Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TUGAS PEMANFAATAN LIMBAH ITS UNTUK

PEMBUATAN BRIKET DENGAN PERHITUNGAN HIGHER


HEATING VALUE

BIRLY FAJAR NRP. 02311740000040


GOPAS SON KALVIN F M NRP. 02311740000076
TSAQOVA MUHAMMAD S NRP. 02311740000103
KEVIN FAUSTA RAJENDRATAMA NRP. 02311740000097

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA


DEPARTEMEN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan manusia akan bahan bakar minyak terus meningkat, sedangkan
persediaan minyak atau gas bumi sangatlah terbatas dan tidak dapat diperbaharui
hal ini menyebabkan terjadinya krisis energi di Indonesia. Dalam seahun Indonesia
butuh 72 juta kiloliter (KL). Sedangkan volume produksi di dalam negeri hanya 39
juta KL, dan selebihnya masih harus mengimpor [1]. Ketersediaan minyak yang
terbatas mengakibatkan naiknya harga BBM. Kenaikan harga BBM diiringi dengan
kenaikan harga bahan pokok lainnya yang membuat sulit ekonomi masyrakat.
Biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan bakar makin lama makin
mahal. Makin tinggi teknologi yang dipakai untuk mengolah bahan bakar, makin
mahal pula harganya. Akibat langsung jika menggunakan bahan bakar semacam ini
adalah biaya hidup tinggi sehingga tidak banyak orang yang mampu
memanfaatkannya.
Perkembangan kebutuhan arang di Indonesia menurut Badan Penelitian
Surabaya Selama Tiga tahun, dimulai dari tahun 2007 – 2009 mengalami
peningkatan yang cukup pesat. Dapat dilihat pada tahun 2007 kebutuhan arang di
Indonesia mencapai 159.123 / kg dengan nilai perdagangan sebesar $ 12.945. Pada
tahun 2008 mengalami peningkatan dengan total 2.084.919 / kg dengan nilai
perdagangan sebesar $ 595.233. Namun pada tahun 2009 mengalami sedikit
penurunan yakni mencapai 1.418.383 / kg dengan nilai perdagangan sebesar $
329.002.
Persoalan sampah juga menajdi hal yang perlu diperhatikan di Indonesia.
Menurut riset SWI (Sustainable Waste Indonesia) mengungkapkan sebanyak 24
persen sampah di Indonesia masih tidak terkelola. Ini artinya, dari sekitar 65 juta
ton sampah yang diproduksi di Indonesia tiap hari, sekitar 15 juta ton mengotori
ekosistem dan lingkungan karena tidak ditangani. Sedangkan, 7 persen sampah
didaur ulang dan 69 persen sampah berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Dari laporan itu diketahui juga jenis sampah yang paling banyak dihasilkan adalah
sampah organik sebanyak 60 persen, sampah plastik 14 persen, diikuti sampah
kertas (9%), metal (4,3%), kaca, kayu dan bahan lainnya (12,7%) [2].
Harga bahan bakar minyak yang fluktuatif dan cenderung naik memerlukan
solusi. Oleh karena itu perlu diambil tindakan untuk mengalihkan konsumsi bahan
bakar minyak dengan bahan bakar alternatif yang efektif seperti briket dari sampah
organik.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam laporan ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana cara membuat briket menggunakan sampah ranting, daun, dan
puntung rokok?
b. Berapa nilai HHV dari variasi komponen sampah ranting, daun, dan
puntung rokok?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari laporan ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui cara membuat briket menggunakan sampah ranting, daun, dan
puntung rokok.
b. Mengetahui nilai HHV dari variasi komponen sampah ranting, daun, dan
puntung rokok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Briket
Briket adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran tertentu, yang
tersusun dari butiran halus dari bahan yang mengandung karbon tinggi dengan
sedikit campuran bahan perekat. Briket merupakan bahan bakar padat yang dapat
digunakan untuk memasak. Briket merupakan sumber energi alternatif dan atau
pengganti bahan bakar minyak dan atau kayu yang terbuat dari limbah organik,
limbah pabrik maupun dari limbah perkotaan dengan metode yang mengkonversi
bahan baku padat menjadi suatu bentuk hasil kompaksi yang lebih efektif, efisien
dan mudah untuk digunakan [3].
2.2 Heating Value
Ikatan antar atom hidrokarbon ataupun non-hidrokarbon dari bahan-bahan
bakar tersebut menyimpan energi. Energi dalam ikatan antar atom inilah yang biasa
kita sebut sebagai energi kimia. Jika ikatan antar atom tersebut terlepas atau putus,
energi yang tersimpan di dalamnya akan terlepas juga dalam bentuk panas. Jumlah
energi panas yang terlepas untuk tiap satu satuan massa bahan bakar inilah yang
biasa kita kenal sebagai nilai kalor, atau biasa dikenal dalam
dunia engineer sebagai heating value. Selain melepas energi panas, terputusnya
ikatan antar atom tersebut diikuti pula dengan reaksi oksidasi, yang ditandai dengan
terikatnya atom oksigen dengan masing-masing atom karbon dan hidrogen
membentuk karbon dioksida (CO2) maupun air (H2O).
Heating value yang memperhitungkan terlepasnya kembali panas laten uap air
tersebut, biasa kita kenal sebagai Higher Heating Value. Sedangkan Lower
Heating Value tidak memasukkan energi panas laten yang dilepaskan oleh
terkondensasinya uap air tersebut ke dalam nilai heating value. Dengan kata lain,
HHV mengasumsikan bahwa uap air hasil proses pembakaran akan terkondensasi
dan melepaskan panas latennya di akhir proses, sedangkan LHV mengasumsikan
bahwa uap air akan tetap sebagai uap air hingga akhir proses pembakaran [4].
……….(1)

