Anda di halaman 1dari 13

Case Report

SURGERY CASE
BUERGER DISEASE

dr. Amirah Zahidah Mardhiyah

Dokter pendamping : dr. Nurhayati Kasim

Rumah Sakit Umum Daerah Luwuk

Kabupaten Banggai

Program Internship Periode V

Tahun 2017 / 2018


LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

 Nama : Tn.Rasido

 Jenis kelamin : Laki-laki

 Umur : 48 tahun

 Pekerjaan : Wiraswasta

 Alamat : Batui

 Masuk RS : 31 Agustus 2018

 Tanggal periksa: 31 Agustus 2018

ANAMNESIS

Keluhan Utama

Jari dan tangan kiri menghitam

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan jari jempol kaki kiri menghitam, dirasakan 2 minggu

terakhir. Awalnya berupa luka kecil, 1 tahun lalu, perlahan-lahan makin membesar.

Keluhan juga disertai dengan nyeri dan kram-kram pada betis saat berjalan dan hilang

dengan istirahat. Kram-kram dirasakan semakin parah saat cuaca dingin. Luka di kaki tidak

berbau. Sejak beberapa bulan lalu pasien sering merasakan bengkak di nadi tangan.

Riwayat trauma pada kaki (-), nyeri dada (-), badan lemah sebelah (-).mual dan muntah

disangkal, nyeri ulu hati disangkal . BAK dan BAB lancar. Pasien perokok berat sejak

masih remaja, sehari pasien bisa merokok sampai 4 bungkus.


Riwayat Pengobatan Sebelumnya

Pasien belum pernah berobat sebelumnya

Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat penyakit ginjal disangkal.

 Riwayat hipertensi disangkal.

 Riwayat penyakit jantung disangkal.

 Riwayat penyakit diabetes disangkal

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

 Keadaan Umum :Sakit sedang

 Kesadaran :compos mentis

 Keadaan umum : tampak sakit sedang

 Kesadaran : composmentis

 Tanda vital

 Tekanan darah : 120/70 mmHg

 Nadi : 105 x/ menit, reguler

 Pernapasan : 16 x/ menit teratur

 Suhu : 36.7° C

 SpO2 berbeda di ekstremitas kiri dan kanan, dan bervariasi dari masing-

masing jari
Status Internis

 Kepala : Normocephal, luka (̵)

 Mata : Konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, refleks cahaya +/+,

 Jantung : Bunyi jantung I/II murni reguler.

 Paru : Simetris kiri dan kanan, rhonki ( ̶ ) , wheezing ( ̶ )

 Abdomen : Datar,jejas (̵ ), peristaltik usus kesan normal

 Ekstremitas : status lokalis

STATUS LOKALIS

Regio Manus Sinitra

 Tampak digiti 3,4,5 gangren nekrosis, pendarahan (-), nyeri tekan (+), pulsasi arteri

radialis manus sinistra lebih lemah dibandingkan dextra, SpO2 digiti pedis berbeda

di masing-masing jari. Jari tidak dapat digerakkan.


PEMERIKSAAN PENUNJANG

Leukosit 18.360/μL 4000-10.000

Hemoglobin 13,3 g/dL 10,8-12,8

Hematokrit 38,5 % 35-43

Trombosit 302 ribu/ μL 150.000-400.000

GDS 163 <200

RESUME

pasien laki-laki berumur 48 tahun datang dengan keluhan jari tengah, jari manis

dan jari kelingking serta telapak tangan kiri menghitam sejak 2 minggu terakhir, awalnya

luka kecil 1 tahun terakhir. Claudicatio intermitten (+), merokok (+). Raynaud

Phenomenon (+). Pada pemeriksaan fisik didapatkan nekrosis digiti 3,4,5 manus sinistra

dan regio ventral manus sinistra, tidak ada pendarahan, nyeri tekan (+), pulsasi arteri

radialis manus sinistra lebih lemah dibanding dextra, saturasi masing-masing jari berbeda.

