Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK ETANOL DAUN

JAMBLANG (Syzigium cumini (L) Skeels) DAN AMYLUM


ORYZAE TERHADAP NILAI SUN PROTECTION FACTOR
(SPF) KRIM TABIR SURYA OKTIL METOKSISINAMAT
SECARA IN VITRO

THE EFFECT OF ETHANOL EXTRACT OF JAMBLANG LEAF


(Syzigium cumini (L) Skeels) AND AMYLUM ORYZAE
CONCENTRATIONS ON SUN PROTECTION FACTOR
(SPF) VALUE OF SUNSCREEN CREAM
OCTYL METHOXYCINNAMATE BY IN VITRO

Sri Rahmayanti AZ, Suryanto*, Fathur Rahman Harun


Departemen Teknologi Formulasi Farmasi, Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia

Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Suryanto, M.Si., Apt. Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt.
NIP 196106191991031001 NIP 195201041980031002

Corresponding author:
* Departemen Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Jl. Tri Dharma No. 5 Pintu 4 Kampus USU
Telp. (061) 8223558; Fax. (061) 8219775
Medan
PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBLANG
(Syzigium cumini (L) Skeels) DAN AMYLUM ORYZAE TERHADAP NILAI
SUN PROTECTION FACTOR (SPF) KRIM TABIR SURYA OKTIL
METOKSISINAMAT SECARA IN VITRO

ABSTRAK

Sinar matahari mengandung sinar ultraviolet yang dapat menimbulkan


berbagai kelainan pada kulit mulai dari kemerahan, noda hitam, kekeringan,
keriput sampai kanker kulit. Kosmetika tabir surya dapat menyaring sinar
matahari atau menahan seluruh sinar matahari untuk mengurangi efek buruk sinar
matahari tersebut. Oktil metoksisinamat merupakan zat aktif tabir surya yang
bekerja secara kimiawi dengan mengabsorbsi sinar ultra violet (UV) ke dalam
lapisan epidermis kulit. Bahan aktif lain adalah daun jamblang (Syzigium cumini
(L) Skeel) karena mengandung flavonoid sebagai antioksidan yang dapat
menyerap sinar UV dan amylum oryzae dapat memantulkan sinar matahari secara
fisik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui stabilitas fisik dan pengaruh variasi
konsentrasi ekstrak etanol daun jamblang dan amylum oryzae terhadap nilai SPF
krim tabir surya oktil metoksisinamat secara in vitro.
Pada penelitian ini, daun jamblang diekstraksi dengan metode maserasi
menggunakan etanol 96% kemudian ekstrak dikeringkan menggunakan hair dryer
pada suhu 40°C. Nilai SPF krim tabir surya ditentukan dengan metode
spektrofotometri UV-Visible menggunakan persamaan Mansur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai SPF krim tabir surya oktil metoksisinamat meningkat
ketika ditambahkan kombinasi ekstrak etanol daun jamblang dan amylum oryzae.
Dimana nilai SPF dari formula 0 (OMC 6%) adalah 13,743; formula 1 (amylum
oryzae 2,5%) adalah 14,627; formula 2 (ekstrak etanol daun jamblang 2,5%)
adalah 15,751; formula 3 (ekstrak etanol daun jamblang 2,5% + amylum oryzae
7,5% + OMC 6%) adalah 16,307; formula 4 (ekstrak etanol daun jamblang 5% +
amylum oryzae 5% + OMC 6%) adalah 17,369; formula 5 (ekstrak etanol daun
jamblang 7,5% + amylum oryzae 2,5% + OMC 6%) adalah 19,029.
Ekstrak etanol daun jamblang dan amylum oryzae dapat meningkatkan
nilai SPF krim tabir surya oktil metoksisinamat serta stabilitas fisik sediaan krim
tabir surya yang dihasilkan baik. Sediaan yang memiliki nilai SPF paling tinggi
yaitu formula 5 dengan perbandingan ekstrak etanol daun jamblang dan amylum
oryzae 7,5% : 2,5% dengan nilai SPF 19,029.

Kata kunci: Tabir surya, ekstrak etanol daun jamblang, amylum oryzae,
oktilmetoksisinamat, SPF.
THE EFFECT OF ETHANOL EXTRACT OF JAMBLANG LEAF
(Syzigium cumini (L) Skeels) AND AMYLUM ORYZAE
CONCENTRATIONS ON SUN PROTECTION FACTOR
(SPF) VALUE OF SUNSCREEN CREAM
OCTYL METHOXYCINNAMATE BY IN VITRO

ABSTRACT

Sun exposure contain ultraviolet radiation that can cause a variety of skin
disorders ranging from reddish, black spots, dryness, wrinkles to skin cancer.
Cosmetic sunscreen can filter the sun or hold the entire sun exposure to reduce the
adverse effects of sunlight. Octyl methoxycinnamate is an active substance which
works chemically to absorb ultraviolet light (UV) into the epidermal layer of the
skin. Another active subtance is a jamblang leaf (Syzigium cumini (L) Skeel)
because it is contain flavonoids as antioxidants which can absorb UV rays and
amylum oryzae can reflect sunlight physically. The purpose of this study is to
determine the nature of the physical stability and the effect of variations in the
concentration of ethanol extract of leaves jamblang and amylum oryzae against
the value of SPF sunscreen octyl methoxycinnamate by in vitro.
In this study, jamblang leaf was extracted by maceration method using 96%
ethanol. The extract was dried using a hair dryer at 40°C. SPF value of sunscreens
were determined by UV-Visible spectrophotometry method using Mansur
equation. The study result showed that SPF value of octyl methoxycinnamate
increased when combination of extract of jamblang leaf and amylum oryzae are
added. SPF value from formula 0 (OMC 6%) is 13.743; formula 1 (amylum
oryzae 2.5%) is 14.627; formula 2 (ethanol extract of jamblang leaf 2.5%) is
15.751; formula 3 (ethanol extract of jamblang leaf 2.5% + amylum oryzae 7.5%
+ OMC 6%) is 16.307; formula 4 (ethanol extract of jamblang leaf 5% + amylum
oryzae 5% + OMC 6%) is 17.369; formula 5 (ethanol extract of jamblang leaf
7.5% + amylum oryzae 2.5% + OMC 6%) is 19.029.
Ethanol extract of jamblang leaf and amylum oryzae can increases the SPF
value of sunscreen cream of octyl methoxycinnamate and it shows good physical
stability of sunscreen cream. Preparation has the highest SPF value is formula 5
with comparison ethanol extract of jamblang leaf and amylum oryzae 7.5% : 2.5%
is 19.029.