2.3 Biomassa
Biomassa merupakan sumber energi alternatif terbarukan yang berasal dari
tumbuhan-tumbuhan dan limbah. Biomassa merupakan bahan hayati yang biasanya
dianggap sebagai sampah dan sering dimusnahkan dengan cara dibakar. Biomassa
tersebut dapat diolah menjadi bio arang yang merupakan bahan bakar yang
memiliki nilai kalor yang cukup tinggi dan dapat digunakan dalam kehidupan
sehari-hari [5].

2.4 Pembakaran

Pembakaran adalah perubahan fisik dan kimiawi suatu zat yang terbakar
melalui oksidasi menyeluruh atau sebagian dari karbon dan hidrogen oleh oksigen.
Dalam praktek, terjadinya pembakaran ditandai dengan kenaikan temperatur. Kalor
bakar adalah sejumlah panas yang dilepas pada proses pembakaran dengan total
oksidasi. Nilai kalor untuk bahan bakar padat dan cair biasanya dinyatakan dalam
per unit berat pada kondisi atmosfir standar. Nilai kalor per unit berat atau volume
dipengaruhi oleh komposisi material yang dibakar [6].
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan briket ini adalah
sebagai berikut;

a. Ranting
b. Puntung rokok
c. Daun Kering
d. Tepung Kanji
e. 3 Gelas Air Mineral 240 ml
f. Panci
g. Air
h. Korek
i. Thermometer

3.2 Cara Pembuatan

Adapun cara pembuatan briket ini adalah sebagai berikut:

a. Cetakan briket diisi dengan variasi komponen sebagai berikut 30 % ranting,


40 % daun, 10 % puntung rokok, dan 20% tepung kanji ke dalam wadah air
mineral 240 ml
b. Variasi komponen dicampurkan dan diaduk hingga merata.
c. Briket dijemur hingga kering kurang lebih 5-6 jam di bawah sinar matahari.
d. Langkah a-c diulangi dengan variasi komponen sebagai berikut, 30% ranting,
50% daun, dan 20% tepung kanji

3.3 Pengukuran HHV

Adapun cara pengukuran HHV adalah sebagai berikut:

a. Massa briket 1 dan 2 ditimbang


b. Panci diisi air dengan volume 200 ml
c. Suhu air diukur menggunakan thermometer kemudian dicatat
d. Briket dinyalakan menggunakan korek
e. Briket yang sudah menyala digunakan untuk memanaskan air.
f. Peruabahan suhu pada air dicatat
g. Massa briket setelah pembakaran ditimbang
h. Hitung nilai HHV menggunakan persamaan …(1)
i. Langkah b-g diulangi untuk briket 2 dan 3
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data

Data yang didapatkan dari hasil pengukuran adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Pengambilan Data

Massa Massa
Briket 𝛥T Massa Air HHV
Awal Akhir
117870,96
1 92 gram 30 gram 8,7 200 gram
Kj/Kg
97391,30
2 101 gram 32 gram 8 200 gram
Kj/Kg

Tabel di atas menjelaskan nilai HHV dari masing -masing briket yang divariasikan
komponennya. Nilai HHV dihitung menggunakan persamaan (1)
4.2 Pembahasan
Dari data yang dihasilkan di atas dapat dibandingkan bahwa nilai HHV briket
pertama lebih besar darpida nilai HHV briket kedua. Pada briket pertama
terkandung puntung rokok yang berisi tembakau. Temabakau berpengaruh dalam
peningkatan HHV. Hal ini membuktikan bahwa HHV dari suatu bahan dipengaruhi
oleh komponen yang ada di dalamnya juga. Suhu tidak sampai 100 C karena
pemanasannya memakai panci dimana tebal panci bisa menjadi penghambat untuk
pemanasan air.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan ini adalah sebagai berikut:
a. Briket dapat dibuat dari sampah organik contohnya menggunakan ranting,
daun, dan tembakau. Isi briket dapat divariasikan komponennya. Sampah
organik ini dapat dilem menggunakan tepung kanji sebagai perekat. Briket
yang sudah dilem kemudian dijemur hingga kering sehingga dapat
digunakan sebagai bahan bakar.
b. Variasi dari komponen briket menghasilkan nilai HHV yang berbeda. Nilai
HHV dari briket pertama adalah 117870,96 Kj/Kg sementar untuk briket
kedua adalah 97391,3 Kj/Kg.
5.2 Saran
Saran yang ingin disampaikan yaitu, briket yang sudah dilem harus dikeringkan
secara merata agar pada saat pembakaran briket tidak terbakar lama. Pastikan
barang-barang yang digunakan untuk mengukur suhu sudah terkalibrasi dengan
baik agar tidak terjadi kesalahan pada saat pembacaan.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai