Anda di halaman 1dari 7

PERBEDAAN, KESETARAAN DAN HARMONI SOSIAL

Di dalam masyarakat, memang ada perbedaan atau ketidaksamaan sosial. Ketidaksamaan sosial
terdiri dari ketidaksamaan sosial horizontal dan ketidaksamaan sosial vertikal. Ketidaksamaan sosial
horizontal adalah perbedaan antarindividu atau kelompok yang tidak menunjukan adanya tingkatan
lebih tinggi atau lebih rendah (disebut juga, differensiasi sosial). Sementara itu, ketidaksamaan sosial
vertikal adalah perbedaan antar individu atau kelompok yang menunjukan adanya tingkatan lebih
rendah atau lebih tinggi (disebut juga, stratifikasi sosial). Dalam interaksi sosial antarindividu yang
berbeda tersebut, prinsip kesetaraan perlu diterapkan. Dengan prinsip ini, harmoni sosial dapat tercipta.
Harmoni sosial merupakan kondisi dimana individu hidup sejalan dan serasi dan setiap anggota
masyarakat dapat menjalani secara baik sesuai kodrat dan posisi sosialnya.

1. Struktur Sosial
Pengertian dan Ciri Struktur Sosial
Wiliam Kornblum menekankan konsep struktur sosial pada pola perilaku individu dan kelompok,
yaitu pola perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antarindividu dan antarkelompok
dalam masyarakat. Soerjono Soekanto melihat struktur sosial sebagai sebuah hubungan timbal balik
antara posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan sosial. Abdul Syani melihat struktur sosial
sebagai sebuah tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat. Didalam tatanan sosial tersebut terkandung
hubungan timbal balik antara status dan peranan (dengan batas-batas perangkat unsur-unsur sosial
tertentu). Status dan peranan tersebut menunjuk pada suatu keteraturan perilaku yang dapat membentuk
suatu masyarakat. Dengan demikian, secara sederhana dapat kita katakan bahwa struktur sosial adalah
keseluruhan jalinan antar unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga
sosial, kelompok-kelompok sosial dan lapisan-lapisan sosial.
Dalam struktur sosial dikenal dua konsep penting yaitu status dan peran (role). Ralf Linton
mendefinisikan status sebagai suatu kumpulan hak dan kewajiban, sedangkan peran merupakan aspek
dinamis dari status seseorang.

Fungsi dan Bentuk Struktur Sosial


Mayor Polak menyatakan bahwa struktur sosial dapat berfungsi sebagai pengawas sosial, yakni
sebagai penekan kemungkinan pelanggaran terhadap norma, nilai dan pelaturan kelompok atau
masyarakat. Struktur sosial juga dapat berfungsi sebagai dasar untuk menanamkan disiplin sosial
kelompok atau masyarakat.
Menurut Nasikun, dalam konteks Indonesia, struktur sosial dapat dilihat secara horizontal dan
vertikal. Secara horizontal, struktur sosial ditandai dengan adanya kesatuan sosial berdasarkan
perbedaan suku bangsa, agama dan adat. Secara vertikal, struktur sosial ditandai dengan adanya
kesatuan sosial berdasarkan perbedaan lapisan sosial. Dalam banyak literature, struktur sosial
horizontal disebut diferensiasi sosial, sedangkan struktur sosial secara vertikal disebut stratifikasi
sosial.

