Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Kekurangan Carian pada Sistem Peredaran Darah

Abstrsak

Abstract

Pendahuluan

Di dalam tubuh manusia, terdapat cairan dalam jumlah yang besar, melebihi setengah dari
beran badan tubuh. Cairan tersebut dapat berupa berbagai macam jenis seperti darah, cairan
serebrospinal pada otak, cairan limfa, cairan pleura, dan lain-lain. Setiap cairan tersebut
mempunyai fungsi masing-masing yang sangat penting bagi tubuh. Ketika tubuh kehilangan
cairan tersebut, melewati batas normal, maka tubuh akan merespon keadaan abnormal
tersebut. Salah satu responnya adalah capillary refill time yang melebihi batas normal yaitu 2
detik. Hubungan dengan kekurangan cairan akan dijelaskan pada bagian isi. Terdapat
berbagai penyebab dari kehilangan cairan tersebut seperti berkeringat terlalu banyak, diare,
muntah, dan lain-lain. Banyak hal yang dapat menyebabkan kekurangan cairan dan dapat
dialami oleh orang dari berbagai usia sehingga diperlukan kesadaran masyarakat mengenai
hal tersebut.

Tujuan tulisan ini adalah untuk memberikan informasi dan pengetahuan mengenai hubungan
kekurangan cairan dengan sistem peredaran darah terutama pada kapiler. Tulisan ini juga
memaparkan mengenai salah satu penanganan kekurangan cairan yaitu infus. Semoga tulisan
ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi yang jelas mengenai kekurangan cairan pada
tubuh.

Sistem Peredaran Darah Arteri

Di dalam tubuh manusia, terdapat 5 tipe pembuluh darah yaitu arteri, arteriole, kapiler,
venula, dan vena. Pembuluh darah arteri adalah pembuluh darah yang membawa darah dari
jantung, keluar ke seluruh tubuh atau ke paru-paru. Pembuluh darah ini mempunyai
karakteristik tebal dan elastis. Arteri mempunyai lapisan otot polos yang tebal dan jaringan
elastin yang banyak. Pembuluh darah arteri yang besar disebut aorta. Pembuluh darah ini
keluar langsung dari jantung dan nantinya akan mempercabangkan berbagai arteri. Lalu,
arteri-arteri tersebut akan bercabang menjadi arteriole yang akan berhubungan dengan venula
melalui pembuluh darah kapiler. Terdapat juga pembuluh yang hanya sebagian dilapisi oleh
otot polos dan berhubungan dengan venuke yaitu metarteriol. Pembuluh darah arteri ini
mempunyai lapisan berupa endothelium (lapisan bagian dalam yang tipis pada semua
pembuluh darah), jaringan elastin, jaringan otot polos, dan jaringan fibrosa. Pada arteriole,
tidak terdapat jaringan elastin ataupun jaringan fibrosa. Arteriole hanya mempunyai lapisan
endothelium dan jaringan otot polos. Anatomi dari pembuluh darah arteri dapat dilihat di
gambar 1.1
Gambar 1. Anatomi Pembuluh Darah Arteri.2

Sistem Peredaran Darah Vena

Pembuluh darah vena, disebut juga pembuluh darah balik, adalah pembuluh darah yang
mengalirkan darah dari luar jantung, ke dalam jantung. Pembuluh darah vena yang paling
besar disebut vena cava yang akan bercabang menjadi vena. Vena-vena tersebut juga akan
bercabang menjadi venula yang akan berhubungan dengan metarteriol dan pembuluh darah
kapiler. Pembuluh darah vena lebih tipis daripada pembuluh darah arteri dan tidak elastis.
Lapisan yang terdapat pada vena sama dengan arteri namun lebih tipis. Pada venula, hanya
terdapat endothelium dan jaringan fibrosa. Uniknya, pembuluh darah ini mempunyai katup
yang mencegah agar vena dapat kembali ke jantung dengan baik. Anatomi pembuluh darah
vena dapat dilihat di gambar 2.1

Gambar 2. Anatomi Pembuluh Darah Vena.2


Sistem Peredaran Darah Kapiler

Pembuluh darah kapiler hanya mempunyai lapisan otot polos. Pembuluh darah ini sangat
kecil dan berfungsi untuk pertukaran darah dengan cairan interstitial melalui metarteriole
sampai ke postcapillary venule. Pada pembuluh darah ini, hanya 1 eritrosit yang dapat
melewati pembuluh darah ini karena diameter eritrosit adalah 8 mikrometer sedangkan
diameter pembuluh darah ini adalag 5-10 mikrometer. Kapiler ini dapat ditemukan hampir di
setiap sel dalam tubuh dan terdapat banyak di jaringan yang membutuhkan banyak oksigen.
Pada pembuluh darah kapiler terdapat juga precapillary sphincter yang memonitor laju darah
ke kapiler

Keseimbangan Cairan Tubuh

Di dalam tubuh manusia, cairan tubuh mencakup 60% dengan 20% cairan ekstraselular
(CES) dan 40% cairan intraselular (CIS) dari total berat badan tubuh. Keseimbangan cairan di
dalam tubuh ini diatur oleh ginjal secara efesien. Keseimbangan cairan ini diatur dengan
meregulasi volume dan osmolaritas dari CES. Kedua hal tersebut berhubungan dengan
konsentrasi Na+ dan H2O dalam tubuh. Volume CES diregulasi untuk mempertahankan
tekanan darah, sedangkan osmolaritas CES diregulasi untuk mencegah mengecilnya sel.3

Ketika tubuh kekurangan cairan, artinya volume dari CES berkurang yang akan
mengakibatkan berkurangnya dari volume dalam darah itu sendiri. Hal tersebut
mengakibatkan berkurangnya tekanan darah. Namun walaupun tubuh mengeluarkan CES
atau mendapatkan tambahan CES, CIS tidak akan berubah karena tidak terjadi perpindahan
masuk atau keluar sel. Hal ini dapat terjadi karena osmolaritas antara CES dan CIS tetap
sama. Walaupun volume CES berkurang, konsentrasi zat terlarutnya tetap seimbang sehingga
tidak terjadi perpindahan.4,5

Ketika terjadi pengurangan atau penambahan H2O bebas, hal tersebutlah yang akan
mengakibatkan perubahan osmolaritas jika tidak diimbangi dengan perubahan zat terlarut.
Kekurangan H2O bebas di CES akan mengakibatkan hipertonisitas, sedangkan kelebihan H2O
bebas akan menyeababkan hipotonisitas. Hipertonisitas atau dehidrasi dapat disebabkan oleh
beberapa hal seperti kekurangan pemasukan H2O, kelebihan pengeluaran H2O seperti muntah
atau diare, atau jika mengalami diabetes insipidus. Ketika CES kekurangan H2O, sel akan
mengkerut karena H2O yang terdapat di CIS akan berpindah ke CES atas dasar perubahan
gradien konsentrasi dimana air akan berpindah dari larutan dengan konsentrasi yang lebih
tinggi ke yang lebih rendah. Mengkerutnya sel akan mengakibatkan kerusakan pada jaringan
tersebut dan jika dialami oleh jaringan otak, maka akan berakibat fatal.5

Infus

Melalui pembahasan sebelumnya, telah diketahui bahwa kekurangan cairan menimbulkan


dampak yang tidak baik. Di dalam tubuh, terdapat berbagai sistem untuk mengkompensasi
terjadinya kekurangan cairan, salah satunya adalah vasopressin. Vasopressin adalah hormon
yang dikeluarkan untuk meresponi kekurangan H2O. Hormon ini bekerja untuk meningkatkan
rearpsorbsi H2O di ginjal. Kekurangan cairan dalam tubuh juga membuat tubuh
mengeluarkan reflex haus yang akan membuat seseorang ingin minum atau memasukan H2O
ke dalam tubuh.5

Jika kompensasi tersebut tidak mencukupi, maka diperlukan interverensi dari luar. Salah satu
caranya adalah dengan memasukan cairan saline atau yang biasa disebut dengan infus.
Larutan ini mengandung air dan sodium klorida atau garam. Biasanya larutan saline
mengandung 9 gram garam per liter. Cairan infus ini dimasukan ke dalam vena, biasanya
melalui siku lengan bagian depan, namun bisa juga di tempat lain seperti kaki. Larutan saline
ditetapkan untuk dimasukkan karena cairan ini bersifat isotonis dengan darah sehingga tidak
menyebabkan perubahan osmolaritas yang akan mengakibatkan perubahan struktur sel.
Selain untuk mengembalikan cairan dalam tubuh, infus juga dapat digunakan untuk
memasukkan obat yang tidak dapat dimasukkan melalui mulut atau membutuhkan efek yang
cepat.3,5

Kesimpulan

Daftar Pustaka

1. Silverthorn DU, editor. Fisiologi manusia: Sebuah pendekatan terintegrasi. Edisi ke-6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013
2. Paulsen F, Waschke J. Sobotta: atlas of human anatomy. 15th Ed. Munich: Elsevier
GmbH; 2011
3. Tortora GJ, editor. Dasar anatomi dan fisiologi: sistem organisasi, sistem penunjang dan
gerak, dan sistem kontrol. Edisi ke-13. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016
4. Hall JE, editor. Guyton and hall textbook of medical physiology. 13th ed. New York City:
Elsevier; 2016
5. Sherwood L, editor. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-8. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2014

Anda mungkin juga menyukai