Keyword: Sunscreen, ethanol extract of jamblang leaf, amylum oryzae, octyl


methoxynnamate, SPF.
PENDAHULUAN dan kemurnian produk tersebut
Latar Belakang (Djajadisastra, 2004).
Banyak zat aktif yang
Kulit merupakan salah satu panca dipergunakan dalam sediaan kosmetika
indra manusia yang terletak di tabir surya, salah satu diantaranya
permukaan tubuh. Bagi tubuh kulit adalah oktil metoksisinamat.
mempunyai fungsi yang sangat penting Mekanisme kerja bahan ini secara
dan fungsi kulit ini tidak sepadan kimiawi adalah dengan mengabsorbsi
dengan lapisannya yang tipis. sinar ultra violet (UV) ke dalam lapisan
Berkaitan dengan letaknya yang ada di epidermis kulit (Sugihartini, 2011).
permukaan tubuh maka kulit Bahan aktif lain yang dapat
merupakan organ pertama yang terkena digunakan adalah flavonoid dari daun
pengaruh yang tidak menguntungkan jamblang (Syzigium cumini (L) Skeel).
dari lingkungan (Santosa dan Daun jamblang juga mengandung
Gunawan, 2001). senyawa polifenol seperti halnya buah
Sinar matahari, disatu pihak dan memiliki aktivitas antioksidan
sangat diperlukan oleh makhluk hidup (Marliani, dkk., 2014). Diantara
sebagai sumber energi, penyehat kulit berbagai senyawa fenolik, flavonoid
dan tulang, misalnya dalam meredam radikal yang diinduksi oleh
pembentukan vitamin D dari pro UV dan memberikan efek perlindungan
vitamin D yang mencegah penyakit terhadap radiasi dengan bertindak
polio atau riketsia, tetapi di lain pihak menyerap sinar UV (Raimundo, et al.,
sinar matahari mengandung sinar 2013). Hasil penelitian (Sugihartini,
ultraviolet ini dapat menimbulkan 2011) menunjukkan bahwa tepung
berbagai kelainan pada kulit mulai dari beras atau amylum oryzae dapat
kemerahan, noda hitam, kekeringan, memantulkan sinar matahari secara
keriput sampai kanker kulit (Tranggono fisik. Menurut (Zulkarnain, dkk., 2013)
dan Latifah, 2007). amilum yang dibuat dengan ukuran
Kosmetika dapat menyaring sinar partikel kecil dapat berfungsi sebagai
matahari (sun screen) atau bahkan tabir surya fisik. Berdasarkan
dapat menahan seluruh sinar matahari penelitian, pati beras dan pati jagung
(sun block) untuk mengurangi efek yang ditambahkan pada formula krim
buruk sinar matahari tersebut. sejumlah 10% dan 15% mempunyai
Kosmetika ini disebut kosmetika tabir aktivitas tabir surya dengan
surya. Tabir surya terbagi menjadi 2 memberikan nilai SPF 3,05-3,85.
macam yaitu tabir surya kimia yang Berdasarkan kemampuan
dapat mengabsorpsi energi radiasi dan aktivitas dari daun jamblang (Syzigium
tabir surya fisik yang dapat menahan cumini (L) Skeel) dan amylum oryzae
UVA maupun UVB (Wasitaatmadja, maka perlu dikembangkan formula
1997). Salah satu syarat kosmetika tabir surya dengan bahan aktif oktil
yaitu memiliki stabilitas yang baik, metoksisinamat dengan menambahkan
stabilitas didefinisikan sebagai kedua bahan tersebut untuk mendukung
kemampuan suatu produk kosmetika aktivitas oktil metoksisinamat sehingga
untuk bertahan dalam batas spesifikasi perlindungan bagi kulit lebih
yang ditetapkan sepanjang periode meningkat.
penyimpanan dan penggunaan untuk Berdasarkan uraian di atas, maka
menjamin identitas, kekuatan, kualitas peneliti tertarik melakukan penelitian
untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi ekstrak etanol daun Pembuatan Simplisia
jamblang (Syzigium cumini (L) Skeel) Sampel yang digunakan pada
dan amylum oryzae sebagai kosmetika penelitian ini adalah daun jamblang
tabir surya dalam bentuk sediaan krim (Syzigium cumini (L) Skeel) yang
terhadap nilai Sun Protection Factor masih segar. Daun jamblang
(SPF) yang dikombinasikan dengan dipisahkan dari pengotor lain lalu
oktil metoksisinamat secara in vitro. dicuci dan dibersihkan, kemudian daun
jamblang dikeringkan di lemari
Metode Penelitian pengering pada suhu 40°C sampai
Alat-alat menjadi simplisia kering.
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah alat-alat gelas Pembuatan Ekstrak
(gelas ukur, labu ukur, erlenmeyer, Ekstraksi daun jamblang
pipet ukur), mortir, stamper, batang menggunakan metode maserasi dengan
pengaduk, spatula, kertas saring, kertas pelarut etanol 96%. Hasil penelitian
perkamen, waterbath, timbangan menunjukkan daun juwet atau daun
analitik, wadah maserasi, pH meter jamblang memiliki aktivitas antoksidan
(Hanna), spektrofotometer UV-Vis yang baik apabila diekstraksi
(Shimadzu 1800), hot plate, rotary menggunakan etanol 96% secara
evaporator (Stuart), hair dryer. maserasi dengan nilai IC50 yaitu 9,6613
Bahan-bahan ppm (Iqbal, 2011)
Bahan-bahan yang digunakan dalam Daun jamblang yang telah kering
penelitian ini adalah daun jamblang diserbukkan kemudian di maserasi
(Syzigium cumini (L) Skeel), amylum dengan cara masukkan 10 bagian
oryzae, etanol 96%, metilen blue, simplisia (500 g) ke dalam sebuah
propilen glikol, TEA, natrium edetat, bejana, tuangi dengan 75 bagian cairan
setil alkohol, asam stearat, vaselin, penyari (3,75 L etanol 96%) dan tutup,
nipagin, gliseril monostearat, butil biarkan selama 5 hari terlindung dari
hidroksi toluen, parfum, akuades, dan cahaya sambil sering diaduk, serkai,
oktil metoksisinamat (Chemspec peras, cuci ampas dengan cairan
Chemicals Pvt. Ltd). penyari secukupnya hingga diperoleh
100 bagian (5 L). Pindahkan ke dalam
Prosedur bejana tertutup, biarkan di tempat
Pengumpulan Sampel sejuk, terlindung dari cahaya selama 2
Pengumpulan sampel dilakukan hari. Enap tuangkan atau saring (Ditjen
secara purposif, yaitu tanpa POM, 1979).
membandingkan dengan daerah lain. Ekstrak yang diperoleh kemudian
Sampel yang digunakan dalam diuapkan dan dipekatkan dengan rotary
penelitian ini adalah daun jamblang evaporator tekanan rendah pada suhu
(Syzigium cumini (L) Skeel). ±500C, hingga didapat ekstrak cair.
Selanjutnya ekstrak cair daun jamblang
Identifikasi Tumbuhan dikeringkan dengan hair dryer
Identifikasi tumbuhan dilakukan sehingga didapatkan ekstrak kental
di Herbarium Medanense, Universitas daun jamblang.
Sumatera Utara.
Formulasi Krim
Sediaan krim yang digunakan
dalam penelitian ini adalah krim
dengan tipe emulsi minyak dalam air. Nipagin 0,2
Formulasi krim dalam penelitian ini Parfum qs
terdiri dari krim yang mengandung Akuades 100
ekstrak etanol daun jamblang dan
amylum oryzae dengan berbagai Tabel 2.1. Komposisi masing-
konsentrasi yaitu ekstrak etanol daun masing formula
jamblang 2,5%, amylum oryzae 2,5%,
Konsentrasi Formula (% b/b)
kombinasi amylum oryzae dan ekstrak No Nama Zat
F0 F1 F2 F3 F4 F5
etanol daun jamblang dengan
konsentrasi (7,5% : 2,5%, 5% : 5%, 1 Ekstrak
daun _ _ 2,5 2,5 5 7,5
dan 2,5% : 7,5%) serta krim sebagai jamblang
standar dibuat blanko tanpa ekstrak 2 Amylum
oryzae _ 2,5 _ 7.5 5 2,5
daun jamblang dan amylum oryzae.
Rancangan formulasi dijelaskan 5 Dasar 100 97,5 97,5 90 90 90
sebagai berikut: Krim

