Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DISUSUN OLEH :
Yuni Agustia I4051191029
Jamilah I4051191031
Nanda Alvionita I4051191032
Sultana Zakaria I4051191033
Irenius Efren I4052191006

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Pokok Bahasan/Topik : Demam Berdarah Dengue (DBD)


Sub Pokok Bahasan : Penanganan dan Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Sasaran : Klien dan keluarga klien
Hari/Tanggal : Jumat, 20 Desember 2019
Waktu/Tempat : Jam 09.30 WIB, di Ruang Mawar RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie
Penyuluh/Penyaji :

A. Latar Belakang
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa penyakit yang sering muncul pada musim
hujan adalah Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti.

B. Tujuan
1) Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan masyarakat dapat mencegah dan menangani
demam berdarah dengue (DBD) secara mandiri.
2) Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan masyarakat mampu :
a. Mengetahui apa demam berdarah dengue (DBD)
b. Mengetahui penyebab demam berdarah dengue (DBD)
c. Mengetahui tanda dan gejala demam berdarah dengue (DBD)
d. Mengetahui klasifikasi demam berdarah dengue (DBD)
e. Mengetahui komplikasi demam berdarah dengue (DBD)
f. Mengetahui pengobatan demam berdarah dengue (DBD)
g. Melakukan pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD)

C. Pelaksanaan Kegiatan
1) Topik : Demam Berdarah Dengue (DBD), Penanganan dan Pencegahannya
2) Sasaran : Klien dan keluarga klien
3) Metode : Ceramah, Diskusi dan Tanya Jawab
4) Media & Alat : Leaflet
5) Waktu & Tempat: Jam 09.30 WIB, di Ruang Mawar RSUD Sultan Syarif Mohamad
Alkadrie
6) Materi : Terlampir
7) Setting Tempat:

P
A A A A
Keterangan :
P : Penyaji
A : Audience

8) Strategi Pelaksaan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1. 2 menit Pembukaan : Menjawab salam


1. Memberi salam Mendengarkan dan
2. Menjelaskan tujuan penyuluhan memperhatikan
3. Menyebutkan materi/pokok bahasan yang akan
disampaikan
2. 15 menit Pelaksanaan : Menyimak dan
Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan memperhatikan
dan teratur.
3. 8 menit Evaluasi : Menyimak dan
- Menyimpulkan inti penyuluhan mendengarkan
- Menyampaikan secara singkat materi
penyuluhan.
- Memberi kesempatan kepada klien dan
keluargat untuk bertanya.
- Memberi kessempatan kepada paserta untuk
menjawab pertanyaan yang dilontarkan.
4. 5 menit Penutup : Menjawab salam
 Menyimpulkan materi penyuluhan yang telah
disampaikan.
 Menyampaikan terimakasih atas perhatian dan
waktu yang telah di berikan kepada peserta.
 Mengucapkan salam.
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

A. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD)


Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan
adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian. Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang
disebabkan oleh Arbovirus (Arthropodborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus.
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan
adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian (Mansjoer, 2009).
Dengue Syok Sindrom (DSS) adalah kasus demam berdarah dengue disertai dengan
manifestasi kegagalan sirkulasi/syok/renjatan. Dengue Syok Sindrome (DSS) adalah
sindroma syok yang terjadi pada penderita Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam
Berdarah Dengue (DBD) (Sumarmo dkk, 2008).

B. Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD)


1. Virus Dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn Virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1, 2, 3 dan
4, keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari
yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini
berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam
kultur jaringan baik yang berasal dari sel-sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster
Kidney) maupun sel-sel Arthropoda misalnya sel Aedes Albopictus (Soedarto, 2012).
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk Aedes
Aegypti, nyamuk Aedes Albopictus, Aedes Polynesiensis dan beberapa spesies lain
merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer & Suprohaita, 2009).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus
dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti
merupakan vektor penting di daerah perkotaan (viban) sedangkan di daerah pedesaan
(rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak
pada genangan air bersih yang terdapat bejana-bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes
Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang-lubang pohon di dalam potongan
bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya (Aedes Albopictus). Nyamuk
betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu
pagi hari dan senja hari (Soedarto, 2012).
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan
imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi
virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic
Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue
tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula
terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah
mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta (Soedarto, 2012).

C. Klasifikasi
Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi menjadi 4
tingkat (Widoyono, 2012) yaitu :
1. Derajat I
Panas 2-7 hari, gejala umum tidak khas, uji tourniquet hasilnya positif.
2. Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala-gejala pendarahan spontan seperti petekia,
ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga dan
sebagainya.
3. Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat
(> 120/menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun (120/80 mmHg)
sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur (denyut jantung >–140 mmHg) anggota
gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
D. Tanda dan Gejala
1. Demam
Secara mendadak berlangsung selama 2-7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau
lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala-gejala klinik yang tidak
spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung, nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala
dan rasa lemah dapat menyetainya (Soedarto, 2012).
2. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi pada
kulit dan dapat berupa uji toniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat
fungsi vena, petekia dan purpura (Soedarto, 2012).
3. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang
gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus
di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita (Soederta, 2012).
4. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan
tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan,
jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya
menunjukan prognosis yang buruk (2012).
Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya, tanda dan gejala
lain adalah :
 Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.
 Asites.
 Cairan dalam rongga pleura (kanan).
 Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.
Gejala klinik lain yaitu nyeri epigastrium, muntah-muntah, diare maupun obstipasi dan
kejang-kejang (Soedarto, 2012).

Tanda Bahaya Demam Berdarah Dengue (DBD) :


