Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/287595898

Potensi Pemanfaatan dan Pengolahan Brine Water dari Proses Desalinasi Air
Laut

Article · December 2015

CITATIONS READS

0 3,120

1 author:

Andhini Nurulfadilah
Bandung Institute of Technology
1 PUBLICATION 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Andhini Nurulfadilah on 21 December 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Potensi Pemanfaatan dan Pengolahan Brine Water dari Proses
Desalinasi Air Laut
Andhini Nurulfadilah*

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung


Jalan Ganesha No. 10, Bandung, Indonesia
*Corresponding Author: andhininurul@students.itb.ac.id

Abstrak
Perubahan sosio-demografi dan lingkungan global dunia diprediksi akan meningkatkan konsumsi air,
sementara ketersediaan air bersih semakin terbatas. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki
masalah keterbatasan sumber air bagi masyarakat pesisir untuk aktivitas harian dan pengembangan
sektor perikanan, pertanian, perkebunan, industri, dan pariwisata. Desalinasi air laut menjadi salah
satu solusi pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air bersih. Beberapa teknologi desalinasi yang
sudah dikembangkan adalah distilasi membran, osmosis terbalik, elektrodialisis, Multi-effect
Distillation (MED), Multi-stage Flash (MSF), dan desalinasi hibrid. Namun, selain menghasilkan
produk air tawar, desalinasi juga menghasilkan produk samping berupa air garam terkonsentrasi
(brine water) dengan konsentrasi garam lebih dari 36,000 mg/L. Brine water akan menyebabkan
eutrofikasi, akumulasi mineral dan logam berat di badan perairan, dan kerusakan biota bentik apabila
dibuang tanpa dilakukan pengolahan. Pembuangan atau pengolahan brine water hasil desalinasi
bergantung pada lokasi dan kondisi geografis, ketersediaan energi, dan jenis teknologi yang
diterapkan. Pengolahan brine water yang telah dikembangkan adalah kolam evaporasi, pembuangan
langsung ke badan perairan (permukaan maupun laut lepas), pembuangan melalui pipa limbah,
penginjeksikan ke sumur dalam, evaporasi/kristalisasi, serta penggunaan sebagai sumber air irigasi
pertanian dan kultivasi komoditas akuakultur. Teknologi desalinasi yang dapat diterapkan di daerah
pesisir Indonesia adalah osmosis terbalik dan elektrodialisis. Teknologi evaporasi dan kristalisasi
dalam pengolahan brine water dapat diterapkan untuk sektor pertanian dan akuakultur.
Kata kunci : desalinasi, air laut, brine water, osmosis terbalik

1. Pendahuluan pulau Batam, Bintan, Tarakan, Nunukan,


Bengkalis, dan Ternate[1].
Indonesia merupakan negara kepulauan
dengan luas wilayah 5.193.252 km2 dan Kecenderungan konsumsi air diperkirakan
dua pertiga wilayahnya merupakan lautan, terus meningkat hingga 15-35% perkapita
yaitu sekitar 3.288.683 km2 sehingga pertahun, sedangkan ketersediaan air
banyak terdapat wilayah pesisir pantai dan bersih cenderung menurun akibat
pulau-pulau kecil. Sebanyak 1.673 pulau di pertambahan populasi, urbanisasi,
Indonesia merupakan pulau berpenduduk industrialisasi, peningkatan pendapatan
dan 34 pulau diantaranya adalah pulau dan standar hidup, kebutuhan energi,
besar. Penduduk Indonesia yang perubahan iklim, kerusakan alam,
bertambah sekitar 1.8-2.0% pertahun keterbatasan akses sumber daya air, dan
menjadikan pulau-pulau tersebut dapat pencemaran. Teknologi desalinasi air laut,
menjadi alternatif sebagai areal air tanah asin, air drainase, atau air payau
pemukiman, lahan pertanian organik, telah menjadi salah satu solusi pemenuhan
perkebunan, peternakan, perikanan, kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat
maupun industri di masa mendatang. pesisir. Namun, terjadi perdebatan
Beberapa pulau kecil bahkan menjadi mengenai penerapan teknologi ini karena
pusat pemerintahan, pusat pariwisata, dan polusi dari brine water atau air garam
lokasi berdirinya beberapa industri, seperti terkonsentrasi [1].
Andhini Nurulfadilah, Potensi Pemanfaatan dan Pengolahan Brine Water dari Proses 2
Desalinasi Air Laut di Wilayah Pesisir Indonesia, 2015

