Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PEMBENTUKAN PENDIDIKAN KARAKTER

DOSEN PEMBIMBING :
ELVRIN SEPTIYANTI,S.Pd.,M.Pd

DISUSUN OLEH :
AYU RAHMAWATI PUTRI
1905124471

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Manusia tidak lepas dari pendidikan. Mulai dari pendidikan orang tua dirumah
sampai pendidikan diluar rumah, seperti sekolah. Pendidikan sudah menjadi kewajiban
bagi setiap individu. Dalam dunia pendidikan yang ditempa selama 12 tahun
mendapatkan ilmu pengetahuan dan juga sikap spiritualisme. Berdasarkan UU No. 20
tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 3 dinyatakan bahwa Pendidikan
Nasioal berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap kreatif, mandiri menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Sejak sekolah dasar diajarkan sikap senyum dan sapa kepada guru ataupun
siapa saja yang dijumpai, dan budaya buang sampah ditempatnya sesuai dengan jenis
sampahnya. Tetapi kini sudah berkurang dikarenakan ketidakpedulian peserta didik
yang semakin bertindak individu. Beberapa masalah pun juga bermunculan seperti
bertindak tidak wajar kepada guru, pembulian kepada sesama peserta didik sampai
terganggunya mental korban, kekerasan ataupun pemaksaan antarsesama peserta didik
dengan pangkat senioritas. Maka dari itu dipertegas suatu sistem pendidikan yang
membangun karakter seorang anak dengan mengatur pola pikir dan berperilaku
sehingga mampu untuk hidup dan bekerja sama dengan lingkungan sekitar.

Dalam pembelajaran peserta didik dituntut untuk mendapatkan nilai yang


tinggi, tetapi peserta didik melakukan berbagai cara untuk mendapatkannya. Salah satu
cara yang digunakan adalah melihat jawaban atau hasil karya temannya, dengan kata
lain hal itu tidak boleh dilakukan karena sudah mengambil hak cipta orang lain. Padahal
guru memberikan tugas dan mengerjakannya sendiri bertujuan untuk membentuk pola
pikir anak itu sendiri dengan akal sehat ataupun psikisnya mereka. Tuntutan nilai hasil
yang tinggi diperlukan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan juga kelak
untuk melamar pekerjaan. Untuk lebih meningkatkan semangat belajar kepada anak
dilakukan dengan banyak cara oleh para guru, salah satunya menciptakan suasana
ataupun cara belajar yang inovatif dan menyenangkan.
Kebijakan pemerintah mengenai pendidikan karakter dalam kurikulum 2013
perlu dilaksanakan dengan baik. Dikarenakan pemerintah sudah memberi kesempatan
besar kepada guru untuk mendidik siswa menjadi semakin aktif, kritis, cerdas, sopan,
jujur, tanggung jawab dan mempunyai nilai spiritual yang baik. Dalam hal spiritual
sendiri sudah diterapkan dengan disediakannya mushola pada setiap sekolah. Dengan
tujuan dapat membiasakan para peserta didik untuk tidak meninggalkan waktu solat
bahkan selalu diajak untuk berjamaah.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian pendidikan berkarakter?


2. Apa hubungan pendidikan dengan pembentukan karakter?
3. Bagaimana penerapan pendidikan berkarakter dalam dunia pendidikan?

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk mengetahui pengertian pendidikan berkarakter, mengetahui hubungan
pendidikan dengan pembentukan karakter, dan mengetahui penerapan pendidikan
berkarakter dalam dunia pendidikan.
BAB II
KAJIAN TEORITIS

