TINJAUAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Preferensi Konsumen
a. Definisi Preferensi Konsumen
Pengertian preferensi/ selera konsumen adalah langkah pertama
mencari cara praktis untuk menggambarkan alasan orang-orang
memilih satu produk ketimbang produk lain. 10 Ekonom
mengasumsikan bahwa selera sebagai sesuatu yang ada begitu saja dan
relatif stabil, sehingga setiap orang mungkin saja mempunyai seleranya
sendiri, selera individual tidak dalam keadaan berubah yang terus
menerus.11 Pada gilirannya, memahami keputusan belanja konsumen
akan membantu dalam memahami seberapa besar perubahan
pendapatan dan harga mempengaruhi permintaan atas barang dan jasa
serta mengapa permintaan atas sebagian produk lebih sensitif terhadap
harga dan pendapatan ketimbang produk lain.12
Menurut Assael sebagaimana yang dikutip oleh Jono M
Munandar13, preferensi konsumen dapat berarti kesukaan, pilihan atau
sesuatu hal yang lebih disukai konsumen. Preferensi ini terbentuk dari
persepsi konsumen terhadap produk. Persepsi ini sebagai perhatian
kepada pesan, yang mengarah ke pemahaman dan ingatan. Persepsi
yang sudah mengendap dan melekat dalam pikiran akan menjadi
preferensi.
Sedangkan konsumen itu sendiri dapat diartikan setiap orang
pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik
10
Robert S Pendyck dan Daniel L Rubinfield, Mikroekonomi,…, hlm. 72.
11
William A McEachern, Ekonomi Mikro ,…, hlm.32
12
Robert S Pendyck dan Daniel L Rubinfield, Mikroekonomi, …, hlm. 72.
13
Jono M Munandar dkk, Analisis Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen
Produk Air Minum dalam Kemasan di Bogor, Jurnal Tekhnologi Industri Vol. 13 (3) , hlm. 98.
11
12
14
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen.
15
Robert S Pendyck dan Daniel L Rubinfield, Mikroekonomi, … hlm. 72.
13
1) Kelengkapan (Completeness)
Prinsip ini mengatakan bahwa setiap individu selalu dapat
menentukan keadaan mana yang lebih disukainya di antara dua
keadaan. Konsumen dapat membandingkan dan menilai semua produk
yang ada. Bila A dan B ialah dua keadaan produk yang berbeda, maka
individu selalu dapat menentukan secara tepat satu di antara
kemungkinan yang ada. Dengan kata lain, untuk setiap dua jenis produk
A dan B, konsumen akan lebih suka A daripada B, lebih suka B
daripada A, suka akan keduanya, atau tidak suka akan keduanya.
Preferensi ini mengabaikan faktor biaya dalam mendapatkannya.
2) Transivitas (Transivity)
Prinsip ini menerangkan mengenai konsistensi seseorang dalam
menentukan dan memutuskan pilihannya bila dihadapkan oleh beberapa
alternatif pilihan produk. di mana jika seorang individu mengatakan
bahwa ―produk A lebih disukai daripada produk B‖, dan ―produk B
lebih disukai daripada produk C‖, maka ia pasti akan mengatakan
bahwa ―Produk A lebih disukai daripada produk C‖. Prinsip ini
sebenarnya untuk memastikan adanya konsistensi internal di dalam diri
individu dalam hal pengambilan keputusan. Hal ini, menunjukkan
bahwa pada setiap alternatif pilihan seorang individu akan selalu
16
Ketiga langkah tersebut merupakan dasar teori konsumsi. Apabila konsumen memilih satu
barang dibandingkan barang yang lain, maka orang tersebut cenderung pada barang pertama.
Begitupun jika seseorang yang memilih satu barang dibandingkan barang lain yang serupa dan
memilih barang yang pertama maka dapat disimpulkan dari keputusan aktual yang dibuat
konsumen dalam merespon perubahan harga berbagai barang dan jasa yang tersedia untuk dibeli.
17
M Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia, Teori Mikro Ekonomi : Suatu Perbandingan
Ekonomi Islam & Ekonomi Konvensional, (Jakarta : Kencana Prenada Group, 2010), hlm 110-111.
14
18
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007),
hlm. 53
15
19
T. Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hlm 91.
20
T. Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, … hlm 91.
16
21
Sadono sukirno, Mikro Ekonomi, (Jakarta: Raja Grafindo, 2013), hlm. 153.
22
Sadono sukirno, Mikro Ekonomi, … hlm. 154.
18
23
T Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, … hlm. 91.
19
24
Iskandar Putong, Economics: Pengantar Mikro dan Makro, (Jakarta : Mitra Wacana
Media, 2013), hlm.157.
20
Proses
Interprestasi
Perhatian
Pemahaman
Ingatan
Proses
Pengintegrasian
Perilaku
Gambar 2.1
Model Pemrosesan Kognitif Pengambilan Keputusan Konsumen
Sumber : Nugroho J Setiadi (2008: 414)
Inti dari pengambilan keputusan konsumen adalah proses
pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk
mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternative dan memilih salah satu
21
27
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, diterjemahkan oleh Benyamin
Molan, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2008), 25.
23
28
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII Yogyakarta, Ekonomi
Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 2008), hlm. 129.
29
Mustafa Edwin Nasution, dkk. Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, (Jakarta : Kencana
Prenada Group, 2007), hlm. 86.
24
31
Ilfi Nur Diana, Hadis-hadis Ekonomi, (Malang : UIN Maliki Press, 2012), …, hlm. 52.
32
Ilfi Nur Diana, Hadis-hadis Ekonomi, …., hlm. 52.
27
b) Adil (Equilibrium/Keadilan)
Islam memperbolehkan manusia untuk menikmati berbagai
karunia kehidupan dunia yang disediakan Allah SWT. Pemanfaatan
atas karunia Allah tersebutt harus dilakukan secara adil sesuai
dengan syariah, sehingga di samping mendapatkan keuntungan
materiil, ia juga sekaligus merasakan kepuasan spiritual al-Qur’an
secara tegas menekankan norma perilaku ini baik untuk hal-hal yang
bersifat materiil maupun spiritual untuk menjamin adanya kehidupan
yang berimbang antara kehidupan dunia dan akhirat. Oleh
karenanya, dalam Islam konsumsi tidak hanya barang-barang yang
33
M. Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi, …, hlm 86-92.
34
Departemen Agama, al-Qur‟an dan terjemahan,…,hlm. 523.
28
35
Departemen Agama, al-Qur‟an dan terjemahan, …hlm. 283.
29
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu
bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika
disembelih) disebut (nama) selain Allah36. tetapi Barangsiapa
dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka
tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.37
36
Haram juga menurut ayat ini daging yang berasal dari sembelihan yang menyebut nama
Allah tetapi disebut pula nama selain Allah.
37
Departemen Agama, al-Qur‟an dan terjemahan,…, hlm. 26
30
f) Sederhana
Islam melarang perbuatan yang melampaui batas (israf),
termasuk pemborosan dan berlebih-lebihan (bermewah-mewah),
yaitu membuang-buang harta dan menghambur-hamburkannya tanpa
faedah serta manfaat dan hanya memperturutkan nafsu semata. Allah
akan sangat mengecam setiap perbuatan yang melampaui batas.
Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-A’raaf ayat 31:
38
Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan sembahyang atau thawaf keliling ka'bah atau
ibadat-ibadat yang lain.
39
Maksudnya: janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula
melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.
40
Departemen Agama, al-Qur‟an dan terjemahan, …hlm. 154.
41
M. Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi,… hlm 92-93.
31
42
Ilfi Nur Diana, Hadis-hadis Ekonomi, …., hlm. 59.
43
Departemen Agama, al-Qur‟an.
32
2. Pasar
a. Definisi Pasar dan Bentuk-bentuk Pasar
Secara teoritis dalam ekonomi, pasar menggambarkan semua
pembeli dan penjual yang terlibat dalam transaksi aktual atau potensial
terhadap barang atau jasa yang ditawarkan44. Adapun pengertian lain
dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia mendefinisikan pasar adalah
lembaga ekonomi tempat terjadinya pertukaran barang dan jasa antara
penjual dan pembeli.45
Menurut Robert S Pendyck, pasar merupakan sekumpulan
pembeli dan penjual yang melalui interaksi aktual dan potensial mereka,
menentukan harga suatu produk atau serangkaian produk.46
Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres RI)
mendefiniskan pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah
penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan,
pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun
sebutan lainnya47.
W. J Stanton mendefinisikan pasar adalah orang-orang yang
mempunyai keinginan untuk puas, untuk berbelanja, dan kemauan
untuk membelanjakannya. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat
diketahui 3 unsur penting dalam pasar yaitu (1) orang dengan segala
keinginannya, (2) daya beli mereka, dan (3) kemauan untuk
membelanjakan uangnya48.
M. Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia mendefinisikan pasar
adalah sebuah mekanisme pertukaran produk baik berupa barang
maupun jasa yang alamiah dan telah berlangsung sejak peradaban awal
44
Danang Sunyoto, Perilaku Konsumen dan Pemasaran, (Yogyakarta: CAPS, 2015), hlm.
205.
45
Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid 12 P-Pep, ( Jakarta: PT. Delta Pamungkas, 2004),
hlm. 220.
46
Robert S Pendyck dan Daniel L Rubinfield, Mikroekonomi, … hlm. 8-9.
47
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 tahun 2007 Tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.
48
Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo, Pengantar Bisnis Modern, (Yogyakarta : Liberty, 1997),
hlm.191.
33
49
M. Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi, … hlm 264.
50
T Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, … hlm. 170.
34
b. Pasar Tradisional
Pasar tradisional merupakan sebuah perwujudan eksistensi kegiatan
ekonomi yang telah melembaga lama. Sejak awal kehadiaran pasar
tradisional merupakan sarana tempat penjualan barang yang dilaksanakan
oleh pedagang kecil dan menengah melalui tawar menawar. Interaksi
sosial dan ekonomi yang terjadi turut mendorong perkembangan pasar.
Pasar tradisional sudah dikenal sejak puluhan abad lalu, diperkirakan
sudah muncul sejak jaman kerajaan Kutai Kartanegara pada abad ke -5
Masehi. Dimulai dari barter barang kebutuhan sehari-hari dengan para
pelaut dari negeri tirai bambu, masyarakat mulai menggelar dagangannya
dan terjadilah transaksi jual beli tanpa mata uang hingga digunakan mata
uang yang berasal dari negeri Cina. Bahkan dibeberapa relief candi
nusantara diperlihatkan cerita tentang masyarakat jaman kerajaan ketika
bertransaksi jual beli walau tidak secara detail. Pasar dijamannya dijadikan
sebagai ajang pertemuan dari segenap penjuru desa dan bahkan digunakan
sebagai alat politik untuk menukar informasi penting dijamannya. Bahkan
pada saat masuknya peradaban Islam di tanah air abad 12 Masehi, pasar
digunakan sebagai alat untuk berdakwah. Para wali mengajarkan tata cara
berdagang yang benar menurut ajaran Islam. Kawasan pasar juga
merupakan kawasan pembauran karena berbagai macam etnis hadir disana
selain masyarakat lokal. Etnis Tionghoa, Arab, Gujarat, India merupakan
para pedagang besar waktu itu. Pasar sebagian besar dibangun dipinggir
pelabuhan dan sungai untuk memudahkan aktivitas bongkar muat barang
dan memudahkan transaksi pembelian. Dijaman penjajahan Belanda, pasar
tradisional mulai diberikan tempat yang layak dengan didirikan bangunan
yang cukup besar dijamannya. Pasar Beringharjo di Yogya, Pasar Johar di
Semarang dan Pasar Gede di kota Solo adalah salah satu contoh pasar
tradisional terbaik dijamannya. Dan bahkan ada semacam ritual sendiri
dimasyarakat Jawa yaitu pendirian bangunan pasar dilokasi tertentu harus
mendapatkan semacam pulung (wahyu) agar para pedagang bisa laku
berjualan ditempat tersebut. Pasar tersebut didirikan sebagai sentra
36
penjualan bahan pangan dan sandang di kota besar dan agar para penjajah
lebih mudah untuk mengawasi geliat pasar tradisional tersebut.51
53
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 tahun 2007 Tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.
54
Rubyah Hutomo dan Renny Aprilliyani, Analisis Faktor Perilaku Konsumen Pasar
Tradisional, (Gemawisata Vol. 10 No.1, 2012), hlm. 39.
55
Rubyah Hutomo dan Renny Aprilliyani, Analisis Faktor Perilaku Konsumen Pasar
Tradisional,…, hlm. 39.
38
c. Pasar Modern
Toko Modern atau pasar modern adalah toko dengan sistem pelayanan
yang mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk
56
Rubyah Hutomo dan Renny Aprilliyani, Analisis Faktor Perilaku Konsumen Pasar
Tradisional,… , hlm. 39-40.
57
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 tahun 2007 Tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.
39
58
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 tahun 2007 Tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.
59
Devi Nurmalasari, Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing dan
Preferensi Masyarakat Berbelanja di Pasar Tradisional, (Bogor : IPB, 2007).
60
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 tahun 2007 Tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.
40
61
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 tahun 2007 Tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.
62
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 tahun 2007 Tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.
63
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 tahun 2007 Tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.
64
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 tahun 2007 Tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.
41
67
Departemen Agama, al-Qur‟an.
68
Ialah bukit Quzah di Muzdalifah.
69
Departemen Agama, al-Qur‟an.
43
B. Penelitian Terdahulu
Setelah melakukan penelusuran baik di koleksi skripsi yang berada di
jurusan Muamalah dan Perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon, penulis tidak
menemukan penelitian yang berjudul ―Analisis Preferensi Konsumen untuk
Berbelanja di Pasar Tradisional dan Pasar Modern‖, sebagaimana yang penulis
angkat sebagai judul penelitian.
Namun, penulis mencoba menelusuri di media on line. Penulis menemukan
berapa penelitian seperti skripsi dari Yeni Masni (2014) meneliti tentang
―Analisis Preferensi Konsumen dalam Berbelanja di Pasar Tradisional dan Pasar
Modern di Kota Makassar‖. Hasil dari penelitian ini menggunakan model analisis
regresi linier berganda menunjukkan bahwa selama periode penelitian variable
umur tidak berpengaruh secara signifikan terhadap frekuensi konsumen berbelanja
70
Mustafa Edwin Nasution, dkk. Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, …, hlm. 159.
71
Mustafa Edwin Nasution, dkk. Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, …, hlm. 160.
72
Mustafa Edwin Nasution, dkk. Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, …, hlm. 160.
44
usia dewasa (30-49 thn) menjadi konsumen yang dominan dalam aspek usia dan
konsumen dengan tingkat pendapatan rumah tangga Rp 2.000.000 – Rp 3.000.000
menjadi yang dominan dalam aspek tingkat pendapatan rumah tangga. Dan
segmen potensial konsumen di pasar modern diketahui konsumen dengantingkat
pendidikan perguruan tinggi menjadi konsumen yang dominan dalam aspek
tingkat pendidikan, konsumen sebagai pegawai swasta menjadi konsumen yang
dominan dalam aspek jenis pekerjaan, konsumen pada usia dewasa (30-49 thn)
menjadi konsumen yang dominan dalam aspek usia dan konsumen dengan tingkat
pendapatan rumah tangga >7.000.000 menjadi yang dominan dalam aspek tingkat
pendapatan rumah tangga. (3) Alasan konsumen membeli daging ayam di pasar
tradisional yang paling dominan adalah konsumen sekalian berbelanja kebutuhan
rumah tangga lainnya selain daging ayam ras, sedangkan alasan konsumen
membeli daging ayam di pasar modern adalah disamping membeli daging ayam
konsumen juga mempunyai motivasi yaitu jalan-jalan di pasar modern.