Brine water sebagai produk samping Selain itu, brine water mengandung bahan
desalinasi seperti yang tertera pada kimia yang digunakan selama proses pre-
Gambar 1 dinilai berdampak langsung treatment air umpan desalinasi seperti
terhadap lingkungan dan berdampak tidak biosida, sulfur dioksida, koagulan (besi
langsung terhadap sosial-ekonomi [2]. klorida), karbon dioksida, sodium bisulfat,
dan polimer; dan bahan pembilas dan
pembersih pipa atau membran seperti
sodium, asam hidroklorik, asam sitrat,
alkali, polifosfat, dan tembaga sulfat [5].
Brine water sebagai produk samping
desalinasi mengandung residu pre-
treatment dan produk samping reaksi yang
harus diolah [6].

Gambar 1. Skema Proses Desalinasi


2. Teknologi Desalinasi Air Laut
Air Laut [2]
Beberapa teknik desalinasi air laut telah
Brine water atau air garam terkonsentrasi diterapkan di berbagai negara dengan
dihasilkan sebanyak 60% dari proses mempertimbangkan aspek geografis,
desalinasi. Brine water mengandung sumber dan kualitas air, biaya investasi dan
konsentrasi garam yang tinggi dan operasi, biaya pemeliharaan, ukuran dan
konsentrasi TDS lebih dari 36,000 mg/L konstruksi lahan, kebutuhan energi,
dengan rentang suhu 90-110 ˚C [3]. regulasi lingkungan, dan post-treatment air
Konsentrasi beberapa unsur kimia pada yang diproduksi [7]. Beberapa sumber air
brine water dari produk teknologi osmosis umpan dan teknologi desalinasi tertera di
terbalik tertera pada Tabel 1. Gambar 2 dan Gambar 3. Air laut dan air
payau paling umum digunakan sebagai air
Tabel 1. Konsentrasi Garam pada umpan desalinasi di beberapa negara di
Konsentrat Sistem Osmosis Terbalik dunia. Gambar 3 menunjukan teknologi
dengan Perolehan 45% Produk RO osmosis terbalik dan MSF memiliki
pada Tekanan Operasi 900 psi [4] kapasitas tertinggi untuk diaplikasikan.
Air Produk
Konsentrat
Laut RO
(ppm)
(ppm) (ppm)
Sodium Air Laut
(Na)
10,967 19,888 64 8%6%
Air
Potasium 19
406 736 3 Payau
(K) %
Magnesium 67% Air
1306 2372 2
(Mg)
Kalsium Sungai
419 761 0,5
(Ca) Air Limbah
Bikarbonat
(HCO3) 109 194 0,9 Gambar 2. Air Umpan Desalinasi [8]
Klorida
19,682 35,771 10,5
(Cl)
Sulfat
(SO4) 2759 5014 1,5
TDS 35,666 64,771 176
Andhini Nurulfadilah, Potensi Pemanfaatan dan Pengolahan Brine Water dari Proses 3
Desalinasi Air Laut di Wilayah Pesisir Indonesia, 2015

RO
11
3% MS
%
8% F
53
25 % ME
%
D
ED
Lain-lain
Gambar 3. Kapasitas Proses Desalinasi
Global [8]

2.1. Distilasi Membran (Membrane


Distillation-MD)
Gambar 4. Proses Distilasi Membran
Distilasi membran (DM) merupakan
[3]
proses pemisahan secara non-isotermal
dengan menggunakan membran. Pada 2.2. Osmosis Terbalik (Reverse Osmosis)
proses ini, dua fluida encer dengan
temperatur yang berbeda dipisahkan Osmosis terbalik merupakan suatu metode
menggunakan membran hidrofobik penyaringan molekul besar dan ion-ion
mikroporous dengan temperatur operasi dari suatu larutan dengan memberi tekanan
yang lebih rendah daripada temperatur hidrostatik pada bagian larutan dengan
kedua fluida tersebut. Perbedaan konsentrasi tinggi melalui sebuah
temperatur di antara dua fluida membran yang selektif dan semipermeabel
menyebabkan proses perpindahan molekul seperti yang tertera pada Gambar 5 [4].
uap dari sisi umpan (sisi hangat) ke sisi Osmosis terbalik merupakan proses filtrasi
permeat (sisi dingin) melalui pori fisika-kimia yang dinilai lebih efisien
membran [19]. karena konsumsi energi yang rendah
dibanding distilasi membran [2]. Proses
Distilasi membran merupakan proses tersebut menjadikan zat terlarut terendap di
desalinasi membran termal dengan lapisan yang dialiri tekanan sehingga zat
perbedaan tekanan uap yang terjadi karena larut murni bisa mengalir ke lapisan
gradien temperatur yang melewati berikutnya. Proses desalinasi pada sistem
membran hidrofobik sebagai penggerak membran terbalik terdiri dari empat proses,
untuk memproduksi air distilat yang murni yaitu :
seperti yang tertera pada Gambar 4 [9].
MD memiliki beberapa keuntungan a. Pre-treatment
dibandingan desalinasi konvensional,
antara lain dapat menggunakan sumber Air umpan disesuaikan dengan membran
energi terbarukan, konsentrasi umpan tidak dengan cara memisahkan padatan
berpengaruh pada kualitas membran, dan tersuspensi, menyesuaikan pH sekitar 5.5-
tekanan operasi yang rendah [10]. 5.8, dan menambahkan inhibitor untuk
mengontrol membrane scaling, metal
MD berpotensi diterapkan karena brine oxide fouling, biological activity, dan
dari desalinasi mengandung bahan kimia particulate fouling.
dari proses pre-treatment yang dapat
membantu mengurangi scaling dalam b. Pressurization
membran MD. Kini, teknologi MD masih
dikembangkan dalam desain proses dan Pompa akan meningkatkan tekanan dari
pre-treatment sumber air laut [9]. umpan yang sudah melalui proses pre-
Andhini Nurulfadilah, Potensi Pemanfaatan dan Pengolahan Brine Water dari Proses 4
Desalinasi Air Laut di Wilayah Pesisir Indonesia, 2015

Gambar 5. Prinsip Teknologi Osmosis Terbalik [12]


treatment hingga tekanan operasi yang 2.3. Electrodialysis / Electrodialysis
sesuai dengan membran dan salinitas air Reversal (ED/EDR)
umpan.
Sebuah proses dimana ion dipindahkan
c. Membrane Separation melalui membran karena perbedaan
potensi elektrik yang diberikan dan sebagai
Membran permeable akan menghalangi konsekuensi dari aliran arus listrik [20].
aliran garam terlarut sementara membran Elektrodialisis memiliki prinsip transpor
akan dilewati air produk terdesalinasi. ion melalui membran penukar ion. ED
Efek permeabilitas membran ini akan merupakan salah satu teknik desalinasi air
menyebabkan terdapatnya dua aliran, yaitu laut yang umum digunakan selain osmosis
aliran produk air bersih dan aliran brine. terbalik, walaupun hanya dapat mengolah
3.6% dari total kapasitas desalinasi,
d. Post-treatment Stabilization dimana sangat kecil dibanding osmosis
Air produk hasil pemisahan membutuhkan terbalik (60%) [10]. Prinsip kerja teknologi
penyesuaian pH sebelum dialirkan ke ED terdapat pada Gambar 6.
sistem distribusi untuk dapat digunakan
sebagai air minum. Produk mengalir
melalui kolom aerasi dimana pH akan
ditingkatkan dari sekitar 5 hingga
mendekati 7.

Keunggulan teknologi osmosis terbalik


adalah kecepatan proses pengolahan dalam
memproduksi air bersih, proses yang tidak
membutuhkan zat kimia, pengoperasian
Gambar 6. Prinsip Kerja
pada suhu kamar, tidak adanya perubahan
Elektrodialisis [12]
fasa, dan kebutuhan energi terbesar
digunakan hanya untuk pemberian air EDR merupakan teknologi pembangkit
umpan [11]. Sedangkan, kelemahan energi listrik yang menggunakan proses
teknologi ini adalah kemungkinan dengan prinsip berlawanan dengan
terjadinya penyumbatan pada membran teknologi elektrodialisis. Fluks ion yang
oleh zat terlarut atau mikroorganisme dihasilkan dari perbedaan salinitas antara
dalam air (membrane fouling) pada dua larutan dikonversi secara langsung
permukaan membran atau di dalam pori menjadi arus listrik [21]. Keuntungan
membran. Apabila terjadi membrane penggunaan ED adalah laju perolehan air
fouling, perlu dilakukan pencucian dengan yang lebih tinggi, ketahanan membran
larutan kimia atau penggantian membran. yang lebih baik, dan tidak membutuhkan
Andhini Nurulfadilah, Potensi Pemanfaatan dan Pengolahan Brine Water dari Proses 5
Desalinasi Air Laut di Wilayah Pesisir Indonesia, 2015

pre-treatment pada umpan. Namun, ED MSF/MED. Kelebihan dari HD adalah


kurang cocok diaplikasikan untuk operasi yang lebih fleksibel, konsumsi
memisahkan komponen biologis (virus dan energi yang rendah, dan biaya konstruksi
bakteri) seperti pada proses osmosis yang rendah [8].
terbalik.
3. Dampak Sosial dan Lingkungan
2.4. Multi-effect Distillation (MED) Brine water

MED merupakan teknik desalinasi air laut Pembuangan brine water dengan
konvensional dengan prinsip perpindahan konsentrasi garam yang tinggi (sekitar
panas dari uap kondensasi ke air laut atau 70,000 ppm) kembali ke laut lepas akan
air garam terkonsentrasi (Gambar 7). membahayakan ekosistem laut. Brine
Permasalahan yang mungkin terjadi pada water yang dihasilkan umumnya memiliki
MED adalah korosi dan pengerakan oleh suhu yang lebih tinggi daripada suhu
komponen seperti CaSO4 karena adanya normal badan perairan. Komponen terlarut
kontak langsung antara uap dan air laut dari brine water selama proses pre-
melalui penukar panas. Rasio dayaguna treatment dan post-treatment desalinasi
produksi terhadap konsumsi uap lebih juga akan menyebabkan eutrofikasi,
tinggi pada proses MED ini [12]. variasi nilai pH, akumulasi mineral dan

Gambar 7. Prinsip Teknologi Multi-Effect Distillation [12]


2.5. Multi-stage Flash (MSF) logam berat, dan kerusakan biota bentik
[2]. Dampak pembuangan langsung brine
Prinsip MSF adalah kolom berseri yang water terhadap lingkungan tertera pada
menghasilkan uap dari umpan air laut. Uap Tabel 2.
dipanaskan dan dikondensasi dengan
penukar panas melalui pipa tertutup. Tabel 2. Pengaruh Brine Water
Kelebihan dari MSF adalah tidak ada terhadap Komponen di Lingkungan [5]
risiko penurunan transfer panas dan
kemudahan untuk mengontrol korosi Dampak
dibandingkan proses MED. Namun, rasio Saluran Peningkatan tekanan
daya guna MSF rendah dibandingkan Pembuangan yang dibutuhkan dalam
proses lain karena konsumsi energi yang Limbah proses pengolahan
lebih tinggi [12]. limbah
Air Tanah Kontaminasi garam
2.6. Hybrid Desalination (HD) pada molekul air
Tanah Akumulasi sodium aan
Desalinasi hibrid merupakan sistem membentuk kerak dan
terintegrasi proses termal dan membran permukaan tanah
seperti kombinasi sistem RO dengan
Andhini Nurulfadilah, Potensi Pemanfaatan dan Pengolahan Brine Water dari Proses 6
Desalinasi Air Laut di Wilayah Pesisir Indonesia, 2015

Perubahan komposisi adalah Australia. Gambar 8 menunjukan


tanah menyebabkan pengolahan dan pemanfaatan brine water
penurunan yield yang telah diterapkan di Australia.
tanaman
Laut Temperatur yang tinggi Freshwate
menyebabkan migrasi r
9% Discharge
ikan laut 12%
Konsentrasi garam yang Sewer Disposal
48%
tinggi mematikan biota
Ocean Disposal
laut (populasi bentik 17%
menurun) 12% Deep
Well
Pentingnya induksi atau pengenalan Injection
adanya “air baru” dari teknologi desalinasi Land
Application
air laut maupun pengolahan brine water ke Gambar 8. Manajemen Brine water di
masyarakat akan meningkatkan kesadaran Australia [4]
akan keterbatasan air dan peningkatan
efektifitas penggunaan air. Adapun tiga Beberapa pilihan pengolahan brine water
prinsip keberhasilan dan keberlanjutan dari hasil desalinasi dengan metode
sebuah teknologi, yaitu perolehan kembali osmosis terbalik adalah pemindahan ke
biaya operasi dan investasi (economy-full kolam evaporasi, pembuangan ke badan
cost recovery), peran dan partisipasi perairan (permukaan maupun laut lepas),
masyarakat (social-proactive public pembuangan melalui pipa limbah urban,
participation), dan status ekologi yang penginjeksikan ke sumur dalam,
baik (environment). Hal ini akan evaporasi/kristalisasi, sumber air irigasi
membangun keseimbangan antara pertanian, dan sumber air untuk kultivasi
persediaan dan kebutuhan akan air produk brine shrimp [13].
desalinasi sehingga dapat memenuhi
aktivitas masyarakat secara optimal Penggunaan kolam evaporasi untuk
dengan penggunaan air yang minimal [2]. pengolahan brine water relatif mudah
dikonstruksi dengan biaya pemeliharaan
dan operasi yang rendah. Kolam evaporasi
didesain untuk mengurangi volume efluen
4. Pengelolaan dan Pengolahan Brine dan memperoleh konsentrat efluen. Kolam
Water evaporasi lebih cocok diaplikasikan di
negara dengan cuaca kering dan hangat,
Pada penelitian Ahmed (2001), terdapat laju evaporasi tinggi, dan ketersediaan
beberapa pertimbangan dalam proses lahan dengan biaya rendah, seperti negara-
pembuangan atau pengolahan brine water negara di Semenanjung Arab.
hasil desalinasi, antara lain volume atau Pertimbangan desain kolam evaporasi
kuantitas konsentrat, lokasi geografis titik adalah ukuran kolam, kedalaman, dan luas
pembuangan, persepsi publik, perizinan permukaan. Laju evaporasi menentukan
dan persetujuan publik, kemungkinan luas permukaan yang dikalkulasi dengan
korosi pada pipa saluran, ketersediaan parameter kapasitas gelombang, kapasitas
energi, kondisi tanah, teknologi yang penyimpanan konsentrat, dan volume air
diterapkan, karakteristik konsentrat yang [14].
dihasilkan, biaya operasi, dan ketersediaan
fasilitas. Kini, penerapan prinsip ZLD (Zero Liquid
Discharge) semakin berkembang untuk
Salah satu negara yang menggunakan mengolah brine water yang mengandung
teknologi desalinasi air laut atau air payau logam berat dan komponen toksik atau
Andhini Nurulfadilah, Potensi Pemanfaatan dan Pengolahan Brine Water dari Proses 7
Desalinasi Air Laut di Wilayah Pesisir Indonesia, 2015

mengonversinya menjadi produk padat. pertanian di Indonesia sangat menjanjikan,


Beberapa pilihan pengolahan brine water terdapat beberapa dampak negatif yaitu
dari proses desalinasi untuk mengurangi nutrien esensial dari brine water yang tidak
salinitas antara lain osmosis terbalik dua diintroduksi ke tanaman pertanian akan
tahap dengan metode presipitasi menyebabkan defisiensi nutrisi berupa
(intermediate chemical demineralization), perlambatan pertumbuhan dan
osmosis terbalik dua tahap dengan perkembangan tanaman pertanian yang
pengolahan biologis, osmosis terbalik tidak sempurna. Komponen kimia tersebut
dengan softening pre-treatment dan pH antara lain kalsium, magnesium, dan sulfat
tinggi, nanofiltrasi dua tahap, dan proses yang telah melewati proses pemisahan
SPARRO (Seeded Slurry Precipitation pada osmosis terbalik. Namun, hal ini
and Recycle Reverse Osmosis) [15]. dapat diatasi dengan proses mineralisasi air
Penelitian Minier (2014) menyatakan desalinasi dan pencampuran air murni
bahwa distilasi membran dapat dengan air desalinasi hingga mencapai
menggunakan low grade waste heat dan konsentrasi yang dibutuhkan tanaman
membran hidrofobik yang dapat mengolah pertanian [11]. Menurut penelitian Pereira
air garam berkonsentrasi tinggi lebih dkk. (2014) total konsumsi energi osmosis
efisien dibandingkan proses desalinasi terbalik yang dibutuhkan untuk
konvensional. menghasilkan air irigasi pertanian adalah
3-7 kWH m-3.
Proses desalinasi osmosis terbalik
menyebabkan permasalahan kontaminasi Penggunaan brine water untuk akuakultur,
air tanah dan permukaan dan salinitas irigasi tumbuhan halophyta, dan kultur
tanah. Pengelolaan brine water dibutuhkan alga menjadi tantangan baru karena
untuk mengurangi risiko lingkungan dan meningkatkan nilai komersial dan
kesehatan. Salah satu solusinya adalah lingkungan. Brine water dapat dijadikan
penggunaan kembali brine dalam irigasi sumber nitrogen dan fosfor untuk
pertanian untuk tumbuhan yang toleran pertumbuhan mikroalga, seperti
dengan salinitas tinggi, seperti Basilicum. Cyanobacteria Spirulina, alga halotoleran
Epuvalisasi merupakan sistem penggunaan seperti Gracilaria tenuistipitata dan
kembali limbah cair biologis berbasis Dunaliella salina yang dapat
hidroponik yang dapat menurunkan menghasilkan produk biologis dari
konsentrasi garam pada brine water, biomassanya (asam lemak dan lipid) [15].
namun juga meningkatkan nilai ekonomi Untuk produk akuakultur, brine water
dan yield Basilicum. Hasil penelitian Qurie dapat dijadikan sumber air dalam
dkk. (2013) membuktikan adanya mengembangbiakan Tilapia, salah satu
penurunan konduktivitas elektrik yang ikan komoditas akuakultur yang
signifikan pada brine selama waktu mengandung protein tinggi, memiliki
penumbuhan Basilicum. Teknik toleransi tinggi terhadap salinitas, dan
epuvalisasi dinilai mudah, fleksibel, dan dapat tumbuh dengan cepat [15].
rendah biaya [16]. Penggunaan kembali
limbah cair untuk agrikultur ini sudah Pemanfaatan garam dari brine water
diterapkan di negara kawasan Amerika menggunakan SAL-PROC juga telah
Selatan, Asia Selatan, Semenanjung Arab, diteliti oleh Ahmed (2003). SAL-PROC
dan Eropa bagian Selatan [17]. merupakan proses terintegrasi untuk
ekstraksi elemen terlarut dari air asin
Desalinasi air laut semakin kompetitif menjadi produk kimia dalam bentuk kristal
karena biaya desalinasi yang menurun, atau cairan. Proses ini terdiri dari beberapa
sedangkan harga air permukaan dan air tahap evaporasi dan pendinginan tanpa
tanah semakin meningkat. Meskipun adanya risiko bahan kimia seperti yang
aplikasi brine water sebagai sumber air tertera pada Gambar 9. Adapun produk
Andhini Nurulfadilah, Potensi Pemanfaatan dan Pengolahan Brine Water dari Proses 8
Desalinasi Air Laut di Wilayah Pesisir Indonesia, 2015

yang dihasilkan teknologi SAL-PROC, untuk menghasilkan residu dalam bentuk


antara lain gypsum, sodium klorida, padat (garam kalsium sulfat) dari efluen
magnesium hidroksida, kalsium klorida, cair. Namun, konsumsi energi teknik ini
kalsium karbonat, dan sodium sulfat sangatlah tinggi karena dihubungkan
sebagai material untuk berbagai industri dengan sistem vapor recovery dan waste
[1]. heat panas limbah [15].

5. Kesimpulan

Teknologi desalinasi yang tepat untuk


diterapkan di daerah pesisir Indonesia
adalah osmosis terbalik dan elektrodialisis
karena lebih efektif dengan biaya yang
lebih murah. Air produk desalinasi dapat
Gambar 9. Proses SAL-PROC dalam digunakan untuk kebutuhan masyarakat,
Pengolahan Brine Water [1] sedangkan brine water dapat diolah
dengan kolam evaporasi dan digunakan
Selain itu, komponen garam sulfat yang untuk sektor pertanian dan akuakultur
terkandung dalam brine water seperti sehingga dapat mengontrol dampak
barium sulfat dan kalsium sulfat harus lingkungan dan kesehatan manusia.
dihilangkan karena akan membentuk kerak Pengolahan dan penggunaan brine water
dalam membran. Beberapa metode sebagai air irigasi pertanian dapat
pemisahan sulfat adalah pengolahan mempertimbangkan kualitas air umpan,
kimiawi dengan presipitasi, pemisahan penggunaan energi, dan biaya operasi.
dengan nanofiltrasi, adsorpsi, dan
pengolahan biologis [6]. Almasri (2015)
telah melakukan penelitian dengan metode
Daftar Pustaka
alternatif dalam memisahkan sulfat pada
brine water, yaitu penggunaan nanofiltrasi [1] Azmanajaya, Emil. (2012) Model
sebelum RO tahap kedua. Brine water Penyediaan Air Bersih Berkelanjutan
yang dialirkan akan diolah dan di Pulau Kecil (Studi Kasus: Pulau
dikombinasikan dengan umpan aliran RO Tarakan, Kalimantan Timur),
tahap kedua seperti yang tertera pada Disertasi, Institut Pertanian Bogor
Gambar 10 [18].
[2] Meerganz von Medeazza, G. L.
(2005). “Direct” and socially-induced
environmental impacts of desalination.
Desalination, 185(May), 57–70.

[3] Mezher, T., Fath, H., Abbas, Z., &


Khaled, A. (2011). Techno-economic
assessment and environmental impacts
of desalination technologies.
Desalination, 266(1-3), 263–273.
Gambar 10. Skema Osmosis Terbalik
Dua Tahap [18] [4] Burn, S., Hoang, M., Zarzo, D.,
Olewniak, F., Campos, E., Bolto, B., &
Adapun teknologi alternatif yang Barron, O. (2015). Desalination
menggabungkan evaporasi dan kristalisasi techniques — A review of the
Andhini Nurulfadilah, Potensi Pemanfaatan dan Pengolahan Brine Water dari Proses 9
Desalinasi Air Laut di Wilayah Pesisir Indonesia, 2015

opportunities for desalination in vs. membrane filtration: Overview of


agriculture. Desalination, 364, 2–16. process evolutions in seawater
desalination. Desalination, 143(3),
[5] Al-Agha, M. R., & Mortaja, R. S. 207–218.
(2005). Desalination in the gaza strip:
drinking water supply and [13]Ahmed, M., Arakel, A., Hoey, D.,
environmental impact. Desalination, Thumarukudy, M. R., Goosen, M. F.
173(2), 157–171. a., Al-Haddabi, M., & Al-Belushi, A.
(2003). Feasibility of salt production
[6] Ahmed, M., Shayya, W. H., Hoey, D., from inland RO desalination plant
& Al-Handaly, J. (2001). Brine reject brine: A case study.
disposal from reverse osmosis Desalination, 158(1-3), 109–117
desalination plants in Oman and the
United Arab Emirates. Desalination, [14]Ahmed, M., Shayya, W. H., Hoey, D.,
133(2), 135–147. Mahendran, A., Morris, R., & Al-
Handaly, J. (2000). Use of evaporation
[7] Ghaffour, N., Missimer, T. M., & ponds for brine disposal in
Amy, G. L. (2013). Technical review desalination plants. Desalination,
and evaluation of the economics of 130(2), 155–168. 016/S0011-
water desalination: Current and future 9164(00)00083-7
challenges for better water supply
sustainability. Desalination, [15]Sánchez, a. S., Nogueira, I. B. R., &
309(2013), 197–207 Kalid, R. a. (2015). Uses of the reject
brine from inland desalination for fish
[8] Mezher, T., Fath, H., Abbas, Z., & farming, Spirulina cultivation, and
Khaled, A. (2011). Techno-economic irrigation of forage shrub and crops.
assessment and environmental impacts Desalination, 364(November), 96–107
of desalination technologies.
Desalination, 266(1-3), 263–273 [16]Qurie, M., Abbadi, J., Scrano, L.,
Mecca, G., Bufo, S. a., Khamis, M., &
[9] Minier-Matar, J., Hussain, A., Janson, Karaman, R. (2013). Inland treatment
A., Benyahia, F., & Adham, S. (2014). of the brine generated from reverse
Field evaluation of membrane osmosis advanced membrane
distillation technologies for wastewater treatment plant using
desalination of highly saline brines. epuvalisation system. International
Desalination, 351, 101–108 Journal of Molecular Sciences, 14(7),
13808–13825.
[10]Quist-Jensen, C. a., Macedonio, F., &
Drioli, E. (2015). Membrane [17] Oron, G., Gillerman, L., Buriakovsky,
technology for water production in N., Bick, A., Gargir, M., Dolan, Y.,
agriculture: Desalination and Hagin, J. (2008). Membrane
wastewater reuse. Desalination, 364, technology for advanced wastewater
17–32 reclamation for sustainable agriculture
production. Desalination,
[11]Pereira, L. S., Duarte, E., & Fragoso, 218(February 2006), 170–180.
R. (2014). Water Use: Recycling and
Desalination for Agriculture. [18]Almasri, D., Mahmoud, K. a., &
Encyclopedia of Agriculture and Food Abdel-Wahab, A. (2015). Two-stage
Systems, 5, 407–424. sulfate removal from reject brine in
inland desalination with zero-liquid
[12]Van der Bruggen, B., & discharge. Desalination, 362, 52–58
Vandecasteele, C. (2002). Distillation
Andhini Nurulfadilah, Potensi Pemanfaatan dan Pengolahan Brine Water dari Proses 10
Desalinasi Air Laut di Wilayah Pesisir Indonesia, 2015

[19]I.G. Wenten, N.F. Himma, S. Anisah,


N. Prasetya, Membran
Superhidrophobik, Teknik Kimia
Institut Teknologi Bandung, 2015

[20]I.G. Wenten, Khoiruddin, A.N.


Hakim,, Pemisahan Elektro Ionik
Berbasis Membran, Teknik Kimia
Institut Teknologi Bandung, 2014

[21] I.G. Wenten, A.N. Hakim,


Khoiruddin, Elektrodialisis, Teknik
Kimia Institut Teknologi Bandung,
2014

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai