Anda di halaman 1dari 6

1.

Meringkas dan mendefenisikan mengenai Total Quality Management dan Statistical


Quality Control
2. Perbedaan Seven Tools, New Seven Tools, Six Sigma

Jawaban

1. Total Quality Management (TQM) dapat didefinisikan dari tiga kata yang dimilikinya
yaitu: Total (keseluruhan), Quality (kualitas, derajat/tingkat keunggulan barang atau
jasa), Management (tindakan, seni, cara menghendel, pengendalian, pengarahan). Dari
ketiga kata yang dimilikinya, definisi TQM adalah: “sistem manajemen yang berorientasi
pada kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dengan kegiatan yang diupayakan
benar sekali (right first time), melalui perbaikan berkesinambungan (continous
improvement) dan memotivasi karyawan “ (Kid Sadgrove, 1995).

Statistical quality control (SQC) adalah sebuah cara yang digunakan untuk menjelaskan
sebuah perangkat statistik yang digunakan oleh quality professionals (orang yang
bertanggung jawab akan kualitas sebuah produk). Statistical quality control dapat dibagi
secara garis besar menjadi 3 bagian yaitu:

a. Descriptive Statistics (Statistik Deskriptif) yang digunakan untuk


menjelaskan mengenai karakteristrik dan hubungan dari sebuah kualitas.
Termasuk didalamnya nilai-nilai statistik seperti mean (rata-rata), standar
deviasi, range (jarak) dan analisa dari penyebaran data (data distribution)
b. Statistical process control (SPC) berhubungan dengan inspeksi atau pengecek
an pada sample acak yang merupakan output dari sebuah proses dan kemudian
menentukan apakah produk dari produksi sesuai dengan karakteristik yang
sesuai dengan range yang diberikan. SPC menjawab juga menjawaba apakah
sebuah proses terlaksana dengan baik atau tidak.
c. Acceptance sampling adalah sebuah proses acak dalam melakukan inspeksi
atau pengecek an pada beberapa sampel barang dan kemudian menentukan
apakah 1 lot /bagian produksi tersebut dalam menghasilkan produk dapat
diterima. Acceptance sampling ini digunakan untuk menentukan
sebuah batch (kumpulan produk) barang dapa diterima atau ditolak.
2. Perbedaan Seven Tools, New Seven Tools, Six Sigma

a. SEVEN TOOLS

Seven Tools (Tujuh Alat Pengendalian Kualitas) – QC Seven Tools adalah 7 (tujuh)
alat dasar yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh produksi,
terutama pada permasalahan yang berkaitan dengan kualitas (Mutu). 7 alat dasar QC ini
pertama kali diperkenalkan oleh Kaoru Ishikawa pada tahun 1968.Ketujuh alat tersebut
adalah Check Sheet, Control Chart, Cause and Effect Diagram, Pareto Diagram,
Histogram, Scatter Diagram dan Stratification.

Berikut ini adalah penjelasan singkat dari ketujuh alat pengendalian kualitas tersebut.

1. Check Sheet (Lembar Periksa)

Check Sheet atau Lembar Periksa merupakan tools yang sering dipakai dalam Industri
Manufakturing untuk pengambilan data di proses produksi yang kemudian diolah menjadi
informasi dan hasil yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan.

2. Pareto Diagram

Pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya
jumlah kejadian. Urutannya mulai dari jumlah permasalahan yang paling banyak terjadi
hingga pada permasalahan yang frekuensi terjadinya paling sedikit. Dalam Grafik,
ditunjukkan dengan batang grafik tertinggi (paling kiri) hingga grafik terendah (paling
kanan).

3. Cause and Effect Diagram (Fishbone Diagram)

Cause and Effect Diagram adalah alat QC yang dipergunakan untuk meng-identifikasikan
dan menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat agar dapat menemukan akar penyebab
dari suatu permasalahan. Cause and Effect Diagram dipergunakan untuk menunjukkan
Faktor-faktor penyebab dan akibat kualitas yang disebabkan oleh Faktor-faktor penyebab
tersebut.Karena bentuknya seperti Tulang Ikan, Cause and Effect Diagaram disebut juga
dengan Fishbone Diagram (Diagram Tulang Ikan).
4. Histogram

Histogram merupakan tampilan bentuk grafis untuk menunjukkan distribusi data secara
visual atau seberapa sering suatu nilai yang berbeda itu terjadi dalam suatu kumpulan data.
Manfaat dari penggunaan Histogram adalah untuk memberikan informasi mengenai variasi
dalam proses dan membantu manajemen dalam membuat keputusan dalam upaya
peningkatan proses yang berkesimbungan (Continous Process Improvement).

5. Control Chart (Peta Kendali)

Control chart (Peta Kendali) merupakan salah satu dari alat dari QC 7 tools yang
berbentuk grafik dan dipergunakan untuk memonitor/memantau stabilitas dari suatu proses
serta mempelajari perubahan proses dari waktu ke waktu. Control Chart ini memiliki Upper
Line (garis atas) untuk Upper Control Limit (Batas Kontrol tertinggi), Lower Line (garis
bawah) untuk Lower control limit (Batas control terendah) dan Central Line (garis tengah)
untuk Rata-rata (Average)

6. Scatter Diagram (Diagram Tebar)

Scatter Diagram adalah alat yang berfungsi untuk melakukan pengujian terhadap seberapa
kuatnya hubungan antara 2 variabel serta menentukan jenis hubungannya. Hubungan tersebut
dapat berupa hubungan Positif, hubungan Negatif ataupun tidak ada hubungan sama sekali.
Bentuk dari Scatter Diagram adalah gambaran grafis yang terdiri dari sekumpulan titik-titik
dari nilai sepasang variabel (Variabel X dan Variabel Y). Dalam Bahasa Indonesia, Scatter
Diagram disebut juga dengan Diagram Tebar.

7. Stratification (Stratifikasi)

Yang dimaksud dengan Stratifikasi dalam Manajemen Mutu adalah Pembagian dan
Pengelompokan data ke kategori-kategori yang lebih kecil dan mempunyai karakteristik yang
sama. Tujuan dari penggunaan Stratifikasi ini adalah untuk mengidentifikasikan faktor-faktor
penyebab pada suatu permasalahan.

b. NEW 7 TOOLS

7 New Quality Tools, atau sering disebut juga 7 management and planning (MP) tools,
pertama kali digagas pada tahun 1972 ketika sekelompok insinyur dan ilmuwan Jepang yang
tergabung dalam JUSE (Union of Japanese Scientists and Engineers) melihat perlunya alat
untuk memetakan permasalahan secara terstruktur pada tingkatan manajemen menengah ke
atas sehingga membantu pengambilan keputusan dan kelancaran komunikasi team kerja di
lapangan yang sering berhadapan dengan permasalahan yang terjadi karena kompleksitas 7
Basic Quality Tools, seperti: check sheet, scatter diagram, fishbone diagram, pareto chart,
flow charts, histogram, dan SPC. Mereka membentuk sebuah tim untuk meneliti dan
mengembangkan alat-alat kendali kualitas baru, tidak semua alat-alat tersebut baru, namun
merekalah yang pertama mengumpulkan dan memperkenalkannya.

Alat-alat kendali kualitas baru tersebut adalah:

1. affinity diagram,
2. interrelationship diagram,
3. tree diagram,
4. matrix diagram,
5. matrix data analysis,
6. arrow diagram atau activity network diagram, dan
7. PDPC (process decision program chart).

Karena alat-alat ini digunakan oleh tingkatan manajemen pada saat perencanaan,
maka permasalahan yang dipecahkan lazimnya bersifat kualitatif menggunakan data verbal
(karena belum ada data numerik) sehingga 7 New Quality Tools sering diklasifikasikan
sebagai teknik-teknik kualitatif sebaliknya 7 Basic Quality Tools diklasifikasikan sebagai
teknik-teknik kuantitatif. Tentu saja pengklasifikasian ini tidak tepat karena fishbone diagram
dan flowchart adalah teknik kualitatif sementara matrix data analysis adalah teknik
kuantitatif. Gambar 1 di bawah ini memperlihatkan bagaimana pengklasifikasian 7 Basic
Quality Tools dan 7 New Quality Tools dalam teknik-teknik quality management.

c. SIX SIGMA

Six Sigma merupakan salah satu konsep atau metode untuk membangun
keunggulan dalam persaingan melalui peningkatan proses bisnis dengan mengurangi atau
menghilangkan penyimpangan terhadap proses bisnis yang ada. Konsep Six Sigma
diperkenalkan oleh Mikel Harry dan Richaed Shroeder dalam bukunya yang berjudul Six
Sigma The Breakthrough Management Strategy Revolution The World’s Top
Corporation.

Menurut konsep Six Sigma, kualitas adalah suatu bentuk usaha peningkatan nilai
untuk pelanggan maupun perusahaan di dalam seluruh aspek hubungan usaha. Antara
konsep Six Sigma dengan Total Quality Management (TQM) terdapat perbedaan yang
mendasar, yaitu pada Total Quality Management (TQM), fokusnya adalah peningkatan
operasional individual pada proses yang tidak berhubungan. Sedangkan pada Six Sigma
peningkatan terjadi pada seluruh operasional proses bisnis.

Six Sigma dapat didefinisikan menurut Mikel Harry (2001) sebagai suatu proses
bisnis yang memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya dengan
merancang dan memantau aktivitas harian bisnis dalam mencapai kepuasan pelanggan.
Six Sigma juga didefinisikan sebagai suatu sistem yang komprehensif dan fleksibel untuk
mencapai, member dukungan dan memaksimalkan proses usaha, yang berfokus pada
pemahaman akan kebutuhan pelanggan dengan menggunakan fakta, data serta terus
menerus memperhatikan peraturan, perbaikan dan mengkaji ulang proses usaha. Tujuan
dari Six Sigma tidak hanya mencapai level Sigma tertentu saja tetapi lebih pada
peningkatan kemampuan perusahaan. Six Sigma akan berupaya untuk memperhatikan
kesesuaian antara kinerja produk atau jasa yang dihasilkan dengan kebutuhan pelanggan.

METODOLOGI SIX SIGMA

Untuk melakukan peningkatan terus menerus menuju target Six Sigma dibutuhkan
suatu pendekatan yang sistematis, berdasarkan ilmu pengetahuan dan fakta (systematic,
scientific and fact based) dengan menggunakan peralatan, pelatihan dan pengukuran
sehingga ekspektasi dan kebutuhan pelanggan dapat terpenuhi (Simon, 2005). Saat ini
terdapat dua pendekatan yang biasa digunakan dalam Six Sigma, yaitu :

1. DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve and Control)

Metodologi DMAIC digunakan saat sudah terdapat produk atau proses di


perusahaan, namun belum dapat mencapai spesifikasi yang ditentukan oleh
pelanggan.

a. Define, menentukan tujuan proyek dan ekspektasi pelanggan.


b. Measure, mengukur proses untuk dapat menentukan kinerja sekarang atau sebelum
mengalami perbaikan.
c. Analyze, menganalisa dan menentukan akar permasalahan dari suatu cacat atau
kegagalan.
d. Improve, memperbaiki proses menghilangkan atau mengurangi jumlah cacat atauu
kegagalan.
e. Control, mengawasi kinerja proses yang akan datang setelah mengalamai
perbaikan.

2. DMADV (Define, Measure, Analyze, Design and Verify)


Metodologi DMADV dapat digunakan pada tempat / perusahaan yang belum
terdapat produk maupun proses atau pada perusahaan yang sudah memiliki produk
maupun proses dan sudah dilakukan optimisasi (menggunakan DMAIC ataupun
metode yang lain) namun tetap saja tidak bisa mencapai level spesifikasi yang
ditetapkan berdasarkan pelanggan atau sigmalevel.

a. Define, menentukan tujuan proyek


b. Measure, mengukur dan memutuskan spesifikasi dan kebutuhan pelanggan.
c. Analyze, menganalisa beberapa proses pilihan yang sesuai dengan kebutuhan
pelanggan.
d. Design, merancang proses secara terperinci yang sesuai dengan kebutuhan
pelanggan.
e. Verify, menguji kemampuan dan kekuatan hasil rancangan agar sesuai dengan
kebutuhan pelanggan.

Anda mungkin juga menyukai