oleh mikroorganisme (67,2%) yang mengalami flebitis 74
yang dialami oleh pasien yang diperoleh responden (53,8%) dan yang tidak
selama dirawat di rumah sakit diikuti mengalami flebitis sebanyak 2 responden
dengan manifestasi klinis yang muncul (22,2%), dan uji bivariat menunjukkan
sekurang-kurangnya 3x24 jam. Flebitis bahwa terdapat pengaruh lama
juga didefenisikan sebagai inflamasi pemasangan infus terhadap kejadian
vena yang disebabkan oleh traumatik flebitis.
(kateter terlalu besar dibanding vena), Data di RSU GMIM Pancaran
iritasi kimia (larutan yang dimasukkan) Kasih, peningkatan terjadinya flebitis
serta sepsis (teknik aseptik yang salah) cukup signifikan. Hasil studi
(Salgueiro‑Oliveira, et al, 2012). Hal ini pendahuluan melalui observasi yang
dikarakteristikkan dengan adanya daerah dilakukan peneliti dibantu oleh petugas
yang memerah dan hangat disekitar PPI RSU GMIM Pancaran Kasih dari
daerah penusukan atau sepanjang vena, tanggal 1 sampai 31 Agustus 2017 yang
nyeri atau rasa lunak di daerah penusukan penulis lakukan diruang rawat inap
atau sepanjang vena, dan pembengkakan ditemukan kejadian flebitis dari pasien
(Arias Fernández, et al. 2016). yang telah dipasang infus terdapat 12
Kejadian flebitis menjadi salah satu pasien yang mengalami flebitis dari 106
indikator mutu pelayanan rumah sakit pasien yang terpasang infus atau sekitar
dengan standar yang ditetapkan oleh The 11,3%, yang sudah menampakan adanya
Infusion Nursing of Practice yaitu tanda-tanda flebitis seperti bengkak
sebesar 5%. Kejadian flebitis merupakan disekitar tusukan jarum infus, kemerahan
indikator mutu pelayanan minimal rumah dan nyeri disepanjang vena.
sakit dengan standar kejadian ≤1,5%. Pemantauan indikator kejadian
Data Depkes RI Tahun 2013 angka infeksi Rumah Sakit Umum GMIM
kejadian flebitis di Indonesia sebesar Pancaran Kasih Manado diantaranya
50,11 % untuk Rumah Sakit Pemerintah adalah kejadian flebitis, pada sepanjang
sedangkan untuk Rumah Sakit Swasta tahun 2017 ditemukan kasus flebitis
sebesar 32,70 % (Rizky, 2014). Nurdin sebanyak 41 orang dari 687 orang yang
(2013) di RSUD Prof. Dr. Aloe Saboe terpasang infus, atau sekitar 6%. Sesuai
Gorontalo menemukan kejadian flebitis dengan keputusan menteri kesehatan
sebesar 7,51%. tentang standar pelayanan minimal tahun
Putri (2016) meneliti “Hubungan 2008, bahwa standar tentang kejadian
teknik aseptic perawat dengan Kejadian flebitis yaitu ≤ 1,5%. Hal ini
Flebitis pada program cuci tangan menunjukkan bahwa kejadian flebitis di
(Perdalin, 2010) dalam Saragih & RSU GMIM Pancaran Kasih Manado
Rumapea (2012). dikategorikan tinggi (Kemenkes, 2017).
Pasien Rawat Inap di Bangsal Karakteristik angka kejadian flebitis
Penyakit Dalam dan Syaraf Rumah Sakit yang terjadi berdasarkan penyebabnya
Nur Hidayah Bantul” Penelitian ini masih variatif, penyebab yang sering
merupakan penelitian observasional terjadi pada pasien sering dipengaruhi
analitik dengan pendekatan cross diantaranya adalah faktor usia, penyakit
sectional, jumlah sampel ditentukan kronis (misal diabetes mellitus,
dengan perhitungan slovin sebanyak 133 hipertensi, gagal ginjal kronik, kanker),
orang. Hasil dari penelitian ini jenis cairan yang diberikan (osmolaritas
didapatkan bahwa responden dengan cairan), juga teknik pemasangan yang
lama pemasangan infus <3 hari sebanyak salah serta masih ditemukan petugas
37 responden (32,8%) yang tidak yang tidak melakukan dressing atau

29
p-ISSN 2655-0288, VOLUME 2, NOMOR 1, JANUARI 2019

perawatan luka infus yang seharusnya diperlukan untuk menilai peluang dari
dilakukan setiap hari. variabel bebas terhadap variabel terikat.

METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN


Jenis penelitian ini merupakan jenis 1. Karakteristik Responden
penelitian kuantitatif yang bersifat Tabel 1. Distribusi Berdasarkan Umur
analitik observasional dengan Umur Responden n %
pendekatan cross sectional study. Dewasa awal (26-35 Tahun) 38 45,2
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Dewasa akhir (36-45 Tahun) 31 36,9
Desember 2017 sampai April 2018. Lansia awal (46-55 Tahun) 12 14,3
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Lansia akhir (56-65 Tahun) 2 2,4
Rawat Inap Rumah Sakit Umum GMIM Remaja akhir (17-25 Tahun) 1 1,2
Pancaran Kasih Manado. Populasi dari Total 84 100
penelitian ini adalah seluruh objek
penelitian atau objek yang akan Tabel 2. Distribusi Berdasarkan
dilakukan penelitian dalam penelitian ini Pendidikan
adalah seluruh pasien yang dirawat di Pendidikan Responden n %
SMA 61 72,6
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum
D3 12 14,3
GMIM Pancaran Kasih Manado dengan S1 11 13,1
jumlah pasien 106 orang yang terpasang Total 84 100
infus. Terdiri dari 43 pasien di Ruang
Yehezkiel, 33 pasien di Ruang Hana dan Distribusi responden diatas, dapat
30 pasien di Ruang Lukas. dijelaskan bahwa dari 84 responden,
Jumlah populasi sudah diketahui sebagian besar tingkat pendidikan SMA
jumlahnya, maka pengambilan jumlah (72,6%) atau sebanyak 61 responden,
sampel penelitian ini menggunakan diikuti tingkat pendidikan D3 adalah
rumus Slovin sehingga jumlah sampel dengan jumlah responden 12 orang
yang digunakan 84 orang yang terpasang (14,3%) dan tingkat pendidikan S1
infus di Ruang Rawat Inap RSU GMIM dengan jumlah responden 11 responden
Pancaran Kasih Manado. Analisis data (13,1%).
dilakukan dalam bentuk univariat,
bivariat dan multivariate. Analisis Tabel 3. Distribusi Berdasarkan
univariat untuk mendapatkan gambaran Pekerjaan
distribusi frekuensi dari variabel-variabel Pekerjaan Responden n %
penelitian yaitu jenis cairan, lokasi Swasta 27 32,1
pemasangan, teknik aseptic, lama hari Tidak bekerja 27 32,1
pemasangan infus dan kejadian flebitis PNS 16 19,0
dalam bentuk data kategori. Analisis Tani 14 16,7
dilakukan dengan statistik deskriptif Total 84 100
berupa distribusi frekuensi. Analisis
bivariat bertujuan untuk mengetahui ada Distribusi responden berdasarkan
tidaknya hubungan yang bermakna pekerjaan, sebagian besar bekerja
antara variabel bebas yaitu, jenis cairan, sebagai Pegawai Swasta dan ibu yang
lokasi pemasangan, teknik aseptik, dan Tidak Bekerja merupakan responden
lama pemasangan infus dengan variabel terbanyak dalam penelitian ini, masing-
terikat yaitu kejadian flebitis pada pasien masing sebanyak 27 responden (32,1%).
yang terpasang infus di ruang rawat inap Jenis pekerjaan sebagai PNS merupakan
dalam data kategori. Analisis dilakukan jenis pekerjaan terbanyak kedua dengan
dengan uji Chi-Square, pada analisis ini persentasi 19,0% atau sebanyak 16 orang
dilakukan pengujian risk estimate agar dari total responden yang ada. Demikian
didapatkan OR (odds ratio), OR juga dengan responden yang berprofesi
sebagai petani merupakan jenis

