Anda di halaman 1dari 31

Berharap Blog Sederhana Ini Menjadi Blog Bermanfaat

Search her

 Home
 Facebook
 Label
 Twitter
 Daftar Isi Blog

Home » Sains » Pengertian, Indikasi, Proses Tentang Hemodialisa

Pengertian, Indikasi, Proses Tentang


Hemodialisa
Written By Suhud Setiananda on Kamis, 14 Maret 2013 | 18.03
A. Pengertian

Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan. Hemodialisis
digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut yang
membutuhkan dialysis waktu singkat (DR. Nursalam M. Nurs, 2006). Haemodialysis adalah
pengeluaran zat sisa metabolisme seperti ureum dan zat beracun lainnya, dengan mengalirkan
darah lewat alat dializer yang berisi membrane yang selektif-permeabel dimana melalui
membrane tersebut fusi zat-zat yang tidak dikehendaki terjadi. Haemodialysa dilakukan pada
keadaan gagal ginjal dan beberapa bentuk keracunan (Christin Brooker, 2001). Hemodialisa
adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam
sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialyzer. Prosedur ini memerlukan jalan masuk ke
aliran darah. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan buatan diantara
arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan (www.medicastore.com) .

B. Indikasi

1. Indikasi Segera
Koma, perikarditis, atau efusi pericardium, neuropati perifer, hiperkalemi, hipertensi maligna,
over hidrasi atau edema paru, oliguri berat atau anuria.

2. Indikasi Dini
a. Gejala uremia
Mual, muntah, perubahan mental, penyakit tulang, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan seks dan perubahan kulitas hidup.

b. Laboratorium abnormal
Asidosis, azotemia (kreatinin 8-12 mg %) dan Blood Urea Nitrogen (BUN) : 100 – 120 mg
%, TKK : 5 ml/menit.

3. Frekuensi Hemodialisa
Frekuensi dialisa bervariasi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, tetapi
sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu.

Program dialisa dikatakan berhasil jika:


§ penderita kembali menjalani hidup normal
§ penderita kembali menjalani diet yang normal
§ jumlah sel darah merah dapat ditoleransi
§ tekanan darah normal
§ tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif.

C. Tujuan

1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa metabolisme
dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.

2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya


dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.

3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.

4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.

D. Peralatan Haemodialisa

1. Arterial – Venouse Blood Line (AVBL)

AVBL terdiri dari :


a) Arterial Blood Line (ABL)
Adalah tubing tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari tubing akses vaskular
tubuh pasien menuju dialiser, disebut Inlet ditandai dengan warna merah.

b) Venouse Blood Line


Adalah tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari dialiser dengan tubing akses
vascular menuju tubuh pasien disebut outlet ditandai dengan warna biru. Priming volume
AVBL antara 100-500 ml. priming volume adalah volume cairan yang diisikan pertama kali
pada AVBL dan kompartemen dialiser.
Bagian-bagian dari AVBL dan kopartemen adalah konektor, ujung runcing,segmen
pump,tubing arterial/venouse pressure,tubing udara,bubble trap,tubing infuse/transfuse set,
port biru obat ,port darah/merah herah heparin,tubing heparin dan ujung tumpul.

2. Dializer /ginjal buatan (artificial kidney)


Adalah suatu alat dimana proses dialisis terjadi terdiri dari 2 ruang /kompartemen,yaitu:
Ø Kompartemen darah yaitu ruangan yang berisi darah
Ø Kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat
Kedua kompartemen dipisahkan oleh membran semipermiabel.
Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk darah dan dua samping
untuk keluar masuk dialisat.

3. Air Water Treatment


Air dalam tindakan hemodialis dipakai sebagai pencampur dialisat peka (diasol). Air ini
dapat berasal dari berbagai sumber, seperti air PAM dan air sumur, yang harus dimurnikan
dulu dengan cara “water treatment” sehingga memenuhi standar AAMI (Association for the
Advancement of Medical Instrument). Jumlah air yang dibutuhkan untuk satu session
hemodilaisis seorang pasien adalah sekitar 120 Liter.

4. Larutan Dialisat
Dialisat adalah larutan yang mengandung elektrolit dalam komposisi tertentu. Dipasaran
beredar dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat bicarbonate. Dialisat asetat
menurut komposisinya ada beberapa macam yaitu : jenis standart, free potassium, low
calsium dan lain-lain. Bentuk bicarbonate ada yang powder, sehingga sebelum dipakai perlu
dilarutkan dalam air murni/air water treatment sebanyak 9,5 liter dan ada yang bentuk cair
(siap pakai).

5. Mesin Haemodialisis
Ada bermacam-macam mesin haemodilisis sesuai dengan merek nya. Tetapi prinsipnya sama
yaitu blood pump, system pengaturan larutan dilisat, system pemantauan mesin terdiri dari
blood circuit dan dillisat circuit dan bebagai monitor sebagai deteksi adanya kesalahan. Dan
komponen tambahan seperti heparin pump, tombol bicarbonate, control ultrafiltrasi, program
ultrafiltrasi, kateter vena, blood volume monitor.

E. Proses Haemodialisa

Pada proses hemodialisa, darah dialirkan ke luar tubuh dan disaring di dalam ginjal buatan
(dialyzer). Darah yang telah disaring kemudian dialirkan kembali ke dalam tubuh. Rata – rata
manusia mempunyai sekitar 5,6 s/d 6,8 liter darah, dan selama proses hemodialisa hanya
sekitar 0,5 liter yang berada di luar tubuh. Untuk proses hemodialisa dibutuhkan pintu masuk
atau akses agar darah dari tubuh dapat keluar dan disaring oleh dialyzer kemudian kembali ke
dalam tubuh. Terdapat 3 jenis akses yaitu arteriovenous (AV) fistula, AV graft dan central
venous catheter. AV fistula adalah akses vaskular yang paling direkomendasikan karena
cenderung lebih aman dan juga nyaman untuk pasien. Sebelum melakukan proses
hemodialisa (HD), perawat akan memeriksa tanda – tanda vital pasien untuk memastikan
apakah pasien layak untuk menjalani Hemodialysis. Selain itu pasien melakukan timbang
badan untuk menentukan jumlah cairan didalam tubuh yang harus dibuang pada saat terapi.
Langkah berikutnya adalah menghubungkan pasien ke mesin cuci darah dengan memasang
blod line (selang darah) dan jarum ke akses vaskular pasien, yaitu akses untuk jalan keluar
darah ke dialyzer dan akses untuk jalan masuk darah ke dalam tubuh. Setelah semua
terpasang maka proses terapi hemodialisa dapat dimulai. Pada proses hemodialisa, darah
sebenarnya tidak mengalir melalui mesin HD, melainkan hanya melalui selang darah dan
dialyzer. Mesin HD sendiri merupakan perpaduan dari komputer dan pompa, dimana mesin
HD mempunyai fungsi untuk mengatur dan memonitor aliran darah, tekanan darah, dan
memberikan informasi jumlah cairan yang dikeluarkan serta informasi vital lainnya. Mesin
HD juga mengatur cairan dialisat yang masuk ke dialyzer, dimana cairan tersebut membantu
mengumpulkan racun – racun dari darah. Pompa yang ada dalam mesin HD berfungsi untuk
mengalirkan darah dari tubuh ke dialyzer dan mengembalikan kembali ke dalam tubuh.

F. Komplikasi Haemodialisa

1. Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai
mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi
(penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.

2. Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialisat
natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan berat
cairan.

3. Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan kalsium,
magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap aritmia pada
pasien hemodialisa.

4. Sindrom ketidakseimbangan dialisa


Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari osmol-
osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari darah, yang
mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien
osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan oedem serebri.
Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama
dengan azotemia berat.

5. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada pasien
yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.

6. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai dengan
mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan faktor
risiko terjadinya perdarahan.
7. Gangguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan karena
hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.

8. Pembekuan darah
Pembekuan darah disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak adekuat ataupun
kecepatan putaran darah yang lambat.

Sumber : scienceone-smada.blogspot.com

Share this article :


Related Articles

If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like
it.

Subscribe via RSS Feed

Enter your
Your information will not be shared. Ever.

Diposkan oleh Suhud Setiananda di 18.03


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: Sains

0 komentar:

Poskan Komentar
« Prev Post Next Post » Beranda

Translate
Label
 Game
 Lain-Lain
 Musik/Lagu
 Pelajaran
 Sains
 Tekno/Aplikasi
 Tips Blog
 Tulisan

Popular Posts

Klik Duit Ini

Mengenai Saya
Suhud Setiananda
Namaku Suhud Setiananda Aku Ingin Bahagia Dunia Dan Akhirat . Bilang Apa ?
Amiin . hehehe
Lihat profil lengkapku

Pengikut

Support : waton-nuliss.blogspot.com
Copyright © 2013. Waton-Nuliss - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger
HEROdes.Solution
Mari Bergabung Bersama Saya Theo Geu, Kita Melihat Begitu Luasnya Dunia Lewat Sini

Skip to content

 Home
 About Me and This Blog
 MATERI KESEHATAN/ KEPERAWATAN

← PERILAKU
OPERASI RADIKAL MASTOIDEKTOMI →

KONSEP DASAR HEMODIALISA dan CKD/CRF


Posted on December 12, 2010 by herodessolution
17 Votes

1. A. KONSEP DASAR HEMODIALISA

1. 1. Definisi

Dialisis merupakan

 Suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari
dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut.
 Suatu proses pembuatan zat terlarut dan cairan dari darah melewati membrane semi
permeable. Ini berdasarkan pada prinsip difusi; osmosis dan ultra filtrasi.

Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut
dan memerlukan terapi dialysis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau
pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal (ESRD; end-stage renal disease) yang
membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanent. Sehelai membrane sintetik yang
semipermeabel menggantikan glomerulus serta tubulus renal dan bekerja sebagai filter bagi
ginjal yang terganggu fungsinya itu.

Bagi penderita GGK, hemodialisis akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisis
tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi
hilangnya aktivitas metabolic atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal
ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien. Pasien-pasien ini harus menjalani terapi
dialysis sepanjang hidupnya (biasanya 3 kali seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam per
kali terapi) atau sampai mendapat ginjal baru melalui operasi pencangkokan yang berhasil.
Pasien memerlukan terapi dialysis yang kronis kalau terapi ini diperlukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mengendalikan gejala uremia.

1. 2. Tujuan

Mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali.
Metode terapi mencakup hemodialisis, hemofiltrasi dan peritoneal dialysis. Hemodialisis
dapat dilakukan pada saat toksin atau zat racun harus segera dikeluarkan untuk mencegah
kerusakan permanent atau menyebabkan kematian. Hemofiltrasi digunakan untuk
mengeluarkan cairan yang berlebihan. Peritoneal dialysis mengeluarkan cairan lebih lambat
daripada bentuk-bentuk dialysis yang lain.

1. 3. Indikasi

Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuk sementara sampai
fungsi ginjalnya pulih. Pasien-pasien tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisa apabila
terdapat indikasi :

1. Hiperkalemia ( K > 6 mEq/l)


2. Asidosis
3. kegagalan terapi konservatif
4. Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah
5. Kelebihan cairan.
6. Perikarditis dan konfusi yang berat.
7. Hiperkalsemia dan hipertensi.
8. 4. Prinsip Hemodialisa

Prinsip mayor/proses hemodialisa

1. Akses Vaskuler :

Seluruh dialysis membutuhkan akses ke sirkulasi darah pasien. Kronik biasanya memiliki
akses permanent seperti fistula atau graf sementara. Akut memiliki akses temporer seperti
vascoth.

1. b. Membran semi permeable

Hal ini ditetapkan dengan dialyser actual dibutuhkan untuk mengadakan kontak diantara
darah dan dialisat sehingga dialysis dapat terjadi.

1. c. Difusi

Dalam dialisat yang konvesional, prinsip mayor yang menyebabkan pemindahan zat terlarut
adalah difusi substansi. Berpindah dari area yang konsentrasi tinggi ke area dengan
konsentrasi rendah. Gradien konsentrasi tercipta antara darah dan dialisat yang menyebabkan
pemindahan zat pelarut yang diinginkan. Mencegah kehilangan zat yang dibutuhkan.

1. d. Konveksi

Saat cairan dipindahkan selama hemodialisis, cairan yang dipindahkan akan mengambil
bersama dengan zat terlarut yang tercampur dalam cairan tersebut.

1. e. Ultrafiltrasi

Proses dimana cairan dipindahkan saat dialysis dikenali sebagai ultrafiltrasi artinya adalah
pergerakan dari cairan akibat beberapa bentuk tekanan. Tiga tipe dari tekanan dapat terjadi
pada membrane :

1) Tekanan positip merupakan tekanan hidrostatik yang terjadi akibat cairan dalam
membrane. Pada dialysis hal ini dipengaruhi oleh tekanan dialiser dan resisten vena terhadap
darah yang mengalir balik ke fistula tekanan positip “mendorong” cairan menyeberangi
membrane.

2) Tekanan negative merupakan tekanan yang dihasilkan dari luar membrane oleh pompa
pada sisi dialisat dari membrane tekanan negative “menarik” cairan keluar darah.

3) Tekanan osmotic merupakan tekanan yang dihasilkan dalam larutan yang berhubungan
dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan tersebut. Larutan dengan kadar zat terlarut yang
tinggi akan menarik cairan dari larutan lain dengan konsentrasi yang rendah yang
menyebabkan membrane permeable terhadap air.
1. 5. Perangkat Hemodialisa
1. a. Perangkat khusus

1) Mesin hemodialisa

2) Ginjal buatan (dializer) yaitu : alat yang digunakan untuk mengeluarkan sisa
metabolisme atau zat toksin laindari dalam tubuh. Didalamnya terdapat 2 ruangan atau
kompartemen :

- kompartemen darah

- kompartemen dialisat.

Darah kembali kebadan

darah dari fistula ginjal buatan

heparin kompartemen darah

Kompartemen dialisat

Pembuangan dialisat dialirkan pompa

3) Blood lines : selang yang mengalirkan darah dari tubuh ke dializer dan kembali ke
tubuh. Mempunyai 2 fungsi :

 Untuk mengeluarkan dan menampung cairan serta sisa-sisa metablolisme.


o Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama dialysis.

1. 2. Alat-alat kesehatan :

 Tempat tidur fungsional


 Timbangan BB
 Pengukur TB
 Stetoskop
 Termometer
 Peralatan EKG
 Set O2 lengkap
 Suction set
 Meja tindakan.

1. Obat-obatan dan cairan :

- Obat-obatan hemodialisa : heparin, frotamin, lidocain untuk anestesi.


- Cairan infuse : NaCl 0,9%, Dex 5% dan Dex 10%.

- Dialisat

- Desinfektan : alcohol 70%, Betadin, Sodium hypochlorite 5%

- Obat-obatan emergency.

1. 6. Pedoman pelaksanaan hemodialisa


1. a. Perawatan sebelum hemodialisa

1) Sambungkan selang air dari mesin hemodialisa.

2) Kran air dibuka.

3) Pastikan selang pembuka air dan mesin hemodialisis sudah masuk keluar atau saluran
pembuangan.

4) Sambungkan kabel mesin hemodialisis ke stop kontak.

5) Hidupkan mesin.

6) Pastikan mesin pada posisi rinse selama 20 menit.

7) Matikan mesin hemodialisis.

8) Masukkan selang dialisat ke dalam jaringan dialisat pekat.

9) Sambungkan slang dialisat dengan konektor yang ada pada mesin hemodialisis.

10) Hidupkan mesin dengan posisi normal (siap).

1. b. Menyiapkan sirkulasi darah.

1) Bukalah alat-alat dialisat dari setnya.

2) Tempatkan dialiser pada holder (tempatnya) dan posisi ‘inset’ (tanda merah) diatas dan
posisi ‘outset’ (tanda biru) dibawah.

3) Hubungkan ujung merah dari ABL dengan ujung ‘inset’ dari dialiser.

4) Hubungkan ujung biru dari UBL dengan ujung ‘outset’ adri dialiser dan tempatkan
buble tap di holder dengan posisi tengah.

5) Set infuse ke botol NaCl 0,9%-500 cc.

6) Hubungkan set infuse ke slang arteri.

7) Bukalah klem NaCl 0,9%. Isi slang arteri sampai keujung selang lalu klem.
8) Memutarkan letak dialiser dengan posisi ‘inset’ dibawah dan ‘ouset’ diatas, tujuannya
agar dialiser bebas dari udara.

9) Tutup klem dari slang untuk tekanan arteri, vena, heparin.

10) Buka klem dari infuse set ABL, UBL.

11) Jalankan pompa darah dengan kecepatan mula-mula 100 ml/mnt, kemudian naikkan
secara bertahap sampai 200 ml/mnt.

12) Isi buble tap dengan NaCl 0,9% sampai 3/4 cairan.

13) Memberikan tekanan secara intermitten pada UBL untuk mengalirkan udara dari dalam
dialiser, dilakukan sampai dengan dialiser bebas udara (tekanan tidak lebih dari 200 mmHg).

14) Melakukan pembilasan dan pencucian dengan NaCl 0,9% sebanyak 500 cc yang terdapat
pada botol (kalf). Sisanya ditampung pada gelas ukur.

15) Ganti kalf NaCl 0,9% yang kosong dengan kalf NaCl 0,9% baru.

16) Sambungkan ujung biru UBL dengan ujung merah ABL dengan menggunakan konektor.

17) Menghidupkan pompa darah selama 10 menit. Untuk dialiser baru 15-20 menit, untuk
dialiser reuse dengan aliran 200-250 ml/mnt.

18) Mengembalikan posisi dialiser ke posisi semula dimana ‘inset’ diatas dan ‘outset’
dibawah.

19) Menghubungkan sirkulasi darah dengan sirkulasi dialisat selama 5-10 menit siap untuk
dihubungkan dengan pasien (soaking).

1. c. Persiapan pasien.

1) Menimbang BB

2) Mengatur posisi pasien.

3) Observasi KU

4) Observasi TTV

5) Melakukan kamulasi/fungsi untuk menghubungkan sirkulasi, biasanya mempergunakan


salah satu jalan darah/blood akses seperti dibawah ini:

 Dengan interval A-V Shunt/fistula simino


 Dengan eksternal A-V Shunt/schungula.
 Tanpa 1-2 (vena pulmonalis).

1. 7. Komplikasi yang terjadi


1. Hipotensi
Penyebab : terlalu banyak darah dalam sirkulasi mesin, ultrafiltrasi berlebihan, obat-obatan
anti hipertensi.

1. Mual dan muntah

Penyebab : gangguan GI, ketakutan, reaksi obat, hipotensi.

1. Sakit kepala

Penyebab : tekanan darah tinggi, ketakutan.

1. Demam disertai menggigil.

Penyebab : reaksi fibrogen, reaksi transfuse, kontaminasi bakteri pada sirkulasi darah.

1. Nyeri dada.

Penyebab : minum obat jantung tidak teratur, program HD yang terlalu cepat.

1. Gatal-gatal

Penyebab : jadwal dialysis yang tidak teratur, sedang.sesudah transfuse kulit kering.

1. Perdarahan amino setelah dialysis.

Penyebab : tempat tusukan membesar, masa pembekuan darah lama, dosis heparin
berlebihan, tekanan darah tinggi, penekanan, tekanan tidak tepat.

1. Kram otot

Penyebab : penarikan cairan dibawah BB standar. Penarikan cairan terlalu cepat (UFR
meningkat) cairan dialisat dengan Na rendah BB naik > 1kg. Posisi tidur berubah terlalu
cepat.

1. 8. Diagnosa Keperawatan yang muncul


1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelemahan proses pengaturan
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang familier dengan sumber
informasi.
3. Ketidakberdayaan berhubungan dengan perasaan kurang kontrol,
ketergantungan pada dialysis, sifat kronis penyakit
4. Risiko cedera berhubungan dengan akses vaskuler dan komplikasi sekunder
terhadap penusukan

1. B. CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

1. 1. Pengertian

Chronic Kidney Disease ( CKD ) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
irreversible, yang menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan maupun elektrolit, sehingga timbul gejala uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).

1. 2. Etiologi

Chronic Kidney Disease ( CKD ) terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak
nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral.

1. Infeksi

Pielonefritis kronik.

1. Penyakit peradangan

Glomerulonefritis.

1. Penyakit vaskuler hipertensif

Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteri renalis.

1. Gangguan jaringan penyambung

SLE, poli arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.

1. Gangguan kongenital dan herediter

Penyakit ginjal polikistik,asidosis tubuler ginjal.

1. Penyakit metabolik

DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.

1. Nefropati obstruktif

Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.

1. Nefropati obstruktif

1) Sal. Kemih bagian atas:

Kalkuli, neoplasma, fibrosis, netroperitoneal.

2) Sal. Kemih bagian bawah:

Hipertrofi prostate, striktur uretra, anomali congenital pada leher kandung kemih dan uretra.

1. 3. Patofisiologi

Patofisiologi umum CKD


1. Sudut pandang tradisional

Semua unit nefron telah terserang penyakit namun dalam stadium yang berbeda-beda dan
bagian spesifik dari nefron yang berkaitan dengan fungsi tertentu dapat saja benar- banar
rusak atau berubah struktur.

1. Hipotesis Bricker (hipotesis nefron yang utuh)

“Bila nefron terserang penyakit maka seluruh unitnya akan hancur, namun sisa nefron yang
masih utuh tetap bekerja normal”. Uremia akan timbul bila jumlah nefron sudah sedemikian
berkurang sehingga keseimbangan cairan dan elektrolit yang tidak dapat dipertahankan lagi.

Jumlah nefron turun secara progresif

Ginjal melakukan adaptasi (kompensasi)

-sisa nefron mengalami hipertropi

-peningkatan kecepatan filtrasi, beban solute dan reabsorbsi

tubulus dalam tiap nefron, meskipun GFR untuk seluruh massa nefron menurun di bawah
normal

Kehilangan cairan dan elektrolit dpt dipertahankan

Jk 75% massa nefron hancur

Kecepatan filtrasi dan beban solute bagi tiap nefron meningkat

Keseimbangan glomerulus dan tubulus tidak dapat dipertahankan

Fleksibilitas proses ekskresi & konversi solute &air ↓

Sedikit perubahan pada diit mengakibatkan keseimbangan terganggu

Hilangnya kemampuan memekatkan/mengencerkan kemih

BJ 1,010 atau 2,85 mOsml (= konsentrasi plasma)


poliuri, nokturia, nefron tidak dapat lagi mengkompensasi dgn tepat

terhadap kelebihan dan kekurangan Na atau air

Toksik Uremik

Gagal ginjal tahap akhir

↓GFR

Kreatinin ↑ Prod. Met. Prot. Tertimbun ↑ phosphate serum

Dalam darah ↓ kalsium serum

Sekresi parathormon

Tubuh tdk berespon dgn N

Kalsium di tulang ↓

Met.aktif vit D↓

Perub.pa tulang/osteodistrofi ginjal

1. 4. Klasifikasi CKD (Chronic Kidney Disease)

Stage Gambaran kerusakan ginjal GFR (ml/min/1,73 m2)


1 Normal atau elevated GFR ≥ 90
2 Mild decrease in GFR 60-89
3 Moderate decrease in GFR 30-59
4 Severe decrease in GFR 15-29
5 Requires dialysis ≤ 15

1. 5. Tanda Dan Gejala


1. Kelainan hemopoesis, dimanifestasikan dengan anemia
1. Retensi toksik uremia → hemolisis sel eritrosit, ulserasi mukosa
sal.cerna, gangguan pembekuan, masa hidup eritrosit memendek,
bilirubuin serum meningkat/normal, uji comb’s negative dan jumlah
retikulosit normal.
2. Defisiensi hormone eritropoetin

Ginjal sumber ESF (Eritropoetic Stimulating Factor) → def. H eritropoetin →Depresi


sumsum tulang → sumsum tulang tidak mampu bereaksi terhadap proses
hemolisis/perdarahan → anemia normokrom normositer.
1. Kelainan Saluran cerna
1. Mual, muntah, hicthcup

dikompensasi oleh flora normal usus → ammonia (NH3) → iritasi/rangsang mukosa lambung
dan usus.

1. Stomatitis uremia

Mukosa kering, lesi ulserasi luas, karena sekresi cairan saliva banyak mengandung urea dan
kurang menjaga kebersihan mulut.

1. Pankreatitis

Berhubungan dengan gangguan ekskresi enzim amylase.

1. Kelainan mata
2. Kardiovaskuler :

 Hipertensi
 Pitting edema
 Edema periorbital
 Pembesaran vena leher
 Friction Rub Pericardial

1. Kelainan kulit
1. Gatal

Terutama pada klien dgn dialisis rutin karena:

a). Toksik uremia yang kurang terdialisis

b). Peningkatan kadar kalium phosphor

c). Alergi bahan-bahan dalam proses HD

1. Kering bersisik

Karena ureum meningkat menimbulkan penimbunan kristal urea di bawah kulit.

1. Kulit mudah memar


2. Kulit kering dan bersisik
3. rambut tipis dan kasar
4. Neuropsikiatri
5. Kelainan selaput serosa
6. Neurologi :

- Kelemahan dan keletihan

- Konfusi
- Disorientasi

- Kejang

- Kelemahan pada tungkai

- rasa panas pada telapak kaki

- Perubahan Perilaku

1. Kardiomegali.

Tanpa memandang penyebabnya terdapat rangkaian perubahan fungsi ginjal yang serupa
yang disebabkan oleh desstruksi nefron progresif. Rangkaian perubahan tersebut biasanya
menimbulkan efek berikut pada pasien : bila GFR menurun 5-10% dari keadaan normal dan
terus mendekati nol, maka pasien menderita apa yang disebut SINDROM UREMIK

Terdapat dua kelompok gejala klinis :

 Gangguan fungsi pengaturan dan ekskresi ; kelainan volume cairan dan elektrolit,
ketidakseimbangan asam basa, retensi metabolit nitrogen dan metabolit lainnya, serta
anemia akibat defisiensi sekresi ginjal.
 Gangguan kelainan CV, neuromuscular, saluran cerna dan kelainan lainnya

MANISFESTASI SINDROM UREMIK

Sistem tubuh Manifestasi


Biokimia  Asidosis Metabolik (HCO3 serum 18-20 mEq/L)
 Azotemia (penurunan GFR, peningkatan BUN,
kreatinin)
 Hiperkalemia
 Retensi atau pembuangan Natrium
 Hipermagnesia
 Hiperurisemia

Perkemihan& Kelamin  Poliuria, menuju oliguri lalu anuria


 Nokturia, pembalikan irama diurnal
 Berat jenis kemih tetap sebesar 1,010
 Protein silinder
 Hilangnya libido, amenore, impotensi dan sterilitas

Kardiovaskular  Hipertensi
 Retinopati dan enselopati hipertensif
 Beban sirkulasi berlebihan
 Edema
 Gagal jantung kongestif
 Perikarditis (friction rub)
 Disritmia
Pernafasan  Pernafasan Kusmaul, dispnea
 Edema paru
 Pneumonitis

Hematologik  Anemia menyebabkan kelelahan


 Hemolisis
 Kecenderungan perdarahan
 Menurunnya resistensi terhadap infeksi (ISK,
pneumonia,septikemia)

Kulit  Pucat, pigmentasi


 Perubahan rambut dan kuku (kuku mudah patah, tipis,
bergerigi, ada garis merah biru yang berkaitan dengan
kehilangan protein)
 Pruritus
 “kristal” uremik
 kulit kering
 memar

Saluran cerna  Anoreksia, mual muntah menyebabkan penurunan BB


 Nafas berbau amoniak
 Rasa kecap logam, mulut kering
 Stomatitis, parotitid
 Gastritis, enteritis
 Perdarahan saluran cerna
 Diare

Metabolisme intermedier  Protein-intoleransi, sintesisi abnormal


 Karbohidrat-hiperglikemia, kebutuhan insulin menurun
 Lemak-peninggian kadar trigliserida

Neuromuskular  Mudah lelah


 Otot mengecil dan lemah
 Susunan saraf pusat :
 Penurunan ketajaman mental
 Konsentrasi buruk
 Apati
 Letargi/gelisah, insomnia
 Kekacauan mental
 Koma
 Otot berkedut, asteriksis, kejang
 Neuropati perifer :
 Konduksi saraf lambat, sindrom restless leg
 Perubahan sensorik pada ekstremitas – parestesi
 Perubahan motorik – foot drop yang berlanjut menjadi
paraplegi

Gangguan kalsium dan  Hiperfosfatemia, hipokalsemia


rangka  Hiperparatiroidisme sekunder
 Osteodistropi ginjal
 Fraktur patologik (demineralisasi tulang)
 Deposit garam kalsium pada jaringan lunak (sekitar
sendi, pembuluh darah, jantung, paru-paru)
 Konjungtivitis (uremik mata merah)

1. 6. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
1. Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal

- Ureum kreatinin.

- Asam urat serum.

1. Identifikasi etiologi gagal ginjal

- Analisis urin rutin

- Mikrobiologi urin

- Kimia darah

- Elektrolit

- Imunodiagnosis

1. Identifikasi perjalanan penyakit

- Progresifitas penurunan fungsi ginjal

- Ureum kreatinin, klearens kreatinin test

GFR / LFG dapat dihitung dengan formula Cockcroft-Gault:

Laki-laki :

(140 – umur ) X BB (kg)

CCT =

72 x kreatinin serum ( mg/dL )

Wanita : 0,85 x CCT

Perhitungan terbaik LFG adalah dengan menentukan bersihan kreatinin yaitu :

Kreatinin urin (mg/dL)xVol.urin (mL/24 jam)

Bersihan kreatinin :
Kreatinin serum ( mg/dL ) x 1440 menit

Nilai normal :

Laki-laki : 97 – 137 mL/menit/1,73 m3 atau

0,93 – 1,32 mL/detik/m2

Wanita : 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau

0,85 – 1,23 mL/detik/m2

- Hemopoesis : Hb, trobosit, fibrinogen, factor pembekuan

- Elektrolit : Na+, K+, HCO3-, Ca2+, PO42-, Mg+

- Endokrin : PTH dan T3,T4

- Pemeriksaan lain: berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk ginjal, misalnya:


infark miokard.

1. Diagnostik
1. Etiologi CKD dan terminal

- Foto polos abdomen.

- USG.

- Nefrotogram.

- Pielografi retrograde.

- Pielografi antegrade.

- Mictuating Cysto Urography (MCU).

1. Diagnosis pemburuk fungsi ginjal

- RetRogram

- USG.

1. 7. Managemen Terapi
2. Terapi Konservatif

Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap klien Cronic renal Desease ( CKD )
dan lama terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai tahun.

Tujuan terapi konservatif :


1) Mencegah memburuknya fungsi ginjal secara profresi.

2) Meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksi asotemia.

3) Mempertahankan dan memperbaiki metabolisme secara optimal.

4) Memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.

Alur manajemen terapi pada klien Cronic Kidney Desease (CKD) dan terminal sebagai
berikut;

CKD

Terapi konservatif

Penyakit ginjal terminal

meninggal Dialisis HD di RS, Rumah, CAPD

gagal

Transplantasi ginjal berhasil

Prinsip terapi konservatif :

1) Mencegah memburuknya fungsi ginjal.

a) Hati-hati dalam pemberian obat yang bersifat nefrotoksik.

b) Hindari keadaan yang menyebabkan diplesi volume cairan ekstraseluler dan hipotensi.

c) Hindari gangguan keseimbangan elektrolit.

d) Hindari pembatasan ketat konsumsi protein hewani.

e) Hindari proses kehamilan dan pemberian obat kontrasepsi.

f) Hindari instrumentasi dan sistoskopi tanpa indikasi medis yang kuat.

g) Hindari pemeriksaan radiologis dengan kontras yang kuat tanpa indikasi medis yang
kuat.

2) Pendekatan terhadap penurunan fungsi ginjal progresif lambat

a) Kendalikan hipertensi sistemik dan intraglomerular.

b) Kendalikan terapi ISK.

c) Diet protein yang proporsional.


d) Kendalikan hiperfosfatemia.

e) Terapi hiperurekemia bila asam urat serum > 10mg%.

f) Terapi hIperfosfatemia.

g) Terapi keadaan asidosis metabolik.

h) Kendalikan keadaan hiperglikemia.

3) Terapi alleviative gejala asotemia

a) Pembatasan konsumsi protein hewani.

b) Terapi keluhan gatal-gatal.

c) Terapi keluhan gastrointestinal.

d) Terapi keluhan neuromuskuler.

e) Terapi keluhan tulang dan sendi.

f) Terapi anemia.

g) Terapi setiap infeksi.

1. Terapi simtomatik

1) Asidosis metabolik

Jika terjadi harus segera dikoreksi, sebab dapat meningkatkan serum K+ ( hiperkalemia ) :

a) Suplemen alkali dengan pemberian kalsium karbonat 5 mg/hari.

b) Terapi alkali dengan sodium bikarbonat IV, bila PH < atau sama dengan 7,35 atau
serum bikarbonat < atau sama dengan 20 mEq/L.

2) Anemia

a) Anemia Normokrom normositer

Berhubungan dengan retensi toksin polyamine dan defisiensi hormon eritropoetin ( ESF :
Eritroportic Stimulating Faktor ). Anemia ini diterapi dengan pemberian Recombinant
Human Erythropoetin ( r-HuEPO ) dengan pemberian30-530 U per kg BB.

b) Anemia hemolisis

Berhubungan dengan toksin asotemia. Terapi yang dibutuhkan adalah membuang toksin
asotemia dengan hemodialisis atau peritoneal dialisis.
c) Anemia Defisiensi Besi

Defisiensi Fe pada CKD berhubungan dengan perdarahan saluran cerna dan kehilangan besi
pada dialiser ( terapi pengganti hemodialisis ). Klien yang mengalami anemia, tranfusi darah
merupakan salah satu pilihan terapi alternatif ,murah dan efektif, namun harus diberikan
secara hati-hati.

Indikasi tranfusi PRC pada klien gagal ginjal :

 HCT < atau sama dengan 20 %


 Hb < atau sama dengan 7 mg5
 Klien dengan keluhan : angina pektoris, gejala umum anemia dan high output heart
failure.

Komplikasi tranfusi darah :

 Hemosiderosis
 Supresi sumsum tulang
 Bahaya overhidrasi, asidosis dan hiperkalemia
 Bahaya infeksi hepatitis virus dan CMV
 Pada Human Leukosite antigen (HLA) berubah, penting untuk rencana transplantasi
ginjal.

3) Kelainan Kulit

a) Pruritus (uremic itching)

Keluhan gatal ditemukan pada 25% kasus CKD dan terminal, insiden meningkat pada klien
yang mengalami HD.

Keluhan :

 Bersifat subyektif
 Bersifat obyektif : kulit kering, prurigo nodularis, keratotic papula dan lichen symply

Beberapa pilihan terapi :

 Mengendalikan hiperfosfatemia dan hiperparatiroidisme


 Terapi lokal : topikal emmolient ( tripel lanolin )
 Fototerapi dengan sinar UV-B 2x perminggu selama 2-6 mg, terapi ini bisa diulang
apabila diperlukan
 Pemberian obat

Diphenhidramine 25-50 P.O

Hidroxyzine 10 mg P.O

b) Easy Bruishing
Kecenderungan perdarahan pada kulit dan selaput serosa berhubungan denga retensi toksin
asotemia dan gangguan fungsi trombosit. Terapi yang diperlukan adalah tindakan dialisis.

4) Kelainan Neuromuskular

Terapi pilihannya :

a) HD reguler.

b) Obat-obatan : Diasepam, sedatif.

c) Operasi sub total paratiroidektomi.

5) Hipertensi

Bentuk hipertensi pada klien dengan GG berupa : volum dependen hipertensi, tipe
vasokonstriksi atau kombinasi keduanya. Program terapinya meliputi :

1). Restriksi garam dapur.

2). Diuresis dan Ultrafiltrasi.

3). Obat-obat antihipertensi.

1. Terapi pengganti

Adalah terapi yang menggantikan fungsi ginjal yang telah mengalami kegagalan fungsi ginjal
baik kronik maupun terminal. Pada masa sekarang ini ada dua jenis terapi :

1) Dialisis yang meliputi :

a) Hemodialisa

b) Peritoneal dialisis, yang terkenal dengan Continous Ambulatory Peritoneal Dialisis (


CAPD ) atau Dialisis Peritoneal Mandiri Berkesinambungan ( DPMB ).

2) Transplantasi ginjal atau cangkok ginjal.

1. 8. Komplikasi
1. Hipertensi.
2. Hiperkalemia.
3. Anemia.
4. Asidosis metabolik.
5. Osteodistropi ginjal.
6. Sepsis.
7. Neuropati perifer.
8. Hiperuremia.

DAFTAR PUSTAKA
Bongard, Frederic, S. Sue, darryl. Y, 1994, Current Critical, Care Diagnosis and Treatment,
first Edition, Paramount Publishing Bussiness and Group, Los Angeles

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2, EGC,
Jakarta

Haryani dan Siswandi, 2004, Nursing Diagnosis: A Guide To Planning Care, available on:
www.Us.Elsevierhealth.com

IIOWA Outcomes Project, 2000, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition,
Mosby Year Book, USA.

McCloskey, 1996, Nursing Interventions Classification (NIC), Mosby, USA

Nanda, 2009, Nursing Diagnosis Deffinition and Classification, Mosby year Book. USA

Price, Sylvia A and Willson, Lorraine M, 1996, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
penyakit, Edisi empat, EGC, Jakarta

Ralph & Rosenberg, 2003, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006,
Philadelphia USA

Soeparman & Waspadji, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II Edisi 3, FKUI,
Jakarta

Widmann, 1995, Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 9, EGC,
Jakarta

About these ads

Related

ASKEP GLIOBLASTOMA

Penyakit Frambusia (YAWS)

PENGETAHUAN

About herodessolution
Simple Man
View all posts by herodessolution →
This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.
← PERILAKU
OPERASI RADIKAL MASTOIDEKTOMI →
Leave a Reply

 HEROdes.com (Theo Geu)

o herodessolution
 Penyakit Frambusia/ Patek/ Yaws
 ASKEP GLIOBLASTOMA
 Cara Mencegah Kehamilan
 Cara Mencegah Kehamilan
 OPERASI RADIKAL MASTOIDEKTOMI
 KONSEP DASAR HEMODIALISA dan CKD/CRF
 PERILAKU
 PENGETAHUAN
 SIKAP
 Penyakit Frambusia (YAWS)
 Categories
o Uncategorized
 Meta
o Register
o Log in
o Entries RSS
o Comments RSS
o WordPress.com
 Recent Posts
o Penyakit Frambusia/ Patek/ Yaws
o ASKEP GLIOBLASTOMA
o Cara Mencegah Kehamilan
o Cara Mencegah Kehamilan
o OPERASI RADIKAL MASTOIDEKTOMI
 Archives
o January 2012
o December 2010
o September 2010

 Blogroll
o Documentation 0
o HEROdes Theo (facebook) 0
o HEROdes.Solution (Blog.com) 0
o HEROdes.Solution (Blog.Spot.com) 0
o HEROdes.Solution (Wordpress.com2) 0
o Plugins 0
o Suggest Ideas 0
o Support Forum 0
o Themes 0
o Theo Geu (facebook) 0
o WordPress Blog 0
o WordPress Planet 0
 HEROdes.com

December 2010
M T W T F S S
« Sep Jan »
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 31

 Twitter HEROdes.com
o @amaaachrnsa klo utk Amel aq siap ko kurbanin perasaan gw heheNi
HEROdes punya gaya...mau gabung???hayoooo!!!! 2 days ago
o Apa yang harus dapat dilakukan oleh pria sejati? — Menjalankan tugas
selayaknya pri sejati... ask.fm/a/b1hk0qn3Ni HEROdes punya gaya...mau
gabung???hayoooo!!!! 2 months ago
o Mksh byk nona @dewierniawaati yg manies n cantik lgi baik ati n tdk
sombong..nanti sy follow @InfoJabarID yach..dmn ni syg??Ni HEROdes
punya gaya...mau gabung???hayoooo!!!! 2 months ago
o Olahraga apakah yang kamu lakukan? — Jogging ask.fm/a/ai5dgac1Ni
HEROdes punya gaya...mau gabung???hayoooo!!!! 2 months ago
o Berapa banyak uang yang kamu habiskan hari ini dan untuk apa? — Rp.
20.000,- untuk makan ask.fm/a/ai5dga2fNi HEROdes punya gaya...mau
gabung???hayoooo!!!! 2 months ago
o Kamu lebih suka menjawab atau mengajukan pertanyaan? — Mengajukan
pertanyaan ask.fm/a/ai5dg9k2Ni HEROdes punya gaya...mau
gabung???hayoooo!!!! 2 months ago
o Apa tindakan yang dapat membuatmu langsung membenci orang yang
melakukannya? — Memfitnah ask.fm/a/ai5dg9agNi HEROdes punya
gaya...mau gabung???hayoooo!!!! 2 months ago
o Bagaimana kamu menjelaskan negaramu dalam tiga kata? — Hebat luar biasa
ask.fm/a/ai5dg913Ni HEROdes punya gaya...mau gabung???hayoooo!!!!
2 months ago
o Sudahkah kamu punya aplikasi Ask.fm untuk iPhone? — Belum
ask.fm/a/b0k10enqNi HEROdes punya gaya...mau gabung???hayoooo!!!!
2 months ago
o Bagaimana seharusnya akhir pekan yang sempurna dimulai? — Jalan2 bareng
santai2 ketempat yang romantis ask.fm/a/b0k0pelmNi HEROdes punya
gaya...mau gabung???hayoooo!!!! 2 months ago

o RSS - Posts
o RSS - Comments
 Top Clicks
o None
 HEROdes Punck Gaya

 HEROdes Pung gaya biasa aja……

Cukup lihat aja yach...

 Salam

Terimakasih sudah berkunjung ke blog saya...


mohon maaf atas segala kekurangan yang ada...
berikan saran dan kritik demi perbaikan selanjutnya...
semoga ada manfaat yang bisa diperoleh dari kunjungan ini..
salam paling hormat paling sayang saja buat anda dan semua yang anda kasihi dan
anda sayangi..
Tuhan memberkati kita semua
AMEN

HEROdes.com

 Tag Cloud
 Flickr Photos
More Photos

 Top Posts & Pages


o KONSEP DASAR HEMODIALISA dan CKD/CRF
o OPERASI RADIKAL MASTOIDEKTOMI
o Penyakit Frambusia (YAWS)
o ASKEP GLIOBLASTOMA

HEROdes.Solution
The Twenty Ten Theme. Blog at WordPress.com.
Follow

Follow “HEROdes.Solution”

Get every new post delivered to your Inbox.

Powered by WordPress.com
f

Anda mungkin juga menyukai