kinerja (performance)
Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi
kerja atau prestasi sesungguhnya yang di capai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi
kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya
(Mangkunegara,2003 : 67).
Menurut Weley dan Yuki (1997:129) mengatakan bahwa kinerja adalah cara segenap
elemen di suatu instansi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masing – masing sesuai
dengan aturan yang ada. Selanjutnya menurut Handoko (1988:143) mengatakan bahwa
kinerja merupakan keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Hal ini
akan tampak dari sikap positif karyawan terhadap segala sesuatu yang dihadapi di
lingkungan kerja. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Tiffin (dalam As ҆ad, 1991:104)
mengatakan bahwa kinerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap
pekerjaannya, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dengan karyawan, dan antar sesama
karyawan. Dalam pengertian ini dapat diketahui bahwa kinerja sebagai hasil interaksi
manusia dengan lingkungan kerja. Berkaitan dengan hal ini Tamplo (1992:44) menyebutkan
bahwa kinerja tergantung dari tingkat problem intrinstic dan ekstristik serta tergantung
kepada pandangan pemegang pekerjaan terhadap perolehan hasil yang di capai
Dalam ISO 8402 (Quality vocabulary) yang dikutip oleh gaspersz (1997:5) dikatakan
bahwa kinerja didefinisikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk atau jasa
pelayanan yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang di
spesifikasikan atau ditetapkan. Bahkan kinerja juga sering di artikan sebagai kepuasan
pelanggan (customer satisfaction) atau konfirmasi terhadap kebutuhan atau persyaratan
(conformance to the requirement).
Dari beberapa pendapat pakar diatas dan didukung oleh Rasimin (1988:54) dapat
diartikan pengertian kinerja atau performance secara umum yaitu :
1. Suatu reaksi emosional yang kompleks. Reaksi emosional ini adalah sebagai akibat dari
dorongan keinginan, tuntutan, dan harapan karyawn terhadap pekerjaan yang
berhubungan dengan kenyataan yang dirasakan karyawan sehingga menimbulkan suatu
bentuk reaksi emosional yang terwujud rasa senang atau tidak senang, puas atau tidak
puas yang bermuara pada bekerja secara optimal atau tidak sesuai aturan yang ada
2. Suatu sikap karyawan terhadap pekerjaannya yang dihubungkan dengan situasi kerja,
kerjasama antar karyawan dan hal lain yang menyangkut factor fisik dan factor
psikologis
Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah suatu keadaan pelaksanaan kerja
didalam suatu institusi yang didasarkan pada perasaan emosional seorang karyawan. Hal ini
akan tampak dari sikap karyawan terhadap aspek-aspek yang dihadapinya dilingkungan kerja
yang menyangkut penyesuaian diri yang sehat termasuk didalamnya gai, kondisi fisik, dan
psikologis maupun aturan hokum yang ada.
1. Quality, yaitu tingkat hasil yang dicapai oleh seorang karyawan dalam menyelesaikan
suatu bekerja
2. Quantily, yaitu jumlah pekerjaan yang dihasilkan oleh seorang karyawan dalam bekerja
3. Timeliness, yaitu tingkat ketepatan waktu yang dicapai oleh seorang karyawan dalam
melaksanakan aktifitas kerjanya, sehingga dengan demikian dia dapat melakukan
aktifitas lainnya.
4. Cost-effectiveness, yaitu suatu tingkat efesiensi dalam menggunakan waktu dalam
bekerja
5. Need for supervision, yakni suatu tingkat kemandiriannya dalam bekerja.
6. Impersonal impact, dampak hubungan antar pribadi baik antar sesame rekan sekerja
maupun antar atasan dan bawahan (need working).
Selanjutnya menurut lateiner dan Levine (1993:77) mengemukakan hal yang sama
bahwa indicator kinerja karyawan dapat dilihat dari:
Selanjutnya menurut Syafei (2007:110), dari empat definisi kerja diatas, unsure-unsur
yang terdapat dalam kinerja antara lain:
Dengan demikian jelaslah bahwa penilaian kinerja merupakan kajian yang sistematis
tentang kondisi kerja karyawan yang dilaksanakan secara formal yang dikaitkan dengan
standar kerja yang telah di tentukan perusahaan. Selanjutnya menurut Rivai (2005:18),
kinerja sebagai suatu system pengukuran dan evaluasi, mempengaruhi atribut-atribut yang
berhubungan dengan pekerjaan karyawan, perilaku dan keluaran, tingkat absensi untuk
mengetahui tingkat kinerja karyawan pada saat ini. Analisis kinerja perlu dilakukan secara
terus-menerus melalui proses komunikasi antara karyawan dengan pimpinan. Untuk itu ada
tiga kriteria dalam melakukan penilaian kinerja karyawan yaitu: (1) tugas karyawan, (2)
perilaku karyawan dan (3) ciri-ciri karyawan, didalamnya meliputi bagaimana melihat
efektivitas karyawan, menelusuri factor-faktor yang membentuk kinerja dengan kondisi yang
ada dan memberikan tambahan kemampuan kepada karyawan.