30
p-ISSN 2655-0288, VOLUME 2, NOMOR 1, JANUARI 2019

pekerjaan terbanyak ketiga atau 3. Hasil Tabulasi Silang Variabel


berjumlah 14 orang (16,7%) dari total 84 Independen dan Dependen.
responden. Tabel 6. Tabulasi Silang Teknik Aseptik
dengan Kejadian Flebitis.
Tabel 4. Distribusi Berdasarkan Jenis Teknik Kejadian Flebitis
Kelamin aseptik Ya Tidak p 0,003
Jenis Kelamin n % Kurang 20 23,8% 19 22,6% OR 4,868
Perempuan 49 58,3 baik
Laki-Laki 35 41,7 Baik 8 9,5 37 44,1%
Total 84 100 %

Distribusi responden berdasarkan Hasil tabulasi silang memperoleh nilai


jenis kelamin menunjukkan bahwa dari p=0,003, yang menyatakan bahwa ada
84 responden, sebagian besar responden hubungan antara teknik aseptik dengan
berjenis kelamin perempuan (58,3%) kejadian flebitis. Nilai OR=4,868
atau 49 responden, diikuti oleh responden
dengan jenis kelamin laki-laki (41,7%) PEMBAHASAN
dengan jumlah 35 orang dari total 84 Hubungan Antara Teknik Aseptik
responden. Dengan Kejadian Flebitis Pada Pasien
Yang Terpasang Infus Di Rumah Sakit
2. Distribusi Kategori Variabel Umum GMIM Pancaran Kasih Manado.
Penelitian
Tabel 5. Variabel Teknik Aseptik Dari hasil penelitian yang dilakukan
Teknik Aseptik n % peneliti terhadap 84 pasien yang
Kurang baik 39 46,4 terpasang infus, diperoleh hasil bahwa
Baik 45 53,6 terdapat hubungan antara teknik aseptik
Total 84 100 dengan kejadian flebitis pada pasien yang
terpasang infus. Terdapat hubungan
Distribusi frekuensi berdasarkan antara variabel independen teknik aseptik
variabel teknik aseptik, dapat dilihat dan dependen kejadian flebitis pada
bahwa sebagian besar teknik aseptik pasien yang terpasang infus disebabkan
berada pada kategori baik. Sebanyak 45 karena sekitar 53,6% teknik aseptiknya
responden yang terpasang infus, teknik baik, sedangkan sekitar 66,7% responden
aseptik perawat berada pada kategori tidak mengalami kejadian flebitis.
baik atau sekitar 53,6%, sedangkan yang Berdasarkan hasil tersebut, terlihat jelas
kurang baik berada pada frekuensi 39 bahwa antara variabel bebas dan terikat
responden atau sekitar 46,4%. terdapat hubungan. Hal ini disebabkan
karena sebagian besar teknik aseptiknya
Tabel 6. Variabel Kejadian Flebitis baik sehingga sebagian besar juga pasien
Kejadian flebitis n % yang terpasang infus tidak mengalami
Tidak flebitis 56 66,7 flebitis.
Flebitis 28 33,3 Berdasarkan hasil tabulasi silang
Total 84 100 antara variabel independen dan dependen
diperoleh hasil bahwa dari 45 responden
Distribusi responden berdasarkan yang teknik aseptik yang dilakukan
variabel kejadian flebitis, dapat dilihat perawatnya baik, terdapat 37 pasien yang
bahwa sebanyak 56 pasien yang tidak flebitis sedangkan 8 pasien
terpasang infus tidak mengalami flebitis mengalami flebitis. Kedelapan orang
(66,7%), sedangkan yang mengalami yang mengalami flebitis meskipun teknik
flebitis sebanyak 28 responden (33,3%). aseptiknya baik, hal ini disebabkan
karena terdapat faktor-faktor lain yang
dapat menyebabkan flebitis selain teknik
aseptik, juga terdapat faktor lain seperti

