Anda di halaman 1dari 14

BAB V

MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK

A. Definisi Model investigasi kelompok


Model pembelajaran Investigasi kelompok dipelopori John Dewey ( 1916) dan
dibentuk kembali oleh Herbert Thelen (1960). Model ini merupakan model pembelajaran
yang membimbing peserta didik kepada pemecahan masalah. Model pembelajaran ini
merupakan metode pemecahan masalah divergen yang mengajak peserta didik untuk
membudayakan berfikir ilmiah. selain itu sudjana (1991:50) berpendapat : Investigasi
kelompok dikembangkan oleh Herbert Thelen sebagai upaya untuk mengkombinasikan
strategi mengajar yang berorientasi pada pengembangan proses pengkajian akademis.
Model ini lebih menekankan pengembangan pemecahan masalah dalam suasana yang
demokratis dimana pengetahuan tidak diajarkan secara langsung kepada peserta didik
melainkan diperoleh melalui proses pemecahan masalah.
Pada dasarnya model pembelajaran investigasi kelompok dapat dipandang sebagai model
pembelajaran pemecahan masalah, tetapi model pembelajaran investigasi kelompok
memiliki tiga konsep utama yaitu penyelidikan (inquiry), pengetahuan (Knowladge), dan
dinamika kelompok belajar (Dinamic of learning group).
1) Inquiry
Inkuiri merupakan suatu cara belajar atau penelaahan sesuatu yang bersifat mencari
secara kritis, analitis-argumentatif dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju
suatu kesimpulan yang meyakinkan, karena didukung oleh data, fakta, dan argumentasi.
Inkuiri dibangun diatas penemuan, dan merupakan penemuan. Sebab seorang siswa yang
cara belajarnya dengan inkuiri menggunakan kemampuan-kemampuan penemuannya
untuk mengungkapkan suatu konsep atau prinsip.

2) Knowledge
Knowledge merupakan suatu proses yang dilakukan oleh peserta didik secara terus
menerus untuk mencoba berbagai macam cara dalam melihat suatu pengalaman.
Knowledge merupakan inkuiri sehingga harus tetap berfokus pada masalah, konsep, dan
prinsip untuk menghasilkan suatu bangunan pengetahuan yang utuh.
3) Dinamic of learning group
Dinamic of learning group merupakan suasana yang menggambarkan sekelompok
individu yang saling berinteraksi mengenai suatu yang sengaja dilihat atau yang dikaji
bersama melibatkan proses berbagai ide dan pendapat serta saling tukar pengalaman
melalui proses saling berargumentasi. Kemudian peserta didik menganalisis unsur-unsur
yang diperlukan, mengorganisasikannya, melaksanakan, dan melaporkan hasilnya

