Anda di halaman 1dari 57

METODELOGI PENELITIAN KUANTITATIF

PRA PROPOSAL

Faktor-Faktor Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Badan Pada Usaha


Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Disusun Oleh:
DESI SEPTIANINGSIH (I2F018004)

JENJANG PENDIDIKAN PASCA SARJANA (S2)


JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

2019

i
KATA PENGANTAR

Bimillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum wr.Wb.

Puji syukur dipanjatkan kehadiran Allah SWT atas segala limpahan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas ini dengan
judul “Faktor-Faktor Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Badan Pada
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)”. Dalam menyelesaikan Tugas
ini, upaya maksimal penulis lakukan untuk mendapatkan hasil yang terbaik agar
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukan.

Dalam penyusunan tugas ini, penulis menyadari masih terdapat banyak


kekurangan yang dibuat baik sengaja maupun tidak sengaja, dikarenakan
keterbatasan ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang penulis
miliki. Untuk itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan tersebut dan tidak
menutup diri terhadap segala saran dan kritik serta masukan yang bersifat
kontruktif bagi penulis.

Akhir kata semoga dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, institusi


pendidikan dan masyarakat luas. Aamiin…

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Mataram, 18 Juli 2019


Penulis

Desi Septianingsih

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL DEPAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 5
1.3. Tujuan Penelitian 6
1.4. Manfaat Penelitian 6
1.4.1. Pengertian Teoritis 6
1.4.2. Pengertian Praktis 7
1.4.3. Pengertian Kebijakan 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1. Landasan Teori 8
2.1.1. Stakeholder Teori 8
2.1.2. Pengertian Pajak 9
2.1.3. Jenis Pajak 10
2.1.4. Etika 11
2.1.5. Sistem Perpajakan 12
2.1.5.1.Asas Perpajakan 12
2.1.5.2.Sistem Perpajakan di Indonesia 12
2.1.6. Tarif Pajak 13
2.1.7. Kepatuhan Wajib Pajak 13
2.1.8. Sanksi Perpajakan 14
2.1.8.1.Sanksi Administrasi 15
2.1.8.2.Sanksi Pidana 15
2.1.9. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 16
2.2. Telaah Penelitian Terdahulu 17
2.3. Rerangka Konseptual 20
2.4. Pengembangan Hipotesis 22
BAB III METODE PENELITIAN 27
3.1. Rancangan Penelitian 27
3.2. Populasi dan Sampel 27
3.3. Model Penelitian 28
3.4. Variabel Penelitian 29
3.4.1. Klasifikasi Variabel 29
3.4.2. Definisi Variabel Penelitian 29
3.4.3. Operasionalisasi Pengukuran Variabel 32
3.5. Jenis dan Sumber Data 33
3.6. Metode Pengumpulan Data 33
3.7. Metode dan Analisis Data 35
3.7.1. Uji Validitas 35

iii
3.7.2. Uji Reliabilitas 35
3.8. Uji Asumsi Klasik 35
3.8.1. Uji Multikolonieritas 35
3.8.2. Uji Heterokedastisitas 35
3.8.3. Uji Normalitas 36
3.8.4. Analisis Regresi Linear Berganda 36
DAFTAR PUSTAKA 37

iv
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 1.1. Daftar Nama dan Alamat Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Tahun
2018 1
Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel Bebas (X) Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kepatuhan Pajak 32
Tabel 3.2. Operasionalisasi Variabel Terikat (Y) Kepatuhan Pajak Wajib UMKM
33
Daftar Tabel Lampiran:
Tabel 1. Alat Analisis Dan Hasil Penelitian-Penelitian Terdahulu 1
Tabel 2. Daftar Nama Dan Alamat Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Tahun
2018 4
Tabel 3. Kuesioner Penelitian 9

v
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 2.1. Rerangka Konseptual Penelitian 22
Gambar 3.1. Model Penelitian 28

vi
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, yang artinya perlu
dilakukan penyelenggaraan pembangunan untuk kesejahteraan rakyat. Dalam
merealisasikan hal ini, Pemerintah Indonesia memerlukan biaya yang besar untuk
menjalankan pemerintahan dan pembangunan nasional. Pembiayaan ini dapat
direalisasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang
salah satu sumber terbesarnya berasal dari pajak.
Jumlah Wajib Pajak di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat
(Frianti, 2018). Jika dilihat dari realita yang ada, kebanyakan dari masyarakat
tidak memenuhi kewajiban kewarganegaraannya yaitu kewajiban sebagai Wajib
Pajak. Salah satu sektor yang memberi kontribusi cukup besar dalam perpajakan
saat ini adalah sektor swasta, yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Data propinsi Nusa Tenggara Barat, Kota Mataram, Dinas atau Instansi:
BKKBN Propinsi NTB, jumlah UMKM di Kota Mataram sebanyak 117 UMKM.
Tabel 1.1 menunjukkan jumlah UMKM yang ada di Kota Mataram beserta
alamat UMKM tersebut (mataramkota.go.id).

Tabel 1.1. Daftar Nama dan Alamat Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Tahun 2018
JUMLAH ALAMAT JUMLAH ALAMAT
UKM PERUSAHAAN UKM PERUSAHAAN

5 Ampenan 5 Kr. Panas

1 Babakan 1 Kr. Pule

3 Banjar 11 Kr. Sukun Mataram

4 Cakra 1 Kr. Ujung

Lingk. Dayen Peken


2 Cakranegara Timur 2 Ampenan Utara

4 Dasan Agung 1 Mataram Timur

4 Dayen Peken 3 Monjok

1
1 Gebang Sapta Marga 4 Pagesangan Timur

Jl. Bunga Matahari 14


1 Mataram Barat 29 Pagutan

2 Jl. Energi 68 Kr. Panas 1 Pajang

Jl. Saleh Sungkar 14 b


2 Ampenan 2 Pajeruk

5 Kebon Sari 2 Perumnas

2 Kekalik 2 Rembiga

1 Kr. Baru 2 Selagalas

1 Kr. Jasi 9 Tanjung Karang

1 Kr. Kelok 3 Turide

Sumber: Bagian Perekonomian Setda Kota Mataram (Buku Profil Investasi Kota
Mataram) yang sudah diolah.

Menurut Dhinda dan Diana (2016) Usaha Mikro Kecil Menengah


(UMKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu Negara.
UMKM dianggap penting karena UMKM merupakan sektor yang sangat padat
karya, yang berarti mempunyai suatu potensi pertumbuhan kesempatan kerja
yang sangat besar, pertumbuhan UMKM dapat dimasukkan sebagai suatu elemen
penting dari kebijakan-kebijakan nasional untuk meningkatkan kesempatan kerja
dan menciptakan pendapatan, terutama bagi masyarakat menengah kebawah.
Semakin meningkatnya jumlah dan pertumbuhan UMKM maka diharapkan dapat
memberikan kontribusi untuk meningkatkan penerimaan pajak.

Hingga 2017, pelaku UMKM masih enggan membayar pajak yang dirasa
cukup besar, yaitu berdasarkan PP No. 46 Tahun 2013 tentang pajak penghasilan
atas penghasilan dari usaha yang diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi atau
Badan yang memiliki omset dibawah Rp.4,8 miliar, dikenakan tarif 1% dari
penjualannya. Oleh karena itu, untuk meringankan UMKM, Pemerintah telah
merampungkan revisi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 yang menjadi
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 yang dasar hukum pengenaan tarif

2
bagi Wajib Pajak (WP) pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
menjadi 0,5% dari penjualannya (ekonomi.kompas.com).

Namun demikian, penarikan pajak dari sektor UMKM bukanlah satu hal
yang mudah. Bukan hanya di Indonesia, di Negara lain sektor UMKM memang
adalah salah satu sektor yang hard to control dari sisi kepatuhan (compliance).
Kepatuhan Pajak (tax compliance) didefinisikan sebagai suatu sikap atau perilaku
seorang Wajib Pajak yang melaksanakan semua kewajiban perpajakannya dan
menikmati semua hak perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku (Frianti, 2018). Dengan penerapan self assessment
system, pemerintah berharap dapat meningkatkan penerimaan dari sektor pajak
melalui peningkatan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.

Pengenaan biaya yang rendah dan juga proses yang mudah diharapkan
dapat mampu mendorong pelaku UMKM untuk dapat melaksanakan
kewajibannya sebagai warga negara. Kepatuhan merupakan hal penting dalam
merealisasikan target penerimaan pajak (Febirizki dkk, 2016). Salah satu faktor
yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak yaitu pemahaman Wajib Pajak atas
mekanisme pembayaran pajak. Salah satu kelemahan wajib pajak UMKM adalah
rendahnya pemahaman wajib pajak. Selain itu yang diduga dapat meningkatkan
kepatuhan yaitu tarif pajak. Tarif pajak adalah persentase yang digunakan sebagai
dasar dalam menghitung jumlah pajak yang harus disetor (Luh dan Naniek,
2019). Penurunan tarif Final UMKM dari 1% menjadi 0,5% menunjukkan bahwa
tarif pajak merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kepatuhan WP
UMKM.

Menurut Afrizal dan Arnain (2014) Teori kepatuhan (compliance theory)


merupakan teori yang menjelaskan suatu kondisi dimana seseorang taat
terhadap perintah atau aturan yang diberikan. Kepatuhan mengenai
perpajakan merupakan tanggung jawab kepada Tuhan, bagi pemerintah
dan rakyat sebagai Wajib Pajak untuk memenuhi semua kegiatan
kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.

3
Kepatuhan Wajib Pajak merupakan perilaku yang didasarkan pada
kesadaran seorang Wajib Pajak terhadap kewajiban perpajakannya dengan tetap
berlandaskan pada peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan.
Kesadaran itu sendiri merupakan bagian dari motivasi instrinsik yaitu motivasi
yang datangnya dalam diri individu dan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang
datangnya dari luar individu, seperti dorongan dari aparat pajak untuk
meningkatkan kepatuhan perpajakan. Penelitian ini menggunakan teori kepatuhan
(compliance theory), teori kepatuhan berarti sifat patuh, taat, tunduk pada ajaran
atau peraturan yang telah dibuat untuk dijalankan sebagaimana mestinya.

Berbagai penelitian sebelumnya pernah dilakukan dalam rangka


mengevaluasi persepsi mengenai pengaruh pengetahuan aturan perpajakan,
pemahaman etika pajak, sistem perpajakan, dan persepsi tarif pajak terhadap
kepatuhan pajak pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Jika dilihat
dari penelitian terdahulu terdapat perbedaan hasil yang pernah diteliti oleh para
peneliti sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Ojochogwu dan Stephen
(2012), Imam. dkk, (2015), Febirizki. dkk, (2016), Dhinda dan Diana (2016),
Frianti (2018), Luh dan Naniek (2019), Putu dan Supadmi (2019) menunjukkan
hasil adanya pengaruh yang signifikan atau positif terhadap variabel dependen
dan independen. Hasil yang berbeda disimpulkan oleh Fany (2015), Nelphy dan
Ari (2016) menunjukkan hasil tidak adanya pengaruh yang signifikan atau positif
terhadap variabel dependen dan independen.

Berdasarkan temuan riset terdahulu menunjukkan hasil yang inkonklusif


(gap research), adanya pengaruh yang signifikan dan terdapat hasil yang
menunjukkan adanya pengaruh yang tidak signifikan atau tidak terdapat pengaruh
dari variabel yang diteliti oleh peneliti sebelumnya tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak badan pada usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM).

4
Dari uraian diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini
karena masih terdapat perbedaan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya.
Objek pada penelitian ini juga ditujukan kepada Wajib Pajak pemilik UMKM,
yang mana saharusnya memberikan kontribusi cukup besar dalam penerimaan
negara melalui pajak. Oleh karena itu, peneliti ingin membuktikan seberapa besar
faktor pengaruh kepatuhan wajib pajak UMKM yang akan diuji melalui beberapa
variabel seperti Aturan Perpajakan, Pemahaman Etika Pajak, Sistem Perpajakan,
dan Persepsi Tarif Pajak.

1.2. Rumusan Masalah

Jumlah Wajib Pajak di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat


(Frianti, 2018). Jika dilihat dari realita yang ada, kebanyakan dari masyarakat
tidak memenuhi kewajiban kewarganegaraannya yaitu kewajiban sebagai Wajib
Pajak. Salah satu sektor yang memberi kontribusi cukup besar dalam perpajakan
saat ini adalah sektor swasta, yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Menurut (ekonomi.kompas.com) Hingga 2017, pelaku UMKM masih
enggan membayar pajak yang dirasa cukup besar, yaitu berdasarkan PP No. 46
Tahun 2013 dengan dasar pengenaan tarif sebesar 1% dari omzet bruto diubah
menjadi PP No. 23 Tahun 2018 dengan dasar pengenaan tarif sebesar 0.5% dari
omzet bruto.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu ada beberapa hal yang menjadi
hambatan dalam memenuhi kepatuhan wajib pajak badan pada Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM). Penelitian ini menguji faktor pengaruh kepatuhan
wajib pajak UMKM yang akan diuji melalui beberapa variabel seperti Aturan
Perpajakan, Pemahaman Etika Pajak, Sistem Perpajakan, dan Persepsi Tarif
Pajak.
Berdasarkan argumentasi tersebut, maka dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apakah pengetahuan aturan perpajakan berpengaruh terhadap
kepatuhan pajak pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)?

5
2. Apakah pemahaman etika perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan
pajak pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ?
3. Apakah pemahaman sistem perpajakan berpengaruh terhadap
kepatuhan pajak pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)?
4. Apakah persepsi tarif pajak berpengaruh terhadap kepatuhan pajak
pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)?
1.3. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk menguji dan memberikan bukti empiris apakah pengetahuan
aturan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan pajak pada Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
2. Untuk menguji dan memberikan bukti empiris apakah pemahaman
etika perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan pajak pada Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
3. Untuk menguji dan memberikan bukti empiris apakah pemahaman
sistem perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan pajak pada Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
4. Untuk menguji dan memberikan bukti empirisapakahpersepsi tarif
pajak berpengaruh terhadap kepatuhan pajak pada Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM).
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan


sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan konsep terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM).

6
1.4.2. Manfaat Praktis
Bagi wajib pajak UMKM dapat dijadikan sebagai informasi untuk
memahami dan mematuhi peraturan perpajakan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah dalam rangka memenuhi kepatuhan wajib pajak badan pada
UMKM.
1.4.3. Manfaat Kebijakan

Sebagai masukan bagi pemerintah terhadap kepatuhan pajak UMKM yang


dinilai dari aturan perpajakan, etika pajak, sistem perpajakan, dan persepsi tarif
perpajakan terhadap kepatuhan pajak. Selain itu untuk dapat memberikan
pengujian dari adanya perubahan aturan baru mengenai tarif pajak UMKM.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Kepatuhan (Compliance Theory)
Menurut Afrizal dan Arnain (2014) Teori kepatuhan (compliance theory)
merupakan teori yang menjelaskan suatu kondisi dimana seseorang taat
terhadap perintah atau aturan yang diberikan. Kepatuhan mengenai
perpajakan merupakan tanggung jawab kepada Tuhan, bagi pemerintah
dan rakyat sebagai Wajib Pajak untuk memenuhi semua kegiatan
kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.
Kepatuhan berasal dari kata patuh, menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia, patuh artinya suka dan taat kepada perintah atau aturan, dan
berdisiplin. Kepatuhan Wajib Pajak merupakan perilaku yang didasarkan pada
kesadaran seorang Wajib Pajak terhadap kewajiban perpajakannya dengan tetap
berlandaskan pada peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan.
Kesadaran itu sendiri merupakan bagian dari motivasi instrinsik yaitu motivasi
yang datangnya dalam diri individu dan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang
datangnya dari luar individu, seperti dorongan dari aparat pajak untuk
meningkatkan kepatuhan perpajakan.

Menurut Putu dan Supadmi (2019) Salah satu cara yang dilakukan
pemerintah DJP dengan melakukan reformasi modernisasi sistem administrasi
perpajakan berupa perbaikan pelayanan bagi Wajib Pajak melalui pelayanan yang
berbasis e-system seperti e-registration, e-filing, e-SPT, dan e-billing. Hal
tersebut dilakukan agar Wajib Pajak dapat melakukan pendaftaran diri,
melaksanakan penyetoran SPT, menghitung dan membayar perpajakan dengan
mudah dan cepat secara online. Hal ini sesuai dengan teori kepatuhan
(Compliance Theory).

Berdasarkan peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007


tentang Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang selanjutnya disebut sebagai
Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut:

8
a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan.
b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau
menunda pembayaran pajak.
c. Laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian selama 3 tahun berturut-turut.
d. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 tahun terakhir.
2.1.2. Pengertian Pajak

Pajak ialah penyerahan sebagian harta kekayaan warga negara untuk


negara yang diwajibkan berdasarkan undang–undang yang dapat dipaksakan dan
dipergunakan untuk belanja negara. Negara memerlukan dana pembangunan
yang besar guna membiayai seluruh kebutuhannya (Fany, 2015). Menurut
Ojochoqwu dan Stephen (2012) Pajak adalah aliran pendapatan yang penting
untuk proyek pembangunan pemerintah.

Menurut Mardiasmo (2011) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara
berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada pendapat jasa
timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum. Menurut Febirizki. dkk, (2016) Pajak
adalah menyerahkan sebagian harta kekayaan rakyat kepada negara yang
diwajibkan berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dan dipergunakan
untuk belanja negara.

Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 ketentuan umum dan tata


cara perpajakan: Pajak adalah kontribusi wajib Negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Negara sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

9
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pajak adalah
iuran yang dipungut kepada masyarakat, dengan unsur pemaksaan untuk
kepentingan masyarakat luas guna pemenuhan kebijakan Negara dan kepentingan
sosial pada umumnya.Pajak sangat berguna bagi suatu Negara, karena dengan
pajak Negara dapat memenuhi kebutuhan dalam menjalankan program-program
yang telah ditetapkan.

2.1.3. Jenis Pajak


Terdapat beberapa jenis pajak, menurut Mardiasmo (2011) terdapat
berbagai jenis pajak yang dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu penggolongan
menurut golongannya, menurut sifatnya, dan menurut lembaga pemungutnya.
Menurut golongannya, jenis pajak terdiri: (a) Pajak langsung, (b) Pajak tidak
langsung adalah pajak yang akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada
orang lain atau pihak ketiga. Menurut sifatnya, jenis pajak terdiri dari (a) Pajak
subjektif, (b) Pajak objektif. Menurut lembaga pemungutannya, jenis pajak terdiri
dari (a) Pajak Negara atau Pajak Pusat, (b) Pajak Daerah.
Menurut Febirizki. dkk, (2016) Salah satu faktor yang mempengaruhi
kepatuhan Wajib Pajak yaitu pemahaman Wajib Pajak atas mekanisme
pembayaran pajak. Pentingnya pengetahuan Wajib Pajak yang akan menambah
pemahaman Wajib Pajak terhadap peraturan perpajakan yang berlaku akan
berdampak pada semakin banyaknya Wajib Pajak yang akan bertindak patuh dan
membayarkan pajaknya.
Faktor yang diduga dapat meningkatkan kepatuhan yaitu tarif pajak. Tarif
pajak digunakan sebagai dasar penghitungan seberapa besar jumlah pajak yang
harus dibayarkan. Pajak harus fleksibel untuk memenuhi kapatuhan

perpajakan sehingga dapat terjangkau dan secara substansial

meningkatkan pendapatan publik (Ojochogwu dan Stephen, 2012).


Menurut Fany (2015) Ciri-ciri pemahaman peraturan perpajakan yaitu:
1. Paham dengan cara-cara dalam perpajakan, paham akan Hak dan
kewajiban sebagai wajib pajak, menyetorkan Surat Pemberitahuan
(SPT), memiliki Nomer Pokok Wajib Pajak (NPWP), membayar pajak

10
tepat waktu, semua itu merupakan isi dari ketentuan dan tata cara
perpajakan.
2. Paham dengan sistem yang ada di Indonesia, di Negara kita sendiri
saat ini mengikuti sisten self assessment yaitu memeberikan
kebebasan untuk para wajib pajak agar mendaftarkan diri, menghitung
jumlah tanggungannya sendiri, membayar dam melaporkan pajak
terutangnya sendiri kekantor pajak. Sistem ini sangat baik karena dari
sistem ini kepatuhan wajib pajak dapat dilihat dari masing-masing
kesadaran wajib pajak.
2.1.4. Etika
Etika berasal dari kata ethos sebuah kata dari Yunani, yang diartikan
identik dengan moral atau moralitas dan dijadikan sebagai pedoman atau ukuran
bagi tindakan manusia dengan penilaian baik atau buruk dan benar atau salah
(Nelphy dan Ari, 2016). Dalam pengertian ini etika berkaitan dengan kebiasaan
hidup yang baik, baik pada diri sendiri maupun pada suatu masyarakat atau
kelompok masyarakat. Istilah etika sangat berhubungan dengan tata krama, sopan
santun, pedoman moral, norma susila, dan lain-lain yang mana hal-hal ini
berhubungan juga dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Keraf
(1998) dalam Nelphy dan Ari, (2016) Menyatakan bahwa etika berkaitan dengan
nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala
kebiasaan yang dianut dan diwariskan satu orang ke orang yang lain atau dari
satu generasi ke generasi yang lain.
Menurut Dhinda dan Diana (2016) Dari berbagai kasus dapat dinyatakan
bahwa mereka sadar akan adanya aturan-aturan yang berlaku, namum mereka
tidak menghiraukan aturan yang ada dan tetap melakukan penggelapan pajak, itu
menandakan mereka memiliki etika yang buruk. Adapula Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian
suatu Negara, meskipun dilihat dari skala ekonominya tidak seberapa namun
jumlah UMKM sangat besar dan dominan serta sumbangan yang diberikan
selama ini baik untuk masyarakat maupun untuk Negara.
Adanya sanksi dan denda dari otoritas pajak terkait dengan
ketidakpatuhan pajak diharapkan akan memberikan peningkatan kesadaran wajib
pajak terhadap kewajiban pajak yang sesuai. Namun, penting bagi semua pihak
untuk memperhatikan aspek pajak dan keadilan pajak yang dirasakan oleh wajib

11
pajak. Kedua aspek tersebut diyakini memainkan peran penting dalam
mempengaruhi tingkat kepatuhan usaha sektor pajak (Imam. dkk, 2015).
Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri sendiri
maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Istilah etika
sangat berhubungan dengan tata krama, sopan santun, pedoman moral,
norma susila, dan lain-lain yang mana hal-hal ini berhubungan juga
dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat (Nelphy dan Ari,
2016). Etika merupakan pernyataan benar atau salah yang menetukan
perilaku seseorang tergolong bermoral atau tidak bermoral, baik atau
buruk.

2.1.5. Sistem Perpajakan


2.1.5.1.Asas Perpajakan
Menurut McGee (2009) dalam Dhinda dan Diana (2016) sistem
perpajakan dan tarif pajak berkaitan dengan terjadinya korupsi dalam bentuk
apapun. Jadi gambaran umum mengenai sistem pajak adalah tentang tinggi
rendahnya tarif pajak dan pertanggungjawaban iuran pajak. Pertanggungjawaban
yang dimaksud adalah iuran pajak tersebut digunakan untuk pengeluaran umum
Negara, atau justru dikorupsi oleh pemerintah maupun oleh para petugas pajak.
Menurut Febirizki (2018) Persepsi Wajib Pajak sangat penting dalam
pemenuhan kewajiban perpajakannya, dilihat dari kesederhanaan pembayaran
pajak serta asas keadilan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.
Persepsi Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya
menitikberatkan pada kesederhanaan prosedur pembayaran pajak, kebutuhan
perpajakan Wajib Pajak, asas keadilan dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan.
2.1.5.2.Sistem Perpajakan di Indonesia
Menurut Resmi (2009) dalam Dhinda dan Diana (2016) sistem
pemungutan pajak dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu:
1. Official Assessment System,
2. Self Assessment System,
3. With Holding System.

12
2.1.6. Tarif Pajak
Tarif adalah jumlah yang digunakan untuk menentukan kewajiban pajak
yang harus dibayar oleh wajib pajak. Tarif merupakan persentase/jumlah yg
dibayar oleh wajib pajak sesuai dengan penghasilan yang dihasilkan oleh wajib
pajak. Dampak dari besarnya tarif dan besarnya penghasilan jika ada perubahan
maka besarnya pajak terutang juga akan berubah jumlahnya (Putu dan Supadmi,
2019).
PP No. 46 Tahun 2013 dan PP No. 23 Tahun 2018
Pada tahun 2013 pemerintah mulai menyoroti sektor UMKM di Indonesia
yang mulai tumbuh dengan pesat. Langkah awal yang pemerintah lakukan untuk
meningkatkan penerimaan pajak sektor UMKM dengan menetapkan tarif pajak
final UMKM sebesar 1% pada PP No 46 Tahun 2013. Penetapan tarif 1%
tersebut berjalan tidak sesuai dengan harapan karena beberapa wajib pajak
UMKM yang tidak membayar pajak setiap bulannya. Tingkat kepatuhan wajib
pajak UMKM masih terbilang rendah dan belum mencapai target penerimaan
pajak Negara (Luh dan Naniek, 2019).
Menurut Luh dan Naniek (2019) Rendahnya kepatuhan wajib pajak
UMKM tersebut mendorong pemerintah untuk membuat peraturan baru pada Juli
2018 bahwa tarif PPh Final UMKM diturunkan sebesar 0,5% dan perubahan
tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2018. Tentunya
dengan penurunan tarif tersebut dapat memberikan keadilan bagi wajib pajak dan
tidak mengakibatkan kerugian bagi wajib pajak yang memiliki omzet yang
rendah. Tarif pajak adalah persentase yang digunakan sebagai dasar dalam
menghitung jumlah pajak yang harus disetor. Penurunan tarif Final UMKM dari
1% menjadi 0,5% menunjukkan bahwa tarif pajak merupakan salah satu faktor
yang memengaruhi kepatuhan WP UMKM.
2.1.7. Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Luh dan Naniek (2019) Tarif pajak adalah persentase yang
digunakan sebagai dasar dalam menghitung jumlah pajak yang harus disetor.
Penurunan tarif Final UMKM dari 1% menjadi 0,5% menunjukkan bahwa tarif
pajak merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kepatuhan WP UMKM.

13
Menurut Fany (2015) Pemahaman tentang pengetahuan perpajakan
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan pajak adalah istilah yang
paling netral untuk menggambarkan kesediaan pembayar pajak untuk membayar
pajak mereka. Pengetahuan pajak menjadi faktor utama yang mempengaruhi
perilaku kepatuhan pajak.
Wajib pajak yang kurang patuh maka harus diberikan pemahaman dan
motivasi yang mendorong wajib pajak agar patuh terhadap kewajibannya dan
agar lebih baik pada periode selanjutnya. Patuh terhadap kewajiban pajak pada
dasarnya adalah tindakan yang harus dilakukan wajib pajak untuk memenuhi
kewajibannya sesuai dengan undang-undang dan peraturan perpajakan yang
belaku (Frianti, 2018).
Menurut Febirizki. dkk, (2016) Ada dua macam kepatuhan yaitu
kepatuhan formal dan material. Kepatuhan formal merupakan kepatuhan yang
mana wajib pajaknya melaksanakan kewajibannya sesuai undang-undang
perpajakan sedangkan kepatuhan material merupakan pemenuhan ketentuan-
ketentuan dari isi dan jiwa dari undang-undang perpajakan yang harus
dilaksanakan oleh setiap wajib pajak.
Menurut Fany (2015) Kriteria Kepatuhan antara lain dapat dilihat dari:
1. Tepat waktu, ketepatan waktu dalam menyampaikan SPT sesuai
dengan ketentuan yang berlaku merupakan aspek yang penting.
2. Penghasilan dari wajib pajak, merupakan kepatuhan dalam kerelaan
membayar pajak terutang atau pajak penghasilan sesuai undang-
undang perpajakan.
3. Sanksi, sanksi merupakan salah satu aspek yang ditetapkan sesuai
dengan SKP agar wajib pajak patuh dan tidak melakukan tunggakan
membayar pajak
4. Kriteria kepatuhan yang lainnya bisa dilihat dari pembukuan yang
dilakukan oleh wajib pajak dan wajib pajak dalam membayar
pajaknya.
2.1.8. Sanksi Perpajakan
Menurut Mardiasmo (2011) mengatakan bahwa: “Sanksi perpajakan
merupakan jaminan bahwa ketentuan perundang-undangan perpajakan (norma
perpajakan) akan dituruti, ditaati, dipatuhi. Atau bisa dengan kata lain sanksi

14
perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak
melanggar norma perpajakan”.
2.1.8.1.Sanksi Administrasi
Menurut Mardiasmo (2011) Sanksi administrasi terbagi menjadi 3
macam:
a. Sanksi Administrasi Berupa Denda
b. Sanksi Administrasi Berupa Bunga
c. Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan
2.1.8.2.Sanksi Pidana
Undang-undang perpajakan menyatakan bahwa pada dasarnya pengenaan
sanksi pidana merupakan upaya terakhir untuk meningkatkan kepatuhan wajib
pajak. Salah satunya mencegah pelanggaran terhadap UU No.16 Tahun 2009
tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan (Pasal 38) adalah tidak
menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak
lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara (Mardiasmo, 2011).

Usaha memperkecil jumlah pajak dengan melanggar ketentuan-ketentuan


pajak yang berlaku. Pelaku tax evasion dapat dikenakan sanksi administratif
maupun sanksi pidana (Dhinda dan Diana, 2016).Pasal 40 Undang-undang No.16
Tahun 2009 tentang ketentuan umum perpajakan, mengatur bahwa tindak pidana
di bidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah lampau waktu sepuluh tahun
sejak saat terhutangnya pajak, berakhirnya masa pajak, berakhirnya bagian tahun
pajak, atau berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan (Frianti, 2018).

Sanksi pajak adalah faktor lain yang dapat memengaruhi kepatuhan wajib
pajak. Mardiasmo (2011) menyebutkan sanksi perpajakan ialah suatu jaminan
atas ketentuan perundang-undangan perpajakan dapat dipatuhi atau dijalani.
Sanksi yang dikenakan diharapkan bisa meningkatkan kesadaran wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.WP OP UMKM dapat patuh dalam
membayar pajak apabila terdapat sanksi pajak yang tegas. Adanya sanksi pajak

15
tersebut akan menumbuhkan niat WP OP UMKM dalam memenuhi kewajiban
perpajakan setiap bulan.

2.1.9. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)


Menurut Dhinda dan Diana (2016) Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu Negara,
meskipun dilihat dari skala ekonominya tidak seberapa namun jumlah UMKM
sangat besar dan dominan serta sumbangan yang diberikan selama ini baik untuk
masyarakat maupun untuk Negara.
Menurut Frianti (2018) UMKM bisa dianggap sanngat penting karena
UMKM merupakan sektor yang sangat padat karya, yang berarti mempunyai
suatu potensi pertumbuhan kesempatan kerja yang sangat besar, pertumbuhan
UMKM dapat dimasukkan sebagai suatu elemen penting dari kebijakan-
kebijakan nasional untuk meningkatkan kesempatan kerja dan menciptakan
pendapatan, terutama bagi masyarakat menengah kebawah. Hal ini juga yang bisa
menjelaskan kenapa pertumbuhan UMKM menjadi semakin penting di pedesaan,
terutama di daerah-daerah dimana sektor pertanian mengalami stagnasi atau
sudah tidak mampu lagi menyerap pertumbuhan tahunan dari penawaran tenaga
kerja
Menurut UU. No.20 tahun 2008 tentang UMKM ialah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsungdari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria sebagai
berikut(Luh dan Naniek, 2019):
1. Memiliki aset bersih tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
lebih dari Rp 50.000.000,00 dan maksimal Rp 500.000.000,00.
2. Nilai hasil dari penjualan rutin dalam satu tahun lebih dari Rp
300.000.000,00 dan maksimal Rp 2.500.000.000,00.

16
2.2. Telaah Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang


mempengaruhi kepatuhan wajib pajak badan pada Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM). Adapun beberapa penelitian terdahulu mengenai Analisis
Pengaruh Pengetahuan Aturan Perpajakan, Pemahaman Etika Pajak, Sistem
Perpajakan, dan Persefsi Tarif Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak Pada UMKM
dapat diuraikan sebagai berikut:

Ojochogwu dan Stephen (2012) Melakukan penelitian dengan judul:


Factors That Affect Tax Compliance Among Small And Medium Enterprises
(Smes) In North Central Nigeria. Ditemukan bahwa tarif pajak yang tinggi dan
prosedur pengarsipan yang rumit adalah faktor yang paling penting yang
menyebabkan ketidakpatuhan UMKM. Faktor-faktor lain seperti perpajakan
berganda dan kurangnya pemahaman yang tepat memengaruhi kepatuhan pajak
pada UMKM. Hal ini berdasarkan hasil survei pada UMKM tingkat bawah. Oleh
karena itu, disarankan bahwa persentase pajak UMKM tidak terlalu tinggi untuk
memungkinkan dana yang cukup dalam pengembangan bisnis dan pembayaran
kewajiban perpajakan.

Fany (2015) Melakukan penelitian dengan judul: Tax Compliance Of


Small And Medium Enterprises: Evidence From Indonesia, menunjukkan hasil
bahwa empat variabel kepatuhan pajak diuji yaitu persepsi tarif pajak, kelompok
rujukan, probabilitas diaudit dan pengetahuan pajak. Dari 319 responden, yang
merupakan variabel pengujian dalam penelitian ini, hasilnya menunjukkan tarif
pajak penghasilan berkorelasi negatif dengan kepatuhan pajak sementara
probabilitas diaudit, kelompok rujukan, dan pengetahuan pajak berkorelasi positif
dengan kepatuhan pajak UMKM.

Imam. dkk, (2015) Melakukan penelitian dengan judul: The Role Of


Taxation Education On Taxation Knowledge And Its Effect On Tax Fairness As
Well As Tax Compliance On Handicraft Smes Sectors In Indonesia, berdasarkan
pada pengolahan data, ini menunjukkan hasil T-test yang tinggi. Nilai tinggi ini

17
memiliki kecenderungan makna signifikansi dari berbagai variabel yang diukur
melalui indikator yang ada yang memiliki korelasi dari masing-masing variabel.
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis Structural Equation
Modeling (SEM) dengan menggunakan Partial Least Square (PLS). Penelitian ini
memberikan kesimpulan, yaitu pendidikan pajak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pengetahuan perpajakan, pengetahuan perpajakan
berpengaruh signifikan dan positif terhadap keadilan pajak, keadilan pajak
berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan perpajakan dan pengetahuan
perpajakan berpengaruh signifikan dan positif terhadap kepatuhan perpajakan.

Dhinda dan Diana (2016) Melakukan penelitian dengan judul: Persepsi


Wajib Pajak Mengenai Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan dan Sanksi
Perpajakan Terhadap Penggelapan Pajak (Survey Terhadap UMKM Di Bekasi),
berdasarkan hasil uji kelayakan model regresi linier berganda, pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling, dan menghasilkan 90 UMKM sebagai
responden. Adapun pengujian antara variabel independen yaitu keadilan, sistem
perpajakan, dan sanksi perpajakan terhadap variabel dependen yaitu penggelapan
pajak mempunyai pengaruh signifikan yang ditunjukkan dengan tingkat
signifikasi 0,000 < 0,05.

Febirizki. dkk, (2016) Melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh


Pemahaman Atas Mekanisme Pembayaran Pajak, Persepsi Tarif Pajak dan Sanksi
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM (Studi Pada Wajib Pajak yang
Terdaftar di KPP Pratama Batu), penelitian ini menunjukkan hasil beberapa
faktor yang dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak UMKM yaitu
pemahaman wajib pajak, persepsi tarif pajak dan sanksi pajak. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian eksplanatori, Pengambilan sampel menggunakan
metode accidental sampling dengan sampel sebanyak 98 responden. Teknik
analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan analisis regresi linear
berganda dengan bantuan software statistik SPSS versi 22. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa pemahaman atas mekanisme pembayaran pajak, persepsi

18
tarif pajak dan sanksi pajak berpengaruh signifikan baik secara simultan maupun
parsial.

Nelphy dan Ari (2016) Melakukan penelitian dengan judul: Persepsi


Calon Wajib Pajak Dan Wajib Pajak Terhadap Etika Penggelapan Pajak Di
Salatiga. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik
deskriptif. Hasil penelitian ini menemukan bahwa pada umumnya responden
tidak menyetujui bahwa penggelapan pajak merupakan tindakan yang etis,
meskipun sistem perpajakan tidak berjalan dengan baik, tidak ada keadilan dan
terjadi diskriminasi dalam praktik perpajakan. Berdasarkan temuan penelitian ini,
dapat diperoleh simpulan bahwa secara umum wajib pajak dan calon wajib pajak
persepsi negatif terhadap penggelapan pajak. Hal ini menjadi modal bagi
pemerintah dalam meningkatkan kepatuhan pajak.

Frianti (2018) Melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Sistem


Perpajakan, Tingkat Kepercayaan, dan Hak Legal Terhadap Kepatuhan Pajak
(Tax Compliance) (Survei Terhadap Umkm Di Kabupaten Kuantan Singingi).
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang disebar langsung ke 88
responden yang dipilih menggunakan metode convenience sampling. Analisis
data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dengan
SPSS versi 17. Uji parsial menunjukkan bahwa: (1) sistem perpajakan memiliki
pengaruh signifikan terhadap kepatuhan pajak dengan tingkat signifikansi 0,003,
(2) tingkat kepercayaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan pajak
dengan tingkat signifikansi 0,397, dan (3) hak hukum memiliki pengaruh
signifikan terhadap kepatuhan pajak dengan tingkat signifikansi 0,000. Besarnya
R2 adalah 0,495, artinya variabel independen dapat menjelaskan variabel
dependen 49,5%, sedangkan sisanya 50,5% adalah pengaruh variabel lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini.

Luh dan Naniek (2019) Melakukan penelitian dengan

judul:Pengaruh Tarif Pajak, Pemahaman Perpajakan, Dan Sanksi

Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Penelitian ini

19
menguji sebanyak 100 Wajib Pajak Orang Pribadi UMKM dipilih menjadi
responden dengan menggunakan rumus slovin. Metode penentuan sampel pada
penelitian ini adalah accidental sampling dan teknis analisis data penelitian ini
menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tarif pajak, pemahaman perpajakan dan sanksi perpajakan berpengaruh
positif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM baik secara simultan maupun
parsial.
Putu dan Supadmi (2019) Melakukan penelitian dengan

judul:Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern,

Kualitas Pelayanan Dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan WPOP.


Berdasarkan hasil analisis diperoleh sistem administrasi perpajakan modern,
kualitas pelayanan, dan kesadaran wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan
pada kepatuhan WPOP. Hal ini menunjukkan apabila sistem administrasi
perpajakan yang diterapkan baik, maka akan cendrung meningkatkan kepatuhan
pelaporan WPOP. Kualitas pelayanan juga berpengaruh positif pada kepatuhan
WPOP, hal ini membuktikan bahwa semakin baik kualitas pelayanan yang
diberikan akan membuat wajib pajak tersebut semakin patuh dalam memenuhi
kewajibannya.s
Penelitian terdahulu yang sudah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya
yang berkaitan dengan variabel yang penulis lakukan, menunjukkan adanya
perbedaan hasil dan pembahasan dari variabel yang diuji berkaitan dengan
kepatuhan wajib pajak UMKM dalam melakukan pembayaran serta pemahaman
mengenai pajak.

2.3. Rerangka Konseptual

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh penulis sebelumnya


mengenai variabel sejenis yang dikaji, terdapat perbedaan hasil yang pernah
diteliti oleh para peneliti sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Ojochogwu
dan Stephen (2012), Imam. dkk, (2015), Febirizki. dkk, (2016), Dhinda dan
Diana (2016), Frianti (2018), Luh dan Naniek (2019), Putu dan Supadmi (2019)

20
menunjukkan hasil adanya pengaruh yang signifikan atau positif terhadap
variabel dependen dan independen, penelitian yang dilakukan oleh Fany (2015),
Nelphy dan Ari (2016) menunjukkan hasil tidak adanya pengaruh yang signifikan
atau positif terhadap variabel dependen dan independen. Berdasarkan temuan
riset terdahulu menunjukkan hasil yang inkonklusif yang diteliti oleh peneliti
sebelumnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
badan pada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Menurut Febirizki. dkk, (2016) Pajak adalah menyerahkan sebagian harta
kekayaan rakyat kepada negara yang diwajibkan berdasarkan undang-undang
yang dapat dipaksakan dan dipergunakan untuk belanja negara. Menurut
Febirizki. dkk, (2016) Perekonomian di Negara Indonesia lebih banyak dilakukan
dalam kegiatan usaha yang bersifat menengah ke bawah. Kepatuhan merupakan
hal penting dalam merealisasikan target penerimaan pajak (Febirizki dkk, 2016).
Hingga 2017, pelaku UMKM masih enggan membayar pajak yang dirasa cukup
besar, yaitu berdasarkan PP No. 46 Tahun 2013 dengan dasar pengenaan tarif
sebesar 1% dari omzet bruto diubah menjadi PP No. 23 Tahun 2018 dengan dasar
pengenaan tarif sebesar 0.5% dari omzet bruto (ekonomi.kompas.com).
Penelitian ini akan menjelaskan tentang pengaruh antara Pengetahuan
Aturan Perpajakan, Pemahaman Etika Pajak, Sistem Perpajakan, dan Persefsi
Tarif Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak Pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM). Variabel dalam penelitian yaitu empat variabel bebas atau independen
dan satu variabel terikat atau dependen.Variabel independennya ialah Peraturan
Perpajakan (X1), Etika Pajak (X2), Sistem Perpajakan (X3), dan Persefsi Tarif
Pajak (X4) sedangkan untuk variabel terikat yang dipakai ialah Kepatuhan Wajib
Pajak (Y). Pengetahuan Aturan Perpajakan, Pemahaman Etika Pajak, Sistem
Perpajakan, dan Persefsi Tarif Pajak diduga akan memiliki pengaruh terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak.

21
Berdasarkan penjelasan diatas rerangka konseptual dari penelitian ini,
dapat dilihat dari gambar berikut:

Signalling Theory; Fany (2015);


Ojochogwu dan Stephen (2012).

Signalling Theory; Imam. dkk


Pengetahuan Aturan (2015); Nelphy dan Ari (2016).
H1
Perpajakan (X1)

H2
Pemahaman Etika
Pajak (X2)
Kepatuhan Wajib
H3 Pajak (Y)
Sistem Perpajakan
(X3)
H4

Compliance Theory; Dhinda dan


Persefsi Tarif Pajak Diana (2016); Febirizki. dkk,
(X4) (2016); Putu dan Supadmi (2019).

Compliance Theory; Dhinda dan


Diana (2016); Febirizki. dkk,
(2016); Luh dan Naniek (2019);
Nelphy dan Ari (2016).

Gambar 2.1. Rerangka Konseptual Pemikiran

2.4. Pengembangan Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang perlu diuji kebenaran


melalui alat uji statistik. Berdasarkan kajian teori, konsep dan telaah terhadap
penelitian terdahulu yang relevan untuk menjawab rumusan masalah dalam
penelitian ini, maka perlu dibangun pengembangan hipotesis penelitian sebagai
berikut:

22
1. Pengaruh Aturan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Pajak
UMKM.
Informasi merupakan unsur penting bagi pelaku bisnis karena informasi
menyajikan keterangan suatu keadaan. Signalling theory menjelaskan mengapa
perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi kepada pihak
luar. Salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi adalah dengan
memberikan sinyal pada pihak luar, agar peraturan yang berlaku dapat dipahami
dan dijalankan sesuai dengan pedoman yang ada.
Jika dilihat dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ojochogwu dan
Stephen (2012) tidak terdapat pengaruh dari aturan perpajakan terhadap
kepatuhan pajak UMKM, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Imam. dkk,
(2015) terdapat pengaruh yang signifikan mengenai aturan perpajakan terhadap
kaputuhan pajak UMKM. Menurut Frianti (2018) Pengaruh aturan perpajakan
terhadap kepatuhan pajak UMKM berkaitan dengan bagaimana wajib pajak
memahami mengenai aturan perpajakan yang berlaku secara umum. Pemahaman
adalah cara seorang mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan,
memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh,
menuliskan kembali, dan memperingatkan.
Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian terdahulu serta grand
theory yang digunakan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa aturan
perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Dengan
demikian hipotesis pertama penelitian ini adalah:
H1: Aturan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
UMKM.
2. Pengaruh Etika PerpajakanTerhadap Kepatuhan Pajak UMKM.
Signalling theory memilki sekumpulan teori yang membedakan
komunikasi antara individu, organisasi yang mempunyai konflik kepentingan
diharapakan berkomunikasi secara jujur dan saling memberikan sinyal berupa
informasi yang diperlukan. Menurut Nelphy dan Ari (2018) Etika memainkan
peranan penting dalam menjelaskan keputusan kepatuhan pajak dan perbedaan
etika antar individu yang berbeda.

23
Pengaruh etika terhadap kepatuhan pajak UMKM, jika dilihat dari
penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Frianti (2018) menunjukan hasil
adanya pengaruh etika terhadap kepatuhan pajak UMKM. Penelitian yang
dilakukan Dhinda dan Diana (2016) Menunjukkan bahwa dari berbagai kasus
dapat dinyatakan bahwa mereka sadar akan adanya aturan-aturan yang berlaku,
namum mereka tidak menghiraukan aturan yang ada dan tetap melakukan
penggelapan pajak, itu menandakan mereka memiliki etika yang buruk.
Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian terdahulu serta grand
theory yang digunakan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa etika
perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Dengan
demikian hipotesis kedua penelitian ini adalah:
H2: Etika perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
UMKM.
3. Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Kepatuhan Pajak
UMKM.
Menurut Putu dan Supadmi (2019) Salah satu cara yang dilakukan
pemerintah DJP dengan melakukan reformasi modernisasi sistem administrasi
perpajakan berupa perbaikan pelayanan bagi Wajib Pajak melalui pelayanan yang
berbasis e-system seperti e-registration, e-filing, e-SPT, dan e-billing. Hal
tersebut dilakukan agar Wajib Pajak dapat melakukan pendaftaran diri,
melaksanakan penyetoran SPT, menghitung dan membayar perpajakan dengan
mudah dan cepat secara online. Hal ini sesuai dengan teori kepatuhan
(Compliance Theory).

Dengan penerapan self assessment system, pemerintah berharap dapat


meningkatkan penerimaan dari sektor pajak melalui peningkatan kepatuhan wajib
pajak dalam membayar pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Putu dan Supadmi
(2019). Berdasarkan hasil analisis diperoleh sistem administrasi perpajakan
modern, kualitas pelayanan, dan kesadaran wajib pajak berpengaruh positif dan
signifikan pada kepatuhan WPOP. Penelitian yang dilakukan oleh Dhinda dan
Diana (2016) Menunjukkan hasil bahwa sistem pajak dan sanksi pajak

24
berdampak negatif terhadap penggelapan pajak. Penelitian yang dilakukan oleh
Frianti (2018) sistem perpajakan memiliki pengaruh signifikan terhadap
kepatuhan pajak.

Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian terdahulu serta grand


theory yang digunakan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa sistem
perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Dengan
demikian hipotesis ketiga penelitian ini adalah:
H3: Sistem perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
UMKM.
4. PengaruhTarif Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak UMKM.
Kepatuhan Wajib Pajak merupakan perilaku yang didasarkan pada
kesadaran seorang Wajib Pajak terhadap kewajiban perpajakannya dengan tetap
berlandaskan pada peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan. Teori
kepatuhan (compliance theory) merupakan teori yang menjelaskan suatu kondisi
dimana seseorang taat terhadap perintah atau aturan yang diberikan (Afrizal dan
Arnain, 2014).
Hingga 2017, pelaku UMKM masih enggan membayar pajak yang dirasa
cukup besar, yaitu berdasarkan PP No. 46 Tahun 2013 tentang pajak penghasilan
atas penghasilan dari usaha yang diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi atau
Badan yang memiliki omset dibawah Rp.4,8 miliar, dikenakan tarif 1% dari
penjualannya. Oleh karena itu, untuk meringankan UMKM, Pemerintah telah
merampungkan revisi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 yang menjadi
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 yang dasar hukum pengenaan tarif
bagi Wajib Pajak (WP) pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
menjadi 0,5% dari penjualannya (ekonomi.kompas.com).

Penelitian yang dilakuakn oleh Ojochogwu dan Stephen (2012) ditemukan


bahwa tarif pajak yang tinggi dan prosedur pengarsipan yang rumit adalah faktor
yang paling penting yang menyebabkan ketidakpatuhan UMKM. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Fany (2015) mengahasilkan bahwa tarif pajak
tidak berpengaruh terhadap kepatuhan pajak UMKM.

25
Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian terdahulu serta grand
theory yang digunakan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tarif pajak
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Dengan demikian hipotesis
keempat penelitian ini adalah:
H4: Tarif pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM.

26
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif asosiatif. Menurut


Sugiyono (2014:36), penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antara dua variabel atau lebih.
Penelitian ini diarahkan untuk menguji pengaruh Pengetahuan Aturan
Perpajakan, Pemahaman Etika Pajak, Sistem Perpajakan, dan Persefsi Tarif
Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak Pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM). Objek penelitian ini dilakukan pada Wajib Pajak UMKM yang ada di
Kota Mataram.
3.2. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah wajib pajak yang
tergolong Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang ada di Kota
Mataram, terdapat 117 perusahaan UMKM yang aktif di Kota Mataram
(ekonomi.kompas.com). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan menggunakan non probability sampling dengan kategori pengambilan
purposive sampling dimana peneliti menentukan sampel dengan cara menetapkan
ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat
menjawab permasalahan penelitian. Adapun kriteria sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah: wajib pajak yang dikategoriakan sebagai Usaha, Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) yang sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP), serta wajib pajak yang mempunyai kriteria UMKM sesuai PP Nomor
23 Tahun 2018.

Dalam penelitian ini menetapkan jumlah sampel dengan menggunakan


rumus Slovin, yaitu:

n= N
1 + N (e)²

27
Keterangan:
n = Jumlah Sampel
N = Populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, dalam penelitian ini
adalah 5%.
Berdasarkan data dari SETDA Kota Mataram Tahun 2018 populasi
yang tercatat sebanyak 117 Usaha Menengah Kecil Mikro (UMKM). Oleh karena
itu jumlah sampel untuk penelitian dengan margin of error sebesar 5% adalah:
n= 117
1 + 117 (0,05)²
n = 90,52224 (dibulatkan menjadi 91)
3.3. Model Penelitian

Model penelitian merupakan abstraksi dari fenomena-fenomena yang


sedang diteliti. Penelitian ini akan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak bada pada UMKM. Adapun model penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pengetahuan Aturan
H1
Perpajakan (X1)

H2
Pemahaman Etika
Pajak (X2)
Kepatuhan Wajib
H3 Pajak (Y)
Sistem Perpajakan
(X3)
H4

Persefsi Tarif Pajak


(X4)

Gambar 3.1. Model Penelitian

28
3.4. Variabel Penelitian
3.4.1. Klasifikasi Variabel

Menurut Sugiyono (2014:61) Variabel penelitian adalah suatu atribut atau


sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Penelitian ini menggunakan empat variabel bebas (independen)
yaitu, Aturan Perpajakan (X1), pemahaman Etika Pajak (X2), Sistem Perpajakan
(X3), serta Persepsi Tarif Pajak (X4) dan satu variabel terikat (dependent) yaitu
kepatuhan pajak UMKM (Y).

3.4.2. Definisi Variabel Penelitian


Definisi variabel dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Aturan Perpajakan

Menurut Febirizki. dkk, (2016) Salah satu faktor yang mempengaruhi


kepatuhan Wajib Pajak yaitu pemahaman Wajib Pajak atas mekanisme
pembayaran pajak. Pentingnya pengetahuan Wajib Pajak yang akan menambah
pemahaman Wajib Pajak terhadap peraturan perpajakan yang berlaku dan
berdampak pada semakin banyaknya Wajib Pajak yang akan bertindak patuh dan
membayarkan pajaknya. Pengaruh aturan perpajakan terhadap kepatuhan pajak
UMKM berkaitan dengan bagaimana wajib pajak memahami mengenai aturan
perpajakan yang berlaku secara umum.
2. Etika Pajak

Etika diartikan dengan moral atau moralitas dan dijadikan sebagai


pedoman atau ukuran bagi tindakan manusia dengan penilaian baik atau buruk
dan benar atau salah (Nelphy dan Ari, 2016). Etika memainkan peranan penting
dalam menjelaskan keputusan kepatuhan pajak dan perbedaan etika antar
individu yang berbeda.
Dhinda dan Diana (2016) Menunjukkan bahwa dari berbagai kasus dapat
dinyatakan bahwa mereka sadar akan adanya aturan-aturan yang berlaku, namum

29
mereka tidak menghiraukan aturan yang ada dan tetap melakukan penggelapan
pajak, itu menandakan mereka memiliki etika yang buruk.

3. Sistem Perpajakan

Menurut Resmi (2009) dalam Dhinda dan Diana (2016) sistem


pemungutan pajak dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu: Official Assessment System, Self
Assessment System, With Holding System. Dengan penerapan self assessment

system, pemerintah berharap dapat meningkatkan penerimaan dari sektor

pajak melalui peningkatan kepatuhan wajib pajak dalam membayar

pajak.

Menurut Putu dan Supadmi (2019) Salah satu cara yang dilakukan

pemerintah DJP dengan melakukan reformasi modernisasi sistem

administrasi perpajakan berupa perbaikan pelayanan bagi Wajib Pajak

melalui pelayanan yang berbasis e-system seperti e-registration, e-filing, e-

SPT, dan e-billing. Hal tersebut dilakukan agar Wajib Pajak dapat

melakukan pendaftaran diri, melaksanakan penyetoran SPT, menghitung

dan membayar perpajakan dengan mudah dan cepat secara online.


4. Persepsi Tarif Pajak

Menurut Febirizki (2018) Persepsi Wajib Pajak sangat penting dalam


pemenuhan kewajiban perpajakannya, dilihat dari kesederhanaan pembayaran
pajak serta asas keadilan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Tarif
merupakan persentase/jumlah yg dibayar oleh wajib pajak sesuai dengan
penghasilan yang dihasilkan oleh wajib pajak. Dampak dari besarnya tarif dan
besarnya penghasilan jika ada perubahan maka besarnya pajak terutang juga akan
berubah jumlahnya (Putu dan Supadmi, 2019).
Menurut Luh dan Naniek (2019) Rendahnya kepatuhan wajib

pajak UMKM tersebut mendorong pemerintah untuk membuat peraturan

baru pada Juli 2018 bahwa tarif PPh Final UMKM diturunkan sebesar

30
0,5% dan perubahan tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah No

23 Tahun 2018. Tentunya dengan penurunan tarif tersebut dapat

memberikan keadilan bagi wajib pajak dan tidak mengakibatkan

kerugian bagi wajib pajak yang memiliki omzet yang rendah. Tarif pajak

adalah persentase yang digunakan sebagai dasar dalam menghitung

jumlah pajak yang harus disetor. Penurunan tarif Final UMKM dari 1%

menjadi 0,5% menunjukkan bahwa tarif pajak merupakan salah satu

faktor yang memengaruhi kepatuhan WP UMKM.


5. Kepatuhan Pajak

Kepatuhan pajak adalah istilah yang paling netral untuk menggambarkan


kesediaan pembayar pajak untuk membayar pajak mereka. Pengetahuan pajak
menjadi faktor utama yang mempengaruhi perilaku kepatuhan pajak. Menurut
Frianti (2018) Wajib pajak yang kurang patuh maka harus diberikan pemahaman
dan motivasi yang mendorong wajib pajak agar patuh terhadap kewajibannya dan
agar lebih baik pada periode selanjutnya. Patuh terhadap kewajiban pajak pada
dasarnya adalah tindakan yang harus dilakukan wajib pajak untuk memenuhi
kewajibannya sesuai dengan undang-undang dan peraturan perpajakan yang
belaku.
Pengenaan biaya yang rendah dan juga proses yang mudah diharapkan
dapat mampu mendorong pelaku UMKM untuk dapat melaksanakan
kewajibannya sebagai warga negara. Kepatuhan merupakan hal penting dalam
merealisasikan target penerimaan pajak (Febirizki dkk, 2016). Salah satu faktor
yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak yaitu pemahaman Wajib Pajak atas
mekanisme pembayaran pajak. Salah satu kelemahan wajib pajak UMKM adalah
rendahnya pemahaman wajib pajak. Selain itu yang diduga dapat meningkatkan
kepatuhan yaitu tarif pajak.

31
3.4.3. Operasionalisasi Pengukuran Variabel

Operasionalisasi variabel adalah suatu cara untuk mengukur konsep, yang


dalam hal ini terdapat variabel-variabel yang langsung mempengaruhi dan
dipengaruhi, yaitu variabel yang dapat menyebabkan masalah-masalah lain
terjadi dan atau variabel yang situasi dan kondisinya tergantung variabel lain.
Pengukuran variabel bebas dan terikat menggunakan skala likert 5 (lima) point.
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2014).
Kepatuhan merupakan hal penting dalam merealisasikan target
penerimaan pajak (Febirizki dkk, 2016). Salah satu faktor yang
mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak yaitu pemahaman Wajib Pajak atas
mekanisme pembayaran pajak. Faktor kedua yang diduga dapat
meningkatkan kepatuhan yaitu tarif pajak.
Penelitian ini menguji faktor-faktor yang mempengruhi kepatuhan wajib
pajak badan pada Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Secara
operasional variabel-variabel dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai
berikut: (a) Aturan Perpajakan (X1), (b) Etika Perpajakan (X2), (c) Sistem
Perpajakan (X3), (d) Tarif Pajak (X4), Sedangkan variabel terikat (dependent)
Kepatuhan Pajak (Y).
Adapun Operasionalisasi variabel bebas dan variabel terikat dapat
digambarkan dalam tabel 3.1 dibawah ini:
Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel Bebas (X) Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kepatuhan Pajak
Volume Indikator Skala Rujukan
Aturan 1. WP memahami Aturan Pajak Ordinal Ojochogwu dan
Perpajakan (X1) yang berlaku. Stephen (2012);
2. Menyampaikan SPT tepat Imam. dkk, (2015);
waktu. Frianti (2018).
3. Memahami cara menghitung
dan melaporkan pajak.
Etika 1. WP memahami etika dalam Ordinal Dhinda dan Diana
Perpajakan (X2) perpajakan. (2016); Nelphy dan
2. Petugas pajak memberikan Ari (2018); Frianti
informasi yang baik dan (2018).
tepat sasaran.
Sistem 1. Sistem perpajakan mudah Ordinal Dhinda dan Diana
Perpajakan (X3) dan dapat dipahami WP. (2016); Frianti

32
2. Terdapat penyederhanaan (2018); Putu dan
dalam pelayanan pajak. Supadmi (2019).
3. WP diberikan kebebasan
untuk menghitung pajaknya.
Tarif Pajak (X4) Tarif pajak yang berlaku untuk Ordinal Ojochogwu dan
UMKM dapat memberikan Stephen (2012);
kepatuhan dalam pembayaran Fany (2015); Putu
kewajiban perpajakan. dan Supadmi
(2019).

Tabel 3.2.: Operasionalisasi Variabel Terikat (Y) Kepatuhan Pajak Wajib


UMKM
Volume Indikator Skala Rujukan
Kepatuhan 1. WP memahami kewajiban Ordinal Fany (2015);
Pajak (Y) dalam membayar pajak. Febirizki. dkk,
2. WP tepat waktu dalam (2016); Frianti
membayar pajak. (2018); Luh dan
3. WP memiliki kesadaran Naniek (2019).
dalam membayar pajak.
4. Tidak ada tunggakan pajak
yang dilakukan oleh WP.

3.5. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada riset ini ialah data subjektif. Data subjektif
yaitu suatu data penelitian yang berbentuk pendapat, aksi, pengetahuan, atau
karakter sebuah kelompok orang atau seorang yang dijadikan subjek penelitian
atau responden (Nelphy dan Ari, 2016). Sumber data yang ada dalam riset ini
ialah data primer. Data primer didapatkan dari pihak pertama untuk analisis
selanjutnya, untuk mendapatkan pemecahan atas masalah yang diteliti. Sumber
data dalam penelitian ini adalah UMKM yang terdaftar di Kota Mataram,
penelitian ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajin pajak
badan pada Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

3.6. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk


memperoleh data dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penelitian.

33
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah:
1. Kuesioner
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari reponden adalah berbentuk kuesioner atau angket. Jenis kuesioner yang
penulis gunakan adalah kuesioner atau angket tertutup, yaitu kuesioner yang
sudah disediakan jawabannya. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan
kuesioner kepada responden, yang akan diantar langsung oleh peneliti dan
pengambilannya akan diambil sendiri pula oleh peneliti dalam kurun waktu yang
telah ditentukan, serta kuesioner tersebut harus diisi langsung oleh responden
yang bersangkutan.
Dalam melakukan pengukuran atas jawaban dari angket-angket tersebut
yang diajukan kepada responden, skala yang digunakan adalah skala Likert. Skala
likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel
yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator
tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang
dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Adapun Jawaban setiap item instrumen skala likert yang penulis gunakan
dalam penelitian ini adalah:
SS = Sangat Setuju = Skor 5
S = Setuju = Skor 4
R = Ragu = Skor 3
TS = Tidak Setuju = Skor 2
STS = Sangat Tidak Setuju = Skor 1
2. Studi Pustaka
Dalam studi kepustakaan ini penulis mengumpulkan dan mempelajari
berbagai teori dan konsep dasar yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Teori dan konsep dasar tersebut penulis peroleh dengan cara menelaah berbagai
macam bacaan seperti buku, jurnal, dan bahan bacaan relevan lainnya.

34
3.7. Metode dan Analisis Data

3.7.1. Uji Validitas


Uji ini dimaksudkan untuk menilai sah atau valid tidaknya suatu kuesioner
(Dhinda dan Diana, 2016). Kuesioner akan di katakan sah apabila permasalahan
pada kuesioner dapat menjelaskan hal yang hendak diketahui oleh kuesioner
tersebut. Uji signifikansi ditentukan dengan membandingkan nilai r hitung
dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah
sampel. Skala yang digunakan adalah skala Likert.
3.7.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ialah uji untuk menilai suatu kuesioner yang merupakan
tolak ukur dari variabel (Frianti, 2018). Suatu kuesioner dapat dinyatakan reliable
atau handal apabila jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu. Penelitian ini menggunakan empat variabel bebas dan
satu variabel terikat yang akan diuji untuk mendapatkan hasil dari adanya
pengaruh faktor-faktor kepatuhan perpajakan.
3.8. Uji Asumsi Klasik

3.8.1. Uji Multikolonieritas


Uji multikolonieritas dimaksudkan untuk mengetahui apakah model
regresi ditemukan adanya hubungan antar variabel bebas (Febirizki. dkk, 2016).
Seharusnya didalam model regresi yang baik tidak terjadi korelasi antara variabel
independen. Apabila hal ini terjadi, maka variabel ini tidak ortogonal. Yang
dimaksdu variabel yang ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar
sesama variabel bebas nol.
Karena VIF = 1/tolerance, maka nilai tolerance yang kecil akan sama
dengan nilai VIF yang tinggi. Nilai cuttof yang biasa digunakan untuk
memperlihatkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama
dengan nilai VIF ≥ 10 (Sugiyono, 2014)
3.8.2. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan unutk menguji apakah dalam model
regresi terjadi perbedaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

35
yang lain. Jika variance dari residual sebuah pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heterokedastisitas
(Imam. dkk, 2015). Model regresi yang baik adalah yang Homokedastisitas atau
tidak terjadi Heterokedastisitas.
3.8.3. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam sistem regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Frianti, 2018). Uji t dan F
mengisyaratkan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini
dilanggar, maka uji statistic menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
Untuk menguji apakah residual berdistribusi normal atau tidak, maka dalam
penelitian ini digunakan uji Kolmogorov smirnov. Residual yang normal yaitu
yang memiliki signifikan > 0,05.
3.8.4. Analisis Regresi Linear Berganda
Penelitian ini menggunakan SPSS dalam pengujian data yang akan
dilakukan. Menurut Luh dan Naiek (2019) Uji asumsi klasik diterapkan untuk
mengetahui kelayakan dalam model regresi dan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi ditemukan pelanggaran asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik
pertama adalah uji normalitas dengan metode One Sample K-S. Nilai signifikansi
residual diatas nilai 0,05 disebut data berdistribusi normal.
Hipotesis dalam penelitian ini akan diuji menggunakan regresi linear
berganda. Teknik ini dimaksudkan guna mengetahui dampak variabel independen
terhadap variabel dependen. Model yang akan digunakan ialah :
Y = α + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ß4X4
Keterangan:
Y = Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
α = Konstanta
x1 = Aturan Perpajakan
x2 = EtikaPerpajakan
x3 = Sistem Perpajakan
x4 = Tarif Pajak
ß1ß2ß3 = Koefisien Korelasi

36
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal Tahar, Arnain Kartika Rachman, 2014. Pengaruh Faktor Internal dan
Faktor Eksternal Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol.15
No.1. p. 56-68.

Dhinda Maghfiroh, Diana Fajarwati. 2016. Persepsi Wajib Pajak Mengenai


Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan Dan Sanksi Perpajakan Terhadap
Penggelapan Pajak (Survey Terhadap UMKM Di Bekasi). Universitas
Islam 45 Bekasi, JRAK, Vol.7 No.1. p. 39-55.

Fany Inasius. 2015. Tax Compliance Of Small And Medium Enterprises:


Evidence From Indonesia. Binus University, Accounting and Taxation,
Vol.7 No.1. p. 67-73.

Febirizki Damayanty, Zahroh Z.A, Yuniadi Mayowan. 2016. Pengaruh


Pemahaman Atas Mekanisme Pembayaran Pajak, Persepsi Tarif Pajak dan
Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM (Studi Pada
Wajib Pajak Yang Terdaftar Di KPP Pratama Batu). Universitas
Brawijaya, Jurnal Perpajakan (JEJAK), Vol.10 No.1. p. 1-8.

Frianti Wijaya. 2018. Pengaruh Sistem Perpajakan, Tingkat Kepercayaan, dan


Hak Legal Terhadap Kepatuhan Pajak (Tax Compliance) (Survei
Terhadap Umkm Di Kabupaten Kuantan Singingi). Riau University. JOM
FEB,Vol.2 No.1. p. 1-14.

https://ekonomi.kompas.com.

https://mataramkota.go.id.

Imam Mukhlis, Sugeng Hadi Utomo, Yuli Soesetio. 2015.The Role Of Taxation
Education On Taxation Knowledge And Its Effect On Tax Fairness As
Well As Tax Compliance On Handicraft Smes Sectors In Indonesia.
University Of Malang, International Journal Of Financial Research, Vol.6
No.4. p. 161-169.

Luh Putu Gita Cahyani, Naniek Noviari. 2019. Pengaruh Tarif Pajak, Pemahaman
Perpajakan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
UMKM. Universitas Udayana, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
Vol.26 No.3. p. 1885-1911.

Mardiasmo. 2011. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Adi Offset.

Nelphy Bryan, Ari Budi. 2016. Persepsi Calon Wajib Pajak Dan Wajib Pajak
Terhadap Etika Penggelapan Pajak Di Salatiga. Universitas Kristen Satya

37
Wacana, Berkala Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol.2 No.1. p. 50-
70.

Ni Luh Putu, Ni Luh Supadmi. 2019. Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi


Perpajakan Modern, Kualitas Pelayanan Dan Kesadaran Wajib Pajak Pada
Kepatuhan WPOP. Universitas Udayana, E-Jurnal Akuntani Universitas
Udayana, Vol.26 No.1. p. 221-250.

Ojochogwu Winnie, Stephen Aanu. 2012. Factors That Affect Tax


Compliance Among Small And Medium Enterprises (Smes) In
North Central Nigeria. Covenant University, International Journal
Of Business and Management, Vol.7 No.12. p. 87-96.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007 tentang Tata Cara


Penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu Dalam Rangka
Pengembalian Pendahukuan Kelebihan Pembayaran Pajak.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit Alfabeta Bandung.

Yunus Handoko. 2014. Implementasi Social and Environmental Disclosure


Dalam Perspektif Teoritis. Jurnal JIBEKA, Vol.8 No.2. p. 74-84.

38
LAMPIRAN

39
LAMPIRAN I
TABEL 1. ALAT ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN-PENELITIAN
TERDAHULU
No. Penulis Judul Alat Analisis Hasil
1. Ojochogw Factors That Affect Metode survei Ditemukan bahwa
u dan Tax Compliance digunakan tarif pajak yang
Stephen Among Small And menggunakan tinggi dan prosedur
(2012). Medium Enterprises kuesioner, pengarsipan yang
(Smes) In North wawancara pribadi rumit adalah faktor
Central Nigeria. dengan responden. yang paling penting
yang menyebabkan
ketidakpatuhan
UKM.
2. Fany Tax Compliance Of Analisis Regresi Persepsi tarif pajak,
(2015). Small And Medium Linier Berganda kelompok rujukan
Enterprises: Evidence dan kemungkinan
From Indonesia. diaudit, meskipun
agak terkait tidak
cukup signifikan
untuk
mempengaruhi
kepatuhan pajak.
3. Imam, The Role Of Taxation Metode analisis Berdasarkan pada
Dkk. Education On data yang pengolahan data, ini
(2015). Taxation Knowledge digunakan dalam menunjukkan hasil
And Its Effect On Tax penelitian ini adalah T-test yang tinggi.
Fairness As Well As analisis Structural Nilai tinggi ini
Tax Compliance On Equation Model memiliki
Handicraft Smes dengan kecenderungan
Sectors In Indonesia. menggunakan makna signifikansi
pendekatan Partial dari berbagai
Least Square (PLS). variabel yang
diukur melalui
indikator yang ada
yang memiliki
korelasi dari
masing-masing
variabel.
4. Dhinda Persepsi Wajib Pajak Regresi Linear Berdasarkan hasil
dan Diana Mengenai Pengaruh Berganda, uji kelayakan model
(2016). Keadilan, Sistem Koefisien Regresi regresi linier
Perpajakan Dan (Uji t),Koefisien berganda antara
Sanksi Perpajakan Determinasi (R²) variabel independen
Terhadap Penggelapan yaitu keadilan,
Pajak (Survey sistem perpajakan,
Terhadap UMKM Di dan sanksi
Bekasi) perpajakan terhadap
variabel dependen

1
yaitu penggelapan
pajak mempunyai
pengaruh signifikan
yang ditunjukkan
dengan tingkat
signifikasi 0,000 <
0,05.
5. Febirizki,
Pengaruh Pemahaman Analisis Regresi Hasil analisis data
Dkk. Atas Mekanisme Linier Berganda juga terlihat bahwa
(2016). Pembayaran Pajak, variabel
Persepsi Tarif Pajak pemahaman adalah
Dan Sanksi Pajak variabel independen
Terhadap Kepatuhan yang dominan.
Wajib Pajak UMKM
(Studi Pada Wajib
Pajak Yang Terdaftar
Di KPP Pratama
Batu).
6. Nelphy Persepsi Calon Wajib Data penelitian Secara umum wajib
dan Ari Pajak Dan Wajib selanjutnya pajak dan calon
(2016). Pajak Terhadap Etika dianalisis dengan wajib pajak persepsi
Penggelapan Pajak Di menggunakan negatif terhadap
Salatiga. teknik analisis penggelapan pajak.
statistik deskriptif

7. Frianti Pengaruh Sistem Analisis data yang Hak legal


(2018). Perpajakan, Tingkat digunakan adalah berpengaruh secara
Kepercayaan, Dan regresi linier parsial terhadap
Hak Legal Terhadap berganda kepatuhan pajak.
Kepatuhan Pajak(Tax
Compliance) (Survei
Terhadap Umkm Di
Kabupaten Kuantan
Singingi).
8. Luh dan Pengaruh Tarif Pajak, Analisis data Hasil penelitian
Naniek Pemahaman penelitian ini menunjukkan
(2019). Perpajakan, Dan menggunakan bahwa tarif pajak,
Sanksi Perpajakan analisis regresi pemahaman
Terhadap Kepatuhan linier berganda. perpajakan dan
Wajib Pajak UMKM. sanksi perpajakan
berpengaruh positif
terhadap kepatuhan
wajib pajak UMKM
baik secara simultan
maupun parsial.
9. Putu dan Pengaruh Penerapan Teknik analisis data Berdasarkan hasil
Supadmi Sistem Administrasi yang digunakan analisis diperoleh
(2019). Perpajakan Modern, adalah regresi linier sistem administrasi
Kualitas Pelayanan berganda. perpajakan modern,
Dan Kesadaran Wajib kualitas pelayanan,

2
Pajak Pada Kepatuhan dan kesadaran wajib
WPOP. pajak berpengaruh
positif dan
signifikan pada
kepatuhan WPOP.

3
Lampiran II

TABEL 2. DAFTAR NAMA DAN ALAMAT USAHA MIKRO, KECIL


DAN MENENGAH TAHUN 2018

Propinsi : Nusa Tenggara Barat

Kabupaten / Kota : Mataram

Dinas / Instansi : BKKBN Propinsi NTB

NAMA PERUSAHAAN / ALAMAT JUMLAH


NO PEMILIK PERUSAHAAN TK.
1 Tresna Adi / Tamrin Ampenan 8
2 Tresna Lulh / Wy. Suryadi Ampenan 8
3 Tresna Ayu / Made Siti Ampenan Selatan 8
4 Merpati III / Tutik Kurdiana Ampenan Tengah 20
5 Bugis / Suhartuti Ampenan Utara 10
6 Almuslihat Babakan 10
7 Dahlia / Sukiani Banjar 10
8 Melati / Inaq Rohanik Banjar 11
9 Melati / Ratnawati. S Banjar 11
10 Amal Sejati / Hj. Jakranah Cakra Barat 11
11 Cempaka / Suprapti Cakra Barat 10
12 Trisna Asih / Km. Artini Cakra Barat 7
13 Bibit Sari / Nyoman Langun Cakra Timur 10
Cak Nang Sari / I Made
14 Mahendra Cakranegara Timur 13
15 Wijaya Kusuma / Kt. Brati Cakranegara Timur 10
16 Cemare Dasan Agung 7
17 Nurul Islah Dasan Agung 10
18 Pelita Harapan Dasan Agung 13
19 Pemuda Dasan Agung 7
20 Batu Raja / Suandawati Dayen Peken 10
21 Rusminah Aminah Dayen Peken 10
22 Sape / Hj. Cairiyah Dayen Peken Ampenan 15
Dayen Peken Ampenan
23 Dayen Peken / Suryani Utara 15
24 Sapta Sari / Ny. Abdul Kadir Gebang Sapta Marga 10
Jl. Bunga Matahari 14
25 Jempong / Laila Kartini Mataram Barat 10
26 F. Hamzan Wd. I / Enis Jl. Energi 68 Kr. Panas 10

4
27 F. Hamzan Wd. IV / H. Aminah Jl. Energi 68 Kr. Panas 10
Jl. Saleh Sungkar 14
28 Awabln / Uswatun Hasanah Ampenan 15
Jl. Saleh Sungkar 14 b
29 Saleh Sungkar / Hj. Suparinem Ampenan 15
30 Chorina II / Sahnun Kebon Sari 9
31 Chorina III / Apriani Kebon Sari 10
32 Chorina IV / Sri Zuraida Kebon Sari 10
33 Swakarya I / Ny. Zaki Kebon Sari 10
34 Swakarya II / Farida Kebon Sari 10
35 Gerisak Kekalik Jaya 8
36 Kekalik Manggis Kekalik Manggis 10
37 Melati Kr. Baru 6
38 Marga Sari / Ny. Astuti Kr. Jasi 12
39 Teratai / Hj. Sahariah Kr. Kelok 13
40 Anggrek II Ibu Mariyam Kr. Panas 7
41 F. Hamzan Wd. II / Saflatun Kr. Panas 10
42 F. Hamzan Wd. III / Munawar Kr. Panas 10
43 Kamboja / Hayati Kr. Panas 20
44 Sumber Rejeki / Leli Febrianti Kr. Panas 10
45 Manggis Merah Kr. Pule 7
46 Terampil / Yanti Rusilawati Kr. Sukun Mataram 7
47 Terampil I / Peradata Yuda Ningr Kr. Sukun Mataram 7
48 Terampil II / Yanti Rusilawati Kr. Sukun Mataram 7
49 Terampil / Siti Maryana Kr. Sukun Mataram 7
50 Terampil IV / Mihram Kr. Sukun Mataram 7
51 Terampil IX / Endang Fitri Kr. Sukun Mataram 7
52 Terampil V / Nuraini Kr. Sukun Mataram 7
53 Terampil VI / Komarlah Kr. Sukun Mataram 7
54 Terampil VII / Nurhasanah Kr. Sukun Mataram 7
55 Terampil VIII / Salmiah Kr. Sukun Mataram 7
56 Terampil X / Emi Johan Kr. Sukun Mataram 7
57 Kr. Ujung / Ni Nyoman Suami Kr. Ujung 10
Lingk. Dayen Peken
58 Kebon Roek / Rosmala Dewi Ampenan Utara 15
Lingk. Dayen Peken
59 Lumbung Kirana / Rina Sulastri Ampenan Utara 15
60 Kenanga / Nuraini Mataram Timur 10
61 Melati / Sri Andriyani Monjok 10
62 Seruni / Ida Ayu Laksmi Monjok 9
63 Cempaka / I Made Winda Monjok Timur 10

5
64 Mekar III / Farida Wati Pagesangan 0
65 Sakinah / St. Mariyam Pagesangan Timur 9
66 Gumitar I / Ayu Suhendrawati Pagesangan Timur 10
67 Sakinah / St. Maryam Pagesangan Timur 10
68 Bahari / Saptunah Pagutan 15
69 Dahlia / Suyanti Pagutan 10
70 Durlan / Fajrianti Pagutan 9
71 Jeruk / Witri Pagutan 12
72 Melati / Fahriah Pagutan 16
73 Rembulan / Issatirodiah Pagutan 8
74 Sejahtera / Muh. Tohri Pagutan 11
75 Sejahtera Bersama I / Rahma Pagutan 8
76 Sejahtera Bersama II / Hadiah Pagutan 8
77 Sejahtera Bersama III / Fauziah Pagutan 8
78 Sejahtera Bersama IV / Uswatun Pagutan 8
Sejahtera Bersama V / Juli
79 Awaludin Pagutan 8
80 Sejahtera Bersama VI / Johariah Pagutan 8
Sejahtera Bersama VII / Sri
81 Sulaswati Pagutan 8
82 Sejahtera I / Musawal Pagutan 4
83 Sejahtera II / Nurhayati Pagutan 8
84 Sejahtera III / Subhan Mustafa Pagutan 8
85 Sejahtera IV / Khatib Pagutan 7
86 Sejahtera IX / Akhmad Zaki Pagutan 5
87 Sejahtera V / Buhari Muslim Pagutan 2
88 Sejahtera VI / Darwita Pagutan 4
89 Sejahtera VII / Ahmad Hanafi Pagutan 10
90 Sejahtera VIII / ABDUL Hamid Pagutan 9
91 Sejahtera X / Tolabudin Pagutan 6
92 Sejahtera XI / Usman Pagutan 6
93 Teladan I / Rahmah Pagutan 9
94 Teladan II / Suhartini Pagutan 10
95 Kambija / Hatriah Pagutan Indah 10
96 Mekar III Pagutan Timur 10
97 Rahayu / Wy. Kerti Pajang 8
98 Sejahtera II / Ibu Marzoan Pajeruk 12
Pajeruk Kb. Bawah Timur
99 Chorina I / Halimah A, MA Kel. Kebon Sari 10
100 Melati Perumnas 6

6
101 Abon Ikan I Perumnas Ampenan 10
102 Juwita / Suryani Rembiga 10
103 Cempaka / Rani Wahyuni Rembiga 6
104 Karya Bunda / Maknah Selagalas 10
105 Karya Bunda Selagalas 10
106 Bugenvil Tanjung Karang 10
107 Flamboyan III Tanjung Karang 10
108 Mendur Tanjung Karang 11
109 Mita Usaha Tanjung Karang 10
110 Flamboyan III Tanjung Karang 10
111 Abon Ikan I B. Isniwin Tanjung Karang Permai 10
112 Mendur Tj. Karang 11
113 Abon Ikan II Tj. Karang Permai 10
114 Tanjung Biru Tj. Karang Permai 6
115 Bersatu Turide 5
116 Bunga Tulip Turide 10
117 Teratai Turide Timur 12
Sumber : Bagian Perekonomian Setda Kota Mataram (Buku Profil Investasi Kota
Mataram).

7
LAMPIRAN III

KUESIONER PENELITIAN

Faktor-Faktor Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Badan Pada Usaha


Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Data Responden
1. Umur : .......... tahun
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan (coret yang tidak perlu)
3. Pendidikan terakhir : …………………………………………
4. Jenis Kepemilikan : Badan/Perseorangan (Coret yang tidak perlu)
1) Jenis Usaha
a. PT (Perseroan Terbatas)
b. UD
c. CV(Perusahaan Komanditer)
d. Lainya............(sebutkan)
2) Mempunyai NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)...............
a. Ya
b. Tidak
3) Merupakan PKP (Pengusaha Kena Pajak).........................
a. Ya
b. Tidak
4) Lama Usaha......................
a. < 1 tahun
b. 1-5 tahun
c. 6-10 tahun
d. >10 tahun
5) Omset per tahun................
a. < 600 juta
b. 600 juta -1 Miliar
c. 1-4,8 Miliar
d. > 4,8 Miliar

Petunjuk Pengisian Kuesioner


Berilah tanda silang (X) pada kotak yang tersedia untuk masing-masing jawaban
pernyataan kuesioner sesuai dengan yang saudara rasakan. Tiap pernyataan hanya
boleh ada satu jawaban.
SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju
S = Setuju STS =Sangat Tidak Setuju
R = Ragu-ragu

8
TABEL 3. KUESIONER PENELITIAN

1. Pengetahuan Aturan Perpajakan (X1)

No. Uraian SS S R TS STS


1. Sebagai wajib pajak badan saya
menggunakan dasar pengenaan pajak 0.5%
dari omset untuk perhitungan pajak
penghasilan.
2. Saya melaporkan pajak penghasilan dengan
mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) dengan
melampirkan laporan keuangan fiskal.
3. Saya mengetahui fungsi dan manfaat pajak
yang digunakan untuk membiayai
pembangunan negara dan sarana umum bagi
masyarakat.
4. Saya mengetahui bagaimana cara mengisi
SPT dengan benar, membuat laporan
keuangan, dan cara membayar pajak dengan
benar.
5. Saya mengetahui bagaimana cara menghitung
jumlah pajak yang ditanggungnya.
6. Saya telah mengetahui bahwa dalam Undang-
Undang perpajakan, bagi Wajib Pajak yang
terlambat atau tidak membayar pajak dapat
diberikan sanksi administrasi (denda) dan
sanksi pidana (penjara).
7. Pajak bersifat memaksa sehingga apabila
terjadi pelanggaran maka akan dikenakan
sanksi.
8. Saya tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dari pajak yang saya bayarkan.
Sumber: Devin (2014) dan Irma (2014).

2. Pemahaman Etika Pajak (X2)

No. Uraian SS S R TS STS


1. Pajak ditetapkan dengan Undang-Undang
(UU) dan dapat dipaksakan.
2. Pajak merupakan bentuk pengabdian
masyarakat kepada negara.
3. Petugas pajak memberikan perhatian
terhadap masalah yang dialami wajib pajak
terkait pembayaran pajak.
4. Petugas pajak memberikan informasi dan
penjelasan dengan jelas dan mudah

9
dimengerti oleh Wajib Pajak serta
memberikan solusi yang tepat.
5. Pembayaran pajak yang tidak sesuai akan
berakibat pada kerugian yang akan
ditanggung negara.
6. Petugas pajak menjaga kerahasian data dari
masing-masing wajib pajak.
7. Petugas pajak bersikap ramah dan sopan
dalam melayani setiap Wajib Pajak.
8. Dalam penyelenggaraan pajak, sejauh ini
fiskus berkapasitas untuk mengarahkan tanpa
mempengaruhi Wajib Pajak.
9. Petugas pajak memberikan informasi dan
penjelasan dengan jelas dan mudah
dimengerti oleh Wajib Pajak serta
memberikan solusi yang tepat.
10. Kualitas pelayanan yang memuaskan akan
membuat Wajib Pajak merasa tertolong dan
menguntungkan dalam hal waktu dan
pelayanan.
Sumber: Irma (2014) dan Monica (2016).

3. Sistem Perpajakan (X3)

No. Uraian SS S R TS STS


1. Pembayaran pajak melalui e-banking mudah,
aman, dan terpercaya.
2. Pelaporan pajak melalui e-SPT dan e-Filling
sangat efektif.
3. Peraturan pajak terbaru dapat di update
melalui internet dengan mudah dan cepat.
4. Pendaftaran NPWP dapat dilakukan melalui
e-Registration dari website pajak.
5. Terdapat penyederhanaan prosedur untuk
melaksanakan kegiatan pelayanan dan
pemeriksaan.
6. Terdapat penyederhanaan prosedur untuk
mengisi formulir SPT/SSP dalam pelaporan
pajak.
7. Peraturan perpajakan dapat diakses secara
lebih cepat melalui internet
8. Adanya peningkatan dalam fasislitas
pelayanan
9. Wajib pajak diberi kepercayaan untuk
menghitung, mengisi, membayar dan
melaporkan pajaknya sendiri

10
Sumber: Irma (2014) dan Yeni (2018).

4. Persepsi Tarif Pajak (X4)

No. Uraian SS S R TS STS


1. Apakah dengan adanya perubahan penetapan
tarif pajak yang dikeluarkan oleh pemerintah
dari PP No.46 Tahun 2013 sebesar 1% dari
omzet bruto dirubah menjadi PP No.23
Tahun 2018 sebesar 0.5% dari omzet bruto,
dapat memberikan pengaruh yang baik dalam
menjalankan kewajiban perpajakan.
2. Sanksi dalam SPT sangat diperlukan.
3. Mengisi SPT sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
4. Dengan adanya perubahan tarif pajak untuk
UMKM dari 1% ke 0.5% dapat membuat
wajib pajak lebih bersemangat dalam
membayar kewajiban pajak.
5. Perubahan tarif pajak memberikan dampak
dalam kepatuhan perpajakan UMKM.
Sumber: Monica (2017).

5. Kepatuhan Pajak (Y)

No. Uraian SS S R TS STS


1. Saya selalu memenuhi kewajiban membayar
pajak.
2. Saya sering membayarkan pajak tepat pada
waktunya
3. Saya selalu melengkapi data persyaratan
pembayaran pajak sesuai dengan ketentuan.
4. Saya telah mengetahui batas akhir dalam
pelaporan pajak.
5. Saya memiliki kesadaran dan kepatuhan
dalam memenuhi kewajiban perpajakan
dengan menyampaikan SPT tepat waktu.
6. Saya selalu mengisi SPT sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
7. Teknologi informasi mempermudah
pelaporan SPT sehingga mendorong wajib
pajak untuk melapor sebelum batas waktu
berakhir
8. Saya mampu melakukan perhitungan pajak
dengan benar
9. Pemeriksaan pajak dapat mempermudah
wajib

11
10. Adanya bunga dalam tunggakan pajak akan
menambah beban pajak.
11. Saya bersedia membayar kewajiban pajak
serta tunggakan pajak.
Sumber: Muchlis (2017).

12

Anda mungkin juga menyukai