2.1. Pengertian Pendidikan berkarakter


Pendidikan adalah usaha sadar, terencana dan terstruktur untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif mengambangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya.
Sedangkan karakter adalah kualiatas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik yang
tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa dan perilaku berbangsa dan
bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan olah karsa, serta olah dari
raga seseorang atau sekelompok orang.
Pendidikan berkarakter merupakan penciptaan lingkungan sekolah yang
membantu peserta didik dalam perkembangan etika, tanggung jawab melalui model,
dan pengajaran karakter yang baik melalui nilai-nilai universal (Barkowitz & Bier,
2005). Pengembangan karakter pada seorang anak yaitu komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, tindakan yang mengamalkan nilai-nilai seperti bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama lingkungan, maupun
berbangsa Negara serta dunia pada umumnya dengan pengoptimalan potensi
(pengetahuan) dirinya disertai kesadaran emosi dan motivasinya. Orang yang
perilakunya sudah sesuai dengan kaidah moral disebut berkarakter mulia (Amri, 2015).
Adapun pendapat Yunus (2013) pembangunan karakter bangsa merupakan hal yang
sangat penting karena berhubungan dengan proses membina, memperbaiki, mewarisi,
warga Negara tentang konsep perilaku dan nilai luhur budaya Indonesia yang dijiwai
oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Olesh karena itu, hakikat pendidikan
dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai luhur yang bersumber
dari budaya bangsa Indonesia sendiri dalam rangka membina kepribadian generasi
penerus bangsa.
Pendidikan karakter di Indonesia merupakan gerakan nasional untuk
menciptakan sekolah dalam membina generasi muda yang beretika, bertanggung
jawab, karena pendidikan berkarakter lebih menekankan pada aspek universal.
Character education quality (CEQ) merupakan standar yang digunakan untuk
merekomendasikan bahwa pendidikan adalah cara efektif untuk mengembangkan
karakter peserta didik ketika nilai-nilai dasar etika dijadikan sebagai basis pendidikan
yang menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif dalam membangun
dan mengembangkan karakter peserta didik.
Pembentukan karakter merupakan proses perkembangan dalam berpikir yang
berkelanjutan dan habis usia. Pendidikan karakter menjadi bagian terpadu dari
pendidikan disaat alih generasi. Pendidikan karakter terintegrasi dalam mata pelajaran
maupun kegiatan intra dan ekstra kulikuler. Sebuah peradaban akan menurun apabila
terjadi demoralisasi pada masyarakat. Indonesia saat ini sedang menghadapi krisis
multidemensi yang berkepanjangan yang berpengaruh dalam segala aspek (Hasyim,
2015: 3).

2.2. Hubungan Pendidikan dengan Pembentukan Karakter


Pendidikan pada hakikatnya bertujuan membantu manusia untuk menjadi
cerdas dan pintar (smart) sekaligus menjadikan manusia yang lebih baik. Menjadikan
manusia cerdas dan pintar tampaknya lebih mudah dibandingkan membentuk manusia
agar menjadi orang yang baik. Oleh karena itu, problem moral saat ini adalah kesalahan
manusia dalam bersikap dengan tidak sewajarnya. Dengan masalah moral ini sangat
diperlukan penyelenggaraan pendidikan karakter (Oci Melisa Depiyanti, 2012).
Pendidikan merupakan hal yang penting karena dengan mendapatkan
pendidikan manusia akan mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga
orang akan berpikir, bersikap dan bertindak dengan baik, keterampilan untuk
menghadapi tantangan hidup yang semaki berat. Pendidikan merupakan sebuah
keharusan sebagai bekal manusia dalam bertahan hidup.
Dari pendidikan bisa memunculkan karakter seseorang untuk menunjang
karakter suatu bangsa. Pendidikan karakter sesungguhnya sudah menjadi buah
pemikiran tokoh pendidikan Indonesia sejak tahun 1930. Di hadapan peserta kongres
Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara menyampaikan, “pendidikan pada umumnya berarti
daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran dan tubuh anak
dalam pengertian taman siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian itu, agar tidak dapat
memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak dengan
dunianya (Hasyim, 2015: 1).
Mengacu dari berbagai pengertian dan definisi mengenai pendidikan karakter
diatas, maka pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai proses pengarahan dan
pembimbingan terhadap peserta didik agar memiliki nilai dan perilaku yang baik untuk
menjadi manusia yang baik.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
pendidikan yang mengarah pada pendidikan karakter dan akhlak mulia pembelajar
secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada
setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter pembelajar diharapkan mampu
secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji, dan
menginternalisasikan, serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Mulyasa, 2013).
Pendidikan selalu dihubungkan dengan sekolah, walaupun pendidikan itu
sendiri didapatkan tidak hanya dari sekolah, dari rumah dan lingkugan masyarakat pun
kita mendapatkan pendidikan hanya saja tidak disadari. Sekolah sebagai wadah sebuah
lembaga pendidikan merupaka salah satu yang bertanggung jawab terhadap
pembentukan karkter anak (character building). Oleh karena itu, peran guru dan warga
sekolah yang berhubungan dengan tenaga pendidik memegaang peranan yang besar.
Salah satu pendidikan karakter yang diberikan disekolah adalah tanggung jawab moral
untuk mendidikan anak yang pintar, cerdas, serta karakter positif yang diharapkan oleh
orang tua. Namun, banyak pendidikan karakter ini diabaikan pada setiap sekolah
diabaikan, seperti halnya banyak siswa bersikap tidak menghargai guru yang sedang
memberikan ilmu. Maka pihak sekolah harus menanggapinya dengan tegas. Dengan
memberikan gagasan pendidikan karakter ini dalam bentuk strategi lain yang lebih
menarik.
Dalam pendidikan karakter disekolah, semua komponen harus dilibatkan,
termasuk komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran
dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,
pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas, pemberdayaan sarana dan prasarana,
pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

2.3. Penerapan Pendidikan Berkarakter dalam dunia pendidikan.


Pendidikan karakter merupakan upaya pembentukan karakter yang dipengaruhi
oleh lingkungan. Hal ini selaras dengan pernyataan Samani dan Hariyanto (2013) yang
mengungkapkan bahwa karakter sebagai nilai dasar yang membangun pribadi
seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan,
yang membedakan dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya
dalam kehidupan sehari-hari.
Penerapan pendidikan berkaraker dalam kehidupan sehari-hari ini adalah untuk
membentuk disposisi mental dan emosional, mensosialisasikan pemaknaan dan
mengajarkan peserta didik ilmu berhubungan sosial kepada masyarakat dalam
menyongsong masa depan.
Strategi implementasi pendidikan karakter dapat ditempuh dengan berbagai
pendekatan, Amri, Jauhari dan Elisah (2011) memberikan penjelasan tentang
pendekatan implementasi pendidikan karakter, yaitu:
a) Pendekatan penanaman nilai
Merupakan suatu pendekatan yang menitikberatkan pada penanaman nilai-nilai
sosial agar mampu terinternalisasi dalam diri peserta didik. Metode
pembelajaran yang dapat digunakan adalah melalui keteladanan, pengautan
sikap positif dan negatif, simulasi, bermain peran, tindakan sosial, dan lain-lain.
b) Pendekatan perkembangan kognitif
Peserta didik yang dipandang sebagai individu yang memiliki potensi kognitif
yang sedang dan akan terus tumbuh dan berkembang. Karena itu, melalui
pendekatan ini peserta didik didorong untuk membiasakan berfikir aktif tentang
seputar masalah-masalah moral yang hadir disekelilingnya. Untuk
mengharapkan peserta didik dalam mengambil keputusan dan juga dapat
melatih sikap bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil.
c) Pendekatan klarifikasi nilai
Orientasi dengan cara ini adalah memberikan penekanan untuk membantu
peserta didik mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, kemudian secara
bertahap ditingkatkan kemampuan kesadaran peserta didik terhadap nilai-nilai
yang didefinisikan sendiri oleh peserta didik.
d) Pendekatan pembelajaran berbuat
Karakteristik pendekatan pembelajaran berbuat berupaya menekankan pada
usaha pendidik untuk memfasilitasi dengan memberikan kesempatan pada
peserta didik untuk melakukan perbuatan moral yang dilakukan secara
individual maupun berkelompok.
Amri, Jauhari dan Elisah (2011) menyatakan bahwa tujuan model pendidikan
berbasis karakter adalah membentuk manusia yang utuh berkarakter, yaitu
mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual, dan intelektual peserta
didik secara optimal. Untuk membentuk manusia pembelajar sejati, dapat dilakukan
langkah-langkah berikut:
1. Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif peserta didik,
yaitu metode yang dapat meningkatkan motivasi peserta didik karena seluruh
dimensi manusia terlibat secara aktif dengan memberikan materi pelajaran yang
konkrit, bermakna, serta relevan dalam konteks kehidupan (student active
learning, contextual learning, inquiry-based learning, integrated leraning).
2. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, sehingga peserta didik dapat
belajar secara efektif didalam suasana yang memberikan rasa aman,
penghargaan, tanpa ancaman, dan memberikan semangat.
3. Memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis, dan
berkesinambungan.
4. Metode pembelajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing peserta
didik, yang menerapkan seluruh aspek kecerdasan manusia.
Sedangkan Mulyasa (2013) menyatakan bahwa pendidikan karakter dilakukan
melalui penciptaan lingkungan yang kondusif, dan dapat dilakukan melalui
berbagai metode, seperti penugasan, pembiasaan, pelatihan, pembelajaran,
pengarahan, keteladanan.
Dalam praktik kelas, pendekatan komprehensif untuk membangun karakter
yang dapat dilakukan guru untuk peserta didik adalah:
1. Berperan sebagai pengasuh, model dan mentor
Memperlakukan siswa dengan cinta dan hormat, memberi contoh yang