B. Karakteristik Model Pembelajaran Investigasi Kelompok


Model Investigasi kelompok merupakan bentuk pembelajaran kooperatif dengan
metode spesialisasi tugas. Sebuah model investigasi kooperatif dari pembelajaran dikelas
diperoleh dari premis bahwa baik domain social maupun intelektual proses pembelajaran
disekolah melibatkan nilai-nilai yang didukungnya. Model investigasi tidak akan dapat
diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung dialog
interpersonal atau yang tidak memperhatikan dimensi rasa social dari pembelajaran
didalam kelas. Komunikasi dan interaksi kooperatif diantara teman sekelas dan sikap-sikap
kooperatif bias terus bertahan. Aspek rasa social dari kelompok, pertukaran intelektualnya,
dan maksud dari subyek yang berkaitan dengannya dapat bertindak sebagai sumber-sumber
penting maksud tersebut bagi usaha para siswa untuk belajar.
Didalam model pembelajaran investigasi kelompok terdapat tiga konsep utama,
yaitu penelitian atau “inquiry”, pengetahuan atau “knowledge”, dan dinamika belajar
kelompok atau “the dynamics of the learning group”. Yang dimaksud dengan penelitian
ialah proses dimana pebelajar dirangsang dengan cara menghadapkan pada masalah.
Didalam proses ini pebelajar memasuki situasi dimana mereka memberikan respon
terhadap masalah yang mereka rasakan perlu untuk dipecahkan. Masalah itu sendiri dapat
timbul dari pebelajar atau diberikan oleh pengajar. Yang dimaksud dengan pengetahuan
ialah pengalaman yang tidak dibawa lahir tapi diperoleh oleh individu melalui dan dari
pengalamannya baik langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok
menunjukkan pada suasana yang menggambarkan sekelompok individu saling berinteraksi
mengenai sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama. Dalam interaksi ini melibatkan
proses berbagi ide dan pendapat serta saling tukar pengalaman melalui proses saling
berargumentasi.
Keberhasilan implementasi model investigasi kelompok, sebelumnya menuntut
pelatihan dalam kemampuan komunikasi dan social. Fase ini sering disebut sebagai
meletakkan landasan kerja dan pembentukan tim. Guru dan siswa melaksanakan sejumlah
kegiatan akademik dan non akademik yang dapat membangun norma-norma perilaku
kooperatif yang sesuai didalam kelas.
Aspek penting dalam model investigasi kelompok adalah perencanaan kooperatif
siswa atas apa yang dituntut dari mereka. Anggota kelompok mengambil bagian dalam
merencanakan berbagai dimensi dan tuntutan dari proyek mereka. Bersama-sama mereka
menentukan apa yang mereka ingin investigasikan sehubungan dengan upaya mereka
untuk “menyelesaikan masalah yang mereka hadapi; sumber apa yang mereka butuhkan;
siapa akan melakukan apa; dan bagaimana mereka akan menampilkan proyek mereka yang
sudah selesai kehadapan kelas. Biasanya ada pembagian tugas dalam kelompok yang
mendorong tumbuhnya interdependensi yang bersifat posotif diantara anggota kelompok.
Kemampuan perencanaan kooperatif harus diperkenalkan secara bertahap ke dalam
kelas dan dilatih dalam berbagai situasi sebelum kelas tersebut melaksanakan proyek
investigasi berskala penuh. Para guru dapat memimpin diskusi dengan seluruh kelas atau
dengan kelompok-kelompok kecil, untuk memunculkan gagasan-gagasan untuk
menerapkan tiap aspek kegiatan kelas. Para siswa dapat membantu rencana kegiatan-
kegiatan jangka pendek yang hanya akan dilakukan untuk satu periode, dan bisa juga untuk
kegiatan jangka panjang.
Peran guru dalam investigasi kelompok sebagai narasumber dan fasilitator. Guru
tersebut berkeliling diantara kelompok-kelompok yang ada dan untuk melihat bahwa
mereka bisa mengelola tugasnya, membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam
interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang
berkaitan dengan proyek pembelajaran. Yang pertama dan terpenting adalah guru harus
membuat model kemampuan komunikasi dan social yang diharapkan dari para siswa.
Taba (dalam Joyce, 2009: 107) mengemukakan bahwa setiap model pembelajaran
memiliki unsur-unsur : (1) Struktur Model, (2) Sistem Sosial, (3) Peran/Tugas Guru, (4)
Sistem Pendukung, dan (5) Dampak Instruksional dan Pengiring. Karakteristik model
pembelajaran Investigasi Kelompok adalah sebagai berikut :
1. Struktur Model
Model Pembelajaran Investigasi Kelompok memiliki tahapan kegiatan seperti
berikut :
a. Peserta didik berhadapan dengan situasi yang problematis.
b. Peserta didik melakukan eksplorasi sebagai respon terhadap situasi yang
problematis itu.
c. Peserta didik merumuskan tugas-tugas belajar dan mengorganisasikannya untuk
membangun suatu proses penelitian.
d. Peserta didik melakukan kegiatan belajar individual dan kelompok.
e. Peserta didik menganalisis kemajuan dan proses yang dilakukan dalam proses
penelitian kelompok itu.
f. Melakukan proses pengulangan kegiatan.
2. Sistem Sosial
Sistem sosial yang berlaku dan berlangsung dalam model ini bersifat
demokratis yang ditandai oleh keputusan yang dikembangkan dari atau setidaknya
diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam konteks masalah yang menjadi titik sentral
kegiatan belajar.
3. Prinsip Pengelolaan/Reaksi
Dalam kelas yang menerapkan model Investigasi Kelompok, pembelajar lebih
berperan sebagai konselor, konsultan, dan pemberi kritik yang bersahabat. Dalam
kerangka ini pembelajar seyogyanya membimbing dan mengarahkan kelompok
melalui 3 tahap :
a. Tahap pemecahan masalah.
b. Tahap pengelolaan kelas.
c. Tahap pemaknaan secara perseorangan
Tahap pemecahan masalah berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan, apa
yang menjadi hakikat masalah, dan apa yang menjadi fokus masalah. Tahap
pengelolaan kelas berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan, informasi apa saja
yang diperlukan, bagaimana mengorganisasikan kelompok untuk memperoleh
informasi itu. Sedangkan tahap pemaknaan perseorangan berkenaan dengan proses
pengkajian bagaimana kelompok menghayati simpulan yang dibuatnya dan apa yang
membedakan seseorang sebagai hasil dari mengikuti proses tersebut.
4. Sistem Pendukung
Sarana pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan model ini adalah
segala sesuatu yang menyentuh kebutuhan pebelajar untuk dapat menggali berbagai
informasi yang sesuai dan diperlukan untuk melakukan proses pemecahan masalah
kelompok. Perpustakaan diusahakan untuk cukup memiliki sumber informasi yang
komprehensif dengan alat bantu pembelajaran atau media yang relatif memadai pula.
5. Dampak Instruksional dan Pengiring