DIAGNOSIS

BUERGER DISEASE

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
 Ulkus Diabetic

 Gas gangren

 Necrotizing Fasciitis

PENATALAKSANAAN

 IVFD RL 20 tts/menit

 Inj. Meropenem 1 gr/8 jam/IV

 Inj. Ketorolac amp/8jam/IV

 Ranitidine 1 amp/12jam

 Drips farbion 1 amp/24 jam

 Cilostazol 2 x 50 mg

 Tutup luka dengan kasa steril

 Rencana nekrotomi + debridement

tanggal SOAP TERAPI

1/09/18 S : keluhan nyeri bekas op  IVFD RL 20

O : TD 120/80 tts/menit

Nadi 82 kpm  Inj. Meropenem 1

Suhu 36 derajat gr/8 jam/IV

Pernapasan 18 kpm  Inj. Ketorolac

Luka bekas op (+) baik amp/8jam/IV

A Post debridement H-1  Ranitidine 1


Buerger disease amp/12jam

 Drips farbion 1

amp/24 jam

 Cilostazol 2 x 50

mg

2/09/18 S : keluhan (-)  IVFD RL 20

O : TD 120/70 tts/menit

Nadi 78 kpm  Inj. Meropenem 1

Suhu 36 derajat gr/8 jam/IV

Pernapasan 18 kpm  Inj. Ketorolac

Luka bekas op (+) baik. Luka op baik amp/8jam/IV

A Post debridement H-2  Ranitidine 1

Buerger disease amp/12jam

P Ganti verban  Drips farbion 1

amp/24 jam

 Cilostazol 2 x 50

mg

3/09/18 S : keluhan (-)  IVFD RL 20

O : TD 120/80 tts/menit
Nadi 82 kpm  Inj. Meropenem 1

Suhu 36 derajat gr/8 jam/IV

Pernapasan 18 kpm  Inj. Ketorolac

Luka bekas op (+) baik amp/8jam/IV

A Post debridement H-3  Ranitidine 1

Buerger disease amp/12jam

P Ganti verban  Drips farbion 1

amp/24 jam

 Cilostazol 2 x 50

mg

4/09/18 S : keluhan nyeri bekas op  Aff infus

O : TD 120/80  Na diclofenac 3 x

Nadi 82 kpm 50 mg

Suhu 36 derajat  Ranitidin 2 x 1 tab

Pernapasan 18 kpm  Cilostazol 2 x 50

Luka bekas op (+) baik. Luka op kering mg

A Post debridement H-4

Buerger disease

P Ganti verban

Kontrol poli bedah


PEMBAHASAN

Buerger disease atau disebut juga Thomboangitis obliterans, merupakan suatu

penyakit peradangan nonatherosklerotik yang penyebabnya tidak diketahui dengan pasti,

yang mengenai pembuluh darah kecil dan sedang, dan terkait dengan komsumsi rokok

lama. (1)

Sampai saat ini, penyebabnya masih tidak dapat ditentukan. tetapi vaskulitis ini

dapat dibedakan dari vaskulitis lainnya. Yaitu secara patologis, thrombus Buerger berada

di lumen pembuluh darah hingga ke lamina elastik interna. Ciri khas lain adalah LED yang

meningkat, tidak seperti vaskulitis lainnya, serta C-reactive protein dan ANA, rheumatoid

factor semuanya normal.

Berikut Faktor resiko Buerger Disease2

 Merokok

 Genetika

 Hiperkoagulasi

 Disfungsi endotelial

 Infeksi

 Mekanisme imunologis

Gejala Klinis

 Claudicatio intermittent

 Raynaud phenomenon
 Perokok

 Usia <40tahun

 Gangren-nekrosis pada ekstremitas

 Pulsasi arteri berkurang

Diagnosis:

Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mendiagnosis buerger disease,

yaitu Shionoya, PAPA, OLIN. Tetapi yang paling sering digunakan adalah Shionoya

(1998)

Semua 5 kriteria harus dipenuhi (SHIONOYA)

 Riwayat merokok lama

 Onset usia <50

 Lesi dibawah arteri poplitea

 Keterlibatan ekstremitas atas (thrombophlebitis migrans)

 Tidak ada faktor resiko lain selain merokok

Pada pasien ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis, didapatkan adanya keluhan berupa nekrosis

jari, disertai dengan claudicatio intermitten, raynaud phenomenon, thrombophlebitis

mingrans. Dari pemeriksaan penunjang, didapatkan leukosit normal dan gula darah normal

Penanganan

NonMedikamentosa
Penanganan paling utama dari buerger disease adalah berhenti merokok. Dokter

harus mampu meyakinkan pasien untuk berhenti merokok, hanya 43-70 dari penderita

penyakit ini yang berhenti merokok.

Medikamentosa

1. Platelet inhibitor

Aspirin efektif untuk mencegah kekambuhan dan harus diberikan pada semua

pasien dengan PAD.

Clopidogrel adalah antiplatelet yang lebih poten dibandingkan aspirin untuk

mencegah kkambuhan pada pasien dengan penyakit atherosklerosis. Akan tetapi

sampai saat ini belum ada penelitian yang membutikan penggunaan clopidogrel jangka

panjang mengurangi claudicatio

2. Vasodilator

Ketika terapi ini diberikan, perlu dipertimbangkan akan terjadinya hipoperfusi

saat pembuluh darah proximal dari lesi di pembuluh darah mengalami dilatasi sehingga

tekanan perfusi tereduksi. Maka dari itu, pemberian vasodilator sistemik tidak

dianjurkan.

CCB dihidropirdin seperti amlodipin dan nifedipin sepertinya efektik jika

terjadi vasospasm. Terbukti dengan mengurangi claudicatio sekitar 29%, dari

perjalanan 44,9 meter menjadi 57,8meter. Tetapi tidak ada perubahan dari ABI. CCB

juga terbukti merubah penggunaan oksigen jaringan, sehingga penggunaan oksigen


menjadi lebih efisien. Verapamil dengan dosis minimal sampai maksimal 480mg/hari

dapat diberikan sebagai terapi pendamping.

3. Pentoxifilin

Pentoxifilin adalah obat derivat metilxantin, yang menyebabkan penurnnan

viskosistas darah, inhibisi agregasi platelet, dan reduksi kadar fibrinogen.

4. Cilostazol

Colostazol adalah obat golongan inhibitor phospodiestrase III. Yang

mempunyai efek inihibitor agregasi platelet dan memicu relaksasi otot polos. Dosis

yang dapat digunakan adalah mulai 50mg/hari, ditingkatkan menjadi 100mg/hari

dibagi menjadi 2 dosis.

5. Antikoagulan

Pemberian heparin dengan dosis 800IU/jam selama 7 hari dengan tujuan

rekanalisasi pembuluh darah yang ttersumbat akibat thrombosis terbukti efektif pada

beberapa kasus.

Pembedahan

Revaskularisasi tidak disarankan dilakukan karena tingginya angka kegagalan graft

bypass. Angka patensi graft dari tahun pertama, kelima dan kesepuluh yaitu 48%, 34%,

dan 24%. Amputasi (BKA) masih menjadi kontroversi, mengingat trombosis dari buerger

tidak hanya dapat terjadi di distal tapi juga di proxmal dari ekstremitas.
DAFTAR PUSTAKA

1. Rivera-Cavaria, I. Jose D.B-G. Review Thromboangititis Obliterans (Buerger

Disease). Annals of Medicine and Surgery; 7; 79-92; 2016.

2. Vijayakumar A., et all. Thromboangiitis Obliterans (Buerger’s Disease)-Current

Practices. International Journal of Inflammation; Vol 2013; 2013.

3. Arkkila, P. E. Review Thromboangitis Obliterans (Buerger Disease). Orphanet

Jorunal of Rare Disease. 2006 Edition; 9-14;2006.

4. Ohta, T., et all. The Clinical Course of Buerger Disease. Annals of Vascular

Disease. Vol. 1; 85-90; 2008.

5. Matsushita, M., et all. Buerger’s Disease in a 19-year old woman. Journal of

Vascular Surgery. 38; 175-179; 2003.

Anda mungkin juga menyukai