a. Perdarahan gusi
b. Muntah darah
c. Penderita tidak sadar
d. Denyut nadi tidak teraba
E. Komplikasi
1. Ensefalopati Dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan
perdarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak disertai syok. Gangguan
metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab
terjadinya ensefalopati. Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara, maka kemungkinan
dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah otak sementara sebagai akibat dari
koagulasi intravaskular yang menyeluruh. Virus dengue dapat menembus sawar darah otak,
tetapi sangat jarang dapat menginfeksi jaringan otak. Dikatakan pula bahwa keadaan
ensefalopati berhubungan dengan kegagalan hati akut.
Pada ensefalopati dengue, kesadaran pasien menurun menjadi apatis atau somnolen, dapat
disertai atau tidak kejang, dan dapat terjadi pada DBD/DSS. Apabila pada pasien syok
terjadi ensefalopati, syok harus diatasi terlebih dahulu. Pungsi lumbal dilakukan apabila
syok sudah teratasi dan kesadaran tetap menurun (hati-hati apabila trombosit <50.000/uL).
Pada ensefalopati dengue dijumpai peningkatan kadar transaminase (SGOT/SGPT), PT
dan PTT memanjang, kadar gula darah turun, alkalosis pada AGD, dan hiponatremia.
2. Kelainan Ginjal
GGA pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi
dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik walaupn jarang. Untuk mencegah
gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan menggantikan volume intravaskular, penting
diperhatikan apakah benar syok telah teratasi dengan baik. Oleh karena apabila syok belum
teratasi dengan baik, sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok berulang.
Pada keadaan syok berat sering kali dijumpai acute tubular nekrosis, ditandai dengan
penurunan jumlah urin dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin.
3. Udem Paru
Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian cairan yang
berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima sesuai panduan yang
diberikan, biasanya tidak menyebabkan udem paru oleh karena perembesan plasma masih
terjadi. Tetapi pada saat terjadinya reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskular, apabila
cairan diberikan secara berlebih. Pasien akan mengalami distress pernafasan, disertai
sembab pada kelopak mata, dan ditunjang dengan gambaran udem paru harus dibedakan
dengan pendarahan paru.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil Laboratorium
 Trombosit menurun <100.000/μ (pada hari sakit ke 3-7)
 Hematokrit meningkat 20% atau lebih
 Albumin cenderung menurun
 SGOT, SGPT sedikit meningkat
 Asidosis metabolik pada lab BGA (pc02 < 35-40 mmHg, HCO3 menurun)
 Dengue blat IgM positif IgG positif pada hari ke 6
 NS 1 positif
2. Foto Rontgen
Pemeriksaan foto thorax RLD (Right Lateral Dext) : Efusi Pleura
3. USG
Pada pemeriksaan USG biasanya ditemukan :
 Asites dan Efusi pleura
 Hepatomegali
G. Penatalaksaan Medis
Penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah :
1. Belum atau tanpa renjatan (Grade I dan II) :
Hiperpireksia (suhu 40 C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan “surface cooling”.
Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan asetaminofen, asetosal tidak boleh
diberikan pada :
 Umur 6-12 bulan : 60 mg/kali, 4 kali sehari.
 Umur 1-5 tahun : 50-100 mg, 4 sehari.
 Umur 5-10 tahun : 100-200 mg, 4 kali sehari.
 Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari.
Terapi Cairan :
 Infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml/kg BB/hari untuk anak dengan BB >10kg
atau 50 ml/kg BB/hari untuk anak dengan BB <10kg bersama-sama di berikan minuman
oralit, air secukupnya.
 Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak-banyaknya
dan sesering mungkin.
 Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus
diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang
diestimasikan sebagai berikut :
- 100 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 kg.
- 75 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26 – 30 kg.
- 60 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31 – 40 kg.
- 50 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41 – 50 kg.
Obat-Obatan lain :
- Antibiotika apabila ada infeksi sekunder lain.
- Antipiretik untuk anti panas.
- Darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
2. Dengan Renjatan (Grade III) :
 Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba
dengan frekuensi kurang dari 120/menit dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat
10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah
cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan
yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu (24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk
mengatasi renjatan). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm diperhitungkan sebagai
berikut :
- 100 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 kg.
- 75 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26 – 30 kg.
- 60 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31 – 40 kg.
- 50 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41 – 50 kg.
Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi masih
terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut
memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau yang lainnya) sebanyak 10
mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24
jam. Jika keadaan umum membaik dilanjutkan cairan RL sebanyak kebutuhan cairan
selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat
mengatasi renjatan.
Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam keadaan
tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral
dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran
L atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB
dalam kurun waktu 24 jam.
Bila pasien sudah masuk dalam tahap DSS (Dengue Syok Syndrom) yaitu pada grade 3
atau 4 maka penatalaksanaan yang terpenting adalah pengelolaan cairan diantaranya
adalah : Resusitasi Volume pada DSS adalah pilihan cairan colume intra verkuler dan
kemampuan menyumpal vaskuler.
H. Perawatan dan Pengobatan di Rumah
1. Beri penderita minum air yang banyak (air masak, teh, susu atau minuman lainnya).
2. Cepat bawa kedokter, puskesmas atau langsung ke rumah sakit apabila penderita tampak
gelisah, lemah, kaki dan tangan dingin, bibir pucat dan denyut nadi lemah.
E. Cara Pencegahan
1. Memelihara lingkungan tetap bersih dan cukup sinar matahari.
2. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk, dengan cara : 4 M PLUS
a) Menguras
Wadah air yang terdapat di dalam bangunan seperti bak mandi, ember, vas bunga, tempat
penampung air kulkas, agar telur dan jentik aedes mati.
b) Menutup
Menutup rapat semua wadah air agar nyamuk aedes tidak dapat masuk dan bertelur.
c) Mengubur
Semua barang bekas yang ada disekitar rumah yang dapat menampung air hujan seperti
ban bekas, kaleng bekas dll, agar tidak menjadi tempat bersarangnya nyamuk.
d) Memantau
Semua wadah air yang berpotensi sebagai tempat pembiakan nyamuk aedes. Dengan
jangan menggantung baju, membubuhkan larvasida, dan tidur menggunakan kelambu.
Cara lain pemberantasan nyamuk :
a. Menyemprot nyamuk dengan zat kimia
b. Lakukan pengasapan
c. Menaburkan serbuk ABATE
d. Memberikan ikan cupang pada tempat penampungan air

Anda mungkin juga menyukai