 Pengertian partikularisme dan universalisme kelompok


Kamus Besar Bahasa Indonesia menuliskan definisi partikularisme sebagai sistem yang
mengutamakan kepentingan pribadi diatas kepentingan umum; aliran politik, ekonomi, kebudayaan
yang mementingkan daerah atau kelompok khusus. Partikularisme pada dasarnya menganut paham
yang cenderung mengutamakan atau mementingkan kepentingan pribadi dan kelompok tertentu.
Partikularisme memiliki kemungkinan menjadi sumber konflik karena cenderung mementingkan
pribadi atau kelompok sendiri daripada kepentingan umum atau publik.
Adapun Universalisme kelompok menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah aliran yang
meliputi segala-galanya; penerapan nilai dan norma secara umum.
Menurut pendapat Robert Bierstedt, Kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada
tidaknya organisasi, hubungan sosial antarkelompok, dan kesadaran jenisnya.
1. Kelompok statis, adalah kelompok bukan organisasi yang tidak memiliki hubungan sosial dan
kesadaran jenis diantaranya. Contohnya: kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah
Kecamatan.
2. Kelompok kemasyarakatan, adalah kelompok yang memiliki persamaan, tetapi tidak
mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara para anggotanya.
3. Kelompok sosial, adalah kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan hubungan
satu dengan yang lainnya tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi. Contohnya: kelompok
pertemuan atau kerabat.
4. Kelompok asosiasi, adalah kelompok yang memiliki kesadaran akan jenis dan mempunyai
persamaan mengenai kepentingan pribadi maupun juga kepentingan bersama. Contohnya:
negara, sekolah, pramuka, dan osis.
5. Macam-macam karakteristik public
Mengenai pengertian publik, menurut Soerjono Soekanto, publik adalah suatu kelompok yang tidak
menjadi satu kesatuan. Sifat publik yang bukan suatu kesatuan, menjadikan publik memiliki karakter
yang beragam, diantaranya sebagai berikut:
1. Kelompok yang pasif, yaitu kelompok yang memiliki minat terhadap sesuatu, tetapi belum
menentukan pendiriannya terhadap sesuatu persoalan. Kelompok ini secara kuantitas lebih
besar daripada kelompok lain.
2. Kelompok vested interest, yaitu kelompok yang terdiri dari kumpulan orang yang telah
memiliki kedudukan tertentu dalam masyarakat dan biasanya bersikap mendukung kebijakan
penguasa karena untuk mempertahankan statusnya.
3. Kelompok new corner, yaitu kelompok yang terdiri dari golongan menengah yang rata-rata
ingin memperjuangkan kepentingannya dan berusaha merebut kedudukan yang lebih tinggi di
masyarakat.
Dari beragam karakter anggota masyarakat tersebut, jelas bahwa membangun kepentingan publik
sangat beragam karena mereka memiliki cara pandang, nilai, atau kepentingan yang berbeda.
Kepentingan publik adalah segala sesuatu yang diperuntukkan bagi upaya pemenuhan kebutuhan orang
banyak atau masyarakat secara umum. Pada kondisi tersebut, kepentingan publik adalah kepentingan
yang dominan. Contohnya: di Indonesia terdapat suku bangsa dan bahasa yang sangat beragam. Untuk
memenuhi kepentingan publik yaitu bersatunya seluruh rakyat Indonesia tanpa mementingkan suku
bangsa dan bahasa yang beragam tersebut, mereka disatukan dengan Sumpah Pemuda.

1. Diferensiasi Sosial
Pengertian Diferensiasi Sosial
Salah satu bentuk struktur sosial adalah diferensiasi sosial. Menurut kamus sosiologi diferensiasi
sosial adalah klasifikasi atau penggolongan terhadap perbedaan-perbedaan tertentu yang bisaanya sama
atau sejenis. Pengertian sama disini menunjuk pada klasifikasi masyarakat secara horizontal, mendatar
atau sejajar.
Dalam masyarakat majemuk (plural society), pengelompokan horizontal yang didasarkan pada
perbedaan ras, etnis (suku bangsa), klan dan agama disebut dengan istilah kemajemukan sosial.
Pengelompokan berdasarkan perbedaan profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial.
Kemajemukan sosial ditandai dengan adanya perbedaan berdasarkan :

1. Berdasarkan ciri fisik


Misalnya, warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, bentuk hidung, dan bentuk rahang. Ciri-ciri
fisik tersebut disebut ciri-ciri fenotip kuantitatif.
2. Berdasarkan ciri sosial
Timbul karena adanya perbedaan pekerjaan yang menimbulkan perbedaan cara pandang dan pola
perilaku dalam masyarakat. Termasuk dalam kategori ini adalah perbedaan peran, prestise dan
kekuasaan. Contohnya pola perilaku guru akan berbeda dengan pola perilaku tentara.
3. Berdasarkan ciri budaya
Berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang
dianutnya, seperti religi, system kekeluargaan, keuletan, dan ketangguhan. Hasilnya dapat dilihat dari
pakaian, adat istiadat, Bahasa, kesenian, arsitektur dan agama.