Arif Yudayana (2011) meneliti tentang ―Perilaku Konsumen dalam
Berbelanja Pada Supermarket di Yogyakarta‖. Penelitian ini meneliti tentang
perilaku konsumen dalam berbelanja pada supermarket di Wilayah Yogyakarta
dengan tujuan penelitian yaitu: 1) Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen dalam berbelanja pada supermarket di wilayah
Yogyakarta, 2) Untuk mengidentifikasi faktor yang paling dominan dalam
memilih suatu supermarket untuk berbelanja di wilayah Yogyakarta. Penelitian ini
dilaksanakan di wilayah Yogyakarta, menggunakan sampel sebanyak 90 orang
yang diambel secara accident sampling. Pengumpulan data menggunakan
kuisioner yang dilengkapi dengan skala interval dari Likert dengan interval 5
rentangan yang diuji validitas serta reliabilitasnya. Untuk mencapai tujuan,
analisis digunakan analisis regresi dan kontigensi. Hasil penelitian menunjukkan
hubungan yang signifikan antara manfaat yang ditawarkan dengan intensitas
berbelanja serta adanya perbedaan perilaku dalam mencari manfaat berdasarkan
berbagai karakteristik konsumen.
Husnul Chotimah (2010) meneliti tentang ―Analisis Aksebilitas Konsumen
pada Pasar Tradisional dan Pasar Modern (Studi pada Pasar Tradisional
46
C. Kerangka Berpikir
Preferensi konsumen dikenal juga dengan istilah teori tingkah laku
konsumen. Teori tingkah laku konsumen menerangkan tentang perilaku
konsumen di pasaran, yaitu menerangkan sikap konsumen dalam membeli dan
48
73
memilih barang yang akan dibelinya. . Preferensi konsumen bukan hanya
ditujukan untuk memilih barang yang akan dibeli saja melainkan juga memilih
tempat untuk berbelanja.
Pasar merupakan sekumpulan pembeli dan penjual yang melalui interaksi
aktual dan potensial mereka, menentukan harga suatu produk atau serangkaian
produk. Pasar menjadi tempat untuk melakukan transaksi jual beli, dimana dalam
pengertian ekonomi pasar merupakan tempat bertemunya permintaan dan
penawaran barang. Semula, transaksi di pasar dilakukan secara langsung antara
penjual dan pembeli dengan adanya proses tawar menawar. Pola transaksi seperti
ini terjadi pada pasar tradisional. Namun seiring perkembangan zaman, transaksi
jual beli dapat dilakukan secara tidak langsung dengan adanya bar code harga
pada barang yang telah disediakan sehingga tidak ada tawar menawar antara
penjual dan pembeli. Pola transaksi seperti ini terjadi pada pasar modern.
Pada pasar tradisional dikenal adanya kegiatan tawar menawar antara
penjual dan pembeli, bangunannya terdiri dari kios-kios dan tenda yang bersifat
tidak permanen, lingkungannya tidak nyaman karena becek, kotor, bau, dan tidak
aman. Sedangkan pada pasar modern dikenal dengan adanya kegiatan jual beli
dengan harga yang sudah pasti sehingga tidak terjadi tawar menawar,
bangunannya megah dan permanen, fasilitas memadai, nyaman, dan aman.
Tujuan adanya preferensi konsumen adalah untuk memperoleh keputusan
yang tepat dalam memilih barang dan jasa yang tersedia di pasar. Secara
sederhana, preferensi konsumen adalah sebuah pilihan-pilihan yang digunakan
oleh konsumen dalam menentukan keputusan untuk berbelanja. Preferensi
konsumen dikenal juga dengan istilah teori tingkah laku konsumen.
Preferensi konsumen untuk berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern
dapat dilihat melalui beberapa pertimbangan seperti harga, produk/ barang,
promosi, gaya hidup, pelayanan, fasilitas, dan lokasi. Dari pertimbangan tersebut
maka akan diketahui terdapat perbedaan atau tidak antara preferensi konsumen
untuk berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern.
73
T. Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro...., hlm 91.
49
PASAR
Preferensi
Konsumen
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori dan belum menggunakan fakta.74 Hipotesis penelitian
ialah hipotesis yang dibuat dan dinyatakan dalam bentuk kalimat.75 Hipotesis
dalam penelitian ini adalah :
―Terdapat perbedaan preferensi konsumen untuk berbelanja di pasar
tradisional dan pasar modern‖
74
Sugiyono, Statistika NonParametris, (Bandung : alfabeta, 2015), hlm. 5
75
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2013), hlm. 40.