31
p-ISSN 2655-0288, VOLUME 2, NOMOR 1, JANUARI 2019

lokasi pemasangan infus, teknik insersi, Hasil penelitian ini juga sejalan
obat parenteral, bahan kateter intravena dengan penelitian Kusumawati, dkk
dan sebagainya. (2015) yang meneliti tentang hubungan
Menurut Baker dan Anderson (2009), pelaksanaan standar prosedur
flebitis dapat dicegah dengan melakukan operasional pemasangan infus dengan
teknik aseptik yang baik dan benar kejadian flebitis di Rumah Sakit Islam
selama pemasangan infus, menggunakan Siti Hajar Sidoarjo. Hasil penelitian ini
kateter IV yang sesuai dengan ukuran menunjukkan bahwa penyebab flebitis
vena, mempertimbangkan lokasi dalam penelitian ini adalah bakteri
pemasangan berdasarkan jenis cairan sehingga perawat perlu melakukan
yang diberikan dan pemindahan lokasi tindakan pencegahan dengan cara
pemasangan setiap 72 jam (3 hari). Dari melakukan cuci tangan sesuai SPO
penjelasan teori ini dapat dikatakan rumah sakit dan melakukan teknik
bahwa teknik aseptik merupakan salah aseptik sebelum melakukan pemasangan
satu faktor yang berhubungan dengan infus. Teknik aseptik dilakukan bertujuan
kejadian flebitis. Teknik aseptik yang untuk membunuh mikroorganisme yang
kurang baik akan meningkatkan kejadian terdapat di tangan atau di daerah sekitar
flebitis. lokasi yang akan dilakukan tusukan.
Demikian juga dengan teknik aseptik Oleh sebab itu perawat dituntut untuk
yang kurang baik, dari 39 responden, menjaga kondisi steril, melindungi diri
terdapat 20 responden yang mengalami pasien dari infeksi dan memberikan
flebitis dan 19 responden tidak flebitis. perasaan segar dan bersih.
Responden yang tidak mengalami flebitis
karena walaupun teknik aseptik kurang KESIMPULAN
baik tetapi perawat memilih IV kateter 1 Berdasarkan penelitian didapatkan
yang sesuai dengan ukuran vena pasien, bahwa sebagian besar teknik aseptic
lokasi vena pemasangan infus juga perawat berada pada kategori baik.
diperhatikan oleh perawat. Sementara 2 Kejadian flebitis pada pasien yang
faktor lain yang tidak menyebabkan terpasang infus umumnya minim atau
flebitis pada pasien tersebut dikarenakan tidak terjadi flebitis.
faktor cairan yang diberikan bersifat 3 Terdapat hubungan antara teknik
isotonik dan pasien jarang menggerakkan aseptic dengan kejadian flebitis pada
tangan tempat yang terpasang infus. pasien yang terpasang infus di Ruang
Hasil penelitian ini juga sejalan Rawat Inap RSU GMIM Panacaran
dengan penelitian Wayunah, dkk (2014) Kasih Manado.
dimana dalam penelitiannya dijelaskan
bahwa dalam pemasangan infus, perawat SARAN
harus memperhatikan prinsip-prinsip 1. Bagi tempat penelitian agar
pemilihan vena. Perawat yang memiliki meningkatan kinerja petugas
pengetahuan yang baik akan kesehatan dalam hal ini perawat untuk
memperhatikan kesterilan lokasi vena mengurangi angka kejadian flebitis di
pemasangan infus. Dalam penelitian ini ruang rawat inap dengan menggiatkan
dijelaskan tentang teknik aseptik selama para perawat untuk mengikuti
pemasangan infus. Jika pasien yang pelatihan-pelatihan baik pelatihan
mendapat terapi cairan yang harus patient safety dan uji kompetensi
terpasang infus maka perlu untuk perawat tentang semua implementasi
memperhatikan teknik aseptik untuk keperawatan.
mengurangi kejadian flebitis. 2. Bagi perawat agar lebih proaktif dan
Sejalan dengan penelitian banyak belajar tentang teknik
Triwidyawati, dkk (2014) yang meneliti mengenali tanda dan gejala serta
tentang hubungan kepatuhan perawat tindakan untuk mencegah terjadinya
dalam menjalankan SOP pemasangan flebitis pada pasien yang terpasang
infus dengan kejadian flebitis disebutkan infus.