Bentuk-bentuk Diferensiasi Sosial


Beberapa bentuk diferensiasi sosial diantaranya adalah diferensiasi ras, diferensiasi suku bangsa,
diferensiasi klan, diferensiasi agama, diferensiasi profesi, dan diferensiasi jenis kelamin.
Diferensiasi Ras
Ras adalah kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawaan yang sama. Menurut Ralf
Linton secara garis besar, manusia dibagi dalam tiga kelompok ras utama :
1. Ras Mongoloid memiliki ciri-ciri fisik kulit warna kuning sampai sawo matang, rambut lurus, bulu
badan sedikit, dan mata sipit (terutama Asia Mongoloid). Ras Mongoloid dibagi menjadi dua yaitu,
Mongoloid Asia dan Indian. Mongoloid Asia terdiri dari subras Tionghoa (Taiwan, Jepang,
Vietnam) dan subras melayu (Malaysia, Indonesia, dan Filipina). Mongoloid Indian terdiri dari
orang-orang Indian di Amerika.
2. Ras Negroid memiliki ciri-ciri fisik rambut keriting, kulit hitam, bibir tebal, dan kelopak mata
lurus. Dibagi menjadi lima subras, yaitu Negrito, Nilitz, Negro Rimba, Negro Oseanis, dan
Hontentot-Boysesman.
3. Ras kaukasoid memiliki ciri-ciri fisik hidung mancung, kulit putih, rambut pirang kemerah-
merahan sampai coklat kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus. Dibagi menjadi lima subras,
yaitu Nordic, Alpin, Mediteran, Armenoid, dan India.
Indonesia sebagai Negara kepulauan (archipelago) didiami oleh bermacam-macam subras, yaitu :
1. Negrito, yaitu suku bangsa Semang di Semenanjung Malaya
2. Vedroid, yaitu suku Sakai di Riau, Kubu di Sumatera Selatan, Toala dan Tonum di Sulawesi
3. Neo Melanosoid, yaitu penduduk di Kepulauan Kei dan Aru
4. Melayu terdiri atas :
5. Melayu tua (Proto Melayu) yaitu suku Batak, Toraja dan Dayak
6. Melayu muda (Deutro Melayu) yaitu Aceh, Minang, Bugis, Makassar, Jawa, dan Sunda.

Ciri-ciri fisik setiap ras berbeda karena beberapa faktor berikut.


1. Kondisi geografis dan iklim
2. Faktor makanan
3. Faktor perkawinan (amalgamasi)
Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis)
Suku bangsa merupakan hasil dari system kekerabatan yang lebih luas. Masyarakat dalam system
kekerabatan ini tetap percaya bahwa mereka memiliki ikatan darah dan berasal dari nenek moyang
yang sama. Jumlah suku bangsa di Indonesia saat ini sulit diperkirakan. Menurut C. Van Vollen
Houven jumlah suku bangsa di Indonesia adalah 316, sedangkan menurut Prof. Dr. Konetjaraningrat
ada sekitar 119. Keanekaragaman suku bangsa di Indonesia juga menyangkut keanekaragaman budaya,
yang meliputi perbedaan adat istiadat, religi, bahasa dan kesenian.
Diferensiasi Klan
Klan sering juga disebut kerabat, keluarga besar, atau keluarga luas (extended family). Dalam
masyarakat Indonesia terdapat dua bentuk klan utama, yakni klan atas dasar garis keturunan ibu
(matrilinier) dan atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal).
Diferensiasi Agama
Diferensiasi Jenis Kelamin
Diferensiasi Profesi

1. Stratifikasi Sosial
Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk
dalam suatu system sosial tertentu kedalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, hak
istimewa, dan prestise. Pitirim A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai pembedaan
penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
Perwujudan pelapisan didalam masyarakat dikenal dengan istilah kelas sosial. Kelas sosial terdiri
atas kelas sosial tinggi (upper class), kelas sosial menengah (middle class), dan kelas sosial rendah
(lower class). Kelas sosial tinggi bisaanya diisi oleh para pejabat atau penguasa dan pengusaha kaya.
Kelas sosial menengah bisaanya meliputi kaum intelektual, seperti dosen, peneliti, mahasiswa,
pengusaha kecil dan menengah, serta pegawai negeri. Kelas sosial rendah bisaanya merupakan
kelompok terbesar dalam masyarakat, seperti buruh, petani gurem dan pedagang kecil. Pengelompokan
semacam itu terdapat dalam segala bidang kehidupan.