baik, mendukung perilaku pro-sosial, dan mengoreksi dengan tindakan
melalui bimbingan satu-satu dan diskusi seluruh isi kelas.
2. Ciptakan komunikasi moral
Membantu siswa untuk saling mengenal kepada siapapun, rasa hormat dan
peduli satu sama lain, dan merasa dihargai dalam keanggotaan, dan
tanggung jawab untuk kelompok.
3. Praktik disiplin moral
Gunakan penciptaan dan penegakan aturan sebagai peluang untuk
mendorong penalaran moral, kepatuhan sukarela dengan aturan, dan
penghormatan umum untuk orang lain.
4. Menciptakan lingkungan kelas yang demokratis
Melibatkan siswa dalam kolaborasi pengambilan keputusan dan tanggung
jawab bersama untuk menjadikan kelas sebagai tempat yang baik untuk
belajar.
5. Pendidikan karakter melalui kurikulum
Gunakan konten subyek akademik yang kaya secara etis (seperti sastra,
sejarah, dan sains) sebagai kendaraan untuk mempelajari kebajikan,
memastistikan memberikan program pendidikan seks, narkoba, dan alcohol
untuk pengendalian diri dan gunakan standar karakter tinggi lainnya yang
diajarkan di tempat lain di kurikulum.
6. Gunakan pembelajaran kooperatif
Melalui kerja kolaboratif, kembangkan apresiasi siswa terhadap orang lain,
pengambilan perspektif, dan kemampuan untuk belajar.
7. Kembangkan hati nurani
Menumbuhkan nilai belajar siswa, kapasitas untuk bekerja keras, komitmen
terhadap keunggulan, dan rasa kerja sama.
8. Mendorong refleksi moral
Menumbuhan pemikiran moral dan pengambilan keputusan yang bijaksana
melalui membaca, penelitian, menulis esai, jurnal, diskusi dan perdebatan.
9. Pembelajaran resolusi konflik
Membantu siswa memperoleh keterampilan moral untuk memecahkan
konfilk secara adil dan tanpa paksaan (Aynur Pala: 2011).
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Dari kajian teoritis diatas dapat disimpulkan beberapa kategori, yaitu:
Pendidikan memegang peran penting dalam upaya meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Melalui pendidikan, manusia dapat mempertahankan dan
meningkatkan taraf kehidupan. Pendidikan merupakan hasil dari perkembangan
kebudayaan manusia dan pusat perkembangan.
Pendidikan karakter bangsa adalah usaha sadar dan terencana dalam
menanamkan nilai-nilai yang menjadi pedoman dan jati diri bangsa sehingga
terinternalisasi dalam diri peserta didik yang mendorong dan mewujudkan didalam
sikap dan perilaku yang baik.
Pendidikan karakter harus dilakukan dengan beberapa prinsip. Pertama,
mengenalkan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter. Kedua, mengidentifikasi
karakter secara komprehensif agar mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku.
Ketiga, menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun
karakter. Keempat, menciptakan komunitas sekolah mempunyai kepedulian. Kelima,
memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang baik. Keenam,
memiliki cakupan tentang kurikulum yang bermakna dan dan menantang yang
menghargai semua siswa, membangun karakter dan membantu untuk sukses. Ketujuh,
mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para siswa. Kedelapan, memfungsikan
seluruh staf sekolah sebagai komunikasi moral yang berbagi tanggung jawab untuk
pendidikan berkarakter dan setiap nilai dasar yang sama. Kesembilan, memfungsikan
keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.
Kesepuluh, mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru
karakter dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa.
Pendidikan karakter ini dapat dimaknai sebagai proses pengarahan dan
pembimbingan terhadap peserta didik agar memiliki nilai dan perilaku yang baik untuk
menjadi manusia yang baik. Bila pendidikan karakter yang telah mencapai
keberhasilan, tidak diaragukan lagi kemajuan masa depan bangsa Indonesia akan
mengalami perubahan menuju kejayaan. Dan bila karakter ini mengalami kegagalan
sudah pasti dampaknya akan sangat besar bagi bangsa ini, dan menyebabkan Negara
ini akan semakin ketinggalan dari Negara-negara lain.