C. Model Pengajaran dan Langkah-langkah Investigasi Kelompok


1. Struktur Pengajaran
a. Fase Awal : siswa dihadapkan pada keadaan yang penuh dengan teka-teki dan
membingungkan (direncanakan atau tidak).
b. Fase Kedua: Siswa mengeksplorasi reaksi terhadap situasi
c. Face ketiga: Siswa merumuskan tugas dan mengatur pelajaran (masalah, definisi,
peran, tugas, dll).
d. Fase Keempat: Kemandirian dan kelompok belajar
e. Fase Kelima: Siswa menganalisis kemajuan dan proses.
f. Fase Keenam: Mendaur ulang aktivitas.
2. Sistem sosial
System ini berlandaskan proses demokrasi dan keputusan kelompok, dengan
struktur eksternal yang rendah. Kebingungan yang diciptakan haruslah alami, tidak bisa
dipaksakan. Kebingungan dan pertanyaan haruslah asli dan merupakan hal utama yang
harus diperhatikan. Kegiatan kelompok yang terjadi sedapat mungkin bertolak dari
pengarahan minimal pembelajar. Dengan demikian suasana kelas akan terasa tak begitu
terstruktur. Pembelajar dan pebelajar memiliki status yang sama di hadapan masalah
yang dipecahkan dengan peranan yang berbeda. Iklim kelas ditandai oleh proses
interaksi yang bersifat kesepakatan atau konsensus.
3. Peran / Tugas Guru
Guru berperan sebagai fasilitator yang langsung terlibat dalam proses kelompok
(membantu pembelajar dalam merumuskan rencana, bertindak dan mengatur
kelompok) serta beberapa kebutuhan dalam sebuah penelitian (pengetahuan tentang
metode yang digunakan). Dia berfungsi sebagai seorang konselor akademik. Siswa
akan bereaksi saat menghadapi suatu keadaan yang membingungkan dan guru akan
menguji dan memerhatikan kebiasaan alami mereka tercermin dalam reaksi yang
berbeda-beda. Mereka menentukan informasi apakah yang mereka butuhkan untuk
mendekati masalah dan proses untuk mengumpulkan data yang relevan. Mereka
mengembangkan hipotesis dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk
mengujinya. Mereka mengevaluasi hasil yang mereka dapatkan dan meneruskan
penelitiannya atau memulai penelitian baru.
Selain itu, guru haruslah membimbing siswa dalam metode pengumpulan data
serta analisis, membantu mereka membingkai hipotesis yang bias diuji. Oleh karena
tiap-tiap kelompok memiliki perbedaan yang sangat tajam dalam aspek kebutuhan akan
struktur dan aspek kohensif, maka guru bertindak sebagai mekanis namun harus
membaca tingkah laku social dan akademis siswa dan memberikan bantuan dalam
proses penelitian tanpa harus menekan siswa.
4. Sistem pendukung
Sistem pendukung dalam investigasi kelompok haruslah ekstensif dan
responsive terhadap semua kebutuhan siswa. Sekolah harus dilengkapi dengan sebuah
ruang perpustakaan yang menyediakan informasi dan opini dari berbagai macam
media. Siswa haruslah didorong untuk melacak dan menghubungi orang-orang yang
bias dijadikan referensi di luar sekolah. Penelitian referensi yang dilakukan bersama-
sama semacam ini merupakan hal yang relative langka karena system support yang
demikian tidak cukup untuk menjalankan beberapa tingkat penelitian.
Dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model investigasi
kelompok ini ,guru mula-mula memberikan informasi tentang tugas belajar yang harus
dikerjakan. Guru yang menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok
biasanya membagi kelasnya ke dalam kelompok-kelompok yang heterogen yang terdiri
dari lima sampai enam anggota. Kedudukan guru dalam pembelajaran kooperatif
bukanlah merupakan pusat pembelajaran , tetapi lebih sebagai fasilitator dan motivator.
Dalam hal ini guru seyogianya membimbing dan mengarahkan kelompok melalui tiga
tahap yaitu :
a. Tahap Pemecahan Masalah
Dalam tahap ini guru membimbing siswa dalam hal proses menjawab
pertanyaan, apa yang menjadi hakekat masalah, atau apa yang menjadi fokus
masalah.
b. Tahap Pengelolaan Kelas
Pada tahap ini guru menjawab pertanyaan, informasi apa saja yang
diperlukan dan bagaimana mengorganisasikan kelompok untuk memperoleh
informasi tersebut.
c. Tahap Pemaknaan secara Perseorangan
Pada tahap ini guru menjawab petanyaan yang berkenaan dengan proses
pengkajian bagaimana kelompok menghayati kesimpulan yang dibuatnya, dan apa
yang membedakan seseorang dengan yang lain sebagai hasil dari mengikuti proses
tersebut.
Investigasi kelompok memiliki Lima tahap tindakan atau langkah pendekatan
yang dilakukan siswa selama melakukan proses belajar mengajar. Metode investigasi
kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit
untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya
melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang
baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group
process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya
membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa
dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas
kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa
memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai
subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di
depan kelas secara keseluruhan.
a. Tahap Identifikasi topik
Guru menyediakan topik dalam modul pembelajaran. Siswa
mengidentifikasi topik tersebut, kemudian mengatur diri mereka kedalam
kelompok tugas kecil yang terdiri dari dua sampai enam anggota. Para siswa
selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada
tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi
kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan
akademik.
b. Tahap Perencanaan Kooperatif
Siswa di dalam kelompok bersama guru merencanakan prosedur belajar
tertentu, tugas –tugas dan tujuan pembelajaran sesuai dengan topik yang ada di
dalam modul pembelajaran.
Siswa melaksanakan rencana yang telah diformulasikan. Belajar harus
melibatkan berbagai aktifitas dan keterampilan dan harus mengarahkan siswa
kepada berbagai jenis sumber informasi yang berbeda-beda baik di dalam maupun
di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan atau perkembangan masing-
masing kelommpok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.
c. Tahap Analisis dan sintesis
Siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh pada tahap
kedua dan merencanakan bagaimana dapat merangkum dalam suatu penampilan
atau penyajian yang menarik bagi anggota kelas.
d. Tahap Presentasi produk akhir
Sebagian atau seluruh kelompok didalam kelas memberikan presentasi yang
menarik atas topik yang baru dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat
dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi
kelompok dikoordinasikan oleh guru.
e. Tahap Evaluasi
Guru dan siswa mengevaluasi kontribusi masing-masing kelompok.
Kontribusi dari setiap kelompok merupakan hasil kerja kelas secara keseluruhan.
Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

Dalam pembelajaran investigasi kelompok seorang guru berperan untuk :


a. Memberikan informasi dan instruksi yang jelas
b. Memberikan bimbingan seperlunya dengan menggali pengetahuan siswa yang
menunjang pada pemecahan masalah (bukan menunjukkan cara penyelesaiannya).
c. Memberikan dorongan sehingga siswa lebih termotivasi.
d. Menyiapkan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh siswa.
e. Memimpin diskusi pada pengambilan kesimpulan akhir.

D. Kelebihan dan kekurangan model Investigasi Kelompok


Menurut Suherman (2001: 75) metode pembelajaran investigasi kelompok
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model pembelajaran ini adalah :
1. Siswa menjadi lebih aktif.
2. Diskusi menjadi lebih aktif.
3. Tugas guru menjadi lebih ringan.
4. Siswa yang nilainya tertinggi diberikan penghargaan yang dapat mendorong semangat
belajar siswa.
5. Setiap kelompok mendapatkan tugas yang berbeda sehingga tidak mudah untuk
mencari jawaban dari kelompok lain
Sementara itu kekurangan model pembelajaran investigasi kelompok adalah:.
1. Membutuhkan waktu yang lama.
2. Siswa cenderung ribut, sebab peran seorang guru sangat sedikit.
3. Biasanya siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan hasil temuannya kepada
temannya.
Dengan beberapa kelebihan dan kelemahannya model investigasi kelompok
merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai alternative dalam
pembelajaran. Implementasi model investigasi kelompok dalam pembelajaran dikelas
sebagaimana terlampir.

E. Implementasi Model Pembelajaran Invetigasi Kelompok


Implementasi Model Investigasi Kelompok dalam pembelajaran adalah
sebagaimana dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajan :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Nama Sekolah : Sekolah Menengah Pertama MTP


Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas / Semester : IX / 1 (satu)
Standar Kompetensi : 3. Memahami perubahan sosial budaya
Kompetensi Dasar : 3.2 Menguraiakan tipe-tipe perileku masyarakat dalam menyikapi
perubahan.
Alokasi Waktu : 2 X 40 menit (2x pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah mempelajari materi siswa diharapkan mampu :
1. Memberi contoh terjadinya perubahan sosial budaya.
2. Menjelaskan factor-faktor pendorong perubahan sosial budaya.
3. Menjelaskan factor-faktor penghambat perubahan sosial budaya.
4.Memberi contoh perilaku masyarakat sebagai akibat adanya perubahan sosial
budaya.
5. Mengembangkan sikap kritis terhadp pengaruh perubahan sosial budaya.

B. Materi Pembelajaran:
1. Pengertian perubahan sosial budaya.
2. Factor-faktor penyebab perubahan sosial budaya.
3. Contoh-contoh terjadinya perubahan sosial budaya.
4. Faktor-faktor pendorong perubahan sosial budaya.
5. Faktor-faktor penghambat perubahan sosial budaya.
6. Perilaku masyarakat dalam mensikapi perubahan sosial budaya.
7. Sikap kritis terhadp pengaruh perubahan sosial budaya.

C. Metode Pembelajaran
Model investigasi kelompok

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran :


Materi : - Pengertian perubahan sosial budaya.
- Faktor-faktor penyebab perubahan sosial budaya.
- Akibat perubahan sosial budaya
- Sikap kritis terhadap pengaruh perubahan sosial budaya
1. Pendahuluan :
a. Memeriksa kehadiran siswa, kebersihan dan kerapian kelas.
b. Motivasi dengan beberapa pertanyaan misalnya:
1) Apakah ada perubahan di desamu dalam 3 tahun terakhir?
2) Menayangkan gambar perubahan sosial budaya
3) Petani yang melek Iptek
4) Perubahan iklim
c. Apersepsi:
Masyarakat itu selalu berubah dari waktu ke waktu.