Menurut Mathis dan Jackson (2002:78), kinerja pada dasarnya adalah apa yang
dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka
memberikan kontribusi kepada organisasi antara lain: kuantitas output, kualitas output,
jangka waktu, kehadiran ditempat kerja dan sikap kooperatif. Dimensi kerja ini merupakan
dimensi kerja yang paling umum.
Istilah kinerja berasal dari bahasa inggris, yaitu performance, Gordon (1993-91)
menjelaskan bahwa “performance was a fuction of employees ability, acceplancd of the goal,
level of the goal, and the interaction of the goal with their ability”. Kinerja adalah fungsi dari
kemampuan pegawai, pencapaian tujuan-tujuan, dan hubungan antara tujuan dan kemampuan
mereka)”. Sedangkan Wahyudi menguraikan kinerja sebagai “hasil yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya termasuk potensi pengembangannya.
Selanjutnya Sedarmayanti (1995:52) yang menguraikan bahwa:
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja dapat dlihat dari segi
hasil yang dicapai seorang/sekelompok orang/pegawai dalam mencapai tujuan yang
berdasarkan kemampuan dan pengalaman dan merupakan perbandingan antara capaian
dengan kemampuannya. Sedangkan hasil kerja dapat dilihat dari segi fisik maupun non fisik,
baik financial maupun noin financial. Hasil kerja dilihat pula dari segi kuantitas, kualitas
serta waktu. Selain itu dapat dilihat pula dari segi proses, yaitu keseluruhan pelaksanaan
aktifitas-aktifitas jasmaniah yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai tujuan tertentu atau
mengandung maksud tertentu, terutama yang berhubungan dengan kelangsungan hidupnya”.
The Government Performance and Results Act Of 1993 (GPRA,or the Result Act) Is
intended to add a significant new factor – the performance of agencies in achieving
their program goals (GPRA akan menambah satu factor baru-kinerja badan dalam
mencapai tujuan program)
Dari beberapa pengertian diatas dapat dismpulkan bahwa kinerja merupakan hasil
yang dicapai oleh seseorang/pegawai dalam menjalankan fungsi organisasi yang dilakukan
dalam waktu-waktu tertentu dengan membandingkan antara tuntutan organisasi dengan hssil
yang dicapai.
Indicator Kinerja
Kegiatan selesai dan berfungsi (ex-post). Tahap indicator kinerja, sulit bagi kita untuk
menilai kinerja keberhasilan atau ketidakberhasilan) kebijakan/program/kegiatan dan pada
akhirnya kinerja instansi/unit kerja pelaksananya. Yang dimaksud indicator kinerja Whittaker
(1993:147) adalah “the reference markers to measure whether goal is being achieve…. A
range of related performance indicator, such as quantily, quality, timeliness, cost and
outcome”
Menurut Whittaker diatas yang dimaksud indicator kinerja adalah bahan untuk
mengukur tujuan yang dicapai. Indicator tersebut biasanya meliputi kuantitas, kualitas,
waktu, pembiayaan dan keluaran.
Terdapat berbagai hierarkhi hsil dalam merancang dan menetapkan kinerja, yaitu yang
diklasifikasikan sebagai outcome, output (keluaran), bahkan hanya throughtput (masukan dari
suatu kegiatan. Untuk memerlukan ukuran kinerja yang dicapai terlebih dahulu harus
ditentukan standar kinerja.
Dari pendapat Timpe diatas disimpulkan bahwa penentu kinerja ada yang bersifat
internal yang terdiri dari kecakapan (konseptual, interpersonal, dan tekhnis) serta motivasi
dari pegawai serta yang bersifat eksternal, yaitu factor lingkungan atau pihak luar yang
mempengaruhi mudah atau sulitnya mencapai kinerja yang tinggi.