32
p-ISSN 2655-0288, VOLUME 2, NOMOR 1, JANUARI 2019

3. Bagi peneliti lanjutan untuk lebih practice. 2nd. Philadelphia: W.B.


meningkatkan pengetahuan dan Saunders Co.
wawasan yang luas mengenai flebitis,
dengan banyak membaca referensi, Herlambang S., dan A. Murwani. 2012.
mengetahui penyebab, tanda dan Manajemen Kesehatan dan Rumah
gejala sehingga kejadian flebitis pada Sakit. Yogyakarta: Gosyen
pasien yang terpasang infus dapat Publishing.
diminimalisir. Bagi peneliti
selanjutnya agar meneliti faktor lain Hugill, K. 2017. Preventing bloodstream
seperti usia, jenis kelamin, ukuran infection in IV therapy. 2017. Br J
kateter dan sebagainya. Nurs. Jul 27;26 (14):S4-S10. doi:
4. Bagi institusi pendidikan untuk 10.12968/bjon.2017.26.14.S4.
menjadikan referensi bagi penelitian
selanjutnya, terlebih khusus bagi Jannah, I. N., Suhartono., dan M. S. Adi.
peneliti lain yang tertarik meneliti 2016. Prevalensi Phlebitis Pada
tentang flebitis pada waktu yang akan Pasien Rawat Inap Dengan Infus di
datang. RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal),
Volume 4, Nomor 4. ISSN: 2356-
DAFTAR PUSTAKA 3346. http://ejournal-
Agustini, Utomo & Agrina. 2014. s1.undip.ac.id/index.php/jkm.
Analisa faktor – faktor yang
berhubungan dengan kejadian Kemenkes RI. 2017. Peraturan Menteri
flebitis pada pasien yang terpasang Kesehatan Republik Indonesia
infus di ruang medikal chrysant Nomor 27 Tahun 2017 Tentang
Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru. Pedoman Pencegahan Dan
https://www.google.co.id/?hl Pengendalian Infeksi Di Fasilitas
s=en&gws_rd=ssl. Pelayanan Kesehatan. Kementerian
jom.unri.ac.id/index.php/ Kesehatan RI.
JOMPSIK/ article/view/3525
Kusumawati, S. D., W. Liestyaningrum.,
Arias-Fernández, L., B. Suérez-Mier, M. D. Sustrami., dan D. Arini. 2015.
D. Martínez-Ortega, and A. Lana. Hubungan Pelaksanaan Standart
2016. Incidence and risk factors of Prosedur Operasional Pemasangan
phlebitis associated to peripheral Infus Dengan Kejadian Phlebitis Di
intravenous catheters. Enferm Clin. Rumah Sakit Islam Siti Hajar
2017 Mar - Apr;27(2):79-86. doi: Sidoarjo. Jurnal STIKES Hang Tuah
10.1016/j.enfcli.2016.07.008. Epub Surabaya, 1 (2) : 1-11.
2016 Sep 16. http://webcache.googleusercontent
.com/search?q=cache:JFojJm6nnA
Bambang, W. 2012. Update On Critical- 4J:www. stikeshangtuah-
Terapi Intravena. Makalah Seminar sby.ac.id/v1/downl
Perawatan Pasien Kritis di Graha oad.php%3Ff%3DMANUSKRIP%
BIK-IPTEKDOK UNAIR 2520
Surabaya, tidak dipublikasikan. SARI2520DEWI.pdf+&cd=1&hl=i
d&ct=clnk&gl=id
CDC. 2017. HAIs Data and Statistics.
Centre For Disease Control And Lestari, D. D., A. Y. Ismanto., dan R. T.
Prevention. CDC 24/7. Malara. 2016. Hubungan Jenis
http://www.cdc.gov/Other/plugins. Cairan dan Lokasi Pemasangan
Infus Dengan Kejadian Flebitis
Hankins, J. 2014. The Infusions Nurse Pada Pasien Rawat Inap Di RSU
Society : Infusion therapy in clinical Pancaran Kasih GMIM Manado.