2. Kegiatan Inti.
a. Disajukan masalah
1) Siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topic, dan
mengkategorikan saran-saran.
2) Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topic yang
telah mereka pilih. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa
dalam memilih masalah yang disenangi.
3) Berdasarkan sumber dan topic yang disepakati oleh siswa, Guru
menampilkan gambar perubahan social dari waktu kewaktu sebagai
permasalahan yang akan diangkat dalam diskusi
b. Eksplorasi
1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/parubahan social budaya yang akan didiskusikan berdasarkan gambar
yang sudah ditampilkan dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi
guru dan belajar dari aneka sumber dengan menggunakan buku sumber
yang ada diperpustakaan;
2) Guru minta siswa untuk mengamati peraga berupa gambar-gambar/foto.
E. Perumusan Tugas Belajar
1) Berdasarkan kelompok yang disepakati, para siswa merencanakan bersama
dalam kelompok menganai :
2) Apa yang dipelajari ? (perubahan social budaya)
3) Bagaimana kita mempelajarinya ? (investigasi kelompok)
4) Siapa melakukan apa ? (pembagian tugas),
5) Untuk tujuan apa kita menginvestigasi topic ini ?
6) Sumber apa yang dipakai dalam investigasi kelompok? (perpustakaan dan
buku sumber yang relevan)

F. Kegiatan Belajar
1) Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat
kesimpulan dalam kelompok terkait dengan topic perubahan social budaya.
2) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan
kelompoknya.
3) Para siswa bertukar pikiran, berdiskusi, tanya jawab, mengklasifikasi, dan
mensintesis semua gagasan yang muncul selama kegiatan investigasi.
4) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain dalam menginvestigasi topic perubahan sosial;
5) Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik dan antara peserta
didik dengan guru, lingkungan, serta sumber belajar lainnya;
6) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;
dan
7) Guru memantau perkembangan belajar disetiap anggota kelompok dan
kelompok dalam menyelesaikan tugasnya
G. Analisis Kemajuan
1) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial berdasarkan masalah
yang mereka investigasi sesuai topic yang diminati.
2) Anggota kelompok merencanakan apa yang mereka laporkan, dan
bagaimana membuat laporan akhir dan presentasi yang akan diajukan.
3) Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk
mengkoordinasikan rencana presentasi.
4) Guru mengecek hasil investigasi dan laporan setiap kelompok
5) Melaksanakan presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai
macam bentuk berdasarkan criteria yang telah disepakati sebelumnya oleh
seluruh anggota kelompok.
6) Kelompok lain memberikan umpan balik selama presentasi.
7) Guru dan siswa bersama-sama mengevaluasi pembelajaran mengenai
presentasi, mengenai tugas yang mereka kerjakan, mengenai keefektifan
pengalaman-pengalaman selama proses investigasi.

3. Kegiatan Penutup
1. Guru bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran.
2. Guru melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
3. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
4. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik

H. Sumber Belajar:
1. Buku IPS yang relevan
2. OHP
3. Gambar-gambar perubahan social

I. Penilaian
1. Penugasan
2. Laporan Hasil Diskusi

Bandung, Oktober 2011


Kepala Sekolah Guru Mapel IPS
( …………………………………. ) ( …………………………………. )

DAFTAR PUSTAKA

Bobby DePorter dan Mike Hemacki, dkk. (2000). Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Danim,S dan Khairil. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Joyce, B. Weil, M. dkk. (2009). Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Santrock, J.W. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika
Sudjana, N. Rivai, A. (1990). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.
Wahab, A.A. (2008). Metode dan Model-Model Mengajar IPS. Bandung : Alfabeta
Wikipedia. (2011). Belajar Sosial.[Online]. Tersedia :
http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar_sosial [diakses 3 Oktober 2011].
Winarto, J. (20110. Teori Belajar Sosial Albert Bandura.[Online]. Tersedia :
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura/
[diakses 3 Oktober 2011].

Anda mungkin juga menyukai