Formula Standar (Mitsui, 1997) 6 Oleum 3 3 3 3 3 3


R/ Akuades 54,95% Lavender tetes tetes tetes tetes tetes tetes
Propilen glikol 7,0
Natrium edetat 0,05
Keterangan:
Trietanol amin 1,0 F0 : Krim OMC 6%
Vaselin 5,0 F1 : Krim amylum oryzae 2,5%
Setil alkohol 3,0 F2 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 2,5%
F3 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 2,5% +
Asam stearat 3,0 amylum oryzae 7,5% + OMC 6%
Gliseril F4 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 5% +
monostearat 3,0 amylum oryzae 5% + OMC 6%
F5 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 7,5% +
Titanium dioksida 5,0 amylum oryzae 2,5% + OMC 6%
Oxibenson 2,0
Oktil Cara Pembuatan Krim
metoksisinamat 5,0 Pembuatan krim dilakukan
Etilpoliakrilat 1,0 dengan cara meleburkan fase minyak
Squalen 10 dalam cawan penguap yaitu vaselin,
Antioksidan q.s asam stearat, gliseril monostearat dan
Pengawet q.s setil alkohol di atas penangas air pada
Parfum q.s suhu 70 - 75ºC. Setelah melebur,
tambahkan butil hidroksi toluen. Aduk
hingga homogen (massa I). Campurkan
Formula modifikasi fase air yang terdiri dari nipagin,
R/ Propilen glikol 7,0 propilen glikol, trietanol amin, natrium
Natrium edetat 0,05 edetat dan akuades ke dalam
Trietanol amin 1,0 erlenmeyer, kemudian dipanaskan
Vaselin 5,0 hingga larut (massa II). Selanjutnya
Setil alkohol 3,0 dimasukkan massa I ke dalam lumpang
Asam sterat 3,0 panas, ditambahkan oktil
Gliseril monosterat 3,0 metoksisinamat gerus perlahan.
Oktil Kemudian ditambahkan massa II secara
metoksisinamat 6,0 perlahan sambil gerus konstan hingga
Butil hidroksi terbentuk massa krim.
toluen 0,1
Ke dalam lumpang dimasukkan ditunjukkan pH meter merupakan pH
amylum oryzae dan digerus hingga sediaan (Rawlins, 2003).
halus, kemudian ditambahkan sedikit
massa krim, digerus kembali. Pemeriksaan Homogenitas
Selanjutnya tambahkan oktil Sejumlah tertentu sediaan jika
metoksisinamat digerus perlahan. dioleskan pada sekeping kaca atau
Kemudian sisa massa krim bahan transparan lain yang cocok,
ditambahkan sedikit demi sedikit ke sediaan harus menunjukkan susunan
dalam ekstrak daun jamblang dan yang homogen dan tidak terlihat
digerus hingga homogen. Selanjutnya adanya butiran kasar (Ditjen POM,
masukkan parfum dan digerus 1979).
homogen. Massa krim yang telah
homogen kemudian dimasukkan ke Pemeriksaan Tipe Emulsi
dalam wadah. Penentuan tipe emulsi sediaan
dilakukan dengan penambahan sedikit
Pengamatan Stabilitas Fisik Sediaan biru metil ke dalam sediaan, jika larut
Krim sewaktu diaduk, maka emulsi tersebut
Pengamatan Stabilitas Sediaan Krim adalah tipe minyak dalam air (Ditjen
Secara Organoleptis POM, 1985).
Analisis organoleptis dilakukan
dengan mengamati perubahan- Pengujian Iritasi
perubahan bentuk, warna dan bau dari Uji iritasi terhadap sukarelawan
sediaan blanko dan sediaan dengan dilakukan dengan cara mengoleskan
ekstrak daun jamblang (Syzigium sediaan pada kulit lengan bawah bagian
cumini (L) Skeel) dan amylum oryzae dalam selama 2 hari berturut-turut
selama waktu penyimpanan. (Wasitaatmadja, 1997).
Pengamatan perubahan bentuk, warna Sukarelawan yang dijadikan
dan bau tersebut dilakukan setiap panel pada uji iritasi berjumlah 6 orang
minggu selama penyimpanan 3 bulan dengan kriteria sebagai berikut:
(90 hari) pada temperatur kamar. 1. Wanita berbadan sehat.
2. Usia antara 20-30 tahun.
Pengukuran pH 3. Tidak ada riwayat penyakit yang
Penentuan pH sediaan dilakukan berhubungan dengan alergi.
dengan menggunakan pH meter. Alat 4. Kulit sehat, tidak iritasi, dan tidak
terlebih dahulu dikalibrasi dengan ada kelainan kulit.
menggunakan larutan dapar pH netral 5. Bersedia menjadi sukarelawan untuk
(pH 7,01) dan larutan dapar pH asam uji iritasi.
(pH 4,01) hingga alat menunjukkan Sukarelawan adalah orang terdekat
harga pH tersebut. Elektroda dicuci dan sering berada di sekitar pengujian
dengan air suling, lalu dikeringkan sehingga lebih mudah diawasi dan
dengan tissue. Sampel dibuat dalam diamati jika ada reaksi yang terjadi
konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram pada kulit yang sedang diuji (Ditjen
sediaan dan dilarutkan dalam air suling POM, 1985).
hingga 100 ml, kemudian elektroda
dicelupkan dalam larutan tersebut.
Dibiarkan alat menunjukkan harga pH
sampai konstan. Angka yang
Penentuan Nilai Sun Protection Pengolahan Data
Factor (SPF) Sediaan Krim Hasil percobaan dihitung dan
Penentuan efektivitas tabir surya diolah secara statistik. Data uji nilai
dilakukan dengan menentukan nilai Sun Protection Factor (SPF) krim
SPF secara in vitro dengan alat dibuat antara hasil nilai SPF masing-
spektrofotometer UV-Vis. Sebanyak ± masing formula terhadap perbedaan
1,0 gram sampel ditimbang seksama konsentrasi dan dianalisis dengan
kemudian dimasukkan ke dalam labu metode Analisis Varian satu arah
ukur 100 ml dan diencerkan dengan (Anova).
etanol. Larutan diultrasonikasi selama
5 menit lalu disaring dengan kertas HASIL DAN PEMBAHASAN
saring. Sebanyak 10 ml filtrat pertama Pembuatan Sediaan Krim
dibuang. Sebanyak 5,0 ml larutan Sediaan krim tabir surya dibuat
dipipet, dimasukkan ke dalam labu dengan menggunakan formula standar
ukur 50 ml kemudian diencerkan krim tabir surya (Mitsui,1997), formula
dengan etanol. Sebanyak 5,0 ml larutan standar ini dimodifikasi dimana
dipipet, dimasukkan ke dalam labu titanium dioksida dan oxibenson
ukur 25 ml kemudian diencerkan diganti dengan amylum oryzae yang
dengan etanol (Setiawan, 2010). dikombinasikan dengan ekstrak daun
Tahapan Penentuan Nilai Sun jamblang sebagai bahan aktif.
Protection Factor (SPF) Sediaan Krim: Konsentrasi sediaan krim tabir
a. Serapan diukur pada panjang surya yang dibuat yaitu ekstrak etanol
gelombang 290, 295, 300, 305, daun jamblang 2,5%, amylum oryzae
310, 315 dan 320 nm. 2,5%, kombinasi amylum oryzae dan
b. Nilai serapan yang diperoleh ekstrak etanol daun jamblang (7,5% :
dikalikan dengan nilai EE x I 2,5%, 5% : 5%, dan 2,5% : 7,5%).
untuk masing-masing panjang Penambahan oktil metoksisinamat pada
gelombang yang terdapat pada tiap sediaan sebanyak 6 gram. Hal ini
Tabel 2. berdasarkan literatur dengan
c. Hasil perkalian serapan dan EE x I konsentrasi maksimum oktil
dijumlahkan. metoksisinamat 7,5% yang
d. Hasil penjumlahan kemudian diperbolehkan oleh Food and Drug
dikalikan dengan faktor koreksi Administration (FDA) (Barel, dkk.,
yang nilainya 10 untuk 2009).
mendapatkan nilai SPF sediaan. Sediaan krim tabir surya yang
dihasilkan pada formula krim blanko
Cara perhitungan SPF menurut metode (tanpa amylum oryzae dan daun
Mansur: jamblang) dan krim formula 1 (amylum
320
oryzae 2,5% tanpa daun jamblang)
𝑆𝑃𝐹 = 𝐶𝐹 𝑥 ∑ 𝐸𝐸 (𝜆)𝑥 𝐼 𝑥 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 (𝜆)
290
berwarna putih, krim formula 2 (daun
Keterangan: jamblang 2,5% tanpa amylum oryzae),
EE = Spektrum efek eritemal krim formula 3 (daun jamblang 2,5% :
I = Intensitas spektrum sinar amylum oryzae 7,5%), krim formula 4
Abs = Serapan produk tabir surya (daun jamblang 5% : amylum oryzae
CF = Faktor koreksi 5%), dan krim formula 5 (daun
(Setiawan, 2010) jamblang 7,5% : amylum oryzae 2,5%)
berwarna hijau.
Kelima formula krim tidak sediaan adalah air dalam minyak
menunjukkan adanya perubahan bau. (Ditjen POM, 1985).
Perubahan bau dapat disebabkan Berdasarkan pengujian yang telah
karena pengaruh kimia maupun dilakukan, sedian krim tabir surya
biologis. Oksidasi oleh oksigen yang merupakan tipe minyak dalam air
ada di udara terhadap lemak atau karena metilen biru dapat terlarut dan
minyak merupakan salah satu reaksi memberikan warna biru yang
kimia yang sering menyebabkan homogen.
perubahan bau pada krim. Kelima
formula krim tidak menunjukkan Pengukuran pH sediaan krim
adanya perubahan bau atau ketengikan Pengukuran pH sediaan krim
karena pada formula terdapat tabir surya diukur menggunakan pH
antioksidan butil hidroksi toluen yang meter dengan pengulangan sebanyak
dapat melindungi lemak-lemak yang tiga kali pada setiap sediaan. Hasil
mempunyai ikatan rangkap dari pengukuran pH sediaan pada saat
oksidasi. Perubahan bau pada krim selesai dibuat dapat dilihat pada Tabel
karena pengaruh biologis oleh mikroba 3.1, setelah penyimpanan selama 12
maupun jamur juga tidak terjadi karena minggu terjadi perubahan pH pada
sediaan krim mengandung pengawet setiap sediaan dapat dilihat pada Tabel
nipagin. Namun, untuk formula krim 3.2.
yang mengandung daun jamblang Tabel 3.1 Data pengukuran pH awal
menghasilkan bau yang khas dari daun sediaan krim tabir surya pada saat
jamblang. Penambahan parfum sedikit selesai dibuat
dapat menutupi bau tersebut.
pH Rata-
Formula
Penentuan Mutu Fisik Sediaan I II II rata
Pemeriksaan homogenitas F0 5,8 5,9 5,9 5,8
Uji homogenitas dilakukan F1 5,7 5,7 5,8 5,7
dengan mengoleskan sediaan pada F2 5,4 5,5 5,5 5,5
sekeping kaca atau bahan transparan F3 5,5 5,6 5,6 5,6
lain, lalu diratakan. Jika tidak ada F4 5,3 5,4 5,4 5,4
butiran-butiran maka sediaan dikatakan F5 5,2 5,3 5,3 5,3
homogen (Ditjen POM, 1979).
Keterangan :
Pada formula krim tabir surya F 0 : Krim OMC 6%
tidak ditemukan butiran kasar pada F1 : Krim amylum oryzae 2,5%
objek gelas dari berbagai konsentrasi. F2 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 2,5%
Dengan demikian dapat disimpulkan F3 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 2,5%
bahwa sediaan krim tabir surya adalah + amylum oryzae 7,5% + OMC 6%
F4 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 5% +
homogen. amylum oryzae 5% + OMC 6%
F5 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 7,5%
Penentuan tipe emulsi pada sediaan + amylum oryzae 2,5% + OMC 6%
krim
Penentuan tipe krim sediaan
dapat dilakukan dengan pewarnaan
metilen biru, bila metilen biru tersebar
merata berarti sediaan tipe minyak
dalam air, tetapi jika warna hanya
berupa bintik-bintik biru, berarti tipe
Tabel 3.2 Data pengukuran pH sediaan Namun demikian, berdasarkan
krim tabir surya setelah penyimpanan hasil penentuan pH tersebut dapat
selama 12 minggu diketahui bahwa meskipun terjadi
penurunan pH setelah penyimpanan
pH Rata- selama 12 minggu tetapi masih
Formula
I II II rata menunjukkan kisaran pH yang sesuai
F0 5,5 5,4 5,4 5,4 dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5 sehingga
F1 5,4 5,3 5,3 5,3 tidak beresiko menimbulkan reaksi
F2 5,1 5,0 5,1 5,0 negatif pada kulit.
F3 5,3 5,2 5,2 5,2 Hal ini sesuai dengan yang
F4 5,0 4,9 5,0 4,9 diungkapkan oleh Tranggono dan
F5 4,9 4,8 4,9 4,8 Latifah (2007), bahwa semakin jauh
Keterangan : beda antara pH kosmetik dengan pH
F 0 : Krim OMC 6% fisiologis kulit, semakin rentan
F1 : Krim amylum oryzae 2,5% kosmetik itu menimbulkan reaksi
F2 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 2,5% negatif pada kulit, oleh karena itu yang
F3 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 2,5% terbaik adalah jika pH kosmetik
+ amylum oryzae 7,5% + OMC 6%
F4 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 5% + disamakan dengan pH fisiologis kulit,
amylum oryzae 5% + OMC 6% yaitu antara 4,5-6,5.
F5 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 7,5%
+ amylum oryzae 2,5% + OMC 6% Pengamatan stabilitas sediaan
Ketidaksamaan formulasi obat
Perubahan pH yang terjadi pada dapat dideteksi dalam beberapa hal
sediaan krim tabir surya yaitu seluruh dengan suatu perubahan dalam
sediaan mengalami penurunan setelah penampilan fisik, warna, bau, rasa dan
penyimpanan selama 12 minggu. Hal tekstur dari formulasi tersebut.
ini dapat disebabkan oleh pengaruh Umumnya suatu emulsi dianggap tidak
kondisi lingkungan seperti udara stabil secara fisik jika semua atau
selama penyimpanan, dimana oksigen sebagian dari cairan fase dalam tidak
dapat mempengaruhi kestabilan dari teremulsikan dan membentuk suatu
zat-zat yang mudah teroksidasi seperti lapisan yang berbeda pada permukaan
halnya minyak. atau dasar emulsi. Oleh sebab itu perlu
Hal ini sebagaimana yang dilakukan uji evaluasi selama 3 bulan
diungkapkan oleh Ansel (2005), bahwa dan dianggap sebagai stabilitas
oksidasi dari suatu zat obat yang rentan minimum yang harus dimiliki oleh
kebanyakan terjadi bila zat tersebut suatu emulsi (Ansel, 2005).
dipaparkan ke cahaya, atau Berikut ini adalah data hasil
dikombinasi dalam formulasi dengan pengamatan stabilitas sediaan krim
zat-zat kimia lainnya tanpa melihat tabir surya selesai dibuat dan setelah
pengaruhnya terhadap oksidasi dengan penyimpanan 1, 4, 8, 12 minggu.
tepat. Kestabilan dari obat-obat yang
dapat dioksidasi dapat dipengaruhi oleh
oksigen sehingga penambahan
antioksidan perlu untuk
menstabilkannya. Ketidakstabilan
tersebut sangat berpengaruh terhadap
pH sediaan.
Tabel 3.3 Data pengamatan terhadap ekstrak daun jamblang tertinggi yaitu
kestabilan sediaan krim tabir surya 7,5% dapat dilihat pada tabel 3.4 tidak
Pengamatan Setelah terlihat adanya reaksi iritasi seperti
No Formula
Selesa 1 2 3 4 8 12 eritema dan edema pada kulit oleh
i minggu minggu minggu minggu minggu minggu
dibuat karena itu dapat disimpulkan bahwa
1 F0 x y z x y z x y z x y z x y z x y z X y z formula 0, 1, 2, 3, dan 4 juga tidak
2 F1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
3 F2 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
menyebabkan iritasi pada kulit dan
4 F3 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - dapat dikatakan bahwa keseluruhan
5 F4 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - sediaan krim tabir surya aman untuk
6 F5 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
digunakan.
Keterangan : Hasil uji iritasi terhadap kulit
F 0 : Krim OMC 6% sukarelawan dapat dilihat Tabel 3.4.
F1 : Krim amylum oryzae 2,5%
F2 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 2,5% Tabel 3.4 Data hasil uji iritasi krim
F3 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 2,5%
+ amylum oryzae 7,5% + OMC 6% tabir surya terhadap sukarelawan
F4 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 5% +
amylum oryzae 5% + OMC 6% 24 48
Formula Sukarelawan Reaksi jam jam
F5 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 7,5% + Kulit Kulit
amylum oryzae 2,5% + OMC 6% 1 Eritema 0 0
x : Perubahan warna Edema 0 0
y : Perubahan bau 2 Eritema 0 0
z : Pecahnya emulsi F5 Edema 0 0
(Krim ekstrak 3 Eritema 0 0
- : Tidak ada perubahan etanol daun Edema 0 0
√ : Terjadi perubahan jamblang 7,5% + 4 Eritema 0 0
amylum oryzae Edema 0 0
Berdasarkan hasil uji stabilitas 2,5% + OMC 6% 5 Eritema 0 0
Edema 0 0
sediaan setelah selesai dibuat dan 6 Eritema 0 0
penyimpanan selama 12 minggu pada Edema 0 0
suhu kamar, maka diperoleh hasil pada
Keterangan : Eritema dan Edema menurut
tabel 3.3 yang menunjukkan bahwa (Barel, dkk., 2001) yaitu:
seluruh sediaan dari tiap formula tidak Eritema
mengalami perubahan warna, bau dan Tidak eritema 0
tidak terjadi pecahnya emulsi baik pada Sangat sedikit eritema 1
pengamatan minggu ke 1, 4, 8 dan Sedikit eritema 2
Eritema sedang 3
minggu ke-12 selama penyimpanan Eritema sangat parah 4
pada suhu kamar. Hal ini menunjukkan Edema
bahwa sediaan stabil secara fisik. Tidak edema 0
Sangat sedikit edema 1
Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan Sedikit edema 2
Edema sedang 3
Salah satu cara untuk Edema sangat parah 4
menghindari terjadinya efek samping
pada penggunaan kosmetik adalah Penentuan Nilai SPF Sediaan
dengan melakukan uji kulit. Uji kulit Penentuan nilai Sun Protection
dapat dilakukan dengan mengoleskan Factor (SPF) dilakukan secara in vitro
kosmetik di lengan bawah bagian dengan menggunakan spektrofotometer
dalam selama 2 hari berturut-turut UV-Vis dengan pengulangan sebanyak
(Wasitaatmadja, 1997). lima kali pada panjang gelombang 290-
Berdasarkan hasil uji iritasi 320 nm. Menurut Ditjen POM (1985),
terhadap sukarelawan yang dilakukan sinar ultraviolet dengan panjang
terhadap formula 5 dengan konsentrasi
gelombang 290 – 400 nm dapat etanol daun jamblang 7.5% + amylum
menyebabkan sengatan surya dan oryzae 2.5% + OMC 6%) memberikan
perubahan warna kulit. proteksi terbaik karena mempunyai
Metode yang digunakan untuk nilai SPF tertinggi dibandingkan
menentukan nilai SPF sediaan krim dengan formula lainnya. Sediaan krim
tabir surya pada penelitian ini mengacu tabir surya semakin meningkat dengan
pada metode yang dikembangkan bertambahnya konsentrasi ekstrak
Mansur (1986), dimana nilai SPF etanol daun jamblang. Hal ini
ditentukan pada panjang gelombang dikarenakan daun jamblang
290 – 320 nm dengan interval 5 nm mengandung flavonoid. Menurut Ruan
karena panjang gelombang tersebut et al (2008) ekstrak daun jamblang
menyebabkan sengatan surya akibat mengandung senyawa fenolik seperti
UV-B. ferulic acid dan katekin.
Senyawa fenolik dapat berperan
Tabel 3.5 Data nilai SPF sediaan krim sebagai bahan aktif tabir surya.
tabir surya Senyawa fenolik dan flavonoid
merupakan senyawa yang memiliki
No Formula Rata- aktivitas antioksidan (Svobodova, dkk.,
I II III IV rata
1 F1 13,756 13,918 13,763 13,607 13,743 2003). Selain itu penggunaan
2 F2 14,337 14,664 14,677 14,719 14,627
3 F3 15,614 15,701 15,732 15,828 15,751
antioksidan pada sediaan tabir surya
4 F4 16,309 16,064 15,999 15,889 16,307 dapat meningkatkan aktivitas
5 F5 17,369 17,462 17,309 17,354 17,369
6 F6 18,912 19,175 19,114 18,947 19,029
fotoprotektif dan dapat mencegah
berbagai penyakit yang ditimbulkan
Keterangan : oleh radiasi sinar UV (Bonina, dkk.,
F 0 : Krim OMC 6% 1996).
F1 : Krim amylum oryzae 2,5% Menurut Raimundo (2013) Selain
F2 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 2,5% meredam radikal yang diinduksi oleh
F3 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 2,5%
UV, flavonoid memberikan efek
+ amylum oryzae 7,5% + OMC 6%
F4 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 5% +
perlindungan terhadap radiasi UV
amylum oryzae 5% + OMC 6% dengan bertindak menyerap sinar UV.
F5 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 7,5% Sediaan krim tabir surya dengan
+ amylum oryzae 2,5% + OMC 6% penambahan amylum oryzae tidak
memberikan serapan yang cukup besar
Berdasarkan hasil uji penentuan ketika diukur serapannya pada panjang
nilai SPF dari masing-masing sediaan gelombang 290-320 nm dengan
dapat dilihat pada Tabel 3.5, menggunakan metode pengukuran oleh
menunjukkan bahwa penambahan Mansur. Hal ini dikarenakan metode
ekstrak etanol daun jamblang (Syzigium penentuan SPF dengan cara melarutkan
cumini (L) Skeel) dan amylum oryzae krim dalam pelarut etanol ke dalam
dapat meningkatkan nilai SPF krim kuvet kurang cocok untuk krim
tabir surya oktil metoksisinamat. amylum oryzae yang cara kerjanya
Peningkatan nilai SPF berbeda antara memantulkan cahaya matahari. Namun
formula yang satu dengan yang ketika ekstrak daun jamblang
lainnya. ditambahkan bersamaan dengan
Berdasarkan kategori efektivitas amylum oryzae ke dalam krim yang
nilai SPF dari masing-masing sediaan mengandung oktil metoksisinamat
dapat dilihat pada Tabel 3.6, terjadi peningkatan yang lebih besar
menunjukkan bahwa formula 5 (ekstrak lagi. Hal ini dikarenakan beras
mengandung zat oryzanol yang amylum oryzae 2,5% + OMC 6%)
bermanfaat sebagai penangkal sinar memberikan proteksi yang terbaik
ultraviolet (Suhartiningsih, 2015). karena memiliki nilai SPF tertinggi
Efektivitas sediaan tabir surya dibandingkan dengan formula lainnya.
dapat dikategorikan berdasarkan nilai Setelah dilakukan uji statistik
SPF yang diberikan sebagai faktor terhadap nilai SPF sediaan
perlindungan terhadap sinar matahari. menggunakan One Way Anova,
Menurut Wasitaatmadja (1997), adalah diperoleh nilai sig. 0,000 sehingga
sebagai berikut: dapat disimpulkan bahwa terdapat
1. Minimal, bila SPF antara 2-4 perbedaan yang signifikan dengan
2. Sedang, bila SPF antara 4-6 probabilitas lebih kecil dari 0,05 antara
3. Ekstra, bila SPF antara 6-8 masing-masing formula dengan adanya
4. Maksimal, bila SPF antara 8-15 perbedaan variasi konsentrasi daun
5. Ultra, bila SPF lebih dari 15 jamblang dan amylum oryzae yang
Berdasarkan pembagian nilai SPF ditambahkan.
tersebut dapat diperoleh kategori untuk Berdasarkan hasil pengujian
masing-masing sediaan krim tabir Post-Hoc menggunakan metode Tukey
surya terhadap nilai SPF yang ditunjukkan bahwa terdapat perbedaan
diperoleh dari penelitian yang telah nilai SPF yang signifikan antara
dilakukan, dapat dilihat pada Tabel 3.6. masing-masing formula dengan
penambahan daun jamblang dan
Tabel 3.6 Kategori efektivitas sediaan amylum oryzae dalam konsentrasi yang
krim tabir surya berbeda-beda. Formula 5 dengan
konsentrasi daun jamblang sebesar
Nilai SPF Kategori 7,5% dan amylum oryzae sebesar 2,5%
No Formula
Rata-rata Efektifitas memberikan nilai rata-rata SPF paling
1 F0 13,743 Maksimal tinggi bila dibandingkan dengan
2 F1 14,627 Maksimal formula lainnya yaitu sebesar
3 F2 15,751 Ultra 19,02920. Dalam penelitian ini dapat
4 F3 16,307 Ultra disimpulkan bahwa semakin besar
5 F4 17,369 Ultra konsentrasi daun jamblang yang
6 F5 19,029 Ultra ditambahkan, maka semakin besar nilai
SPF yang diperoleh. Hal ini
Keterangan : menunjukkan bahwa daun jamblang
F 0 : Krim OMC 6% dapat meningkatkan nilai SPF sediaan
F1 : Krim amylum oryzae 2,5% tabir surya oktilmetoksisinamat.
F2 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 2,5%
F3 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 2,5%
+ amylum oryzae 7,5% + OMC 6%
KESIMPULAN
F4 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 5% + a. Krim tabir surya kombinasi ekstrak
amylum oryzae 5% + OMC 6% daun jamblang, amylum oryzae
F5 : Krim ekstrak etanol daun jamblang 7,5% + dan oktil metoksisinamat memiliki
amylum oryzae 2,5% + OMC 6% sifat fisik yang baik. Hasil uji
homogenitas sediaan krim
Berdasarkan kategori efektivitas menunjukkan susunan yang
nilai SPF dari masing-masing sediaan homogen dan pH yang sesuai
yang dapat dilihat pada Tabel 3.6, dengan pH fisiologis kulit, tidak
menunjukkan bahwa formula 5 (Krim mengiritasi kulit serta stabil secara
ekstrak etanol daun jamblang 7,5% +
fisik selama penyimpanan 12
minggu. Ditjen POM. (1979). Farmakope
b. Penambahan ekstrak daun Indonesia Edisi III. Jakarta:
jamblang dan amylum oryzae ke Departemen Kesehatan RI.
dalam formulasi krim yang Halaman 33.
mengandung oktil metoksisinamat
dapat meningkatkan nilai SPF krim Ditjen POM. (1985). Formularium
tabir surya oktil metoksisinamat. Kosmetika Indonesia. Jakarta:
Nilai SPF yang tertinggi terdapat Departemen Kesehatan RI.
pada formula 5 dengan nilai SPF Halaman 104, 400, 403-404.
rata-rata yaitu 19,029.
Djajadisastra, Joshita. (2004). Cosmetic
SARAN Stability. Jakarta: Departemen
a. Sebaiknya uji kemampuan tabir Farmasi, FMIPA, Universitas
surya sediaan dilanjutkan secara in Indonesia.
vivo agar efikasinya sebagai tabir
surya dapat diketahui pada kulit Iqbal, Muhammad. (2011). Aktivitas
manusia. Antioksidan dan Profil
Kromatogram Ekstrak Etanol
96% Daun Syzygium cumini,
DAFTAR PUSTAKA Syzygium aromaticum,
Syzygium polyanthum dan
Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk Syzygium aquaeum. Surabaya:
Sediaan Farmasi. Edisi Universitas Airlangga.
Keempat. Jakarta: Universitas
Indonesia. Halaman: 158-159, Marliani, L., Herni, K., dan Nur, I, S.
162 (2014). Aktivitas Antioksidan
Buah dan Daun Jamblang
Barel, A.O., Paye,M., dan Maibach, (Syzygium cumini (L) Skeel).
H.I. (2001). Handbook of Bandung: Sekolah Tinggi
Cosmetic Science and Farmasi Bandung. Halaman
Technology. New York: Marcel 202.
Dekker Inc. Halaman: 110.
Mitsui, T. (1997). New Cosmetic
Barel, A.O., Paye,M., dan Maibach, Science. Amsterdam: Elsevier
H.I. (2009). Handbook of Science. Hal.38
Cosmetic Science and
Technology. Third Edition. New Raimundo, G.O.J., Camila, S, A.,
York: Informa Healthcare USA, Grasielly, R, S., dan Amanda,
Inc. Halaman: 316 L, G. (2013). In Vitro
Antioxidant and
Bonina, F., Maria, L., Lucia, M., Photoprotective Activities Of
Claudio, P., dan Antonella, S. Dried Extract From
(1996). Flavonoids as potential Neoglaziovia Variegata
protective agents against photo- (Bromeliaceae). Journal Of
oxidative skin damage. Applied Pharmaceutical
International Journal Science Vol. 3. Center For
Pharmacy: 145(1-2) Studies and Research Of
Medicinal Plants (NEPLAME), Surabaya: Universitas Negeri
Federal University Of San Surabaya. Halaman: 16.
Fransisco Valley. Brazil.
Halaman: 122. Svobodova, A., Jitka, P., dan Daniela,
W. (2003). Natural Phenolics In
Rawlins, E.A. (2003). Bentley of The Prevention Of UV-Induced
Pharmaceutics. 18 Edition. Skin Damage (A Review).
London. Baillierre Tindall. Biomed papers 147(2).
Halaman 22, 35.
Tranggono, R. I dan Latifah, F. (2007).
Ruan, Z, P., Liang, L,L., dan Yi, M.L. Buku Pegangan Ilmu
(2008). Evaluation of the Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:
Antioxidant Activity of PT Gramedia Pustaka Utama.
Syzygium cumini Leaves. Halaman: 81-82.
Licensee Molecular Diversity
Preservation International, Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun
Basel, Switzerland. Halaman: Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta:
2550. UI Press. Halaman: 119-120.

Santosa, D., Gunawan, D. 2001. Zulkarnain, A. K., Novi, E., dan Nurul,
Ramuan Tradisional Untuk I. S. (2013). Aktivitas Amilum
Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Bengkuang (Pachyrrus erosus
Penebar Swadaya. Halaman: 46. (L.) Urban) Sebagai Tabir
Surya Pada Mencit Dan
Setiawan, T. (2010). Uji Stabilitas Fisik Pengaruh Kenaikan Kadarnya
dan Penentuan Nilai SPF Krim Terhadap Viskositas Sediaan.
Tabir Surya yang Mengandung Yogyakarta: Universitas Gadjah
Ekstrak Daun Teh Hijau Mada. Halaman: 2.
(Camellia sinensis L.), Oktil
Metoksisinamat dan Titanium
Dioksida. Depok: Universitas
Indonesia.

Sugihartini, N. (2011). Optimasi


Komposisi Tepung Beras dan
Fraksi Etanol Daun Sendok
(Plantago major, L) Dalam
Formulasi Tabir Surya Dengan
Metode Simplex Lattice
Design. Yogyakarta:
Universitas Ahmad Dahlan.
Halaman 65.

Sugihartiningsih. (2015). Pengaruh Pati


Bengkuang dan Tepung Kacang
Hijau Terhadap Sifat Fisik dan
Jumlah Mikroba Bedak Dingin.

Anda mungkin juga menyukai