33
p-ISSN 2655-0288, VOLUME 2, NOMOR 1, JANUARI 2019

Ejournal Keperawatan, 4 (1): 1-6. Nosokomial. Yogyakarta : PT


ISSN: 2302-1349. Citra Parama
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.
php/jkp/article/view/12009. Santjaka, A (2011). Statistik untuk
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nurhasanah, T., Aini, Faridah., dan A. Muha Medika
Wakid. 2016. Faktor-Faktor yang
Berhubungan Dengan Terjadinya Setiawati. (2008). Proses Pembelajaran
Plebitis di RSUD Ungaran Dalam Pendidikan Kesehatan,
Kabupaten Semarang. Jurnal Jakarta: TIM.
Perpustakaan Nasional STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran, 1 (2) : 1-9. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
ISSN 2252-6358. Kuantitatif dan Kualitatif,
http://perpusnwu.web Bandung: Penerbit alfabeta.
.id/karyailmiah/docu
ments/4870.pdf. Trianiza, Efi, (2013). Faktor –Faktor
Penyebab Kejadian Phlebitis Di
Potter dan Perry, 2010. Buku ajar Ruang Rawat Inap RSUD
fundamental keperawatan konsep Cengkareng. Tesis.
proses dan praktik. Edisi 4 Volume
1. Jakarta : EGC. Wayunah, (2011), Hubungan
Pengetahuan Perawat Tentang
Profil Rumah Sakit Umum GMIM Terapi Infus dengan Kejadian
Pancaran Kasih Manado. 2016. Plebitis dan Kenyamanan Pasien
di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Purnamasari, I, P., Ismonah., dan Umum Daerah (RSUD)
Hendrajaya. 2016. Hubungan Lama Kabupaten Indramayu.
Pemasangan Infus Dengan Kejadian Universitas Indonesia.
Phlebitis Di RSUD Tugurejo
Semarang. Jurnal IPI Fakultas Advanced Nursing. Volume 30, Number
Keperawatan STIKES Telogorejo 2, pp 32-39.
Semarang, 2 (1) : 1-8.
http://download.portalgaruda.org/ar Suharti., Meira, H., H. Udhiyah., dan M.
ticle.php?article Rizky. 2016. Hubungan Lama
=183473&val=6378 &title Pemasangan Infus Dengan Kejadian
Flebitis Di SMC RS. Telogorejo.
Putri, I. R. R. 2016. Pengaruh Lama Jurnal IPI Fakultas Keperawatan
Pemasangan Infus dengan Kejadian STIKES Telogorejo Semarang, 2 (4)
Flebitis pada Pasien Rawat Inap di : 1-6.
Bangsal Penyakit Dalam dan Syaraf ejournal.stikestelogorejo.ac.id/inde
Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul. x.php/jikk/article/download.
JNKI, 4 (2) : 90-94.
ejournal.almaata.ac.id/index.php/JN Triwidyawati, D., S. P. Kristiyawati., dan
KI/article/view/247 S. E. Ch.Purnomo. 2014. Hubungan
Kepatuhan Perawat Dalam
Salgueiro‑Oliveira, A., P. Veiga, and P. Menjalankan SOP Pemasangan
Parreira. 2013. Incidence of Infus Dengan Kejadian Phlebitis di
phlebitis in patients with Ruang Rawat Inap RSUD Tugurejo
peripheral intravenous catheters: Semarang.
The influence of some risk factors. http://download.portalgaruda.org
Australian Journal Of /article.php?article=183464&val=6
Rohani dan Hingawati setio. (2010). 378&title
Panduan Praktik Keperawatan

34
p-ISSN 2655-0288, VOLUME 2, NOMOR 1, JANUARI 2019

Wayunah, W., Nurachmah, E., Mulyono,


S. 2014. Pengetahuan perawat
tentang terapi infus mempengaruhi
kejadian plebitis dan kenyamanan
pasien. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 16 (2) : 128-137. eISSN :
2354-9203.
jki.ui.ac.id/index.php/jki/article.

35

Anda mungkin juga menyukai