Faktor Penyebab Stratifikasi Sosial


Stratifikasi sosial muncul dengan sendirinya sebagai akibat dari proses yang terjadi dalam
masyarakat. Faktor-faktor penyebabnya adalah kemampuan atau kepandaian, umur, fisik, jenis
kelamin, sifat keaslian keanggotaan masyarakat, dan harta benda. Dalam perkembangan selanjutnya,
stratifikasi sosial sengaja dibentuk sebagai subsistem sosial untuk mewujudkan tujuan tertentu.
Beberapa kondisi umum yang mendorong terciptanya stratifikasi sosial dalam masyarakat, menurut
Wila Huky adalah sebagai berikut :
1. Perbedaan ras dan budaya.
2. Pembagian tugas yang terspesialisasi.
3. Kelangkaan.

Dasar Stratifikasi Sosial Dalam Masyarakat


Dasar stratifikasi sosial dalam masyarakat disebabkan adanya sesuatu yang dihargai lebih.
1. Kekayaan
2. Kekuasaan
3. Keturunan
4. Pendidikan
5. Status atau kedudukan
6. Peran (role)

Sifat Stratifikasi Sosial


Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya stratifikasi sosial dibedakan menjadi:
1. Stratifikasi sosial tertutup
Adalah bentuk stratifikasi yang anggota dari setiap stratanya sulit melakukan mobilitas vertical.
Karenanya, stratifikasi sosial jenis ini bersifat diskriminatif, contohnya system kasta, masyarakat
rasialis, dan masyarakat feudal.
2. Stratifikasi Sosial Terbuka
Bersifat demokratis. Kemungkinan mobilitas sangat besar. Maksudnya, setiap anggota strata dapat
bebas berpindah strata sosial, baik vertical maupun horizontal. Walaupun kenyataannya mobilitas harus
melalui perjuangan berat, kemungkinan untuk berpindah strata slalu ada. Contoh doctor, pengusaha
atau guru
3. Stratifikasi Sosial Campuran
merupakan kombinasi antara stratifikasi sosial tertutup dan terbuka. Missal seseorang yang
memiliki kasta Brahmana di Bali pindah ke Jakarta.
Fungsi Stratifikasi Sosial
1. Distribusi hak-hak istimewa yang objektif
2. Menjadi system pertanggaan pada strata yang berhubungan dengan kewibawaan dan penghargaan
3. Kriteria system pertentangan dan persaingan
4. Penentu lambing-lambang (symbol status) atau kedudukan
5. Penentu tingkat mudah dan sukarnya bertukar kedudukan
6. Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok yang menduduki system sosial yang sama
dalam masyarakat
Perwujudan dari stratifikasi sosial adalah kelas-kelas sosial. Hal ini dapat kita lihat dari segi
ekonomi, sosial dan politik

Ekonomi
Pembagian kelas dalam masyarakat dari segi ekonomi akan membedakan masyarakat atas
kepemilikan harta.
1. Kelas atas terdiri dari kelompok orang-orang kaya
2. Kelas menengah terdiri dari kelompok orang-orang yang berkecukupan
3. Kelas bawah terdiri dari kelompok orang miskin

Sosial
Merupakan sistem penggolongan masyarakat menurut status. Umumnya, nilai status seseorang
dalam masyarakat diukur dari prestise atau gengsi. Contohnya, orang lebih memilih menjadi pegawai
meski gajinya kecil daripada jadi tukang. Pelapisan secara sosial dapat pula dilihat dari pembagian
kasta di Bali.

Politik
Pelapisan masyarakat didasarkan pada wewenang atau kekuasaan. Makin besar wewenang atau
kekuasaan seseorang, makin tinggi lapisan sosialnya. Masyarakat yang memiliki wewenang atau kuasa
umunya ditempatkan pada lapisan masyarakat atas. Kelompok ini mencakup para pejabat eksekutif,
yudikatif dan legislative. Pembagian jenis ini terlihat pula pada hierarki militer.

Sistem Stratifikasi yang Ada di Indonesia


1. Sistem Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat Pertanian
Pembagian kelas berdasarkan kepemilikan tanah, berikut stratifikasi masyarakat pertanian di Pulau
Jawa
Masyarakat pertanian pada umumnya masih menghargai peran pembuka tanah (cikal bakal), yaitu
orang yang pertama kali membuka hutan untuk dijadikan tempat tinggal dan lahan pertanian. Bisaanya
mereka menjadi sesepuh atau golongan yang dituakan. Golongan kedua diduduki oleh pemilik tanah
atau orang kaya, tetapi bukan keturunan cikal bakal. Mereka dapat memiliki tanah dan kaya karena
keuletan dan kemampuan lainnya. Kelompok yang kedua disebut kuli kenceng. Golongan ketiga adalah
golongan petani yang hanya memiliki tanah sedikit dan hasilnya hanya cukup untuk dikonsumsi sendiri
(kuli kendo). Golongan yang keempat (buruh tani) adalah orang yang tidak memiliki tanah, namun
bekerja disektor pertanian.
1. Sistem Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat Feudal
Pola dasar masyarakat feudal :
1. Raja dan kaum bangsawan merupakan pusat kekuasaan yang harus ditaati dan dihormati oleh
rakyatnya
2. Terdapat lapisan utama, yakni raja dan kaum bangsawan (kaum feudal) dan lapisan dibawahnya,
yakni rakyatnya
3. Adanya pola ketergantungan dan patrimonialistik, artinya kaum feudal merupakan tokoh panutan
yang harus disegani, sedangkan rakyat harus hidup menghamba dan selalu dalam posisi dibawah
4. Terdapat pola hubungan antarkelompok yang diskriminatif, yaitu kaum feudal memperlakukan
bawahanya secara tidak adil dan cenderung sewenang-wenang
5. Masyarakat feudal cenderung memiliki system stratifikasi tertutup

Lapisan Sosial Pada Masyarakat Feudal Surakarta dan Yogyakarta


Lapisan Sosial Masyarakat Feudal di Aceh
Lapisan Sosial Masyarakat Feodal di Sulawesi Selatan
1. Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Belanda
1. Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Jepang
1. Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Industri Modern
Berdasarkan Kriteria Profesi
Berdasarkan Kriteria Ekonomi
Konsekuensi Stratifikasi Sosial
Dalam kenyataannya orang tidak memiliki kemampuan yang sama. Ada yang mampu membayar
sekolah yang mahal ada yang tidak. Akibatnya, penghargaan yang diberikan masyarakatpun akan
berbeda-beda. Perbedaan seperti ini akan mempengaruhi gaya hidup (life style).
– Pakaian : model pakaian dan perlengkapan busana
– Rumah dan Perabot : Tipe rumah dan letak tempat tinggal serta jenis kendaraan dan perabot rumah
tangganya.
– Bahasa dan Gaya Bicara : Pemilihan kata atau Bahasa dan etika sopan santun
– Makanan : Selera dan jenis makanan
– Gelar, Pangkat, atau Jabatan
– Hobi dan Kegemaran

D. Kesetaraan
Ada lima kategori kesetaraan yang berbeda.
1. Kesetaraan hukum, kesamaan dihadapan hukumm
2. Kesetaraan politik, kesetaraan dalam bidang pembangunan
3. Kesetaraan sosial, tidak adanya dominasi oleh pihak tertentu
4. Kesetaraan ekonomi, pembagian sumber daya yang dilakukan secara adil
5. Kesetaraan moral, memiliki nilai yang sama

Ada tiga konsep kesetaraan yang berbeda :


a. Kesetaraan kesempatan, akses ke semua posisi sosial harus di atur oleh kriteria universal
b. Kesetaraan sejak awal, kompetisi yang adil dan setara mensyaratkan bahwa semua peserta mulai dari
garis start yang sama
c. Kesetaraan hasil, semua orang harus menikmati standar hidup dan peluang kehidupan yang setara

E. Harmoni Sosial
Sesuatu yang sesuai dengan keinginan masyarakat umum, seperti keadaan tertib, teratur, aman dan
nyaman dapat disebut sebagai suatu kehidupan yang penuh harmoni. Harmoni sosial adalah kondisi
dimana individu hidup sejalan dan serasi dengan tujuan masyarakatnya.
Harmoni sosial juga terjadi dalam masyarakat yang ditandai dengan solidaritas. Secara etimologis,
solidaritas adalah kekompakan atau kesetiakawanan. Kata solidaritas menggambarkan keadaan
hubungan antara individu dan atau kelompok yang berdasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan
yang dianut bersama.

F. Kesetaraan dan Harmoni Sosial dalam Masyarakat Multikultural


Agar harmoni sosial terwujud dalam masyarakat, maka prinsip kesetaraan harus diterapkan
ditengah-tengah diferensiasi dan stratifikasi sosial.

Dinamika Masyarakat Indonesia


Sejarah perkembangan masyarakat Indonesia menunjukan bahwa potensi konflik antar kelompok
masyarakat di Indonesia cukup besar. Konflik tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain :
1. Harga diri dan kebanggaan kelompok terusik
2. Perbedaan pendirian atau sikap
3. Perbedaan kebudayaan yang dimiliki setiap etnis
4. Benturan kepentingan (politik, ekonomi dan kekuasaan)
5. Perubahan yang terlalu cepat sehingga mengganggu keseimbangan sistem dan kemapanan

Mewujudkan Masyarakat Multikultural


Ditengah pontensi konflik yang memungkinkan bagi bangsa kita, maka usaha untuk membentuk
suatu masyarakat multikultural menjadi sangat penting. Secara sederhana, masyarakat multikultural
dapat dimengerti sebagai masyarakat yang terdiri atas beragam kelompok sosial dengan sistem norma
dan kebudayaan yang berbeda-beda. Masyarakat multikultural merupakan bentuk dari masyarakat
modern yang anggotanya terdiri atas berbagai golongan, suku, etnis, ras, agama, dan budaya. Mereka
hidup bersama dalam wilayah local maupun nasional. Bahkan, mereka juga berhubungan dengan
masyarakat internasional, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Multikulturalisme tidak hanya bermakna keanekaragaman (kemajemukan), tetapi juga
kesederajatan antarperbedaan. Dalam multikulturalisme terkandung pengertian bahwa tidak ada sistem
norma dan budaya yang lebih tinggi daripada budaya lainnya, atau tidak ada sesuatu yang lebih agung
dan luhur daripada yang lain. Semua perbedaan adalah sederajat. Kesederajatan dalam perbedaan
merupakan jantung dari multikulturalisme.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perlunya Masyarakat Multikultural


Menurut Tilaar, sekurang-kurangnya ada tiga hal yang mendorong berkembang pesatnya
pemikiran multikulturalisme, yaitu HAM, globalisme, dan demokratisasi. Namun demikian, idealism
masyarakat multikultural dalam kenyataannya menemui banyak hambatan, diantaranya :
1. Sikap menganggap budaya sendiri lebih baik
2. Pertentangan antara budaya barat dan timur
3. Plularisme dianggap sebagai sesuatu yang eksotis
4. Pandangan yang paternalistis
5. Mencari apa yang disebut indigenous culture, mencari sesuatu yang dianggap asli
6. Pandangan negative penduduk asli terhadap orang asing yang dapat berbicara mengenai
kebudayaan penduduk asli
Manfaat masyarakat multicultural
a. Melalui hubungan yang harmonis antarmasyarakat, dapat digali kearifan budaya yang dimiliki oleh
setiap budaya
b. Memunculkan penghargaan terhadap budaya lain sehingga muncul sikap toleransi
c. Menjadi benteng pertahanan terhadap ancaman yang timbul dari budaya capital
d. Menjadi alat untuk membina dunia yang aman dan sejahtera
e. Mengajarkan suatu pandangan bahwa kebenaran itu tidak dimonopoli oleh satu orang atau kelompok
saja

Anda mungkin juga menyukai