3.2.Saran
Pendidikan karakter ini harus dilakukan sedini mungkin, yang dimulai dari
lingkungan keluarga kemudian berlanjut ke dunia pendidikan. Dalam dunia pendidikan
diharapkan kepada pemerintah untuk memperhatikan segala aspek pendukung proses
pembelajaran. Karena dari pendidikan Negara dapat maju dan berkembang, dan juga
Negara bisa hancur apabila pendidikan sudah disalah gunakan.
Tenaga pendidik pun selain mengajar dan memberikan ilmu, guru juga dapat
memberikan rasa aman dan keselamatan bagi peserta didiknya. Jika tidak dilakukan
dengan semestinya, ilmu yang diberikan kepada peserta didik akan sia-sia.
DAFTAR PUSTAKA

Amri dalam Rachmadyanti, Putri. 2017. “Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Siswa
Sekolah Dasar Melalui Kearifan Lokal”. JPSD, 3(2): 204.

Amri, dkk dalam Manasikana dan Anggraeni. 2018. Makalah Seminar Nasional.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hal 106-107.

Berkowitz dan Bier dalam Maunah. 2015. “Implementasi Pendidikan Berkarakter”.


Jurnal Pendidikan Karakter, 5(1): 91.

Citra, Yulia. 2012. “Pelaksanaan Pendidikan Berkarakter Dalam Pembelajaran”.


Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, 1(1): 238-248.

Depiyanti dalam Samrin. 2016. “Pendidikan Karakter (Sebuah Pendekatan Nilai)”.


Jurnal Al-Ta’dib, 9(1): 121.

Hasibuan, Abdul Putra Ginda. 2015. “Penanaman Pendidikan Karakter Dalam


Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Pada Kelas VIII SMP
Negeri 5 Tambusai Tahun 2015”. Jurnal Pendidikan Rokania, 1(1): 83-84.

Hasyim:1 dalam Hasibuan. 2015. “Penanaman Pendidikan Karakter Dalam


Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Pada Kelas VIII SMP
Negeri 5 Tambusai Tahun 2015”. Jurnal Pendidikan Rokania, 1(1): 84.

Hasyim:3 dalam Hasibuan. 2015. “Penanaman Pendidikan Karakter Dalam


Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Pada Kelas VIII SMP
Negeri 5 Tambusai Tahun 2015”. Jurnal Pendidikan Rokania, 1(1): 82.

Hermawan. 2017. “Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat Pada


Kegiatan Student Exchange”. Jurnal Pendidikan Agama Islam. 15(2):113-114.

Manasikana, Arina dan Anggraeni, Candra Widhi. 2018. “Pendidikan Karakter dan
Mutu Pendidikan Indonesia”. Makalah Seminar Nasional. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hal 105-108.

Maunah, Binti. 2015. “Implementalsi Pendidikan Berkarakter”. Jurnal Pendidikan


Berkarakter. 5(1): 91-99.

Mulyasa dalam Manasikana dan Anggraeni. 2018. “Pendidikan Karakter dan Mutu
Pendidikan Indonesia”. Makalah Seminar Nasional. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Hal 105.
Pala dalam Manasikana dan Anggraeni. 2018. Makalah Seminar Nasional. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hal 108.

Rachmadyanti, Putri. 2017. “Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Siswa Sekolah


Dasar Melalui Kearifan Lokal”. JPSD, 3(2): 204-205.

Samani dan Harianto dalam Manasikana dan Anggraeni. 2018. Makalah Seminar
Nasional. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hal 106.

Setiawati, Nanda Ayu. 2017. “Pendidikan Berkarakter Sebagai Pilar Pembentukan


Karakter Bangsa”. Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan”, 1(1): 349-351.s

Yunus dalam Rachmadyanti, Putri. 2017. “Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Siswa
Sekolah Dasar Melalui Kearifan Lokal”. JPSD, 3(2): 204

Anda mungkin juga menyukai