Anda di halaman 1dari 10

STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
1) Nama pasien : Tn. KP
2) Umur : 52 tahun
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Alamat : Labuan
5) Agama : Islam
6) Pekerjaan : Supir
7) Tanggal Pemeriksaan: 25 februari 2015

II. ANAMNESIS
1) Keluhan utama :
Terdapat luka didagu sebelah kiri
2) Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik RS UNDATA dengan keluhan terdapat luka di
dagu sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Luka tersebut terasa nyeri, tidak gatal dan
kadang berdarah. Luka awalnya merupakan benjolan berwarna hitam seukuran biji
jagung terasa gatal. Karena gatal pasien kemudian menggaruk dan berusaha
mengelupas benjolan tersebut. Setelah benjolan terlepas bekasnya sering berdarah
dan kemudian terjadi luka. Pasien sering mengelupas keropeng disekitar luka,
sehingga benjolan tersebut akhirnya berubah menjadi bentukan yang tidak beraturan
dan kadang berdarah. Pasien pernah berobat ke puskesmas dan diberikan salep tetapi
lupa namanya dan tidak ada perubahan. Pasien juga pernah mencoba pengobatan
herbal dengan menempelkan serbuk kayu jawa pada luka.
3) Riwayat penyakit dahulu :
Pasien mengaku belum pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya
4) Riwayat penyakit keluarga :
Pasien mengaku tidak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit serupa
dengan pasien.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
1. Keadaan Umum : Sakit ringan
2. Status Gizi : Baik
3. Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 160/90 mmHg
Nadi : 62 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36o C

Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit: Tampak ulkus dengan ukuran 1,5 x 2 cm, berbentuk bulat,
berwarna merah kekuningan, dikelilingi area kehitaman, tepi tidak rata, dinding
bergaung, dasar ulkus jaringan granulasi, sekret berwarna merah kekuningan, jaringan
nekrotik.

Lokalisasi : mandibula
1. Kepala : Tampak ulkus dengan ukuran 1,5 x 2 cm, berbentuk bulat, berwarna
merah kekuningan, dikelilingi area kehitaman, tepi tidak rata, dinding bergaung,
dasar ulkus jaringan granulasi, sekret berwarna merah kekuningan, jaringan
nekrotik.
2. Leher : tidak ada ujud kelainan kulit
3. Dada : tidak ada ujud kelainan kulit
4. Punggung : tidak ada ujud kelainan kulit
5. Perut : tidak ada ujud kelainan kulit
6. Selangkangan : tidak ada ujud kelainan kulit
7. Ekstremitas Atas : tidak ada ujud kelainan kulit
8. Ekstremitas bawah : tidak ada ujud kelainan kulit
IV. GAMBAR

Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
V. RESUME
Pasien datang ke Poliklinik RS UNDATA dengan keluhan terdapat luka di dagu
sebelah kiri sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Luka tersebut terasa nyeri, tidak gatal
dan kadang berdarah. Luka awalnya merupakan benjolan berwarna hitam seukuran biji
jagung terasa gatal dan terus tumbuh membesar. Karena gatal pasien kemudian
menggaruk dan berusaha mengelupas benjolan tersebut. Setelah benjolan terlepas
bekasnya sering berdarah dan kemudian terjadi luka. Pasien sering mengelupas
keropeng disekitar luka, sehingga benjolan tersebut akhirnya berubah menjadi bentukan
yang tidak beraturan dan kadang berdarah. Pasien pernah berobat ke puskesmas dan
diberikan salep tetapi lupa namanya dan tidak ada perubahan. Pasien juga pernah
mencoba pengobatan herbal dengan menempelkan serbuk kayu jawa pada luka. Dari
pemeriksaan fisik ampak ulkus dengan ukuran 1,5 x 2 cm, berbentuk bulat, berwarna
merah kekuningan, dikelilingi area kehitaman, tepi tidak rata, dinding bergaung, dasar
ulkus jaringan granulasi, sekret berwarna merah kekuningan, jaringan nekrotik.

VI. DIAGNOSIS BANDING


1. Karsinoma sel basal
2. Karsinoma sel skuamosa
3. Noduler melanoma

VII. ANJURAN PEMERIKSAAN


Pemeriksaan Histopatologi

VIII. DIAGNOSA KERJA


Karsinoma Sel Basal

IX. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
- Menghindari menggaruk dan menggosok area lesi
- Menjaga higienitas kulit

Tindakan
- Elektrodesikasi dan kuretase
- Mohs Micrographic Surgery (MMS)
Medikamentosa post tindakan
- Topikal : Asam fusidat 2% sediaan krim 5 gr, dioles tipis 2 kali sehari.
- Sistemik : Asam mefenamat 500 mg 3 kali sehari

X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungtionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad cosmeticam : dubia ad bonam
PEMBAHASAN

Pasien baru datang ke Poliklinik RS UNDATA dengan keluhan terdapat luka di dagu
sebelah sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Luka tersebut terasa nyeri, tidak gatal dan
kadang berdarah. Luka awalnya merupakan benjolan berwarna hitam seukuran biji jagung
terasa gatal dan terus tumbuh membesar. Karena gatal pasien kemudian menggaruk dan
berusaha mengelupas benjolan tersebut. Setelah benjolan terlepas bekasnya sering berdarah
dan kemudian terjadi luka. Pasien sering mengelupas keropeng disekitar luka, sehingga
benjolan tersebut akhirnya berubah menjadi bentukan yang tidak beraturan dan kadang
berdarah. Pasien pernah berobat ke puskesmas dan diberikan salep tetapi lupa namanya dan
tidak ada perubahan. Pasien juga pernah mencoba pengobatan herbal dengan menempelkan
serbuk kayu jawa pada luka. Dari pemeriksaan fisik Tampak ulkus dengan ukuran 1,5 x 2 cm,
berbentuk bulat, berwarna merah kekuningan, dikelilingi area kehitaman, tepi tidak rata,
dinding bergaung, dasar ulkus jaringan granulasi, sekret berwarna merah kekuningan,
jaringan nekrotik.
Beberapa sinonim dari karsinoma sel basal antara lain : basal cell epithelioma (BCE),
basalioma, ulkus rodens, ulkus Jacob, tumor Kompecher, basal cell carcinoma (B.C.C).[1]
BCC umum terjadi pada orang tua, tetapi menjadi semakin sering pada orang yang
lebih muda dari 50 tahun. Pria terkena lebih sering daripada wanita. Persentase tertinggi lesi
terjadi pada hidung (20,9%), diikuti oleh situs lain pada wajah (17,7%).[2]
Patogenesis BCC melibatkan paparan Sinar UV, khususnya ultraviolet B spektrum
(290-320 nm) yang menginduksi mutasi pada gen supresor tumor. Radiasi UVB merusak
DNA dan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh menghasilkan perubahan genetik progresif
dan neoplasma. Mutasi yang diinduksi UV di p53 gen supresor tumor telah ditemukan di
sekitar 50% dari kasus BCC. [2]
Tumor ini disangka berasal dari sel epidermal puripotensial, atau dari
epidermis/adneksanya. [1]
Faktor predisposisinya ialah faktor lingkungan dan genetik. Faktor lingkungan ialah :
radiasi, bahan kimia (misalnya arsen), pekerjaan tertentu yang banyak terkena sinar matahari,
(misalnya nelayan, petani); adanya trauma (luka bakar), ulkus sikatrikfaktor genetik lainnya
misalnya xeroderma pigmentosum, albinism. [1]
Ada beberapa jenis Karsinoma Sel Basal, dengan demikian, riwayat dan presentasi
klinis dapat bervariasi tergantung pada subtipe. BCC paling sering terjadi pada daerah yang
sering terkena sinar matahari seperti kepala dan leher : [3]
• Karsinoma sel basal nodular: nodular BCC adalah jenis yang paling umum. Pasien
sering mengeluh lesi seperti jerawat yang tidak kunjung sembuh atau sembuh dan kemudian
berdarah lagi. Lesi sering sakit bila disentuh atau tergores. Biasanya tampak seperti papula
dengan eritema, telangiektasia, dan berbatas tegas paling sering pada daerah kepala dan leher,
terutama wajah. Sebagai tumor yang terus tumbuh, pusat tumor sering mengalami ulserasi
menciptakan penampilan seperti kawah. Dengan demikian, lesi ini telah disebut sebagai
"ulkus rodens" di masa lalu. Kadang-kadang, BCC nodular dapat berpigmen seperti
tampakan klinis melanoma atau lesi berpigmen. [3]
• Karsinoma sel basal superfisial: ini adalah subtipe yang paling umum kedua. Pasien
sering mengeluh "dermatitis" kronis. Lesi mungkin pruritus atau sensitif terhadap sentuhan,
tetapi mereka biasanya tidak berdarah. Lesi ini muncul sebagai kemerahan atau plak datar
dengan batas tegas biasanya di daerah kepala dan leher, tetapi juga sering muncul di trunkus
atau ekstremitas. Mereka sering salah didiagnosis dan diobati sebagai eksim atau psoriasis.
Tidak seperti nodular, BCC superfisial kadang tidak menunjukkan klinis telangiektasis dan
translusen tetapi berbatas sedikit elevasi, dan bulat. [3]
• Sklerotik / morpheaform karsinoma sel basal : ini adalah subtipe yang paling
agresif dari BCC. Pasien sering mengeluh dari "bekas luka" kronis atau lesi terjadi tanpa
disadari selama bertahun-tahun. Secara klinis, muncul sebagai bekas luka seperti plak yang
sering tidak memiliki fitur lain dari BCC nodular atau superfisial. Oleh karena itu, dapat
tumbuh menjadi tumor besar dan mendalam. Morpheaform BCC dapat sedikit eritematosa,
tetapi juga bisa berwarna lebih terang daripada kulit normal di sekitarnya. Perbatasan sangat
tidak jelas membuat diagnosis dan pengobatan lebih sulit. Mereka biasanya mempengaruhi
daerah kepala dan leher, tetapi dapat muncul di manapun pada tubuh. BCC berulang dari
BCC diobati sebelumnya sering dapat berkembang menjadi BCC sklerotik dan morpheaform.
[3]

Pengelolaan BCC dipandu oleh lokasi anatomi dan gambaran histologis. Pendekatan
termasuk eksisi standar bedah, destruksi dengan berbagai modalitas, operasi micrographic
Mohs (MMS), dan kemoterapi topikal. Kesempatan terbaik untuk mencapai kesembuhan
adalah melalui perawatan yang memadai dari BCC primer, karena tumor berulang lebih
mungkin untuk kambuh dan menyebabkan kerusakan lokal lanjut. [2] Pengobatan BCC dapat
bervariasi tergantung pada beberapa faktor termasuk subtipe BCC, lokasi, pengobatan
sebelumnya, ukuran, dan kesehatan secara keseluruhan pasien. [3]
Dengan pengobatan yang tepat, prognosis untuk sebagian besar pasien dengan BCC
sangat baik. [2]
DAFTAR PUSTAKA

[1]
Djuanda, A. dkk. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keenam. Jakarta:
Universitas Indonesi.
[2]
Wolff, Klaus. Dkk. 2013. Fitzpatrick’s Color Atlas And Synopsis of Clinical
Dermatology. Edisis 7. New York : Mc Graw Hill Education.
[3]
Soutor, Carol. Hordinsky, K, Maria. 2013. Lange Clinical Dermatology. Edisi 1. New
York : Mc Graw Hill Education.

Anda mungkin juga menyukai